You are on page 1of 1

Alur Pelayanan Balita Gizi Buruk di Puskesmas

Pelaksanaan upaya pencegahan gizi buruk dibagi dalam tiga tahap meliputi rencana jangka pendek untuk
tanggap darurat dengan menerapkan prosedur tatalaksana penanggulangan gizi buruk dengan melaksanakan
sistem kewaspadaan dini secara intensif melalui pelacakan kasus dan penemuan kasus baru kemudian ditangani
di puskesmas dan di rumah sakit. Kemudian tahap pencegahan terhadap peningkatan status dengan
koordinasi lintas program dan lintas sektor, memberikan bantuan pangan, memberikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI). Sedangakn tahap ketiga pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, memberikan
penyuluhan gizi dan kesehatan terutama peningkatan ASI eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan kemudian
diberikan makanan pendamping ASI setelah usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai usia
dua tahun.

Kebijakan tatalaksana anak gizi buruk ini mengacu pada surat keputusan Menkes Nomor
1209/MENKES/X/1998 tentang monitoring dan penanggulangan krisis kesehatan (KLB gizi buruk) dan
Surat keputusan Menkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, tentang Kebijakan Dasar Puskesmas.
Berdasarkan hal tersebut, Puskesmas berperan terhadap penanganan gizi buruk sesuai pedoman
tatalaksana penanggulangan anak gizi buruk dengan memberikan pelayanan optimal terhadap balita gizi
buruk.

Prosedur Kerja Tatalaksana Gizi buruk


Prosedur kerja
tatalaksana gizi buruk secara garis besar dibagi menjadi tiga kegiatan, meliputi penentuan status gizi, intervensi, dan
pelaporan.
1. Penentuan Status gizi
Penentuan status gizi dilakukan dengan dua cara, yaitu secara klinis antropometri, laboratorium, dan
anamnese riwayat gizi. Secara klinis antara lain dengan mendeteksi Hipotermia, Hipoglikemia,
Dehidrasi, dan Infeksi. Mekanisme pelaksanaan dilak uk an pada setiap pasien baru dan dimonitor
setiap hari. Secara Antropometri dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Prosedur
laboratorium dapat diambil sediaan glukosa darah, haemoglobine, urine, atau faeces. Sedangkan
anamnese riwayat gizi dilakukan dengan wawancara.
2. Intervensi
Intervensi gizi buruk dilakukan secara klinis maupun dengan diet. Secara klinis terutama untuk
mengatasi Hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi dan infeksi. Sedangkan mekanisme intervensi diet
dilakukan dengan Memberikan rujukan ke puskesmas, menerjemahkan prescript diet kedalam jumlah
dan jenis bahan makanan, Pemantauan konsumsi makanan, Pemantauan Status gizi, Penyuluhan gizi,
pemberian diet, Persiapan pulang, serta penyuluhan gizi utk di rumah
3. Pelaporan
Mekanisme pelaporan meliputi jenis item perkembangan, pemeriksaan fisik, laboratorium, antropometri,
serta asupan makanan.

Refference :

Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005-2009. Depkes RI (2005).
Tata Laksana Penanggulangan Gizi Buruk. (2000), Jakarta: Direktorat
Pedoman tatalaksana anak gizi buruk. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Ditjen Binkesmas
(2006)

Email This BlogThis! Share to Twitter

You might also like