Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
karena kakao sebagai penghasil devisa Negara, sebagai sumber penghasilan bagi
kakao utama di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia mempunyai
tanaman kakao paling luas di dunia yaitu sekitar 1.462.000 ha. yang terdiri dari
90% perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan swasta dan negara, dengan
Hama Terpaadu tetapi secara konseptual PHT adalah Pengelolaan Hama Terpadu.
konteks PHT eliputi berbagai macam pengganggu dan gangguan yang dapat
terjadi pada tanaman. Hama dalam konteks PHT mencakup binatang hama,
Pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa
sistim pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta
berbagai cara dan dikembangkan secara lebih luas yaitu sebagai suatu
sistim pengelolaan populasi hama yang menggunakan semua tehnik yang sesuai
67
dibawah ambang kerugian ekonomi dan konsep ini dikenal dengan konsep
PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan
dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan
penerapan PHT bukan dalam bentuk paket teknologi, tetapi dalam bentuk lentur
sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh sebab itu, perlu informasi dan
terutama oleh hama dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya
beberapa jenis hama /penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Jenis
hama/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao antara lain: (a) hama
penggerek buah kakao; (b) kepik penghisap buah kakao, Helopeltis antonii Sign;
B. Tujuan
tanaman kakao.
68
II. TINJAUAN PUSTAKA
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
(Hutabarat, 2005):
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
temperatur harian rata-rata terdingin tidak kurang dari 15C.Suhu minimum tidak
boleh lebih rendah dari 10C sedangkan maksimumnya sampai sekarang belum
ada ketentuan. Alasan temperatur rendah ini antara lain dapat dikemukakan
69
Perkembangan akan menjadi normal kembali setelah suhu naik menjadi 25C
(Siregar, 1998).
yang agak besar tiap harinya. Penyimpangan temperatur harian dari 9C,
menyebabkan mata-mata tunas akan mengembang dan tumbuh menjadi tunas. Hal
(Siregar, 1998).
Hama dan penyakit tanaman kakao yang juga merupakan hama utama bagi
para petani kakao adalah hama penggerek batang yang disebabkan oleh sejenis
serangga yang dalam bahasa latinnya Zeuzera coffeae Nietn dan Glenea spp.
Hama ini dialami hampir semua petani kakao kita, apalagi bila sanitasi lahan
jarang dilakukan dan member peluang untuk hama ini berkembang biak dnegan
baik dan secara perlahan dan pasti akan merusak batang kakao sehingga menjadi
Hama yang sering menyerang kakao antara lain kepik pengisap buah
kakao hampir di seluruh daerah utama penghasil kakao di Indonesia. Hama ini
menyerang buah yang masih muda sampai dengan buah yang sudah masak.
Serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan produksi buah kakao hingga
lebih dari 80% dan relatif sulit dikendalikan (Sulistyowati, 2003). Selain
menurunkan produksi serangan hama ini juga menyebabkan kualitas biji menjadi
70
rendah (Lim, 1992; Anshary, 2003). Pada tahun 2000 dilaporkan bahwa serangan
Tengah pada tahun 1991 kemudian menyebar ke seluruh areal pertanaman kakao
Selain PBK, hama yang sering dijumpai pada pertanaman kakao adalah
Helopeltis spp. Helopeltis spp. merupakan salah satu hama utama kakao yang
menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu H. antonii, H.
theivora dan H. claviver (Jackson, 2001). Stadium yang merusak dari hama ini
adalah nimfa (serangga muda) dan imagonya. Nimfa dan imago menyerang buah
mengeluarkan cairan yang bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan
yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama ini juga menyerang pucuk dan
daun muda.
71
III. METODE PRAKTIKUM
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah kantong
plasik putih (15x35cm), plastik hitam, bambu, gergaji, cangkul, karet gelang, alat
tulis, ember. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman kakao yang
sedang berbuah muda dengan diameter 8cm, gula aren, sersah, air, dan pupuk
kandang.
B. Prosedur Kerja
72
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
ranting yang tidak sesuai arah tajuk, yang terserang patogen dan hama,
tunas muda yang tidak sesuai, serta yang berdaun terlalu rimbun.
patogen kakao dengan seresah daun kakao kering, gula jawa dan sedikit
73
B. Pembahasan
negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu
tanaman pada tingkat yang tidak merugikan. Sifat penerapan PHT adalah dinamik
dan lentur sehingga perlu dilandasi oleh informasi dasar tentang ekosistem
maupun sistem sosial ekonomi dari masing-masing kebun. PHT atau yang dikenal
paradigma yang dinamis, tidak statis, yang selalu menyesuaikan dengan dinamika
ekosistem pertanian dan sistem sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
OPT . Untuk itu petani harus mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai untuk dapat mengelola kebunnya dengan baik yang dapat
diperoleh melalui pelatihan atau pembelajaran di lapangan. Tujuan dari PHT pada
74
tanaman Kakao adalah untuk meminimalisir serangan serangan hama yang dapat
komponen yang paling penting dalam PHT pada Tanaman Kakao adalah
Pengbrongkosan itu sendiri dengan cara memasukkan sisa-sisa daun yang gugur
yang ada dibawah pohon kakao yang dimasukkan kedalam kantung plastik lalu
saya teknik pembrongkosan ini paling penting karena jika dibandingkan dengan
teknik yang lain, cara ini lebih efektif daripada yang lain karena teknik
harus dilakukan agar memperoleh produksi biji kakao yang tinggi dan terus
dan penyakit. Hama utama tanaman kakao, yaitu penggerek buah kakao,
penghisap buah, ulat kilan, ulat api. Sedangkan penyakit utama yang sering
75
1. Penyakit busuk buah (Phytophtora palmivora)
petani memilih strategi pengelolaan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan.
penyakit pada tanaman kakao, mengurangi penggunaan bahan kimia yang tidak
hasil serta kualitas kakao, oleh karena itu dapat meningkatkan pendapatan petani.
1. Perbaikan bahan tanam dari CCI dengan potensi hasil lebih tinggi, tahan
2. Rehabilitasi yang efektif pada tanaman yang sudah ada akan memperbaiki
tanaman kakao.
memperbaiki banyaknya sinar yang masuk dan aliran udara serta merangsang
pertumbuhan.
6. Pengendalian gulma.
76
7. Penggunaan pupuk kandang atau pupuk anorganik untuk memperbaiki nutrisi
kakao.
1. Sanitasi
sampah seperti ranting, cabang dan daun serta bahan lain seperti sisa-sisa kulit
buah hasil panen termasuk juga buah kakao yang terserang hama penyakit yang
pembersihan terhadap gulma atau rumput, biasanya pada tanaman kakao yang
telah menghasilkan atau tajuk tanaman kakao yang sudah besar mampu
Pengendalian hama dan penyakit kakao secara terpadu, tindakan sanitasi sangat
diperlukan (Karmawati,2010).
dipanen. Buah kemudian dibelah, buah busuk, kulit buah, plasenta dan sisa panen
lainnya yang bergejala dimasukkan ke dalam lubang tanah pada hari panen
dilakukan untuk mencegah agar hama PBK yang ada dalam sampah tersebut tidak
berkembang dan keluar menyerang buah di pohon sehingga memutus siklus hama
tersebut.
77
Tindakan sanitasi untuk mengatasi penyakit busuk buah oleh Phytophthora
cm. Pemanenan buah terserang ini minimal dilakukan 4 minggu sekali, idealnya
satu minggu sekali. Selanjutnya panen buah sehat dilakukan setiap 2 minggu akan
Dakwa (1988) dalam Opoku (2007) bahwa membuka buah-buah yang terserang
buah yang sakit yang telah dipanen kemudian dibenam dalam tanah. Tindakan
2. Pemangkasan
tajuk sampai 4m. Pemangkasan yang dilakukan saat praktikum yaitu dengan
memangkas cabang yang arahnya ke atas (vertikal). Hal ini sesuai dengan
dilakukan dengan memotong semua cabang yang arahnya ke atas, yakni di luar
batas 3-4 m. Pada tanaman dewasa yang belum pernah dipangkas, cabang
cabang yang diameternya besar harus dipotong. Alat potong yang sebaiknya
digunakan untuk memangkas adalah gergaji yang tajam. Luka bekas potongan
kemudian ditutup denga obat penutup luka. Untuk tanaman dewasa, perlu
78
lapuk dan pecahnya jorket. Oleh karena itu, cabang cabang kecil yang menutup
dilakukan sejak awal pertumbuhan kakao dan dilakukan dua kali setiap tahunnya,
yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Untuk pemeliharaannya, pemangkasan
harus lebih sering dilakukan, misalnya dua bulan sekali. Pemangkasan dilakukan
mulai dari bagian atas tajuk. Selain bertujuan untuk memudahkan panen dan
kelembaban kebun. Hal ini mengingat PBK sangat menyukai tempat yang gelap
dan lembab. Pangkasan juga dilakukan terhadap pohon penaung dengan tujuan
3. Pemupukan
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyudi (2008) yang menyatakan bahwa
pemupukan dilakukan setelah pemangkasan, yakni dengan jenis, dosis dan waktu
produksi buah. Dengan hasil buah yang banyak, diharapkan akan terjadi
penurunan intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji karena efek pengenceran
menjadi berkurang. Pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk organik dan
79
4. Panen sering
Panen sering pada saat buah masak awal yang diikuti sanitasi bisa menekan
populasi PBK karena pada buah yang masak awal, ulat PBK belum keluar
sehingga ulat yang ada di dalamnya akan mati jika kulit buah dan plasenta
paling banyak dijumpai adalah pada buah yang masak sempurna, yaitu sebesar
55%, sedangkan pada buah hijau sebesar 10% dan pada buah agak menguning
(masak awal) sebesar 35%. Rotasi panen yang dianjurkan adalah selang satu
minggu. Buah yang dipanen dianjurkan untuk segera dipecah pada hari itu juga
untuk mencegah keluarnya ulat dari buah untuk berkepompong. Panen sering
tidak dilakukan pada saat praktikum. Namun, pada saat praktikum dilakukan
5. Penyelubungan buah/Kondomisasi
kantung plastik sudah direkomendasikan sejak tahun 1980. Cara ini bertujuan
untuk menyelamatkan buah dari serangan PBK, yaitu mencegah imago PBK
bertelur pada buah kakao. Penyarungan dilakukan pada saat buah berukuran
panjang sekitar 8 10 cm. Ukuran ini dianggap cukup efektif karena dapat
menyelamatkan 80% buah dari serangan PNK, tetapi teknologi tersebut tidak
diadopsikan kepada petani karena dibutuhkan biaya dan tenaga kerja yang besar
praktikum dengan menggunakan kantung plastik. Untuk buah kakao yang terletak
80
pada bagian atas dan tidak terjangkau untuk dilakukan penyelubungan dilakukan
dengan alat aplikasi kantung plastik sederhana yang terbuat dari bambu.
menggunakan berbagai jenis kantung yang lain, seperti kantung dari kertas non
woven, kertas koran bekas, kertas semen, atau kertas berlapis plastik
(pembungkus nasi). Semua jenis kantung tersebut efektif untuk menekan serangan
PBK, terutama kertas korang bekas yang dapat menekan kehilangan hasil sampai
0%. Selain itu, kantung dari kertas lebih ramah lingkungan dibandingkan kantung
plastik. Kelemahan penggunaan kertas koran bekas adalah mudah rusak bila
terkena air hujan. Oleh karena itu, penggunaannya dianjurkan tidak di daerah yang
bercurah hujan tinggi atau pada saat musim penghujan (Wahyudi, 2008).
6. Pengendalian hayati
dapat dilakukan dengan cara menyediakan sarang yang terbuat dari lipatan daun
kelapa atau daun kakao dan koloni kutu putih yang merupakan sumber makanan
81
Semut hitam memiliki potensi untuk mengendalikan hama utama tanaman
Formicidae dan ordo Hymenoptera. Semut hitam dewasa pekerja berukuran 4-5
(Sastrosiswojo, 1996).
Koloni semut hitam banyak dijumpai di pohon rambutan, sirsak, kelapa, dsb,
dan ciri khas spesies ini adalah apabila istirahat seolah-olah seperti duduk dengan
bagian perut (abdomen) berada menempel pada bagian batang. Semut ini tidak
atau jenis semut lain yang mendiami tempat perkembangbiakannya pasti akan
diusir atau akan saling menyerang sehingga yang bertahan hanya satu jenis semut
saja. Hal ini perlu diperhatikan dalam memapankan semut hitam dalam suatu
ekosistem. Apabila dijumpai jenis semut lain dalam ekosistem tersebut maka
82
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam memapankan semut
a. Apabila terdapat jenis semut lain maka semut tersebut harus dihilangkan
telah diikat atau daun kakao kering yang ditempatkan di dalam kantong
plastik. Juga dapat dibuat menggunakan daun kakao kering yang digulung.
Selain dengan semut hitam pengendalian secara hayati juga dapat dilakukan
dengan cara penyemprotan jamur Beauveria bassiana isolat Bby 725 pada buah
kakao muda dan cabang horizontal terbukti mampu melindungi buah kakao dari
serangan PBK, yakni antara 54-60,5%. Dosis yang digunakan adalah 50 -100
gram spora/ha. Agen hayati ini diberikan sebanyak lima kali, yakni menggunakan
knapsack sprayer dengan volume semprot 250 ml/ph atau 250 l/ha. Selain dapat
serangan PBK sebesar 49,07%. Hal ini bisa menyelamatkan kehilangan hasil
Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, entomopatogen itu sendiri, atau
83
interaksi keduanya. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah sinar ultra violet,
menggunakan alternatif lain dalam pengendalian hama yang tentunya lebih aman
84
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hama yang menyerang tanaman kakao antara lain adalah penggerek buah
kakao, penghisap buah, ulat kilan, ulat api. Sedangkan penyakit utama yang
sering menyerang tanaman kakao adalah busuk buah, kanker batang, VSD,
B. Saran
85