Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung atau aves adalah salah satu kelompok vertebrata yang berdarah panas seperti
mamalia, tetapi kekerabatannya lebih dekat dengan reptilia, sebagaimana mereka
dikembangkan 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dahulu bernenek moyang
dari fosil burung pertama yaitu Archeopteryx litocrafica (Mackinon, 1991). Hewan ini
merupakan jenis vertebrata yang tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berasal dari epidermal.
Sebagian besar anggota dari kelas ini memiliki kemampua untuk terbang, karenan
mempunyai sayap agar tetap hangat.
Salah satu kekayaan fauna di indonesia terletak pada burung (Aves).
Keanekaragaman dan penyebarannya begitu luas. Kaya akan keanekaragaman aves
merupakan nikmat tersendiri bagi indonesia. Keanekaragaman itulah yang menjadi pusat
atau dasar dalam taksonomi. Taksonomi ini bertujuan untuk menyederhanakan objek ke
dalam suatu taksa yang tepat sehingga terbentuk suatu susunan yang teratur mengenai
keanekaragaman ini (Iskandar, 1989).
Untuk membuat klasifikasi dan taksonomi diperlukan adanya identifikasi dari
berbagai parameter morfologi baik itu pengukuran ciri morfometrik, atupun ciri lainnya.
Oleh karena itu dalam praktikum aves ini kita membutuhkan pengetahuan tentang
taksonomi dan proses-prosesnya seperti pembuatan klasifikasi dan identifikasi sehingga
kita bisa memahami dan menyelesaikan pengamatan objek praktikum dengan baik.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi, mengetahui
karakteristik morfologi serta membuat kunci determinasi dari beberapa jenis aves.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Aves adalah hewan vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu, mempunyai sayap
yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior, sayap pada aves berasal dari elemen
eleman tubuh bagian tengah dan distal, sebagian dari aves dapat terbang. Kaki pada
aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput inter digital).
Karakter tengkorak meliputi tulang tulang tengkorak yang berdifusi kuat, paruh berzat
tanduk, tidak bergigi, mata besar, jantung terbagi atas dua aurikel dan ventrikel
(Brotowidjoyo, 1990).
Anggota aves memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya, sehingga hewan ini mampu bertahan dan berkembang biak pada suatu
tempat. Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dengan berbagai cara untuk
penerbangan yang efisien. Sayap memungkinkan burung untuk terbang jarak jauh untuk
mencari makanan yang cocok dan berlimpah. Mungkin saja sayap itu dahulu timbul
sebagai adaptasi yang membantu mereka meloloskan diri dari pemangsanya (Mackinnon,
1991).
Berdasarkan striktur anatomi, bulu dibagi menjadi filoplumae, yaitu bulu bulu
kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh, ujungnya bercabang pendek dan halus jika
diamati dengan seksama akan tempak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa
barbulae di puncak. Plumulae, berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan
beberap detail,plumae bulu yang sempurna. Barbulae ujung dan sisi bawah tiap barbulae
memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula
saling bersambungan (Jasin, 1984).
Berdasarkan letaknya bulu aves dibagi atas tetrices yaitu bulu yang menutupi
badan, retrices yaitu bulu yang berada pada pangkal ekor vesilumnya simetris dan
berfungsi sebagai alat kemudi. Remiges bulu pada sayap dibagi atas remiges primarie,
remiges sekundarie dan remiges tertiari. Parapterum, yaitu bulu yang menutupi daerah
bahu. Alula siva ala spuria bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
Kelas aves memiliki beberapa ordo diantaranya adalah Apterygioformes,
merupakan kelompok kelompok burung yang dapat terbang, dengan ciri ciri tubuh
bulu bulu panjang seperti rambut, tidak memiliki cabang, sayap kecil, paruh panjang,
tubuh langsing pada ujungnya terdapat lubang hidung (Christidish, 2008).
Brotowidjoyo (1990) menyatakan bahwa kelas aves terdiri dari subkelas yang
dikenal baik karakteristiknya yaitu subkelas Archaeornithes dan Neornithes.
Archaeornithes merupakan burung burung bergigi dan telah punah hidup dalam periode
jurasik dengan metacarpal terpisah, tidak ada pigostil dan vertebrata caudal masing
masing dengan bulu berpasangan. Neornithes merupakan burung modern yang memiliki
gigi atau tidak bergigi, metacarpal bersatu, vertebrata caudal tidak ada yang memiliki
bulu berpasangan dan sebagian besar memiliki pigostil.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pycnonotus goiaviermemiliki sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat
kelabu gelap, sisi bawah (tenggorokan, dada dan perut) putih kusam. Mahkota
kehitaman, alis dan sekitar mata putih, dengan kekang (garis di depan mata) hitam.
2. Melopsittacus undulates liar memiliki dahi kuning (muda memiliki dahi dilarang).
3. Zosterops palpebrosusmemiliki lingkar mata yang berwarna putih.
4. Gallus gallus memiliki ukuran tubuh yang kecil dan kaki penedk yang kuat.
5. Chloropsis cochinchinensis memiliki warna bulu yang sama dengan jantan.
6. Anas domesticus memiliki tubuh yang berwarna keabu-abuan , mahkota berwarna
merah dan leher yang panjang.
7. Streptopelia chinensis memiliki warna tubuhnya coklat agak merah jambu.
Punggung, sayap serta ekornya berwarna coklat agak pucat, dengan bintik-bintik
kuning pucat.Ekornya nampak lebih panjang
8. Lonchura punctulata merupakan burung yang berukuran kecil, dari paruh hingga
ujung ekor sekitar. Burung dewasa berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas
tubuhnya, dengan coretan-coretan agak samar berwarna muda.
9. Lonchura maja merupakan burung pipit dengan ukuran tubuh yang kecil dan paruh
yang pendek, dan memiliki kaki yang dapat bertenger di batang padi.
10. Passer montanus memilki warna coklat berangan pada bagian atas kepalanya, tepat
pada bagian dagu dan tenggorokannya berwarna hitam.
11. Alcedo meninting memiliki bulu yang berwarna biru terang dengan kaki berwarna
merah menyala.
12. Alcedo atthis memiliki warna bulu biru kehijauan dengan kaki berwana merah
menyala.
13. Motacilla cinerea memiliki bulu berwarna kuning, dan ekor squared yang panjang.
5.2 Saran
Adapun saran untuk kedepannya diharapkan kepada pratikan untuk lebih teiliti da cermat
dalam pemilihan objek. Dalam melakukan pengukuran juga harus lebih teliti agar hasil
yang di dapatkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Cristidis, L. B. 2008. Systematics And Taxonomy Of Australian Birds. Canberra: CSIRO
Publising.
Iskandar, J. 1989. Jenis burung yang umum di indonesia. Djabatan anggota IKAPI:
Jakarta.
Jasin, M. 1984. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi.CV Sinar Wijaya: Surabaya.
Radioseputro. 1996. Zoologi. Erlangga: Jakarta.
Brotowidjoyo, D.M. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan
Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication. Bogor.
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico. Bandung.
Fry, C. Hilary; Fry, Kathie; Harris, Alan (1999). Kingfishers, Bee-eaters and Rollers.
London: Christopher Helm.
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-
East Asia. Collins. London.
Mackinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan
Bali.Gadjahmada University Press: Yogyakarta.
MacKinnon, J., K. Phillips, B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali
dan Kalimantan: 425. Seri Panduan Lapangan LIPI. Bogor :LIPI dan BirdLife
IP.