You are on page 1of 13

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agroekosistem pertanian sering mengalami penurunan produktivitas dan

bahkan kegagalan panen. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kejelian petani

dalam melakukan budidaya pertanian. Petani sering kali kesulitan dalam

mengetahui adanya hama maupun patogen di lahan mereka dan biasanya petani

baru menyadari adanya serangan hama maupun patogen setelah tanamannya

rusak, hal ini disebabkan karena sebagian besar hama dan patogen berukuran

mikro (kecil) seperti serangga bahkan lebih kecil lagi. Namun demikan,

bersamaan dengan berkembangnya IPTEK selalu ada cara untuk mendeteksi

keberadaan hama. Salah satu cara yang dapat dipraktekkan secara mudah dan

praktis yaitu dapat dengan mengetahui gejala serangan hama sedini mungkin.

Serangan patogen pada umumnya dapat dapat disebabkan oleh jamur, virus,

ataupun bakteri. Ukuran dari patogen jauh lebih kecil dibandingkan dengan hama,

maka dari itu patogen sangat susah dilihat secara kasat mata. Untuk membantu

melihat patogen harus dengan menggunakan mikroskop.

Gejala serangan hama berbeda dengan gejala serangan patogen. Serangan

hama umumnya memperlihatkan bekas gigitan ataupun belatung yang keluar dari

buah. Sementara gejala serangan patogen biasanya berhubungan dengan proses

fisiologis dari tanaman yang terjangkit patogen, semisal layu. Patogen juga sama

seperti hama dapat membunuh tanaman, tetapi hama membunuh dengan cepat

sementara patogen membunuh secara perlahan. Sebagai tindakan preventif dan

33
kuratif perlua adanya analisis agroekosistem untuk pengambilan keputusan

tindakan tersebut.

B. Tujuan

1. Untuk mengenal patogen utama pada tanaman pangan

2. Untuk mengenal gejala serangan patogen utama pada tanaman pangan di

lapangan

3. Untuk membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

34
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan

batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman cabai bisa mencapai 120

cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Surahmat, 2011). Daun cabai pada

umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya.

Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai pertulangan daun

menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung

meruncing, tergantung pada jenis dan varietasnya (Rubatzky, 1998).

Beberapa syarat tumbuh tanaman cabai merah diantaranya adalah keadaan

iklim, suhu dan keadaan tanah, uraian ketiganya adalah sebagai berikut:

1. Keadaan Iklim

Tanaman Cabai dapat tumbuh dengan baik di daerah yang mempunyai

kelembaban udara yang tinggi sampai sedang. Kelembaban udara terlalu

rendah akan mengurangi produksi cabai. Suhu rata-rata yang baik untuk

pertumbuhan dan perkembangan cabai antara 18-300C. Suhu udara yang terlalu

rendah atau terlalu tinggi akan menyebabkan turunnya produksi cabai. Angin

yang bertiup cukup keras juga akan merusak tanaman cabai, tiupan angin

kencang mematahkan ranting, menggugurkan bunga dan buah, bahkan dapat

merobohkan tanaman. Penguapan yang tinggi dapat menyebabkan produksi

cabai menurun. Untuk mengurangi faktor penguapan, tanaman cabai harus

disiram dua atau tiga hari sekali (Ripangi, 2012).

35
2. Suhu Udara

Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai

berkisar antara 210C 280C. Suhu harian yang terlalu terik, yakni di atas 320C

menyebabkan tepung sari tanaman cabai tidak berfungsi untuk melakukan

pembuahan. Selain itu juga suhu harian yang terik dapat menyebabkan bunga

dan buahnya terbakar. Suhu tanah pun juga berpengaruh terhadap penyerapan

unsur hara terutama N dan P. Apabila pada waktu berbunga suhu turun di

bawah 150C, maka pembuahan dan pembijiannya terganggu. Pada suhu ini,

unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan buah sukar diserap oleh tanaman

cabai sehingga terjadi buah tanpa biji atau partenokarpi. Suhu udara yang

rendah, menyebabkan banyak cendawan penyakit daun menyerang tanaman

cabai teutama apabila disertai dengan kelembaban tinggi. Tanaman cabai

dapat beradaptasi dengan cuaca panas, tetapi tidak dapat menghasilkan buah

yang baik ketika suhu tertinggi pada malam hari mencapai 240C. Pada

umumnya cabai dapat tmbuh dengan baik pada suhu 20-300C. Waktu tanam

yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret April).

Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang

sehat serta hama dan penyakit (Pracaya, 1993).

3. Tanah

Secara umum cabai menyukai tanah yang gembur dan banyak unsur hara.

Semua jenis tanah di Indonesia relatif bisa dipakai untuk bertanam cabai. Jenis

tanah yang paling cocok bagi tanaman cabai adalah jenis tanah lempung

berpasir atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan

36
banyak mengandung unsur hara, solum tanah dalam, gembur, dan tidak

berpadas. Jenis tanah gambut (tanah yang berasal dari sisa tumbuhan yang

telah, sedang, atau belum melapuk), juga tanah rawa dan pasang surut tidak

bisa digunakan sebagai lahan tanam karena mempunyai derajat keasaman tanah

(pH) yang terlau tinggi.Tanah asam tidak cocok untuk tanaman karena unsur

aluminium dan besi meningkat sedangkan unsur kalsium, fosfat, dan

magnesium justru merosot. Dalam keadaan tersebut, tanaman bisa keracunan

aluminum dan besi. Selain itupada tanah yang mempunyai derajat keasaman

terlalu tinggi (diatas 7,0) tidak semua unsur dari pupuk bisa terserap oleh akar.

Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk tanaman cabai adalah sesuai

adalah sesuai dengan tanaman pada umumnya (pH netral) yaitu antara 6,0-7,0,

dimana pH ideal berada pada angka 6,5, (Priyadi, 2011).

37
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan meliputi tanaman cabai, kantong plastik,

gunting, kertas plano dan ATK.

B. Prosedur Kerja

1. Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan pengamatan gejala serangan

patogen di lapang sesuai pembagian kelompok kerjanya

2. Gejala serangan dicatat dan nama penyakit beserta patogen penyebab

penyakitnya yang ditemukan di lapang ditentukan

3. Intensitas serangan diprediksi

4. Bagian tanaman yang diamati dibawa ke laboratorium sebagai koleksi

5. Hasil analisis agroekosistem ditulis pada kertas plano, yang meliputi gambar

keadaan umum agroekosistem, data hasil pengamatan, serangga netral,

pembahasan, simpulan, rencana tindak lanjut.

38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1 Analisis Agroekosistem Kondisi Penyakkit

39
B. Pembahasan

Analisis Agroekosistem pada pertanaman cabai yang kami amati

mendapatkan gejala serangan penyakit Antraknosa dan Bercak daun. Berikut

penjelasannya. Penyakit antraknosa termasuk salah satu jenis penyakit penting

yang menyerang tanaman cabe karena bisa menghancurkan panen hingga 20 - 90

% terutama pada saat musim hujan. Gejala yang dapat dikenali akibat serangan

cendawan ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna

kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning,

membesar dan memanjang. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan

berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah

kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut

ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering

warna cokelat kehitam-hitaman. Cendawan penyebab penyakit antraknosa atau

patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi

yaitu bila lebih dari 80 % rH dengan suhu 32 C.

Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh Cendawan

Colletotrichum capsici. Penyakit antraknosa atau patek ini merupakan momok

bagi para petani cabai karena bisa menghancurkan panen hingga 20-100 %

terutama pada saat musim hujan, cendawan penyebab penyakit antraknosa atau

patek ini berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi

yaitu bila lebih dari 80 rH dengan suhu 32 derajat selsius biasanya gejala serangan

penyakit antraknosa atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna kuning-

coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang

40
ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan

berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah

kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut

ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering

warna cokelat kehitam-hitaman.

Penyakit antraknosa menimbulkan gejala busuk pada buah yang dicirikan

oleh adanya bercak coklat kehitaman pada permukaan buah yang selanjutnya

meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-

titik hitam yang terdiri dari sekelompok seta dan konidium cendawan. Serangan

yang berat dapat menyebabkan buah mengering dan keriput sehingga buah yang

seharusnya berwarna merah menjadi seperti jerami (Semangun, 2000).

Intensitas serangan penyakit antraknosa (Colectrichum capsici) dengan total

sampel yang diamati 20 tanaman dari jumlah keseluruh tanaman yaitu 231

tanaman :

kategori 0 =2

Kategori 1 (1-25%) =0

Kategori 2 (26-50%) = 0

Kategori 3 (51-75%) = 3

Kategori 4 (76-100%) = 15

I = x 100 %

(20)+(01)+(02)+(13)+(154)
I= x 100%
20 4

0+0+0+3+60
= x 100%
80

41
63
= 80x100%

= 77,5%

Pada intensitas ini tergolong berat sekali. Pengendaliannya dapat dilakukan

dengan penggunaan fungisida berbahan aktif Mankozeb, sanitasi lahan dan

pemangkasan serta pembakaran. Petani melakukan tindak lanjut dengan

membenam dan membakar bagian tanaman yang terserang penyakit ini. Dalam

hal ini sebenarnya pembenanamn bagian yang sakit dapat berdampak buruk,

karena cendawan ini dapat menyerang lewat sistem perakaran tanaman cabai.

Pembakaran adalah cara yang paling tepat untuk mengatasi bagian tanaman yang

sudah kehilangan hasil. Selain antraknosa pada tanaman cabai yang diamati ada

bercak daun.

Bercak daun akibat Cercospora capsici dikategorikan sebagai berat.

penyakit ini menurut Agrios (1996) menimbulkan kerusakan pada daun, batang

dan akar. Gejala serangan penyakit ini mulai terlihat dari munculnya bercak bulat

berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran bercak bisa mencapai sekitar 1 inci.

Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak

yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang. Bercak daun mampu menimbulkan

kerugian ekonomi yang besar pada budidaya cabai, daun yang terserang akan layu

dan rontok. Penyakit bercak daun ini dapat menyerang tanaman muda di

persemaian, dan cenderung lebih banyak menyerang tanaman tua. Serangan berat

meyebabkan tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini akan

mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan buah. Kondisi lingkungan

yang selalu hujan mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit bercak

42
daun. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase baik,

penyakit layu kurang berkembang.

Intensitas Bercak daun (Cercospora capsici) dengan total sampel yang

diamati dari 20 tanaman dengan jumlah seluruh tanaman yaitu 231 tanaman:

kategori 0 =2

Kategori 1 (1-25%) =1

Kategori 2 (26-50%) = 7

Kategori 3 (51-75%) = 10

Kategori 4 (76-100%) = 0

I = x 100 %

(20)+(11)+(72)+(103)+(04)
I = x 100%
20 4

0+1+14+30+0
= x 100%
80

45
= 80x100%

= 56,25%

Pada intensitas ini tergolong berat. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan

sanitasi lahan, pemangkasan daun yang terserang dan penggunaan fungisisda

berbahan aktif Benomyl. Kondisi lahan yang cukup bersih pengendalian lanjutan

yang dapat diterapkan adalah dengan Sanitasi dengan cara memusnahkan dan atau

sisa-sisa tanaman yang terinfeksi/terserang, menurut (FAO 2004), menanam bibit

yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi oleh patogen, baik

dipersemaian maupun di lapangan, Perlakuan benih sebelum tanam, Perbaikan

drainase, Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan irigasi yang

43
baik dan pergiliran tanaman dengan tanaman non solanaceae dan Pengendalian

kimia dapat dilakukan dengan fungisida secara bijaksana, efektif, terdaftar dan

diijinkan oleh Menteri Pertanian, berpedoman pada peramalan cuaca dan populasi

spora di lapangan

44
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyakit pada cabai yang diamati ialah Antraknosa oleh Collectrotichum

capsici dan Bercak daun oleh Cercospora capsici.

2. Gejala visual yang menunjukkan ciri khas serangan Collectrotichum

capsici yaitu bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair,

berwarna hitam, orange dan coklat.. Sedangkan Cercospora capsici

munculnya bercak bulat berwarna coklat pada daun dan kering, ukuran

bercak bisa mencapai sekitar 1 inci. Pusat bercak berwarna pucat sampai

putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan

lubang-lubang.

B. Saran

Dalam melakukan pengamatan terhadap penyakit pada tanaman ubi jalar

sebaiknya dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi dan adanya panduan

dari asisten supaya penyakit yang terlihat semakin banyak.

45

You might also like