You are on page 1of 3

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

physalin
Physalis Stress oksidatif
Antioksidan Sodium selenite
minima L.
luteolin

Reactive species oxygen (ROS)

Deaktivasi sistem Pembentukan Kerusakan asam Peroksidase lemak


enzim sulfhydryl- jembatan deoksiribonukleat
dependent disulfida antar (ADN)
molekul

Hilangnya Produk Produk


asam lemak peroksidase peroksidase
tak jenuh primer sekunder
Agregasi protein

Gas
Malondialdehide
karbonil
(MDA)

Kerusakan membran sel

Kekeruhan lensa Keterangan :

Menghambat/Menurunkan

Katarak Perlakuan
Stress oksidatif akan menyebabkan spesies oksigen yang sangat reaktif (reactive
oxygen species / ROS) (Ates, 2004). Spesies oksigen reaktif yang terbentuk diantaranya
adalah radikal superoksid (O2-), radikal hidroksil (OH-), dan hidrogen peroksida (H2O2) yang
menyebabkan deaktivasi sistem enzim sulfhydril-dependent, agregasi protein dengan
membentuk jembatan disulfid, kerusakan struktur membran sel akibat proses peroksidasi
lemak, dan kerusakan asam deoksiribonukleat (ADN). Efek fotokimia ini akan menyebabkan
kekeruhan lensa yang menetap (Head, 2001).
Salah satu indikator terjadinya stress oksidatif adalah dihasilkannya produk
kerusakan jaringan. Adanya serangan radikal bebas pada jaringan lemak akan
menyebabkan reaksi peroksidasi lemak, yang dapat diukur antara lain dengan 1) asam
lemak tidak jenuh yang hilang, 2) banyaknya produk peroksidasi primer, 3) banyaknya
produk peroksidasi sekunder, seperti malondialdehid (MDA) dan gas karbonil. Terjadinya
stress oksidatif akan menyebabkan kadar malondialdehid meningkat (Palmieri et al, 2007).
Model katarak yang diinduksi sodium selenite adalah yang paling sering digunakan
karena hampir menyerupai katarak nukleus senilis pada manusia. Sodium selenite
bermanifestasi di lensa dengan menginduksi stress oksidatif primer pada jaringan lensa
namun mekanisme secara pasti masih belum diketahui. Diduga pembentukan katarak
nukleus yang diinduksi sodium selenite merupakan akibat dari penurunan kadar GSH dari
lensa. Akibatnya kemampuan GSH sebagai buffer reduksi oksidasi pada metabolisme lensa
menurun, dan sensitivitas lensa mata tikus terhadap stress oksidatif meningkat. Perubahan
metabolisme pada sel epitelial lenticular akibat pemberian sodium selenite meliputi
pengkatan kerusakan pada DNA dan hilangnya homeostasis kalsium. Mekanisme tambahan
yang juga terjadi adalah percepatan apoptosis.nMekanisme-mekanisme tersebut
menyebabkan akumulasi kalsium di nukleus lensa sehingga mengakibatkan aktifnya Calpain
(Calpain 2) yang menyebabkan proteolisis dan hilangnya N-terminal extension pada -
crystallin. dan -crystallin yang mengalami proteolisis bersifat sulit larut, dan terbentuk
pula co presipitasi dari - crystallin sehingga terbentuklah light scatter dan katarak
(Kyselova, 2010).
Ciplukan (Physalis minima L.), merupakan salah satu tanaman herbal di Indonesia
yang telah diteliti, baik secara in vitro maupun in vivo, memiliki aktivitas sebagai antioksidan
(Latifah, dkk, 2009). Pada beberapa penelitian, didapatkan data bahwa daun ciplukan
mengandung physalin yang dapat menangkal radikal bebas dan luteolin yang merupakan
turunan glikosida flavonoid yang berperan sebagai sebagai antioksidan, free radical
scavenger (Latifah, dkk, 2009; Sahelian, 2004).
Oleh karena hal tersebut maka diharapkan ekstrak etanol daun ciplukan dapat
menghambat proses stress oksidatif dengan indikator kadar MDA (malodialdehid) pada
mata tikus katarak.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
Pemberian ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis minima L.) dapat menghambat
peningkatan konsentrasi malondialdehid (MDA) pada mata tikus (Rattus norvegicus strain
wistar) yang mengalami katarak .

You might also like