Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Nama : Maria Pricilia Gita Permana Putri
NIM : B1A015068
Rombongan :I
Kelompok :2
Asisten : Khusnul Khotimah
A. Latar Belakang
B. Tujuan
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara ini yaitu laptop, dan beberapa
software komputer seperti MEGA 7, ClustalX, Phydit, Notepad, Microsoft Excel,
dan Microsoft Word.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data sekuens 16S rRNA dari
10 strain Enterococcus sp. sebagai in group dan data sekuens Streptomyces pratensis
strain ch24 sebagai out of group yang didownload dari situs NCBI.
B. Metode
1. Koleksi data
Data sekuens 16S rRNA dari 10 strain Enterococcus sp. sebagai in group
dan data sekuens Streptomyces pratensis sebagai out of group yang didownload
dari situs NCBI.
2. Preparasi sekuens 16S rRNA
Data sekuens di atas selanjutnya dicopy ke program Notepad. Data tersebut
berupa text file dan disimpan sebagai file.
3. Alignment sekuens 16S rRNA (ClustalX)
Data sekuens dari masing-masing strain (Cara kerja b) di-load ke dalam
program ClustalX untuk di-align. Alignment bertujuan untuk menata sekuens
agar satu sama lain diletakkan sesuai dengan posisi homologi antar sekuens.
Artinya, daerah homolog harus diletakkan pada posisi yang sama (conserved
region dengan conserved region, variable region dengan variable region).
Dengan alignment antar sekuens gen 16S rRNA dari masing-masing strain dapat
dibandingkan. Semua sekuens yang di-alignment ditata dalam satu file oleh
program ClustalX sebagai output file dalam beberapa pilihan format. Agar file
hasil alignment dapat dibaca oleh program MEGA 7 dan PHYLIP yang
digunakan untuk mengkonstruksi phylogeny tree berdasarkan sekuens tersebut,
maka file ini dibuat dalam format mega (file name.mas). Hal ini dapat dilakukan
dengan memilih format output file pada waktu melakukan alignment dalam
ClustalX. Output file ini disimpan dalam direktori ClustalX (Misal
C:\ClustalX\Azot.phy), sehingga setelah alignment dapat dicari hasil alignment
berupa file yang diberi nama seperti contoh, dalam direktori ClustalX. File ini
selanjutnya digunakan untuk mengkonstruksi phylogeny tree dengan program
MEGA 7 dan PHYLIP.
4. Konstruksi Phylogeny Tree (MEGA 7)
Seluruh sekuens 16S rRNA hasil alignment digunakan untuk
mengkonstruksi phylogeny tree dengan program Mega 7. Program Mega 7
dibuka, pilih alignment, lalu alignment explorer, kemudian pilih retrieve.
Selanjutnya file dengan format .aln hasil dari ClustalX diambil. Klik file, lalu
pilih Export alignment, pilih Mega format, dan di-save. Close, kemudian ketik
16S lalu OK, kemudian no dan pilih close. Selanjutnya muncul perintah
open data in mega? Pilih yes, lalu minimize. Pilih phylogeny, Construct
phylogeny, pilih Neighbor Joining, lalu Test phylogeny, Bootstrap dengan
replikasi 1000. Selanjutnya pilih compute. Hal yang sama dilakukan dengan
menggunakan algoritma Maximum Parsimony.
5. Konstruksi matriks similaritas dan perbedaan nukleotida 16S rRNA
Konstruksi matriks dilakukan dengan menggunakan file yang berisi sekuens
yang sudah di-align yang disimpan dalam format GDE. PHYDIT adalah
program yang digunakan untuk mengkonstruksi matriks similaritas. Untuk
mengoperasikan program Phydit, pertama program dibuka kemudian klik File -
New, klik OK. Akan muncul: No entry to tag ! Data - Import - GDE (NT replace)
(kalau tidak tampak pilih: All file). Selanjutnya klik file name, Open lalu OK.
Pilih Analysis - Sim table: Generating Similarity Table dan klik OK lalu OK.
Akan muncul Similarity Table ! Tabel ini dikopikan ke dalam Ms. Excel agar
mudah dibaca isinya. Matriks similaritas yang telah terkopikan dalam tabel pada
Ms. Excel, untuk presentasi hasil lakukan print out tabel dalam Ms. Excel,
selanjutnya isi tabel tersebut dimasukkan ke dalam tabel yang dibuat dalam Ms.
Word.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Filogeni berasal dari bahasa Yunani yaitu Phylon yang artinya tribe atau clan dan
Genesis yang berarti origin. Filogeni merupakan sejarah mengenai evolusi dari
makhluk hidup yang digambarkan dalam bentuk pohon yang terdapat percabangan.
Percabangan tersebut menggambarkan adanya divergensi. Filogeni secara molekular
menggambarkan hubungan antar organisme berdasarkan susunan gennya dengan
menggunakan sekuens DNA ataupun protein. Adanya ketidaksamaan dari sekuens
genetik menggambarkan hasil divergensi atau adanya evolusi dari organisme tersebut.
Filogenik klasik hanya menggambarkan karakter morfologi dari suatu organisme.
Analisis secara morfologi dapat dilihat dari sekuens DNA, sekuens RNA, dan sekuens
protein (Patwardhan, 2014).
Filogenetika digambarkan sebagai klasifikasi secara taksonomi dari organisme
berdasarkan pada sejarah evolusi mereka, yaitu filogeni mereka dan merupakan
bagian integral dari ilmu pengetahuan yang sistematik dan mempunyai tujuan untuk
menentukan filogeni dari organisme berdasarkan pada karakteristik mereka. Lebih
lanjut filogenetika adalah pusat dari evolusi biologi seperti penyingkatan keseluruhan
paradigma dari bagaimana organisme hidup dan berkembang di alam (Saitou &
Imanishi, 1989).
Analisis filogenetika memiliki kelompok outgroup yang sangat dibutuhkan dan
menyebabkan polarisasi karakter atau ciri, yaitu karakter apomorfik dan plesiomorfik.
Karakter apomorfik adalah karakter yang berubah dan diturunkan dan terdapat pada
ingroup, sedangkan karakter plesiomorfik merupakan karakter primitive yang terdapat
pada outgroup. Karakter sinapomorfik adalah karakter yang diturunkan dan terdapat
pada kelompok monofiletik. Karakter morfologi telah lama digunakan dalam banyak
penelitian filogenetika. Pesatnya perkembangan teknik-teknik di dalam biologi
molekular, menyebabkan penggunaan sekuen DNA dalam penelitian filogenetik telah
meningkat pesat dan telah dilakukan pada semua tingkatan taksonomi, misalnya
famili, marga, dan spesies. Filogenetik molekular mengombinasikan teknik biologi
molekular dengan statistik untuk merekonstruksi hubungan filogenetika (Hillis et al.,
1996).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam filogeni molekular menurut Patwardhan
(2014) diantaranya:
1. Kladogram merupakan pohon filogenetik yang menggambarkan adanya evolusi
dari organisme.
2. Hompolasy merupakan sekuens yang sama akibat hasil konvergensi tetapi tidak
menggambarkan adanya evolusi secara langsung.
3. Internal Transcribed Spacers (ITS) yaitu rRNA akan ditranskripsi menjadi single
transcript oleh ITS ini.
4. Monofiletik yaitu taxa dalam pohon filogenetik mempunyai satu nenek moyang
yang sama.
5. Outgroup suatu taxa yang menjadi karakter pembanding dalam pembuatan pohon
filogenik.
Analisis filogenetika sekuen asam amino dan protein biasanya akan menjadi
wilayah yang penting dalam analisis sekuen. Selain itu, dalam filogenetika dapat
menganalisis perubahan yang terjadi dalam evolusi organisme yang berbeda.
Berdasarkan analisis, sekuen yang mempunyai kedekatan dapat diidentifikasi dengan
menempati cabang yang bertetangga pada pohon. Ketika keluarga gen ditemukan
dalam organisme atau kelompok organisme, hubungan filogenetika diantara gen
dapat memprediksikan kemungkinan yang satu mempunyai fungsi yang ekuivalen.
Prediksi fungsi ini dapat diuji dengan eksperimen genetik. Analisis filogenetika juga
digunakan untuk mengikuti perubahan yang terjadi secara cepat yang mampu
mengubah suatu spesies, seperti virus (Nielsen & Yang, 1998).
Saat ini dikembangkan metode identifikasi berbasis molekuler yang lebih cepat
dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, yaitu dengan analisis
sekuensing gen 16S rRNA (16S ribosomal Ribonucleic acid/Asam ribonukleat
pengkode ribosom 16S, S menyatakan Svedberg, yaitu satuan ukuran ribosom). Gen
16S rRNA juga sering disebut sebagai 16S rDNA (16S ribosomal deoxyribose
nucleatic acid), namun menurut konsensus dari American Society for Microbiology
(ASM), istilah 16S rRNA dinilai lebih tepat (Risnanda, 2011).
Gen pengkode RNA ribosomal (rRNA) adalah gen yang paling lestari
(conserved). Porsi sekuens rDNA dari tiap organisme yang secara genetik berkorelasi
umumnya adalah sama. Oleh karena itu, setiap organisme yang memiliki jarak
kekerabatan tertentu dapat disejajarkan sehingga lebih mudah untuk menentukan
perbedaan dalam sekuens yang menjadi ciri khas organisme tersebut. Daerah yang
lestari ini juga yang menyebabkan gen ini dapat digunakan sebagai primer universal
yang digunakan dalam Polymerase Chain Reaction (PCR) serta dapat ditentukan
urutan nukleotidanya melalui sekuensing. Gen pengkode rRNA digunakan untuk
menentukan taksonomi, filogeni (hubungan evolusi) serta memperkirakan jarak
keragaman antar spesies (rates of species divergence) bakteri (Risnanda, 2011).
Menurut Prakash et al. (2007) Klasifikasi filogenetik dilakukan melalui
konstruksi phylogeny tree. Phylogeny tree yang diperoleh merupakan hasil
klasifikasi yang menunjukkan hubungan filogenetik masing-masing strain bakteri
yang diklasifikasikan. Terdapat empat tahapan dalam mengkonstruksi phylogeny tree
yang didasarkan atas data sekuens 16S rDNA, yaitu :
a. Preparasi sekuens 16S rRNA
b. Aligment sekuens 16S rRNA
c. Konstruksi phylogeny tree
d. Konstruksi matriks similaritas dan perbedaan nukleotida 16S rRNA.
Proses sistematika filogenetik molekular membutuhkan beberapa software
untuk menganalisis data sekuens gen 16S rRNA, diantaranya :
1. MEGA 7 / Phylip
Merupakan program yang digunakan untuk mengkonstruksi Phylogeny tree
sesuai dengan algoritma evolusi sehingga dapat divisualisasikan dengan jelas
(Felsenstein, 1993). Peningkatan besar pada infrastruktur MEGA dan
penambahan sejumlah fungsi baru, akan memungkinkan peneliti melakukan
analisis tambahan dengan lebih mudah. Selain itu, untuk memanfaatkan
kekuatan dalam analisis evolusioner, kode sumber MEGA sudah sepenuhnya
memanfaatkan komputasi 64-bit sumber daya dan memori dalam penanganan
data, pemrosesan file, dan analisis evolusioner Struktur data internal MEGA
telah di-upgrade, dan kode sumber refactored telah diuji secara ekstensif
menggunakan tes otomatis (Kumar et al., 2016).
2. ClustalX
Merupakan program yang diperlukan untuk menata (alignment) data sekuen dari
berbagai strain organisme sehingga dihasilkan pasangan sekuen antar strain
dimana daerah conserved akan mengumpul dan daerah variabel juga saling
mengumpul. Output dari program ini berupa file dalam format .*aln, .*GDE dan
*.phy (Felsentein, 1993).
3. Phydit
Merupakan program yang digunakan untuk mengolah data sekuen yang
kemudian akan di align untuk mendapatkan data berupa matriks similaritas
nukleotida dan perbedaan nukleotida. Matriks yang dihasilkan program Phydit
dapat dilihat di program Notepad dan dipindah dalam program Microsoft Excel
(Chun, 1999).
EC1
EC4
EC3
EC2
EC6
EC9
EC7
EC8
EC5
EC10
SM1
Gambar 3.1 Dendogram Sepuluh Strain Enterococcus sp.
Konstruksi Neighbor-Joining
SM1 EC1 EC2 EC3 EC4 EC5 EC6 EC7 EC8 EC9 EC10
SM1 ---
EC9 80.56 95.89 97.42 96.08 95.95 95.48 97.09 96.12 96.9 ---
EC10 80.56 93.42 94.49 93.68 93.49 96.9 95.45 94.29 95.08 94.89 ---
Tabel 3.1 Similaritas Sepuluh Strain Enterococcus sp.
Tabel 3.1 menunjukkan nilai similaritas antar strain. Nilai similaritas yang besar
berkorelasi dengan semakin banyaknya similaritas (kemiripan) yang dimiliki. Strain
EC1 dengan EC4 memiliki nilai similaritas paling besar yaitu 99.93%, dilanjutkan
strain EC3 dengan EC4 yaitu 99.4%, dan strain EC1 dengan EC3 99.33%. Jika
diperhatikan, strain EC1, EC4, dan EC3 merupakan anggota dari cluster 1, dimana
dalam dendogram, cluster 1 memiliki nilai kekerabatan 100%. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa strain dari cluster 1 memiliki similaritas yang besar dan
hubungan kekerabatan yang sangat dekat. Sesama strain EC yang memiliki nilai
similaritas paling kecil yaitu pada strain EC4 dengan EC10 yaitu 93.49%.
Sedangkan, jika melihat nilai similaritas strain EC dengan SM1, nilai similaritas
paling besar dimiliki oleh SM1 dengan EC7 yaitu 81.48% dan yang paling kecil
dimiliki oleh SM1 dengan EC9 serta EC10 yaitu 80.56%. Dendogram adalah hasil
dari analisis pengklasteran, dimana hasil peleburan yang terjadi pada strain
diidentifikasi dibuat bentuk sederhana dengan cara hierarki, setelah didapatkan
dendogram, dapat ditarik garis di level 70% untuk mendapatkan berapa spesies yang
terwakili setelah dilakukan uji (Sembiring, 2010).
SM
EC1 EC2 EC3 EC4 EC5 EC6 EC7 EC8 EC9 EC10
1
SM 278/14 272/14 277/14 279/14 278/14 271/14 270/14 273/14 284/14 283/14
---
1 58 61 47 48 58 55 58 58 61 56
EC 48/154 76/154
---
8 7 4
EC 79/154
---
9 5
EC
---
10
Berdasarkan Tabel 3.2, strain EC4 dan EC1 memiliki perbedaan nukleotida
yang paling sedikit dari semua strain, yaitu hanya 1 nukleotida yang berbeda dari
1504 nukleotida. Hal ini berkaitan dengan semakin sedikit jumlah nukleotida yang
berbeda antar strain, maka similaritasnya semakin banyak dan hubungan
kekerabatannya pun semakin dekat. Selanjutnya, ada strain EC4 dan EC3 yang
memiliki 9 nukleotida yang berbeda dari 1512 nukleotida yang ada, dilanjutkan
strain EC3 dengan EC1 yang hanya memiliki 10 nukleotida dari 1503 nukelotida.
Strain EC10 dengan EC1 memiliki jumlah nukleotida yang paling banyak yaitu 99
dari 1504 nukleotida. Sehingga, kedua strain ini memiliki nilai similaritas yang kecil
dan hubungan kekerabatan yang cukup jauh. Jika dibandingkan dengan strain out of
group (SM1), strain EC7 memiliki jumlah nukleotida yang berbeda paling sedikit
yaitu 270 dari 1458 nukleotida. Sedangkan, strain EC9 memiliki jumlah nukleotida
yang berbeda paling banyak dengan strain SM1, yaitu 284 dari 1461 nukleotida.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil dan pembahasan, yaitu analisis
kekerabatan bakteri dengan metode taksonomi filogenetik dapat dilakukan dengan
mengkonstruksi phylogeny tree yang didasarkan atas data sekuens 16S rDNA, yang
terdiri dari preparasi sekuens 16S rRNA, aligment sekuens 16S rRNA, konstruksi
phylogeny tree, dan konstruksi matriks similaritas dan perbedaan nukleotida 16S
rRNA. Data sekuens 16S rRNA dari 10 strain Enterococcus sp. sebagai in group dan
data sekuens Streptomyces pratensis strain ch24 sebagai out of group. Software yang
digunakan yaitu ClustalX, MEGA 7, dan Phydit. Hasil berupa analisis hubungan
kekerabatan dari dendogram, nilai similaritas dari tabel similaritas, dan jumlah
perbedaan nukelotida antar strain.
B. SARAN
Sebaiknya, jurnal yang digunakan lebih baik jika satu kelompok satu jurnal,
bukan satu orang satu jurnal, agar lebih efisien dalam pengerjaannya dan tidak
memakan waktu yang lama.
DAFTAR REFERENSI