You are on page 1of 15

AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 01 DARI 06

Ikhwn fllh wa akhawt, bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudariku rahmakumullh.

Sebagian para ulama, berwasiat kepada kita terutama para penuntut ilmu agama agar senantiasa
untuk muraja'atul 'ilmi (mengulang pelajaran), terutama di momen-momen tertentu atau musim-musim
tertentu, waktu-waktu tertentu, meskipun itu berulang kali kita melewatinya.

Seperti ketika kita akan memasuki bulan Ramadhan, maka kewajiban kita untuk mempelajari, untuk
menyiapkan diri, apa yang akan kita perbuat di bulan Ramadhan tersebut. Demikian pula pada saat
seperti sekarang ini, kita sudah memasuki awal bulan yang banyak disalah-fahami dan banyak disalah-
maknakan oleh sebagian saudara-saudara kaum muslimin, yaitu menyikapi bulan Rajab [maksudnya
dalam beberapa hari ini akan kita masuki, ]. Ini merupakan kewajiban kita untuk mempelajari apa yang
ada di bulan Rajab ini ? Apa yang perlu kita perbuat di bulan Rajab ini ?

Ini hanya sekedar muraja'atul 'ilmi, mengulang pelajaran yang berkaitan dengan bulan Rajab, agar
betul-betul ibadah kita 'al basirah, di atas al'ilmu dan juga sebagai nasihat kepada saudara-saudara kita
yang salah memahami makna bulan Rajab tersebut.

Ikhwn fllh wa akhawti rahmani wa rahmakumullh,

Yang pertama perlu kita sampaikan, bahwasanya Allh Subhnahu wa Ta'la adalah satu-satunya
Dzat yang berhak untuk memulyakan sebagian makhluknya di atas sebagian yang lainnya. Allh
Subhnahu wa Ta'la memulyakan para Nabi dan para Rasl di atas semua manusia yang ada. Demikian
pula di antara para Rasl tersebut Allh memulyakan mereka di atas sebagian yang lainnya.





"Itulah para Rasl yang kami mulyakan sebagian mereka di atas sebagian yang lainnya." (QS Al-Baqarah:
253)

Dan Nabi Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam merupakan Nabi, Rasl yang termulia di atas
semua yang ada di atas muka bumi ini. Demikian pula setelah para Nabi dan para Rasl, Allh
memulyakan para sahabat. Para sahabat Allh pilih menjadi manusia terbaik setelah para Nabi dan para
Rasl.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka
(para tabi'in), kemudian tabiut tabi'in." (Hadits riwayat Bukhari nomor 2652)

Ini adalah orang-orang yang Allh mulyakan di atas semua yang ada. Kemudian Allh Subhnahu wa
Ta'la juga memulyakan sebagian tempat di atas sebagian tempat yang lainnya. Allh memulyakan kota
Mekah dan Madinah di atas semua kota yang ada di atas muka bumi. Demikian pula Allh Subhnahu
wa Ta'la juga memulyakan 3 masjidnya, yaitu masjid Al-Harm, masjid An-Nabaw dan masjid Al-Aqsh
yang tiga masjid itulah yang dibolehkan untuk orang wisata religius.

Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

"Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga masjid yaitu masjidku
(masjid An-Nabaw), Al-Harm, dan masjid Al-Aqsh." (Hadits riwayat Muslim nomor 1397)

Ini adalah tiga masjid yang Allh Subhnahu wa Ta'la mulyakan di atas semua masjid-masjid yang
ada.

Demikian pula Allh Subhnahu wa Ta'la memulyakan sebagian waktu di atas sebagian waktu yang
lainnya. Allh Subhnahu wa Ta'la memulyakan bulan Ramadhan di atas semua bulan yang ada. Allh
Subhnahu wa Ta'la memulyakan malam lailatul qadr di atas semua malam yang ada. Itu adalah hak
Allh Subhnahu wa Ta'la.

Demikian pula di antara yang Allh mulyakan di atas bulan-bulan yang lainnya, yaitu bulan Rajab.
Bulan Rajab termasuk bulan yang dimulyakan oleh Allh Subhnahu wa Ta'la, yang mana Allh
Subhnahu wa Ta'la menyatakan bahwasanya bulan Rajab termasuk salah satu asyharul hurum, bulan-
bulan yang haram yang disucikan yang dimulyakan.

Seperti yang Allh Subhnahu wa Ta'la firmankan dalam surat at-Tawbah ayat 36:








"Sesungguhnya bilangan bulan menurut ketetapan Allh Subhnahu wa Ta'la sejak Allh Subhnahu wa
Ta'la menciptakan langit dan bumi itu ada 12 bulan, diantara 12 bulan tersebut ada empat bulan-bulan
yang haram/suci, itulah ketetapan agama yang lurus."

Dijelaskan dalam hadits, bahwa 4 bulan tersebut adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharam dan yang
keempat adalah bulan Rajab yang sekarang ini kita baru memasukinya [maksudnya dalam beberapa
hari ini akan kita masuki, ].

Kemudian setelah kita tahu bahwa bulan Rajab ini adalah bulan yang Allh dimulyakan, maka apa
yang akan kita lakukan ? Bagaimana cara kita memulyakan bulan tersebut. Karena jika Allh Subhnahu
wa Ta'la memulyakan sesuatu, maka kita juga wajib memulyakannya.

Sebagaimana ketika Allh Subhnahu wa Ta'la memulyakan para sahabat, maka kewajiban kita juga
untuk memulyakan para sahabat. Ketika Allh Subhnahu wa Ta'la memulyakan bulan Ramadhan,
maka kewajiban kita adalah memulyakan bulan Ramadhan tersebut.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana cara kita memulyakan bulan-bulan yang mulia tersebut ?
Apakah dengan akal kita ? Apakah semau gue ? Apakah apa kata hawa nafsu kita ? Apakah sesuai
dengan adat-istiadat ? Atau bagaimana cara kita memulyakan bulan yang Allh Subhnahu wa Ta'la
katakan sebagai arba'atun hurum tersebut.
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 02 DARI 06

Ikhwn fllh wa akhawti rahmani wa rahmakumullh,

Yang pertama, wajib untuk kita yakini bersama bahwasanya, setiap waktu yang mulia, setiap tempat
yang mulia, maka ibadah yang dilaksanakan pada waktu itu, di tempat itu, akan dilipatgandakan
pahalanya oleh Allh Subhnahu wa Ta'la. Demikian pula sebaliknya, perbuatan dosa dan maksiat jika
dilakukan pada bulan-bulan yang mulia, waktu-waktu yang mulia atau tempat-tempat yang mulia, maka
juga dilipatgandakan oleh Allh Subhnahu wa Ta'la.

Oleh karena itulah Allh Subhnahu wa Ta'la menekankan dalam ayat tadi surat At Taubah ayat 36:

"Maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian sendiri (pada waktu empat bulan haram tersebut)."

Bukan berarti selain itu kita dibolehkan untuk menzhalimi diri kita, namum itu penekanan
bahwasanya haram kita untuk berbuat kezhaliman, baik kezhaliman yang berupa kesyirikan, kebid'ahan
ataupun perbuatan kemaksiatan. Semua perbuatan tersebut diharamkan pada setiap waktu dan tempat,
namun ketika di waktu yang mulia, di tempat yang mulia lebih ditekankan untuk dilarang.

Allh Subhnahu wa Ta'la berfirman tadi:

"Maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian sendiri (pada waktu empat bulan haram tersebut)."

Al Iman Ath Thabari rahimahullh ketika mentafsirkan ayat ini, meriwayatkan dari sahabat Abdullh
bin Abbas radhiyallhu 'anhum, beliau mengatakan:

"Jangan kalian menzhalimi diri kalian pada semua waktu, kemudian dikhususkan lagi, ditekankan lagi
pada 4 bulan yang dimuliakan (yang disucikan) tersebut. Allh pun menjadikan empat bulan tersebut
sebagai bulan yang haram yang mana tidak diperbolehkan bagi manusia untuk menzhalimi diri mereka,
terutama zhulmun yang terbesar yaitu syirik kepada Allh."

Kemudian kata beliau:

"Dan Allh Subhnahu wa Ta'la menjadikan dosa pada waktu-waktu mulia tersebut lebih besar lagi.
Demikian pula sebaliknya, pahala dan amal shalih juga Allh lipatgandakan pahalanya."
Maka ketika kita memasuki bulan-bulan mulia seperti ini selayaknya kita meresapi bahwasanya kita
sekarang sedang berada di bulan haram, bulan yang dimuliakan oleh Allh Subhnahu wa Ta'la, yang
disucikan. Maka harus lebih berhati-hati supaya tidak jatuh kepada kemaksiatan, karena akan
dilipatgandakan dosanya oleh Allh Subhnahu wa Ta'la. Naudzubillhi min dzlik. Demikian pula,
ketika kita mengetahui bahwa ini termasuk bulan-bulan yang mulia, maka kita lebih bersemangat lagi
untuk beribadah kepada Allh Subhnahu wa Ta'la.

Namum seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali dengan
ikhlash dan ittiba sesuai dengan yang diajarkan Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Maka tidak
cukup kita hanya bermodal semangat ketika memasuki bulan yang suci/mulia ini, namun kita juga harus
iringi dengan modal al Ilmu untuk kita jadikan sebagai landasan untuk beribadah kepada Allh
Subhnahu wa Ta'la.

Sebagimana kata Al Imam Al Bukhari rahimahullh ta'l:

"Ilmi itu sebelum kita berucap dan beramal."

Sebelum kita melangkah terlebih jauh untuk menghadapi bulan Rajab ini, maka kewajiban kita
belajar, apa yang dibolehkan, apa yang disyari'atkan, untuk kita mendekatkan diri kepada Allh
Subhnahu wa Ta'la. Maka kata para ulama, semua yang diajarkan, yang disunahkan oleh Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam pada bulan seperti ini, lebih layak bagi kita untuk bersemangat.

Ibadah apa saja selama ada tuntunannya ada dalilnya yang shahih dari Raslullh shallallhu 'alayhi
wa sallam ataupun para sahabat Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.

Ini secara global, apa yang bisa kita lakukan di bulan Rajab ini, yaitu semua ibadah yang disyariatkan
oleh Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Seperti shalat, misalnya shalat tahajud, shalat dhuha, atau
yang lainnya dari hal-hal yang disunnahkan oleh Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.

Demikian pula puasa. Silahkan puasa Senin Kamis, puasa Daud dan sebagainya dari puasa-puasa
yang telah ada dalilnya yang shahih tentangnya. Ini lebih memacu kita untuk lebih mengamalkannya di
bulan yang mulia ini. Demikian pula bersedekah dan sebagainya.

Kemudian ma'siral muslimin, ikhwn fllh wa akhawti rahmani wa rahmakumullh.

Namun sangat disayangkan ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan
Rajab ini atau salah dalam memuliakan bulan Rajab ini.

Mereka tahu ini bulan yang mulia, namun mereka salah dalam memuliakan bulan ini. Antara lain
dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang jika kita pelajari dan merujuk kepada kitab dan ucapan
para ulama terdahulu, maka akan kita dapati bahwa hal tersebut adalah ibadah yang tidak ada
tuntunannya dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.
Ini yang akan kita sebutkan beberapa ritual yang tidak ada contohnya dari Raslullh shallallhu
'alayhi wa sallam dan para sahabat yang masih banyak diamalkan oleh sebagian kaum muslimin di bulan
ini. Maka sebelum kita terlambat melaksanakan perbuatan yang tidak ada dasarnya tersebut, maka
wajib untuk kita mengetahui hal seperti ini. Sebagaimana dahulu seorang sahabat Raslullh shallallhu
'alayhi wa sallam yang bernama Hudzayfah Ibnu Yaman mengatakan:

"Dahulu para shahbat Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mereka bertanya kepada Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam tentang perkara-perkara kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tentang keburukan karena aku takut terjerumus ke dalam
kejelekan tersebut." (Hadits riwayat Bukhari nomor 3606)

==> Bertanya tentang keburukan agar bisa menjauhkan diri dari hal jelek tersebut.

Dan itu pula yang dikatakan oleh seorang penyair:

"Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melakukan kejelekan, namun untuk menjauhkan diri dari
kejelekan tersebut. Dan barangsiapa yang tidak tahu kejelekan dari kebaikan, maka dia akan jatuh ke
dalam kejelekan."

Maka apa yang akan kita pelajari ini adalah ritual-ritual ibadah yang tidak ada sunnahnya alias bid'ah
kita ketahui untuk kita jauhi dan untuk kita sampaikan kepada umat, bahwasanya perbuatan-perbuatan
tersebut tidak ada tuntunannya dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.

Apalagi pada hari-hari seperti ini, banyak menyebar di sosmed sebagian menyebarkan hadits-hadits
atau keutamaan-keutamaan motivasi-motivasi untuk beramal beberapa ritual ibadah yang sebetulnya
jika diteliti tidak ada sunnahnya dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Bahkan beberapa SMS
masuk pertanyaan berkaitan tentang ibadah di bulan Rajab. Ini setiap tahun demikian. Makanya kita
sampaikan agar tidak bersusah payah anda SMS ke ustadz-ustadz, sudah ada jawabannya in sy Allh
ta'la. Diantaranya yang perlu kita sampaikan, ada SMS yang mengatakan:

"Bulan Rajab jatuh pada tanggal sekarang ini, barangsiapa puasa sehari laksana puasa setahun,
barangsiapa puasa tujuh hari, maka ditutup pintu-pintu neraka jahannam, barangsiapa puasa delapan
hari, maka dibuka delapan pintu surga, barangsiapa puasa sepuluh hari, akan dikabulkan segala
permintaannya, (kemudian ditambah lagi) barangsiapa mengingatkan kepada orang lain tentang ini
seakan ibadah delapan puluh tahun."

Ini seringkali muncul. Ini baru edisi perdana, hari ini awal bulan Rajab dan banyak lagi nanti ritual-
ritual setelah ini.

Oleh karena itu, ini penting sekali untuk kita pelajari sebelum kita kebingungan, kok ada seperti ini,
loh kok ada ibadah seperti ini, kok saya belum pernah tahu, padahal puluhan tahun saya ngaji, kok tidak
pernah diajarkan. Nah sekarang kita ajarkan, mana yang haq dan mana yang bathil.
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 03 DARI 06

Ikhwn fllh wa akhawti rahmani wa rahmakumullh,

Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam
memuliakan bulan Rajab ini. Yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari,
kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah
waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak
ada tuntunannya dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Diantara ibadah tersebut, antara lain:

1. Shalat Ar Raghaib
Shalat ar raghaib biasanya mereka (sebagian kaum muslimin) melakukan pada malam jum'at
pertama di bulan Rajab. Caranya yaitu shalat sebanyak duabelas raka'at, pada setiap raka'at
membaca Al Fatihah satu kali, Al Qadr tiga kali, Al Ikhlash duabelas kali. Setiap dua raka'at salam.
Setelah salam membaca shalawat kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam tujuhpuluh kali dan
seterusnya. Kemudian sujud diluar shalat, kemudian membaca apa lagi, kemudian sujud lagi,
kemudian menurut mereka berdoa meminta apapun akan dikabulkan oleh Allh Subhnahu wa
Ta'la. Makanya dikatakan shalat ar raghaib yaitu dari kata ar raghbah artinya semua permintaan
akan dikabulkan oleh Allh Subhnahu wa Ta'la. Sekali lagi:

"Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melakukan kejelekan tersebut."
Ini hanya supaya kita tahu, bahwa ini adalah shalat yang tidak ada dalil yang shahih tentangnya.
Dalilnya ada, namun dhaif, bahkan dikatakan oleh para ulama bahwa haditsnya maudhu palsu. Ada
riwayat yang mengatakan: "Tidaklah seseorang puasa hari Kamis pertama pada bulan Rajab,
kemudian dia shalat antara maghrib dan shalat sebanyak 12 rakaat, membaca Al Fatihah satu kali,
membaca Al Qadr tiga kali dan Al Ikhlash duabelas kali. Setiap dua rakaat salam." Setelah selesai
shalat bershalawat kepada Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam sebanyak tujuhpuluh kali. Kemudian
membaca Allhumma shali 'al Muhammad anNabiyyi ummi, kemudian sujud. Kemudian pada
waktu sujud membaca shubbuhun quddusun rabbuhun malikatu warrh sebanyak tujuhpuluh kali.
Kemudian mengangkat kepalanya dan membaca rabbighfir warham watajawwaz amma ta'lam
innaka antal a'dham, sebanyak tujuhpuluh kali."
Sebagian ulama mengatakan ini adalah tatacara yang nyeleneh dan memang haditsnya tidak
shahih. Ini adalah shalat raghaib, namun para ulama mengatakan dalilnya tidak shahih, haditsnya
dhaif bahkan maudhu.
Kita akan sampaikan nanti ucapan-ucapan para ulama. Jadi jika orang berdalil seperti ini,
sampaikan bahwa para ulama ahlus sunnah wal jama'ah, ulama hadits men-dhaifkan hadits,
melemahkan, bahkan mengatakan bahwa hadits itu palsu. Al Imam ibnul Jauzi dalam kitabnya
almaudhuat, beliau mengatakan: "Ini adalah hadits yang palsu". Demikian pula Imam Ibnul Qayyim
rahimahullh dalam kitab Al Manarul Munf, beliau mengatakan: "Demikian pula semua hadits-
hadits tentang shalat raghaib semuanya dusta dan semuanya palsu yang disandarkan kepada
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Para ulama telah mengingkari kebid'ahan ini. Dan para
ulama telah menjelaskan tentang kebathilannya, dan bahwasanya itu adalah shalat yang bid'ah di
dalam syari'at Allh Subhnahu wa Ta'la". Bahkan Imam An Nawawi rahimahullhu ta'la yang
bermadhhab Syafi'i yang banyak diambil oleh sebagian kaum muslimin di negara kita, beliau
mengatakan ketika ditanya mengenai shalat raghaib tadi, beliau mengatakan: "Ini adalah bid'ah
yang jelek yang mungkar dan sangat mungkar dan mencakup banyak kemungkaran, maka wajib
untuk meninggalkannya dan wajib berpaling darinya dan wajib untuk mengingkari orang yang
melaksanakannya." Imam Nawawi sendiri mengatakan, "Bid'atun qabi'ah," bukan bid'ah hasanah.
Karena para ulama ahlus sunnah waljama'ah mengatakan tidak ada istilah bid'ah hasanah dalam
agama, karena Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam mengatakan: "Kullu bid'atin dhalalah wa kullu
dhalaltin fin nr." Setiap bid'ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. Ada yang
mengatakan, "Ada bi'ah hasanah, kata kullu itu tidak semuanya sesat," berarti kullu bid'atin dhalalah
wa kullu dhallatin fin nr. Jika kullu dikatakan tidak semuanya sesat, berarti tidak semua kesesatan
tempatnya di neraka, naudzubillahi min dzlik. Ini pemahaman yang sangat jauh dari sabda
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.
Syaikh Utsaimin rahimahullh mengatakan: "Adapun shalat raghaib tidak ada asalnya dari Al
Qurn atau hadits yang shahih atau perbuatan para sahabat Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.
Seandainya itu baik, maka akan diriwayatkan para sahabat melaksanakannya". Seandainya itu baik,
para sahabat yang pertama kali mencontohkannya kepada kita. Kemudian kata beliau: "Bahkan
shalat raghaib adalah perbuatan baru dalam urusan agama, tidak disunnahkan baik secara jama'ah
ataupun secara individu." Kemudian kata beliau: "Riwayat yang menyebutkan tentang shalat
raghaib, itu adalah maudhu palsu sesuai dengan kesepakatan para ulama". Demikian pula yang
dikatakan Imam Al Irqi, Imam Asy Syaukani dan banyak ulama hadits, sepakat mengatakan, ini
adalah hadits yang palsu. Ini yang pertama, bahwa shalat sunnah ar raghaib tidak ada dasarnya
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 04 DARI 06

Ikhwn fllh wa akhawti rahmani wa rahmakumullh,

Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam
memuliakan bulan Rajab ini, yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari,
kalau kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah
waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak
ada tuntunannya dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.

Ritual yang kedua yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:

2. Puasa di bulan Rajab


"Barang siapa puasa sehari maka laksana puasa satu tahun, barang siapa puasa tujuh hari maka
ditutup pintu-pintu neraka jahannam, barangsiapa puasa delapan hari maka dibuka pintu delapan
surga, barangsiapa puasa sepuluh hari maka akan dikabulkan segala permintaannya, kemudian
barangsiapa mengingatkan kepada orang lain tentang ini, seakan ibadah delapan puluh tahun."
Ini menurut para pelakunya. Maka kita jawab dengan ucapan-ucapan para ulama, diantaranya:
Ibnu Hajar Atsqalani rahimahullhu ta'la, mengatakan secara umum tentang puasa di bulan
Rajab: "Tidak shahih satu hadits pun yang berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab ataupun
keutamaan tentang puasa khusus Rajab ataupun hadits yang berkaitan dengan shalat malam khusus
di bulan Rajab."
'Umar bin Khaththb Radhiyallhu 'anhu, dahulu memukul telapak tangannya manusia atau
menempelkan tangannya manusia agar mau makan dibulan Rajab agar mereka tidak
mengkhususkan bulan Rajab dengan puasa tertentu, seraya mengatakan: "Jangan kalian
menyamakannya dengan bulan Ramadhan".
Bahkan dalam riwayat lain dikatakan: "Makanlah pada bulan Rajab itu, karena itu adalah bulan
yang dahulu diagung-agungkan dikeramatkan oleh orang-orang musyrik jahiliyah." Maka untuk
menyelisihi mereka, tidak ada syariatnya untuk melaksanakan puasa khusus di bulan Rajab.
Jika mau puasa silahkan puasa seperti biasanya (biasa dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya)
sunnah Senin dan Kamis. Jangan mengkhususkan karena bulan Rajab. Bukan berarti melarang
ibadah di bulan Rajab. Silahkan ibadah, namun dengan ikhlash dan mengikuti sunnah, jangan
dikaitkan dengan keutamaan khusus di bulan Rajab karena tidak ada dalil yang shahih tentangnya.

3. Umrah atau ziarah kota Madinah yang dinamakan ziarah atau umrah ar rajabiah
Jika kita datang ke kota Madinah atau ke Mekkah pada bulan-bulan seperti ini mungkin lebih
banyak daripada bulan-bulan lainnya. Karena sebagian kaum muslimin mengira bahwasanya umroh
di bulan Rajab keutamaannya melebihi daripada umroh di bulan Ramadhan. Padahal Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam mengutamakan umrah di bulan Ramadhan dibandingkan umrah di
bulan lainnya, namun sebagian mereka tidak, justru lebih mengutamakan umrah bulan Rajab. Kata
para ulama tidak ada dasarnya sama sekali, bahkan kata 'isyah radhiyallhu 'anh:
"Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tidak pernah umrah di bulan Rajab."
Ini bukan berarti kita tidak boleh umrah di bulan Rajab, silahkan namun jangan meyakini adanya
kekhususan keutamaan tertentu umrah di bulan Rajab. Silahkan umrah kapan saja bulan apa saja,
namun tidak boleh meyakini mengkhususkan umrah bulan Rajab. Demikian pula ziarah kota
Madinah, silahkan ziarah kapan saja bulan apa saja, namun tidak boleh meyakini mengkhususkan
ziarah dibulan Rajab.
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 05 DARI 06

Ikhwn fllh wa akhawti rahmani wa rahmakumullh,

Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam
memuliakan bulan Rajab ini, yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari,
kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah
waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak
ada tuntunannya dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Ritual yang keempat yang berkaitan
dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:

4. Menyebarkan doa atau doa-doa khusus.


Diantaranya menyebarkan doa: "Allhumma briklana fi Rajab wa f Sya'ban wa ballighn
Ramadhan." (Ya Allh, berkahilah untuk kami bulan Rajab, bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami
dengan bulan Ramadhan)
Kata para ulama, doa ini tidak ada asal-usulnya dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.
Haditsnya tidak shahih, tidak boleh dikhususkan di bulan-bulan seperti ini. Maka kita beritahukan,
bahwa tidak boleh mengkhususkan doa seperti itu. Karena mengkhususkan ibadah pada waktu
tertentu yang khusus membutuhkan dalil yang khusus yang shahih yang dijadikan pegangan, karena
kata Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam:



"Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka siapkanlah tempat tinggalnya di dalam neraka."
Syaikh Utsaimin rahimahullh mengatakan yang berkaitan dengan doa tersebut: "Hadits yang
dhaif, mungkar, tidak shahih dari Nabi shallallhu 'alayhi wa sallam. Oleh karena itu tidak layak bagi
seorang muslim muslimah untuk berdoa dengan doa ini, karena itu tidak shahih dari Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam."
Kata beliau: "Aku katakan seperti ini, karena sebagian orang yang suka menasihati dan
tazkiyatun nufus mambawakan hadits seperti ini, padahal haditsnya tidak shahih."
Ini adalah peringatan bagi kita supaya tidak mengkhususkan doa atau dzikir tertentu di waktu
tertentu atau tempat tertentu, kecuali ada dalil yang shahih dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa
sallam.
5. Peringatan Isra' Dan Mi'raj.
Ikhwn fllh wa akhawti rahmani wa rahmakumullh. Wajib untuk kita yakini bahwasanya
peristiwa Isra' dan Mi'raj adalah merupakan salah satu mukjizat terbesar Nabi kita Muhammad
shallallhu 'alayhi wa sallam. Bahkan Allh Subhnahu wa Ta'la menurunkan ayat yang berbunyi:





"Maha suci Allh yang memperjalankan hambanya (Nabi Muhammad shallallhu 'alayhi wa
sallam) pada malam hari dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha yang kami berkahi sekitarnya." (QS Al
Isra': 1)
Peristiwa Isra' dan Mi'raj ini wajib kita yakini. Merupakan salah satu kejadian yang luar biasa dan
kata para ulama banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut. Akan tetapi
kebanyakan manusia lebih suka merayakan perayaannya karena ada makanan dan hiburannya
daripada mengambil pelajaran atau makna yang terkandung di dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj
tersebut. Berapa banyak orang yang mengatakan bahwa dirinya panitia perayaan Isra' dan Mi'raj
tetapi tidak pernah shalat lima waktu atau bolong-bolong atau tidak shalat di masjid untuk lima
waktu tersebut. Padahal inti dari Isra' dan Mi'raj adalah shalat lima waktu yang diwajibkan Allh
Subhnahu wa Ta'la kepada Nabi Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.
Bahkan lebih dari itu, mereka yang setiap tahunnya merayakan Isra' dan Mi'raj, mengeluarkan
banyak biaya, waktu dan tenaga, mereka lupa bahwasanya ada aqidah yang mereka tidak
memahaminya yang menyelisihi aqidah mereka.
Mereka tidak meyakini bahwasanya Allh di atas langit, sedangkan mereka mengatakan Allh
ada di mana-mana, padahal kemana Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam dimi'rajkan di mana
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam berdialog dengan Allh Subhnahu wa Ta'la? Mereka tidak
memikirkannya, tidak merenungkannya, tidak mempelajarinya, tidak mengambil manfa'at dari
peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut. Ini adalah musibah. Mereka yang paling getol merayakannya,
namun lupa inti dari peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut.
Demikian pula aqidah yang bisa dipetik dari peristiwa Isra' dan Mi'raj yaitu sifat Al Kalam bagi
Allh Subhnahu wa Ta'la, bahwasanya Allh Subhnahu wa Ta'la memiliki sifat berbicara dengan
siapa yang Dia kehendaki. Dengan suara yang didengar dan dengan huruf yang bisa ditulis. Sekali
lagi, bahwasanya peristiwa Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa yang sangat besar yang wajib kita
meyakininya. Dan itu termasuk ujian bagi kita semuanya. Karena di dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj
ada hal-hal yang luar biasa yang terkadang akal tidak bisa mencapainya.
Bahkan itu pula yang dikisahkan dalam sejarah, bagaimana orang musyrikin, mereka
mendustakan kabar Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj. Abu
Bakar Ash Shiddik orang yang pertama kali mengimani peristiwa tersebut, kata beliau: "Jika yang
mengatakannya Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam maka aku mempercayainya, masuk akal
ataupun tidak masuk akal."
Ini juga adalah pelajaran yang berharga, bahwasanya syariat Allh Subhnahu wa Ta'la, kabar
dari Allh Subhnahu wa Ta'la terkadang menjadi ujian bagi akal kita. Orang yang beriman
menundukkan akalnya kepada Iman kepada Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Bagaimana
dalam waktu yang sangat singkat dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, dari masjidil Aqsha ke langit
ke tujuh. Kemudian mendapati peristiwa-peristiwa yang luar biasa.
Itu semuanya menunjukkan bahwa Allh Subhnahu wa Ta'la 'al kulli syai-in qadr. Dan
bahwasanya akal manusia sangat sempit tidak bisa meliputi segalanya.


"Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (QS Al Isra': 85)
Maka dari situ pelajaran yang sangat berharga, jangan menuhankan akal. Akal kita terbatas,
tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur. Akal harus ditundukkan dengan An Naql (Qurn dan Sunnah
Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam).
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 06 DARI 06

Ikhwn fllh wa akhawti rahmani wa rahmakumullh,

Yang perlu kita ketahui dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj, kapan terjadinya peristiwa Isra' dan
Mi'raj ? Kata Al Imam Ibnu Katsir dalam kitab beliau Al Bidayah wan Nihayah: "Hadits yang
menjelaskan bahwasanya peristiwa Isra' dan Mi'raj itu terjadi pada tanggal 27 Rajab, tidak shahih."
Tidak ada hadits/dalil yang shahih yang mencantumkan bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj tanggal 27
Rajab. Bahkan ulama yang lain yang bernama Ibnu Dihyah, beliau mengatakan: "Bahwasanya
sebagian para pendongeng mengatakan bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi pada tanggal 27
Rajab, ulama hadits sepakat mengatakan, ini kedustaan." Kenapa ? Karena tidak ada bukti atau dalil
yang shahih yang menjelaskan peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi pada tanggal 27 Rajab. Ini peristiwa
ghaib, harus ada dalilnya. Tidak boleh kita sembarangan mengatakan ini demikian ini demikian,
kecuali dengan dalil yang shahih. Kemudian, dikatakan dalam makalah yang ditulis oleh Syaikh
Ibrahim Ar Ruhaili hafizhahullh, dosen di Universitas Islam Madinah, beliau mengatakan: "Di antara
yang dilakukan oleh sebagaian manusia ketika peristiwa Isra' dan Mi'raj yaitu, melaksanakan shalat
malam 27 Rajab tersebut dan berpuasa pada pagi harinya."

"Bahwasanya mereka membawakan riwayat dari Ibnu Abbas, namun riwayatnya dusta, tidak
shahih." Ulama yang lain, Al Hafizh Al Irqi, beliau mengatakan: "Hadits tentang shalat pada malam
27 Rajab itu hadits yang mungkar." Artinya tidak boleh dijadikan sebagai hujjah. Dan diantara ulama
yang mengingkari hadits tersebut adalah Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Atsqalani rahimahullhu
ta'l, beliau mengatakan: "Dan para ulama telah mengingkari perayaan peristiwa Isra' dan Mi'raj,
baik tanggal 27 ataupun selain tanggal 27."

Pertama secara penanggalan tidak ada dalil yang shahih, yang sharih, yang menjelaskan kapan
terjadinya peristiwa Isra' dan Mi'raj. Banyak khilaf di antara para ulama, artinya tidak dapat
ditetapkan kapan tanggalnya, kapan bulannya.

Kedua, apalagi dirayakan. Sudah tidak tepat tanggalnya kok dirayakan. Sudah double
kesalahannya, karena apa? Tidak pernah dilaksanakan oleh Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
dan shahabat. Padahal Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam sendiri yang mengalaminya, tetapi
tidak pernah merayakannya. Para shahabat yang paling antusias memperjuangkan agama Allh
Subhnahu wa Ta'la, juga tidak pernah merayakannya. Para tabi'in dan tabiut tabi'in juga tidak
pernah merayakannya.

Ini menunjukkan bahwasanya ini semuanya adalah ritual ibadah yang tidak ada dasarnya dari Al
Qurn maupun sunnah Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Dan kata seorang ulama yang
bernama Ayub Asy Syaikhtiyni, seorang ulama salaf terdahulu mengatakan:
"Tidaklah orang yang berbuat bid'ah lebih semangat dalam kebid'ahannya, kecuali lebih
menambah jauhnya dia dari Allh Subhnahu wa Ta'la."

Jika kita mau mendekatkan diri kepada Allh Subhnahu wa Ta'la, yaitu dengan melaksanakan
yang sunnah, yang ada tuntunannya dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam. Inilah diantara
keajaiban manusia, keajaiban sebagian kaum muslimin. Yang sudah ada dasarnya, sudah ada
haditsnya yang shahih, tidak dilaksanakan atau malas-malasan melaksanakan. Namun yang maudhu,
yang dhaif, semangat hidup dan mati untuk memperjuangkan yang dhaif tersebut.

Yang sudah jelas dalilnya, misalnya shalat tahajud setiap malam, ini ada dalilnya yang shahih,
begitu pula puasa Senin Kamis, setiap bulannya silahkan, namun banyak yang malas
mengerjakannya. Demikian pula diantara sunnah-sunnah Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam
yang lainnya, tidak mau mengamalkan atau malas mengamalkan. Namun yang bid'ah, hidup mati
atas bid'ah tersebut, naudzubillhi min dzlik. Maka sekali lagi, ini sebagai bahan koreksian bagi kita
semuanya untuk kita istiqamah di atas sunnahnya Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam.
Kemudian, dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullh.

"Tidak diketahui dari seorangpun dari kaum muslimin yang menjadikan keutamaan perayaan
bagi malam Isra' dan Mi'raj atas malam-malam yang lainnya."

Bahkan lebih parah ada yang menganggap malam Isra' dan Mi'raj lebih mulia daripada malam
lailatul qadr. Karena itulah bid'ah. Yang sudah ada dalilnya dikalahkan dengan yang tidak ada
dasarnya yang shahih. Tidak ada seorangpun dari sahabat, tabi'in yang pernah merayakan peristiwa
Isra' dan Mi'raj. Demikian pula Imam Asy Syafi', tidak pernah ada riwayat dari beliau apakah beliau
merayakan atau menganjurkan acara perayaaan peristiwa Isra' dan Mi'raj. Tidak ada seorangpun
sahabat tabi'in dan yang lainnya yang mengkhususkan malam Isra' dan Mi'raj dengan ibadah-ibadah
dan ritual tertentu.

Oleh karena itu, tidak pernah dikenal kapan peristiwa malam Isra' dan Mi'raj. Meskipun
peristiwa Isra' dan Mi'raj termasuk salah satu keutamaan Nabi kita Raslullh shallallhu 'alayhi wa
sallam. Maka tidak boleh mensyariatkan ibadah-ibadah khusus di waktu-waktu tersebut.

Sebagai penutup sekali lagi saya sampaikan sekali lagi ucapan Asy Syaikh Muhammad bin Shalih
Utsaimin rahimahullhu ta'l, yang berkaitan dengan bulan Rajab ini, kata beliau: "Aku akan
sampaikan kepada kalian tentang kebenaran, bahwasanya bulan Rajab tidak ada shalat yang khusus,
baik pada awal malam Jum'at atau selainnya. Demikian pula tidak ada puasa yang khusus
tentangnya pada awal hari bulan Rajab atau puasa khusus di hari-hari di bulan Rajab."

Namun bulan Rajab secara ritual ibadah seperti bulan-bulan lainnya. Mau puasa Senin Kamis
silahkan pada bulan Rajab, mau puasa tiga hari silahkan, seperti bulan-bulan lainnya. Tidak ada
ibadah khusus di bulan Rajab, meskipun bulan Rajab termasuk bulan yang suci tadi. Kemudian kata
beliau:
"Apa yang telah shahih dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam dari amal-amal shalih itu
cukup untuk kita amalkan daripada mengamalkan yang dhaif atau maudhu' makdubah ala Raslullh
shallallhu 'alayhi wa sallam."

"Sesungguhnya manusia, apabila dia beribadah kepada Allh Subhnahu wa Ta'la dengan yang
shahih dari Raslullh shallallhu 'alayhi wa sallam, maka itu adalah syariat Allh Subhnahu wa
Ta'la dan dia telah beribadah kepada Allh Subhnahu wa Ta'la di atas al-Ilmu, dan dia berharap
pahala dari Allh Subhnahu wa Ta'la dan takut adzab-Nya."

Hdz, wallahu ta'al a'lam, washalallhu wassalam 'al 'abdi wa Raslulihi Muhammad.
Semoga Allh Subhnahu wa Ta'la menghidupkan kita di atas sunnah Raslullh shallallhu 'alayhi
wa sallam dan di atas pemahaman para sahabat dan mewafatkan kita di atas keduanya.

Wallahu ta'al a'lam, ini yang bisa kita sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat, kurang
lebihnya minta maaf. Jazkumullhu khairan katsiran atas perhatiannya

You might also like