You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DAN KIMIA TANAH

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Disusun Oleh:
Berlian Putri
NIM A1C015041

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemaham fungsi tanah sebagai media tumbuh dimulai sejak peradaban

manusia mulai beralih dari manusia pengumpul pangan yang tidak menetap

menjadi manusia pemukin yang mulai melakukan pemindahtanaman

pangan/nonpangan ke areal dekat mereka tinggal. Pada mulanya, tanah dipandang

sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dai bebatuan yang telah mengalami

serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit. Dalam

pertanian tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman

darat. Dengan meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah maka ilmu tanah

menjadi ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajari dengan baik

perlu mengelompokan lebih lanjut kedalam bidang-bidang yang lebih khusus.

Tanah memiliki sifat sifat yang berbeda seriap daerah karena adanya perbedaan

faktor dalam pembentukan tanah seperti iklim yang berbeda antara daerah tropis

dan subtropis. Bahkan dalam lapisannyapun terdapat perbedaan struktur. Tanah

juga memiliki berbagai macam jenis.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu
2. Mengambil contoh tanah biasa atau tanah terganggu untuk analisis kimia dan

kesetabilan agregat tanah (agregat stability).


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak

dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan

makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat

panjang, yang dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik

kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting didalam program

uji tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis

kimia dari contoh tanah diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan

status hara tanah dan dapat digunkan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan

kapur secara efisien, rasional, dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak

berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan

rekomendasinya dan tidak cara benar (Hakim,1986)

Contoh tanah untuk diuji tanah sebaiknya merupakan contoh tanah komposit

yaitu contoh tanah campuran dari contoh-contoh tanah komposit yaitucontoh

tanah campuran dari contoh tanah individu. Contoh tanah komposit harus

mewakilkan bentuk lahan yang akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan

pertanian. Contoh tanah individu diambil dari lapisan olah atau lapisan perakaran.

Satu contoh komposit mewakili hamparan yang homogen 10-15 ha. Areal yang

akan diambil contohnya diamati dahulu keadaan topografi, tekstur, warna tanah,

pertumbuhan tanaman, input (pupuk, kapur, bahan organik, dan sebagainya), dan

renana dapat diamparan yang sama (Hardjowigeno, 1987).


Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum

tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan

tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan sebaiknya pada kondisi kapasitas

lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk

pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil

pada kondisi lahan basah (Hanafiah, 2004).

Dengan demikian pengambilan contoh tanah yang diambil di lapangan

haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal

atau luasan tertentu. Penyebab utama dari contoh tanah tidak represetatif adalah

kontaminasi, jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit untuk daerah yang

variabilitas kesuburannya tinggi (Poerwowidodo, 1991).

Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganggu dan agregat utuh.

Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur

tanah) dan kandungan bahan organik tanah, sedangkan agregat utuh digunakan

untuk analisis kemantapan agregat tanah (Foth, 1986).


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Tanah
2. Penggaris
3. Kantong plastik
4. Pisau
5. Tanah
6. Ring sampel
7. Cangkul
8. Kertas label
9. Spidol

B. Prosedur Kerja

1. Menggali tabung menggunakan sekop. Dalam menggali ujung sekop harus

lebih dalam dari ujung tabung agar tanah yang berada dibawahnya ikut

terangkat.

a. Menggiris kelebihan tanah bagian atas dengan hati hati hingga permukaan

tanag sama dengan permukaan tabung, kenudian tutup tabung dengan

penutupnya. Setelah itu, potong kelebihan tanah bagian bawah dengan cara

yang sama dan tutuplah tabung.

b. Mencantumkan label diatas tutup tabung bagian atas yang berisi informasi

kedalaman, tanggal dan lokasi penggambilan contoh tanah.

2. Pengambilan contoh tanah terganggu.

a. Membersihkan lapisan tanah yang akan diambil dari rerumputan dan

sampah.

b. Menggali tanah sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.


c. Menggambil bongkahan tanah yang agregatnya masih utuh dengan hati

hati kemudian memasukkan kedalam kantong plastic yang sudah

disediakan.

d. Mencamtumkan label diatas tutup tabung bagian atas yang berisi informasi

kedalaman, tanggal dan pengambilan contoh tanah.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Pengambilan contoh tanah utuh


Jari-jari Tinggi Volume Berat Berat ring +
Ring
(cm) (cm) (cm3) ring (gr) tanah (gr)
1 2,25 5,1 81,07 48,48 148,9
2 2,25 5,2 82,66 51,19 160,03
3 2,25 5,3 88,04 49,92 157,97
4 2,25 5 79,48 48,56 146,92
5 2,25 5 79,48 33,35 144,64
6 2,25 5 79,48 51,33 161,35
7 2,25 5,2 82,66 48,48 145,33
8 2,25 5 83,05 62,2 169,28

Tabel 2. Pengambilan Contoh tanah terganggu


Sample
Pengamatan
Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3
Kedalaman 44 cm 71 cm 80 cm
Warna Cokelat tua Cokelat Kehitaman Cokelat Terang
Struktur Debu Berpasir Berpasir Sangat Berpasir
Kekasaran Agar Keras Keras Sangat Keras
Kerikil Agak Berkerikil Berkerikil Banyak Kerikil
Perakaran Berakar Sedikit Berakar Tidak Berakar

B. Pembahasan

Tanah merupakan hasil teranformasi zat-zat mineral dan organik di muka

dataran bumi. Tanah terbentuk dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang

berkerja dalam masa yang sangat panjang. Tanah mempunyai organisasi dan

morfologi. Tanag merupakan media bagi tumbuhan tingkat tinggi dan pangkalan

hidup pbagi hewan dan manusia. Tanah merupakan sistem ruang-waktu, bermata

empat (Sutanto, 2005).


Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak

dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan

makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat

panjang, yang dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik

kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).

Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun

dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air

dan udara, dan merupakan media untuk tumbuh tanaman. Tanah berasal dari

pelapukan batuan yang bercampur dengan sisa bahan organik dan mineral

vegetasi serta hewan yang hidup di atas atau di dalamnya (Hardjowigeno, 2003).

Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang

berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan

yang bekerja selama waktu yang sangat panjang, dan mewujud sebagai suatu

tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan (Schroeder,1984). Tanah

adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara satu dengan

yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-rongga diantara

bagian-bagian tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994)

Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran

partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut:

a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya lebih

besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm sampai 250 mm,

fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).


b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150

mm.

c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,

yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm sampai bahan

halus yang berukuran < 1 mm.

d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai

0,0074 mm.

e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari

0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang

kohesif.

f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran lebih

kecil dari 0,001 mm.

Menurut (Soepraptohardjo, 1976) Indonesia adalah negara kepulauan

dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini

adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia:

1. Tanah Humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun

dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.


2. Tanah Pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang

terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar

dan berkerikil
3. Tanah Aluvial / Endapan adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang

mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan

cocok untuk lahan pertanian.


4. Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan

dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.


5. Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan

gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah

vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.


6. Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan

unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air

hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.


7. Tanah mediteran adalah tanah yang sifatnya tidak subur yang terbentuk dari

pelapukan batuan kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan

Jawa Timur.
8. Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam

yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Seperti di rawa

Kalimantan, Papua dan Sumatera.

Semua macam tanah secara umum terdiri dari tiga bahan, yaitu butiran

tanahnya sendiri, serta air dan udara yang terdapat dalam ruangan antara butir -

butir tersebut. Ruangan ini disebut pori (voids). Apabila tanah sudah benar - benar

kering maka tidak akan ada air sama sekali dalam porinya, keadaan semacam ini

jarang ditemukan pada tanah yang masih dalam keadaan asli. Air hanya dapat

dihilangkan sama sekali dari tanah apabila kita ambil tindakan khusus untuk

maksud itu, misalnya dengan memanaskan di dalam oven (Wesley, L.D. 1977).

Berikut cara atau langkah pengambilan contoh tanah terganggu dan utuh

menurut buku panduan praktikum :


1. Menggali tabung menggunakan sekop. Dalam menggali ujung sekop harus

lebih dalam dari ujung tabung agar tanah yang berada dibawahnya ikut

terangkat.
2. Menggiris kelebihan tanah bagian atas dengan hati hati hingga permukaan

tanag sama dengan permukaan tabung, kenudian tutup tabung dengan

penutupnya. Setelah itu, potong kelebihan tanah bagian bawah dengan cara

yang sama dan tutuplah tabung.


3. Mencantumkan label diatas tutup tabung bagian atas yang berisi informasi

kedalaman, tanggal dan lokasi penggambilan contoh tanah.


4. Pengambilan contoh tanah terganggu.
5. Membersihkan lapisan tanah yang akan diambil dari rerumputan dan sampah.
6. Menggali tanah sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.
7. Menggambil bongkahan tanah yang agregatnya masih utuh dengan hati hati

kemudian memasukkan kedalam kantong plastic yang sudah disediakan.


8. Mencamtumkan label diatas tutup tabung bagian atas yang berisi informasi

kedalaman, tanggal dan pengambilan contoh tanah.

Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam pengambilan contoh

tanah untuk penetapan sifat fisik tanah adalah sebagai berikut:

1. Penetapan di laboratorium dibandingkan metode lapangan

Penetapan di laboratorium sangat banyak keuntungannya dibandingkan

dengan pengukuran di lapangan. Di laboratorium, semua fasilitas pendukung

seperti, listrik, gas, dan air tersedia, serta suhu mudah dikontrol. Perlengkapan

baku, seperti timbangan, dan oven lebih siap daripada di lapangan. Perlengkapan

yang mahal dan canggih sering tidak digunakan di lapangan, karena pertimbangan

cuaca, pencurian dan vandalisme, serta kerusakan alat akibat goncangan ketika

diangkut. Selain itu, penetapan di laboratorium dapat menghemat waktu bekerja,

contoh tanah dikumpulkan dari banyak lokasi yang berbeda, dan ditetapkan secara
berurutan. Dibalik keunggulan tersebut, tidak semua sifat tanah dapat ditetapkan

di laboratorium. Di dalam suatu penelitian neraca air, misalnya, kadar air dan

potensi air tanah lebih baik dilakukan di lapangan karena intensitas pengamatan

yang tinggi.

2. Kesalahan, keragaman, dan ketepatan

Para peneliti dihadapkan dengandata yang diperoleh dari hasil penelitiannya,

apakah terjadi penyimpangan atau seberapa besar ketepatan analisisnya, dan

bagaimana keragaman datanya. Untuk Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah yang

dibutuhkan dalam memperoleh keakuratan pada tingkat peluang tertentu

(Hanafiah, 2004).

Hasil dari praktikum kali ini sudah terangkum dalam tabel berikut :

Tabel 3. Pengambilan contoh tanah utuh

Ring Jari-jari (cm) Tinggi (cm) Volume (cm3) Berat tanah (gr)

1 2,25 5,1 81,07 100,42


2 2,25 5,2 82,66 108,84
3 2,25 5,3 88,04 108,05
4 2,25 5 79,48 98,36
5 2,25 5 79,48 111,29
6 2,25 5 79,48 110,02
7 2,25 5,2 82,66 96,85
8 2,25 5 83,05 107,08

Tabel 4. Pengambilan Contoh tanah terganggu


Sample
Pengamatan
Lapisan 1 Lapisan 2 Lapisan 3
Kedalaman 44 cm 71 cm 80 cm
Warna Cokelat tua Cokelat Kehitaman Cokelat Terang
Struktur Debu Berpasir Berpasir Sangat Berpasir
Kekasaran Agar Keras Keras Sangat Keras
Kerikil Agak Berkerikil Berkerikil Banyak Kerikil
Perakaran Berakar Sedikit Berakar Tidak Berakar

Hasil tersebut menyatakan bahwa dari 8 ring pada pengambilan contoh

tanah utuh walau volume ringnya tidak jauh berbeda tetapi berat tanahnya kurang

seragam, hal ini dapat disimpulkan bahwa kandungan tanah tidak hanya benda

padatan saja, yaitu terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan

cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan

udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti

perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu

udara, angin, dan sinar matahari. Sedangkan untuk pengambilan contoh tanah

terganggu dari tabel 4 dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin dalam lapisan

maka warna semakin pudar atau terang, struktur semakin berpasir, kekasaran

semakin keras, jumlah kerikil semakin banyak, dan perakaran semakin berkurang

Kendala dari praktikum kali ini yaitu kurang tepatnya pengambilan tanah

dikarenakan kurang bersahabatnya cuaca, sebaiknya asisten bisa memprediksi

sehingga langsung adanya solusi untuk kendala seperti itu.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Cara pengambilan contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu :


a. Menggali tabung menggunakan sekop. Dalam menggali ujung sekop

harus lebih dalam dari ujung tabung agar tanah yang berada dibawahnya

ikut terangkat., pertama iris kelebihan tanah bagian atas dengan hati

hati hingga permukaan tanag sama dengan permukaan tabung, kenudian

tutup tabung dengan penutupnya. Setelah itu, potong kelebihan tanah

bagian bawah dengan cara yang sama dan tutuplah tabung. Kemudian

mencantumkan label diatas tutup tabung bagian atas yang berisi

informasi kedalaman, tanggal dan lokasi penggambilan contoh tanah.


b. Pengambilan contoh tanah terganggu. Pertama membersihkan lapisan

tanah yang akan diambil dari rerumputan dan sampah. Lalu, menggali

tanah sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.selanjutnya,

menggambil bongkahan tanah yang agregatnya masih utuh dengan hati

hati kemudian memasukkan kedalam kantong plastic yang sudah

disediakan.terakhir , mencamtumkan label diatas tutup tabung bagian

atas yang berisi informasi kedalaman, tanggal dan pengambilan contoh

tanah.
2. Pengambilan contoh tanah terganggu dari tabel 4 dapat ditarik kesimpulan

bahwa semakin dalam lapisan maka warna semakin pudar atau terang,

struktur semakin berpasir, kekasaran semakin keras, jumlah kerikil semakin

banyak, dan perakaran semakin berkurang.

B. Saran
Pada praktikum kali ini kurang tepatnya pengambilan tanah dikarenakan

kurang bersahabatnya cuaca, sebaiknya asisten bisa memprediksi sehingga

langsung adanya solusi untuk kendala seperti itu.


DAFTAR PUSTAKA

Bowles, Joseph. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta.

Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University.


Yogyakarta.

Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar


Lampung.

Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Hardjowigeno. Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta

Schroeder.D. 1984. Soil Facts and concepts (translated from Germen). PA.
Gething International Potash Institute, Bern.

Soepraptohardjo, M. 1961. Jenis-jenis Tanah di Indonesia. Bahan kuliah


Pendidikan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan Survey Terpadu,
UGMBakosurtanal

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan.


Yogyakarta; Kanisius

Verhoef, PNW. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. Erlangga. Jakarta.

Wesley, L.D. 1977. Mekanika Tanah. Jakarta, Badan Penerbit Pekerjaan Umum

Winarso. 2005. Pengertian dan Sifak Kimia Tanah. Yogyakarta; GAJAH MADA
UNIVERSITY PRESS

You might also like