Professional Documents
Culture Documents
ACARA III
PEMATAHAN DORMANSI
Oleh:
Alfian Nopara Saifudin
NIM A1D015033
Rombongan 2
PJ asisten: Farichatul Mufaroh
A. Latar Belakang.
yang memiliki daya kecambah dan tumbuh yang baik agar menghasilkan tanaman
yang baik pula. Perlu diketahui bahwa daya tumbuh benih adalah munculnya
unsur-unsur utama dari lembaga suatu benih yang diuji menunjukkan kemampuan
untuk menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi
benih tersebut. Persentase daya tumbuh benih adalah persentase dan benih yang
membentuk bibit atau tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka
waktu tertentu. Banyak macam benih tidak dapt berkecambah meskipun diberikan
fasilitas yang secukupnya. Benih demikian ini berasa dalam keadaan dormansi.
Banyak faktor yang menyebabkan dormansi ini, antar kekerasan kulit sehingga
air, udara sulit masuknya. Keuntungan tambahan dengan perlakuan air panas
jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman
sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai
66
walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi
fisik dengan air panas, dimana benih direndam dengan air panas dengan waktu
yang telah ditentukan, dan juga dengan pemecahan secara kimiawi seperti
B. Tujuan
2. Menunjukkan kekerasan biji-biji yang ada pada daerah tropika dan bagaimana
67
II. TINJAUAN PUSTAKA
Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari
pada legume, tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada
monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian, yaitu:
1. Embryo
Embryo terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygot) dengan
mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari
integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis
kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan lapisan sebelah luar
tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan
sentuhan mekanis. Kulit biji pada legume pada umumnya mudah dilepaskan dari
biji setelah perendaman dengan air panas sehingga terlihat seluruh biji atau
Biji dapat memiliki fungsi ganda, sebagai bahan konsumsi dan sebagai
Tanaman biji itu tidak sama dengan benih.Biji tumbuhan kalau dipelihara dan
ditangani untuk tujuan budidaya, maka biji berfungsi sebagai benih dalam
batasan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan
68
berkecambah sudah terpenuhi (Tempertur, air dan O2). Dormansi secara efektif
dan mengijinkan permintaan akan perkecambahan sering agak berbeda dari yang
keadaan yang menguntungkan untuk tumbuh atau bertahan hidup dari tingkat
yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar, lembaga pada
Kemudian dapat disimpulkan lagi bahwa dormansi bisa terjadi karena kondisi dari
dalam biji itu sendiri kurang sesuai walaupun kondisi luar sudah sesuai dengan
persyaratan tumbuh biji tersebut (suhu, kelembaban dan atmosfer). Oleh karena
itu kondisi dalam benih (kulit biji yang terlalu keras atau faktor-faktor lain bisa
1997).
ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut
terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh
69
keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan
70
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan pada praktikum inii yaitu benih benih albasia,
melinjo, pinang, tomat, air panas, air dingin, pasir, air kelapa, sedangkan alat yang
B. Prosedur Kerja
perlakuan air panas dan albasia dengan perlakuan air dingin sebanyak 10
benih.
3. Skarifikasi melinjo
4. Skarifikasi tomat
71
a. Media berupa pasir dimasukkan kedalam polibag
sebanyak 10 biji, dan polibag yang lainnya diletakkan biji tomat dengan
72
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Air (Cabai)
2
a. Kontrol 0 0 9 1 0 0 0
b. Air
0 0 14 2 0 0 0
Kelapa
Fisik
(aren)
a. Amplas
0 0 0 0 0 0 0
(2)
b. Kontrol
0 0 0 0 0 0 0
(2)
3 Fisik (tomat)
a. Perlakuan
0 0 0 0 0 0 0
(10)
b. Kontrol
0 0 0 0 0 0 0
(10)
73
Perhitungan
Presentase pertumbuhan = 100 %
1. Albasiah
a. Air panas
7
% pertumbuhan = 10 100 % = 70 %
b. Air Biasa
12
% perkecambahan = 10 100 % = 120 %
c. Kontrol
5
% perkecambahan = 10 100 % = 50 %
2. Melinjo
a. Kupas
0
% perkecambahan = 2 100 % = 0 %
b. Amplas
0
% perkecambahan = 2 100 % = 0 %
c. Kontrol
0
% perkecambahan = 2 100 % = 0 %
3. Cabai
a. Kontrol
10
% perkecambahan = 10 100 % = 100 %
b. Kontrol
16
% perkecambahan = 10 100 % = 160 %
74
4. Aren
a. Amplas
0
% perkecambahan = 2 100 % = 0 %
b. Kontrol
0
% perkecambahan = 2 100 % = 0 %
5. Pinang
a. Kontrol
0
% perkecambahan = 2 100 % = 20 %
b. Kupas
0
% perkecambahan = 2 100 % = 0 %
Kesimpulan:
1. Presentase perkecambahan pada benih albasiah dengan perlakuan air panas
semuanya 0 %
kontrol sebesar 100% dan dengan rendaman air kelapa sebesar 160%.
sebesar 0 %.
75
B. Pembahasan
selama beberapa hari, semusim, bahkan beberapa tahun tergantung pada jenis
lingkungan yang tidak baik atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri
dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan
merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu
dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi (Burhan,
1977).
yang sangat rendah (membeku) pada musim dingin, atau kekeringan di musim
panas yang merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup tumbuhan tersebut.
Dormansi harus berjalan pada saat yang tepat, dan membebaskan diri atau
76
lebih yang diberikan faktor lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan biji.
Dormansi merupakan waktu tidur biji, sebelum biji segera tumbuh menjadi
dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan
merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu
yang terpendam, dapat disebabkan oleh lingkungan yang tidak baik atau oleh
faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Seringkali jaringan yang dorman gagal
tertentu, keadaan ini ditemukan pada biji, tunas, umbi, atau rizom. Bagian
tanaman tersebut tetap variable, terjadi reduksi aktivitas metabolisme dan hal ini
sangat erat hubungannya dengan faktor luar yang sangat berpengaruh untuk
terjadi dormansi. Faktor dalam yang mempengaruhi dormansi antara lain adalah
morfologis karena tidak cukupnyanutrisi juga merupakan salah satu faktor dalam
77
Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah atau dengan kata lain
tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern dalam biji atau tunas tersebut.
Suatu biji dikatakan dorman apabila biji tersebut tidak dapat berkecambah, setelah
(Siregar, 2003).
Dormansi biji dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas kulit biji
terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara sempurna,
dengan zat pengatur tumbuh di dalam embrio. Dari tipe dormansi biji di atas, aren
termasuk dalam kategori dormansi fisik dan kimia (Ilyas dan Diarni 2007).
Dormansi terjadi pada biji, tunas, spora, organ penyimpanan cadangan makanan,
seperti umbi, rhizoma, bulbus, dan kormus. Dormansi pada biji dapat disebabkan
oleh kulit bijinya yang keras, embrio yang masih muda, embrio belum matang
secara fisiologis, adanya zat penghambat yang tebal, sehingga dapat dorman
terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian
78
sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang cocok untuk perkecambahannya
(Idris, 2003).
dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan guncangan
untuk benih atau biji yang keras, sehingga labih permeabel terhadap air atau gas
(Leopold, 1975)
dapat dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkan pada temperatur yang
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan
Faktor Internal
perkecambahan dari dalam biji itu sendiri. Beberapa di antaranya terkait erat
(inhibitor).
79
1. Tingkat kemasakan benih
tidak memiliki daya hidup (vigor) dan daya kecambah (viabilitas) yang baik.
Hal ini terjadi karena biji masih belum memiliki cukup cadangan makanan
selain juga karena embrionya yang belum terbentuk secara sempurna. Benih
yang terdapat pada endosperm yang belum masak masih belum cukup
maka pertumbuhan benih akan secara optimal dapat tumbuh dengan baik
ukuran benih. Benih dengan berat dan ukuran yang besar umumnya memiliki
80
berpengaruh terhadap kecepatan petumbuhan, karena berat benih menentukan
3. Dormansi
Dormansi a dalah kondisi fisiologis dimana benih tetap hidup tapi tidak
keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan, bagi suatu
dormansi adalah:
4. Inhibitor
Perkecambahan biji juga sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya inhibitor
di dalam maupun di permukaan biji. Inhibitor ini dapat berupa inhibitor fisik
dan kimia. Inhibitor fisik misalnya berpa cangkang yang keras sehingga
biji
81
Faktor Eksternal
perkecambahan dari lingkungan luar sekitar biji itu sendiri. Beberapa dari faktor
ini di antaranya terkait erat dengan ketersediaan air, suhu, oksigen, cahaya, dan
1. Air
benih para petani umumnya akan merendam benih dalam air dalam waktu
tertentu.
2. Suhu
3. Oksigen
oksigen di udara >29%. Untuk benih yang sedang dalam masa dorman,
82
4. Cahaya
benih itu sendiri. Ada benih yang butuh cahaya untuk berkecambah, ada
benih yang berkecambah dengan cepat jika cahaya tercukupi, ada benih yang
terhambat perkecambahannya jika ada cahaya, dan ada pula benih yang hanya
5. Media
umumnya dapat tumbuh sempurna pada media dengan sifak fisik yang baik.
Macam-macam dormansi:
1. Dormasi Fisik
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air. Tipe dormansi ini disebut sebagai
benih keras.
jenis biji tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan oleh kulit
2. Fisiologis
83
b. After ripening. Sering pula didapati benih gagal berkecambah walaupun
berkacambah.
84
b. Mekanisme fisiologis merupakan dormansi yang disebabkan oleh
keberadaan cahaya
a. Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp,
endocarp
c. Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun
skarifikasi mekanik.
d. Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji,
hilum.
biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya 02 melalui kulit biji ini
85
f. Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih
(melinjo)
perkecambahan benih walaupun benih tersebut sudah diletakkan pada tempat yang
bisa mati karena terlalu lama mengalami dormansi. Oleh karena itu, dormansi
(Indriyanto, 2011).
tidak menguntungkan, seperti kekeringan pada musim panas dan suhu rendah
86
karena itu dibutuhkan cara-cara agar dormansi dapt dipecahkan atau sekurang-
diketahui adalah:
benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau
gas.
biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan
perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180C selama 5-20
biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi.
87
a. Stratifikasi: banyak benih yang perlu dikenai temperature tertentu
perkecambahannya.
perlakuan ini tidak boleh berbeda lebih dari 100 atau 200C, pada
benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas
keras
2. Perendaman benih dalam air yang dapat mengurangi masalah kulit benih
perkecambahan
3. Skarifikasi dengan asam yang dapat mengurangi masalah kulit benih keras
4. Stratifikasi dingin yang dapat digunakan pada benih yang mempunyai sifat
88
5. Perendaman dengan larutan potasium nitrat
6. Pengaturan cahaya
dikikir, di lubangi dan sebagainya, sehingga benih akan lebih cepat berkecambah
dan masa dormansi dapat dipersingkat dengan waktu yang tidak lama. Sedangkan
maka benih dapat rusak atau bahkan mati sehingga benih tidak dapat berkecambah
cara ini lebih praktis dari pada skarifikasi dan juga hama serta penyakit yang
skarifikasi.
pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif
untuk mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani secara manual,
dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya
89
semua benih dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah
Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada
benih legum, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan
menyebar dari titik ini keseluruh permukan kulit biji dalam beberapa jam. Pada
saat yang sama embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh
permukaan kulit biji, tetapi daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus
dihindari. Kerusakan pada daerah ini dapat merusak benih, sedangkan kerusakan
Air kelapa ini termasuk dalam senyawa organik kompleks yang sering
digunakan dalam kultur jaringan. Air kelapa diketahui mengandung nutrisi yang
tinggi diantaranya gula, gula alkohol, asam amino, asam organik, vitamin,
Mandang, 1993). Air kelapa juga sebagai sumber yang dapat digunakan untuk
(1994) menyatakan peranan air kelapa yang dapat memicu tinggi tanaman karena
terdapat zat pengatur tumbuh yang salah satunya auksin. Bewley dan black (1943)
menyebutkan bahwa Auksin dalam benih, salah satu komponen IAA sebagai
90
perendaman benih dalam air kelapa muda selama 4 jam dengan kepekatan 30%
dibandingkan kontrol yaitu 30.88% dari 25.79%, tolok ukur kecepatan tumbuh
tumbuh, persediaan hara mineral, dan persaingan antar individu benih. Copeland
Larutan KNO3 sangat dikenal sebagai bahan kimia yang digunakan dalam
lain. Perlakuan benih dengan akseptor hidrogen seperti nitrat, nitrit, dan
91
Sastrapradja (Kebun Raya Bogor) dalam Sunanto (1993) penggunaan KNO3
yang baik. Satyanti (2003) mengaplikasikan KNO3 dengan konsentrasi 1%, 2.5%,
menit adalah 70% sedangkan 60 menit adalah 60%, dan perlakuan KNO3 5%
Air kelapa merupakan endosperma buah kelapa yang berbentuk cair. Air
kelapa ini termasuk dalam senyawa organik kompleks yang sering digunakan
dalam kultur jaringan. Air kelapa diketahui mengandung nutrisi yang tinggi
diantaranya gula, gula alkohol, asam amino, asam organik, vitamin, fitohormon,
tembaga, posfor, sulfat, dan khlor (Tulecke et al.dalam Mandang, 1993). Air
kelapa juga sebagai sumber yang dapat digunakan untuk perkembangan embrio
peranan air kelapa yang dapat memicu tinggi tanaman karena terdapat zat
pengatur tumbuh yang salah satunya auksin. Bewley dan Black (1943)
menyebutkan bahwa Auksin dalam benih, salah satu komponen IAA sebagai
92
perendaman benih dalam air kelapa muda selama 4 jam dengan kepekatan 30%
dibandingkan kontrol yaitu 30.88% dari 25.79%, tolok ukur kecepatan tumbuh
Shimarock adalah salah satu nama dagang produk jepang berbentuk larutan
Shimarocks dan produk lain yang sejenis sering disebut mineral 22 karena
Fosfor (P), Kalium (K), kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Molibdenum (Mo),
Tembaga (Cu), Rubidium (Rb), Seng (Zn), Silikon (Si), Besi (Fe), Cobalt (Co),
Natrium (Na), Litium (Li), Titanium (Ti), Vanadium (V), Aluminium (Al),
93
Barium (Ba), Nikel (Ni), selenium (Se), Germanium (Ge), Tungsten-Wolfram
viabilitas potensial dan vigor pada berbagai benih. Saut (2002) menyebutkan
bahwa perlakuan perendaman benih tomat dalam Shiimarocks 500 ppm selama 24
jam, 1000 ppm selama 48 jam pada benih terung, dan 500 ppm selama 48 jam
atau 1000 ppm selama 24 jam pada benih cabai menunjukkan peningkatan
viabilitas benih-benih tersebut. Benih kangkung dengan konsentrasi 500 dan 1500
ppm, benih kacang panjang dengan konsentrasi 1000 dan 1500 ppm (Junisusanti,
(BKKN).
Asam askorbat merupakan salah satu bentuk antioksidan yang secara alami
terdapat dalam tumbuhan. Asam askorbat merupakan salah satu senyawa yang
penting dalam proses pembelahan dan pembesaran sel dalam proses metabolisme
pada proses perkecambahan dimulai (Arrigoni et al., 1992). Asthana dan Srivasta
dalam Hardiyanto (1995) melaporkan pemberian asam askorbat 0.1% pada benih
dibanding pelembaban dengan air bahkan pada perlakuan P7M1 (66.6%), P7M2
(42.67%), dan P7M3 (72.00%) nyata lebih rendah. Hal ini bebeda dengan
penelitian Basra et al. (2006) melaporkan bahwa benih padi kultivar KS-282 dan
Super Basmati yang diberi perlakuan priming perendaman dengan asam askorbat
94
10 ppm menghasilkan DB yang lebih baik dari pada kontrol dan perlakuan asam
dapat meningkatkan DB benih jagung varietas Arjuna (68%) dan Bisma (88%)
Arjuna dan 41.3% pada Bisma tetapi pada pemberian asam askorbat 110 mM
dapat menurunkan DB benih jagung varietas Arjuna (64%) dan Bisma (36%).
pemberian asam askorbat dapat berpengaruh buruk jika jumlahnya berlebih. Benih
semangka diduga telah memiliki kandungan asam askorbat endogen yang cukup
perkecambahan.
menyebabkan keretakan sehingga O dan air dapat cepat masuk kedalam biji.
Perendaman benih dengan air dingin juga menunjukan pengaruh yang sangat
dimana perendaman dilakukan yaitu selama 6 jam, 12 jam dan 24 jam. pada
perendaman benih karet dalam air dingin, benih yang direndamkan selama 12 jam
95
yang paling tinggi dari perlakuan lainnya jumlah benih yang berkecambah yaitu
14 benih dari 20 benih yang di kecambah dapat dilihat pada. Hal ini diduga
karena air yang direndam selama 12 jam telah mencapai maksimum atau
mencapai imbibisi yang optimum sehingga air dapat masuk kedalam biji karena
biji telah mengalami perekahan kulit sehingga air dan oksigen dapat masuk
penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis dan lemah, selain itu
juga dapat digunakan untuk pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen
dorman. Dormansi benih kelapa disebabkan karena kerasnya kulit benih sehingga
air sulit masuk ke dalam benih. Adanya kondisi dormansi ini menyebabkan benih
kelapa yang bermutu memerlukan waktu sekitar 3 bulan, diawali dengan proses
perendaman pertama selama 7 hari untuk meningkatkan kadar air menjadi 22%,
direndam kembali selama 3 hari untuk meningkatkan kadar air hingga 18% lalu
dengan laju yang lebih rendah hingga 3 bulan ke depan. Silomba (2006)
melaporkan bahwa benih kelapa yang direndam dalam air selama 3-7 hari dengan
96
Tanaman pinang diperbanyak secara umum yaitu secara generatif dengan
benih berlangsung selama 1,5-3 bulan (Sihombing, 2000). Buah pinang memiliki
biji dengan lapisan endokarp yang tebal dan keras (Hidayat, 1995), sehingga
kulit biji. Menurut Raja (2001) biji pinang mengandung senyawa alkaloid seperti
terhadap benih pinang. Sutopo (1998) menyatakan banyak cara yang dilakukan
perlakuan suhu tertentu dan perlakuan cahaya. Pengguanaan beberapa jenis bahan
memiliki struktur kulit yang tebal dan keras. Pada kondisi alami benih baru bisa
cara fisik dan kimia. Pematahan dormansi secara fisik misalnya dengan pelukaan
didekat embrio (Massano, 1989) dan skarifikasi dengan kertas pasir, sedangkan
secara kimiah misalnya dengan perlakuan pandangan benih dalam larutan HCL
97
pada pH 6 IAA 50 ppm H2SO4 (Sapulete, 1989) serta kombinasi stratifikasi suhu
5 C dan IAA 50 ppm. Aren (Arenga pinnata Merr) memiliki kulit biji yang keras
suatu tindakan untuk mengikis jaringan penutup embrio yang disebut skarifikasi
yang disebabkan oleh hambatan mekanis yang ditimbulkan oleh kerasnya jaringan
endosperma dan endocarp yang menutup embrio agar air, oksigen dan faktor lain
sehingga membantu dalam proses perkecambahan. Suhu adalah salah satu faktor
yang berperan dalam proses perkecambahan. Suhu yang terlalu tinggi akan
bahwa media campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1 (b/b)
merupakan media terbaik bagi daya berkecambah benih mengkudu yang mencapai
88.7% dan pada media pasir mencapai daya berkecambah 74.7%, sebaliknya pada
media arang sekam daya berkecambah benih mengkudu sangat rendah, hanya
mencapai 24.5%. Setiap jenis benih memiliki respon yang berbedabeda terhadap
tanah. Ashari (1995) melaporkan pasir silika dan kuarsa yang berukuran 0.50.2
98
mm merupakan media yang cukup baik digunakan sebagai bahan campuran media
tanam karena bersifat porous dan memiliki aerasi yang baik. Wusono (2001)
melaporkan bahwa benih terong varietas TE20 yang disimpan selama 1 bulan
dan 2 bulan, kemudian ditanam pada media pasir dapat meningkatkan daya
kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin yang dapat menghambat
itulah yang digunakan (Sunandi, 2007). Arang sekam merupakan sekam padi yang
warna hitam pada arang sekam mengakibatkan daya serap terhadap panas yang
Budiarto (1997) melaporkan penggunaan arang sekam sebagai media semai pada
pembibitan tanaman tapak dara memberikan hasil terbaik untuk parameter jumlah
daun dan tinggi tanaman (36,13 dan 8.97 cm) dibandingkan media campuran
serbuk sabut kelapa dan batu apung. Sinaga (2007) melaporkan media pasir lebih
baik dibanding media campuran pasir, tanah, dan kotoran sapi bagi perkembangan
pada media pasir menghasilkan jumlah daun 5.2 helai, lebih tinggi disbanding
99
jumlah daun dari benih yang ditumbuhkan pada media campuran pasir, tanah dan
sebesar 70%, albasia air dingin sebesar 120%, dan albasia kontrol sebesar 50%.
Persentase benih melinjo dengan perlakuan kupas sebesar 0%, melinjo amplas,
melinjo kontrol, pinang kupas dan pinang kontrol presentasenya sebesar 0%.
berbeda-beda dari setiap benih dan juga adanya ketidak sesuaian perlakuan yang
biji dengan lapisan endokarp yang tebal dan keras (Hidayat, 1995), sehingga
kulit biji. Menurut Raja (2001) menyatakan bahwa biji pinang mengandung
Benih pinang yang dilakukan pada praktikum tidak ada yang tumbuh
100
hari saja termasuk destruksinya, dan juga dikarenakan masih salah dalam
melakukan pengupasan benih pinang sehingga air sulit masuk kedalam benih
pinang. Menurut penelitian yang dilakuakan oleh Rahmi Yanti (2006) dalam
dengan air merupakan perlakuan fisik yang dapat mematahkan masa dormansi
benih pinang pada minggu ke tiga setelah tanam, dan perendaman benih dengan
KNO3 0,2% dan GA3 1000ppm merupakan perlakuan kimia yang dapat
pangkal benih dapat meningkatkan laju perkecambahan benih pinang hingga 64%
endokarp yaitu lapisan benih bertekstur keras. Perlakuan skarifikasi pada bagian
pangkal benih pinang menyebabkan air dan oksigen mudah masuk kedalam benih
dibagian lain.
dengan pengamplasan permukaan kulit benih. Hal ini dapat terjadi dengan
kemungkinan:
saat mengamplasnya sehingga merusak jaringan yang ada pada biji melinjo
101
2. Biji melinjo yang digunakan tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan
skarifikasi
3. Kulit biji melinjo yang terlalu tebal sehingga biji tidak mampu berkecambah
4. Biji yang sudah diamplas tidak mampu untuk menyerap gas dan air atau
terjadi karena tujuan dari perendaman dengan air panas yaitu untuk memudahkan
penyerapan air oleh benih. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam
1998).
102
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
dimana metode ini seperti pengamplasan, perendaman baik air panas dan juga
air dingin, pengupasan dimana tujuannya supaya biji dapat menyerap air
2. Biji-biji pada daerah tropis memiliki struktur biji yang cukup keras sehingga
masa dormansinya juga cukup lama seperti biji melinjo, pala, pinang, kolang-
kaling. Pinang memiliki struktur yang keras sehingga masa dormanisnya bisa
endogen.
B. Saran
Asisten diharapkan suaranya lebih lantang supaya bisa terdengar dengan jelas.
103
DAFTAR PUSTAKA
104
Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI. Yogyakarta.
Meiriani, Dini, M., dan Edison, P. 2012. Jurnal Online Agroteknologi. Respons
Perkecambahan Benih Pinang (Areca Catechu L.) Terhadap Berbagai
Skarifikasi dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3). 1(1): 15-25
Mustika, B. P. 1994. Skripsi. Pengaruh 2.4 D dan Air Kelapa Terhadap Produksi
Stek Mikrokentang (Solanum tuberasum, L.) cv. Russet Burbank. Budidaya
Pertanian. IPB. 45hal.
105
Retno, Catarina. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.
Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU IPB. Bogor. 145
hal
106
Yanti, Rahmi. 2006. Skripsi. Pematahan Dormansi Benih Pinang Sirih (Araca
catechu L.) dengan Beberapa Perlakuan Fisika dan Kimia. Universitas
Andalas. Padang
107
LAMPIRAN
108