Professional Documents
Culture Documents
1978 dan STCW Code telah disahkan di Manila hari ini (25/6). Amandemen STCW
2010 dimaksudkan untuk menyesuaikan perkembangan dan kemajuan teknologi
serta tantangan baru di industri pelayaran. Keselamatan dan keamanan pelayaran
internasional dan lingkungan hidup diharapkan dapat ditingkatkan melalui
amandemen tersebut. Di samping itu, transportasi laut menjadi lebih efisien.
Konferensi diplomatik untuk perubahan Konvensi STCW dibuka empat hari lalu
(21/6) oleh Wapres Filipina, Noli de Castro dan dihadiri sekitar 500 delegasi negara-
negara anggota IMO dan organisasi-organisasi internasional serta para pemangku kepentingan
(stakeholders) di bidang industri pelayaran
Pendidikan dan pelatihan awal ini perlu ditindaklanjuti dengan pendidikan dan
pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Ironisnya Departemen Perhubungan memiliki Lembaga Diklat tentang
Kepelautan dan Perhubungan Laut yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (dahulu
AIP/PLAP), Balai Diklat P3B di Semarang, Surabaya dan Makassar, Rating
Pelaut di Barombong (Sul-Sel). Namun, lembaga-lembaga Diklat tersebut
menghasilkan lulusan yang pada umumnya mengisi kebutuhan Perusahaan
Swasta (Pelayaran, EMKL dan sebagainya) dan sangat kecil sekali persentasenya
yang memilih untuk mengisi posisi sebagai Regulator. Hal ini patut di
pertanyakan sebab mengapa para lulusan memilih untuk bekerja dilingkungan
swasta. Salah satu penyebab paling utama adalah adanya proses penerimaan
pegawai yang tidak sesuai dengan prosedur.
Catatan :
IPTN pernah mengajukan untuk memproduksi peralatan (stimulator) dan
meminta ijin kepada Badan Diklat Departemen Perhubungan, namun tidak
diijinkan karena dianggap tidak mempunyai kompetensi sementara IPTN telah
menghasilkan flight simulator yang dipakai di negara negara ASEAN.
Hal lain yang diperlukan untuk menjadi perhatian dari Pemerintah cq. Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut adalah mengenai tugas pembinaan terhadap
stakeholders (asosiasi) antara lain dibidang kepelautan. Seharusnya Dirjen
Perhubungan Laut tidak dapat lepas tangan terhadap tanggung jawab selaku
pembina teknis dan seharusnya menjadi fasilitator dari stakeholders yang ada.
Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) yang selama ini diakui oleh International
Seafarers Union dalam hal penyelesaian yang berkaitan dengan kepelautan,
selama ini kurang mendapat perhatian dari Pemerintah sehingga terjadilah
perpecahan dalam kepengurusan organisasi KPI. Hal ini juga banyak terjadi di
asosiasi lainnya seperti INSA (Indonesian National Shipowners Association).
Banyaknya permasalahan keorganisasi tanpa campur tangan dari Pemerintah
mengakibatkan pembinaan dibidang kepelautan/pelayaran tidak tercapai secara
optimal khususnya profesionalitas pelaut Indonesia di pasar internasional.