You are on page 1of 12

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama ini kita sering kali tidak menyadari bahwa pada suatu lahan

pertanaman selalu ada hewan yang tinggal secara berdampingan dengan tanaman

yang dibudidayakan. Ada tikus, burung, serangga dan sebagainya. Bila kita amati

kembali, ternyata hewan-hewan tersebut memiliki tujuan dan pengaruh tersendiri

dalam keterlibatannya terhadap tanaman budidaya. Ada hewan yang merusak

tanaman biasa disebut hama, ada hewan yang dapat memangsa hama biasa disebut

predator, ada hewan yang dapat tinggal di dalam tubuh hama biasa disebut parasit.

Petani sering kali kesulitan dalam mengetahui adanya hama di lahan mereka

dan biasanya petani baru menyadari adanya serangan hama setelah tanamannya

rusak, hal ini disebabkan karena sebagian besar hama berukuran mikro (kecil)

seperti serangga. Kalaupun berukuran makro (besar), biasanya hama

menampakkan diri pada saat petani istirahat seperti tikus yang muncul di malam

hari. Namun demikan, bersamaan dengan berkembangnya IPTEK selalu ada cara

untuk mendeteksi keberadaan hama. Salah satu cara yang dapat dipraktekkan

secara mudah dan praktis yaitu dapat dengan mengetahui gejala serangan hama

sedini mungkin. Pada praktikum ini, kita akan mengenal gejala serangan hama

pada tanaman cabai.

Cabai merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia. Cabai merupakan

komoditas tanaman pangan penting sebagai rempah. Penting komoditas ini

menghendaki kita untuk tahu hama apa saja yang ada pada pertanaman cabai.

18
B. Tujuan

1. Untuk mengenal jenis hama utama pada tanaman pangan

2. Untuk mengenal gejala serangan hama utama pada tanaman pangan

3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

19
II. TINJAUAN PUSTAKA

Hama adalah suatu penyebab kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat

dengan pancaindera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang. Hama dapat

merusak tanaman secara langsung maupun tak langsung. Hama yang merusak

tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya pada tanaman yang diserang,

misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara

tidak langsung biasanya melalui penyakit (Tsatsia, 2011).

Hama pada umumnya diartikan sebagai gangguan pada manusia,ternak dan

tanaman. Secara khusus hama di artikan sebagai semua aktivitas hidup hewan

yang dapat merusak,merugikan secara ekonomis sehingga dapat menurunkan hasil

produksi tanaman tersebut. Penyakit adalah gangguan terhadap tumbuhan yang

disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur. Penyakit tidak memakan tanaman

melainkan merusak tanaman dengan mengganggu proses-proses di dalamnya.

Tanaman yang terserang penyakit umumnya memiliki bagian tubuh yang

utuh,tetapi aktivitas hidupnya terganggu sehingga dapat mengalami kematian.

Penyakit juga dapat merugikan secara ekonomis dan menurunkan produksi

terhadap tanaman tersebut. Berikut beberapa hama dan penyakit yang terdapat

pada tanaman jagung. (Mudjiono, 1991).

Hama menjadi masalah karena merusak tanaman dengan cara makan,

bertelur, berkepompong, berlindung, atau bersarang tergantung spesiesnya. Hama

melukai tanaman, menyebabkan kerusakan, mengurangi hasil panen, mengurangi

pendapatan petani, dan akhirnya mengurangi kesejahteraan masyarakat. Salah satu

20
faktor yang menentukan pentingnya suatu hama adalah potensi atau kemampuan

merusak hama tersebut. Salah satu cara merusak ialah dengan mengambil pakan

baik dalam bentuk padat maupun cair menggunakan alat mulutnya. Tanda dan

gejala serangan ini sangat penting dalam pekerjaan monitoring hama, karena tanda

serangan tiap jenis hama khas atau spesifik sehingga keadaan suatu hama pada

suatu saat dapat diketahui dengan pasti dan benar (Wagiman, 2003).

Pengamatan populasi hama secara garis besar dibedakan menjadi tiga bentuk,

yaitu (1) pengamatan populasi mutlak, (2) pengamatan populasi relatif dan (3)

pengamatan indeks populasi. Masing-masing cara tersebut mempunyai kelebihan

dan kelemahan sendiri-sendiri sehingga perlu ditentukan cara mana yang dipilih

untuk memberikan keefektivan yang paling besar (Harjaka dan Sudjono, 2005).

Penggunaan pestisida, di samping pertimbangan lingkungan dan lainnya,

akan tergantung pada persyaratan energi dan rasio masukkan atau keluaran dalam

istilah enrgi dan keuntungan ekonomi. Karena itu srategi yang akan datang dalam

mengembangkan langkah-langkah perlindungan tanaman secar terpadu harus

ditujukan pada pengendalian hama untuk menstabilkan angka hasil (yield) dalam

konteks perkembangan pertanian dan situasi sosio ekonomi. Menurut Untung

(1993), pengendalian kimiawi adalah penggunaan pestisida untuk mengendalikan

hama agar hama tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang diusahakan.

Pestisida mungkin merupakan bahan kimiawi yang dalam sejarah umat manusia

telah memberikan banyak jasanya baik dalam bidang pertanian, kesehatan,

pemungkinan dan kesejahteraan masyarakat.

21
Tanaman cabai adalah tanaman yang sering terserang hama. Serangan OPT

merupakan faktor penghambat dan menyebabkan kehilangan hasil serta kerugian

ekonomi, sehingga perlu diatasi dengan program dan kebijakan yang

komprehensif.

22
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan yaitu pertanaman cabai, spidol dan kertas

manila.

B. Prosedur Kerja

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok sesuai dengan pembagian dalam setiap

rombongan

2. Bahan dan alat dipersiapkan

3. Mahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati komponen

agroekosistem, yang meliputi agroekosistem tanaman pangan

4. Gejala serangan dan perkiraan nama penyakit dan patogen penyebabnya

dicatat

5. Intensitas serangannya diprediksikan

6. Bagain tanaman yang terserang dibawa di laboratorium sebagai koleksi

7. Hasil pengamatan dituliskan pada kertas manila, meliputi gambar keadaan

umum agroekosistem, data hasil pengamatan, serangga netral, pembahasan,

simpulan dan rencana tindak lanjut

8. Hasil pengamatan dipresentasikan

23
IV. HASIL PRAKTIKUM

A. Hasil

Gambar 2.1 Analisis Agroekosistem Kondisi Hama

24
B. Pembahasan

Hama yang menyerang tanaman Cabai di Desa Tambak Sogra, Sumbang

antara lain yaitu Belalang (Valanga nigricornis). Belalang ini menyerang dengan

kategori ringan dari pinggir daun ketenggah daun. Taksonominya antara lain :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Orthoptera

Family : Pyrgomorphidae

Genus : Atractomorpha

Species : Atractomorpha crenulata (Balitbang, 2014)

Habitatnya kebanyakan terdapat pada daerah perkebunan tanaman pangan.

Belalang ini memiliki tubuh yang terdiri atas caput, toraks dan abdomen, pada

bagian toraks terdiri atas satu pasang mata majemuk, satu pasang antenna, dan

satu pasang alat-alat mulut, seluruh bagian tubuhnya berwarna hijau. Kumpulan

organ-organ tersebut berguna untuk mengunyah makanan, indera persepsi,

koordinasi aktivitas tubuh dan menjaga pusat-pusat koordinasi tubuh. Pada kepala

berbentuk lancip terdapat seta dan sepasang antenna yang berfungsi sebagai alat

indera untuk mencium, petunjuk jalan, pendengaran, dan indera lainnya. Sepasang

mata majemuk adalah penerima cahaya utama (photoreceptor) yang berfungsi

untuk melihat dari segala arah. Masing-masing cahaya terdiri dari penerima

tunggal yang disebut ommatidia. Dada terdiri atas tiga segmen, yaitu protoraks,

mesotoraks, dan metatoraks. Satu pasang springkel yang terbukake system

25
pernapasan terdapat diantara protoraks dan metatoraks dan satupasang antara

masotoraks dan metatoraks. Dua segmen toraks, yaitu mesotoraks dan metatoraks,

masing-masing dapat memiliki satu pasang sayap yang berfungsi untuk terbang

atau proteksi diri. Tipe mulut berupa tipe mengunyah, merupakan tipe mulut yang

sederhana. Pada bagian ujung dari struktur mandible memiliki lapisan sklerotin

yang tebal dan bagian pinggiran untuk memotong. Sementara bagian dasar adalah

untuk menggiling atau mengunyah. Pada bagian abdomen terdiri atas 9 segmen.

Delapan segmen depan dari abdomen biasanya memiliki satu pasang springkel.

Pada bagian tubuh ini terdapat alat-alat vital bagi serangga yaitu jantung, isi perut

dan organ-organ untuk reproduksi berupa genitalia jantan dan alat-alat peletak

untuk serangga betina.

Belalang ini mengalami metamorphosis tidak sempurna yaitu

perkembangbiakan telur menjadi larva kemudian tumbuh menjadi dewasa.

Belalang mempunyai habitat didaerah perkebunan atau pesawahan karena

merupakan belalang yang menjadi hama pemakan hasil perkebunan seperti

bayam, ubi jalar, jagung, dan tanaman lainnya. Belalang ini mempunyai

kemampuan polimorfisme warna tubuhnya mampu berubah dari hijau menjadi

coklat jika suhu lingkungannya semakin tinggi terutama pada musim kemarau

panjang.

Gejala yang kami amati berupa daun yang rusak pada pinggirannya terdapat

bekas gigitan dan bahkan ada yang hanya tertinggal tulang daunnnya saja namun

tidak banyak. Untuk intensitas serang yang telah dihitung masuk dalam kategori

rendah (0-20%). Gejala yang ada seperti dengan literatur tersebut diatas. Belalng

26
memiliki tipe mulut penggigit pengunyah. Ini menandadan gejala yang tertinggal

pada tanaman adalah bekas gigitan dari belalang.

Selain belalng ada hama Kutu daun (Aphid sp.). Klasifikasi dari kutu daun

sendiri ialah sebagai berikut :

Kingdom: Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Hemiptera

Famili : Aphididae

Genus : Myzus, Aphis, Toxoptera

Spesies : Myzus persicae, Aphis gossypii, Toxoptera, aurantii, Toxoptera

citricidus (Chanthy, 2010).

Serangan berat biasanya terjadi pada musim kemarau. Bagian tanaman yang

diserang oleh nimfa dan imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun

yang diserang akan mengkerut, mengeriting dan melingkar, menyebabkan

pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Hama ini juga

mengeluarkan cairan manis seperti madu, yang biasanya disebut dengan embun

madu. Embun madu menarik datangnya semut dan cendawan jelaga. Adanya

cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas buah. Aphid juga dapat berperan

sebagai vektor virus (50 jenis virus) seperti, Papaya Ringspot Virus, Watermelon

Mosaic Virus, Cucumber MosaicVirus (CMV). Penyebaran hama ini sangat luas,

meliputi daerah beriklim tropis dan sedang kecuali Canada bagian utara dan Asia

bagian utara. Kisaran inang dari hama ini cukup luas, seperti tanaman dari family

27
Fabaceaae (Legumes, Lucerne), Solanaceae, Cucurbitaceae dan asteraceae. Kutu

daun menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada beberapa tanaman sayuran,

seperti asparagus, cabai, terong dan okra. Selain tanaman sayuran, kutu daun juga

menyebabkan kerusakan yang cukup parah pada jeruk, kapas dan melon.

Pengendalian dapat dilakukan dengan menginfestasikan musuh alami seperti,

parasitoid Aphelinus gossypi (Timberlake), Lysiphlebus testaceipes (Cresson),

predator Coccinella transversalis atau cendawan entomopatogen Neozygites

fresenii (Balitbang, 2014).

Serangan Kutu aphid pada daun cabai, bergerombol di bagian bawah daun

dan tangkai bunga. Pada bagian mulutnya memiliki tindik penghisap. Mereka

menyerang daun cabai (dan banyak tanaman budidaya lainnya) dengan cara

menghisap cairan dalam daun, terutama pada daun muda dan pucuk. Mereka juga

menyerang jaringan batang tanaman yang lunak, dan menghisap nutrisi di

dalamnya. Kutu daun ini mengeluarkan zat sekresi lengket, berbau manis, yang

mengundang ketertarikan semut-semut. Oleh karena itu jika tanaman cabai

dikerubungi semut (terutama di bagian pucuknya), itu bisa jadi pertanda kalau

tanaman teserang hama kutu daun. Dalam usahanya semut pada tanaman cabai

tidak memiliki peran sebagai musuh alami, melainkan sebagai vector. Namun,

para petani disatu sisi juga merasa diuntungkan dengan hadirnya semut di

tanamannya. Semut menjadi indicator alami bagi petani untuk mengetahui

keberadaan kutu daun tersebut pada tanaman mereka. Petani tidak perlu repot

repot mengecek satu persatu tanamannya (Tarno, 2003)

28
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jenis hama pada tanaman pangan yang ditemukan dipertanaman cabai yang

kami amati yaitu belalang (Valanga nigricornis) dan Kutu daun (Aphid sp).

2. Gejala serangan hama hama tersebut namapak pada daun berupa

mengeriting, bekas gigitan, populasi semut pada tanaman.

3. Analisis yang dilakukan yaitu dengan mengamati gejalanya dilapangan dan

didokumentasikan. Setelah itu dipresentasikan.

B. Saran

Sebaiknya dalam pengamatan lebih intensif serta ada pemantauan dari

asisten sehingga lebih banyak lagi hama yang ditemukan agar dapat mengetahui

hama yang menyerang tanaman cabai.

29

You might also like