You are on page 1of 18

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Burung atau aves adalah salah satu kelompok vertebrata yang berdarah panas seperti
mamalia, tetapi kekerabatannya lebih dekat dengan reptilia, sebagaimana mereka
dikembangkan 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dahulu bernenek moyang
dari fosil burung pertama yaitu Archeopteryx litocrafica (Mackinon, 1991). Hewan ini
merupakan jenis vertebrata yang tubuhnya ditutupi oleh bulu yang berasal dari epidermal.
Sebagian besar anggota dari kelas ini memiliki kemampua untuk terbang, karenan
mempunyai sayap agar tetap hangat.
Salah satu kekayaan fauna di indonesia terletak pada burung (Aves).
Keanekaragaman dan penyebarannya begitu luas. Kaya akan keanekaragaman aves
merupakan nikmat tersendiri bagi indonesia. Keanekaragaman itulah yang menjadi pusat
atau dasar dalam taksonomi. Taksonomi ini bertujuan untuk menyederhanakan objek ke
dalam suatu taksa yang tepat sehingga terbentuk suatu susunan yang teratur mengenai
keanekaragaman ini (Iskandar, 1989).
Untuk membuat klasifikasi dan taksonomi diperlukan adanya identifikasi dari
berbagai parameter morfologi baik itu pengukuran ciri morfometrik, atupun ciri lainnya.
Oleh karena itu dalam praktikum aves ini kita membutuhkan pengetahuan tentang
taksonomi dan proses-prosesnya seperti pembuatan klasifikasi dan identifikasi sehingga
kita bisa memahami dan menyelesaikan pengamatan objek praktikum dengan baik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi, mengetahui
karakteristik morfologi serta membuat kunci determinasi dari beberapa jenis aves.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Aves adalah hewan vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu, mempunyai sayap
yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior, sayap pada aves berasal dari elemen
eleman tubuh bagian tengah dan distal, sebagian dari aves dapat terbang. Kaki pada
aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput inter digital).
Karakter tengkorak meliputi tulang tulang tengkorak yang berdifusi kuat, paruh berzat
tanduk, tidak bergigi, mata besar, jantung terbagi atas dua aurikel dan ventrikel
(Brotowidjoyo, 1990).
Anggota aves memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya, sehingga hewan ini mampu bertahan dan berkembang biak pada suatu
tempat. Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dengan berbagai cara untuk
penerbangan yang efisien. Sayap memungkinkan burung untuk terbang jarak jauh untuk
mencari makanan yang cocok dan berlimpah. Mungkin saja sayap itu dahulu timbul
sebagai adaptasi yang membantu mereka meloloskan diri dari pemangsanya (Mackinnon,
1991).
Berdasarkan striktur anatomi, bulu dibagi menjadi filoplumae, yaitu bulu bulu
kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh, ujungnya bercabang pendek dan halus jika
diamati dengan seksama akan tempak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa
barbulae di puncak. Plumulae, berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan
beberap detail,plumae bulu yang sempurna. Barbulae ujung dan sisi bawah tiap barbulae
memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula
saling bersambungan (Jasin, 1984).
Berdasarkan letaknya bulu aves dibagi atas tetrices yaitu bulu yang menutupi
badan, retrices yaitu bulu yang berada pada pangkal ekor vesilumnya simetris dan
berfungsi sebagai alat kemudi. Remiges bulu pada sayap dibagi atas remiges primarie,
remiges sekundarie dan remiges tertiari. Parapterum, yaitu bulu yang menutupi daerah
bahu. Alula siva ala spuria bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).
Kelas aves memiliki beberapa ordo diantaranya adalah Apterygioformes,
merupakan kelompok kelompok burung yang dapat terbang, dengan ciri ciri tubuh
bulu bulu panjang seperti rambut, tidak memiliki cabang, sayap kecil, paruh panjang,
tubuh langsing pada ujungnya terdapat lubang hidung (Christidish, 2008).
Brotowidjoyo (1990) menyatakan bahwa kelas aves terdiri dari subkelas yang
dikenal baik karakteristiknya yaitu subkelas Archaeornithes dan Neornithes.
Archaeornithes merupakan burung burung bergigi dan telah punah hidup dalam periode
jurasik dengan metacarpal terpisah, tidak ada pigostil dan vertebrata caudal masing
masing dengan bulu berpasangan. Neornithes merupakan burung modern yang memiliki
gigi atau tidak bergigi, metacarpal bersatu, vertebrata caudal tidak ada yang memiliki
bulu berpasangan dan sebagian besar memiliki pigostil.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata Kelas Reptil dilaksanakan pada hari Jumat, 11
Oktober 2016 pukul 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan I, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah busa hitam, penggaris, data sheet, alat
tulis, dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Dogania subplana, Draco
volans, Eutropis rudis, Hemidactylus prenatus, Dendrelapis pictus, Boiga cynodon,
Trimeresurus puniceus, Ahaetula prasina, Python reticulatus,

3.3 Cara Kerja


Untuk pengamatan pada praktikum ini disediakan alat dan bahan praktikum. Diletakkan
reptilia pada bak bedah. Diamati reptilia tersebut, kemudian difoto dan diletakkan
penggaris sebagai pembanding serta dilakukan pengukuran dan perhitungan terhadap
setiap karakter reptil, yaitu Total length (TL), Snout-to-vent length (SVL), Tail length
(TAIL), Fore foot length (FFL), Hind food length (HFL), Head length (HL), Head width
(HW), Snout length (SL), Eye diameter (ED), Tympanum diameter (TD), Wing span
(WS), Limb front-foot length (LFL), Upper front-foot length (UFL), Limb hind-foot
length (LHL), Upper hindt-foot length (UHL), Boddy length (BL), Total supra labial
scale (TSLS), Total infra labial scale (TILS), jumlah sisik lingkar badan (MSR), jumlah
sisik ventral (VEN), jumlah sisi ekor (SC), jumlah sisik supra labial (SSL), jumlah sisik
labial (IL), panjang moncong (SNL), color bentuk pupil, bentuk sisik, anal plate, bentuk
sisik ekor, bentuk kepala, bentuk rostral, bentuk tubuh, sisik loreal, lorealpit, benuk sisik
anal, habitat dan bentuk morfologi lain yang dimiliki. Setelah seluruh parameter tersebut
diukur, kemudian dibuat klasifikasi deskripsi dan kunci determinasi dari spesies-spesies
tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Anas domestica (Itik)


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Anseriformes
Famili : Anatidae a b
Genus : Anas Anas domestica : (a) jantan, (b) betina
Spesies : Anas domestica Linnaeus, 1758
Sumber :Utamisari, 2006
Dari praktikum yang dilakukan didapatlah hasil Anas domestica (itik jantan) sebagai
berikut panjang total 650 mm, panjang standar 600 mm, panjang rentang sayap 410 mm,
panjang paruh 46 mm, lebar paruh 30 mm, panjang kepala 50 mm, lebar kepala 32 mm,
diameter mata 8 mm, panjang tarsus 68 mm, diameter tarsus 16 mm, panjang ekor 102
mm, warna iris hitam, warna tungging putih, warna tunggir coklat terang, warna tarsus
oren, tipe paruh long , dan tipe ekor square.
Untuk hasil pengukuran terhadap Anasdomesticus (itik betina) sebagai berikut
panjang total 586 mm, panjang standar 512 mm, panjang rentang sayap 348 mm, panjang
paruh 40 mm, lebar paruh 26 mm, panjang kepala 40 mm, lebar kepala 30 mm, diameter
mata 6 mm, panjang tarsus 58 mm, diameter tarsus 12 mm, panjang ekor 90 mm, warna
iris dongker, warna tungging hitam, warna tunggir coklat, warna tarsus hitam, tipe paruh
long , dan tipe ekor berbentuk baji.
Hal ini sesuai dengan Setioko (1990) yang menyatakan bahwa entuk paruh itik
disesuaikan dengan jenis makanannya yang lain. Bentuk seperti sisir yang berguna untuk
menyaring makanan dari dalam air dan lumpur. Menurut Campbell (2004) ciri-ciri umum
tubuh ramping, berjalan horizontal, berdiri hampir tegak seperti botol, lincah, kaki
pendek, memiliki selaput renang.
4.2 Gallus gallus (Ayam)
Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae a b
Genus : Gallus Gallus gallus : (a) jantan, (b) betina
Spesies : Gallus gallus Linnaeus, 1758
Sumber :
Dari praktikum yang dilakukan didapatlah hasil pengukuran terhadap Gallus gallus (ayam
jantan) sebagai berikut panjang total 420 mm, panjang standar 300 mm, panjang rentang sayap
500 mm, panjang paruh 100 mm, lebar paruh 50 mm, panjang kepala 50 mm, lebar kepala 30
mm, diameter mata 10 mm, panjang tarsus 75 mm, diameter tarsus 15 mm, panjang ekor 120
mm, warna iris hitam, warna tungging hitam, warna tunggir hitam putih, warna tarsus coklat,
tipe paruh short , dan tipe ekor square.
Untuk hasil Gallus gallus (ayam betina) didapatlah hasil sebagai berikut panjang total 390
mm, panjang standar 240 mm, panjang rentang sayap 250 mm, panjang paruh 20 mm, lebar
paruh 15 mm, panjang kepala 50 mm, lebar kepala 30 mm, diameter mata 9 mm, panjang tarsus
80 mm, diameter tarsus 15 mm, panjang ekor 150 mm, warna iris hitam, warna tungging hitam,
warna tunggir hitam, warna tarsus abu-abu, tipe paruh short , dan tipe ekor berbentuk baji.
Hal ini sesuai dengan pendapat Storer (1957) bahwa ciri-ciri umum ayam kampung, seperti
umumnya Ordo Galliformes adalah memiliki paruh pendek, kaki beradaptasi untuk mencakar,
mengais dan berlari. Menurut Radioseputro (1996) Ayam betinatidak memiliki taji, bulu-bulu
yang pendek, bewarna coklat tua kekuningan dengan garis-garis dan bintik bewarna
gelap.
Djuhanda (1983) menjelaskan Perbedaan morfologi ayam jantan dan betina. Ayam jantan
(jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar,
dan bulu ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu
pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek.

4.3 Streptopelia cinensis (Burung Balam)


Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
a b
Genus : Streptopelia
Streptopelia cinensis : (a) Jantan, (b) betina
Spesies : Streptopelia cinensis Scopoli , 1768
Sumber : Utamisari, 2006
Dari praktikum yang dilakukan didapatlah hasil pengukuran terhadap Streptopelia chinensis
(jantan) sebagai berikut panjang total 260 mm, panjang standar 140 mm, panjang rentang sayap
185 mm, panjang paruh 16 mm, lebar paruh 3 mm, panjang kepala 33 mm, lebar kepala 5 mm,
diameter mata 6 mm, panjang tarsus 2 mm, diameter tarsus 5 mm, panjang ekor 120 mm,
warna iris hitam campur oren, warna tungging putih campur kuning, warna tunggir coklat,
warna tarsus merah, tipe paruh short , dan tipe ekor bertakik.
Untuk hasil Streptopelia chinensis (betina) didapatlah hasil sebagai berikut panjang total
305 mm, panjang standar 180 mm, panjang rentang sayap 190 mm, panjang paruh 20 mm, lebar
paruh 25 mm, panjang kepala 30 mm, lebar kepala 18 mm, diameter mata 7 mm, panjang tarsus
25 mm, diameter tarsus 5 mm, panjang ekor 125 mm, warna iris coklat campur hitam, warna
tungging putih, warna tunggir coklat, warna tarsus merah, tipe paruh short , dan tipe ekor
bertakik.
Hal ini sesuai dengan pendapat MacKinnon et al. (1991), burung tekukur memiliki ukuran
tubuh sedang, berwarna cokelat kemerah jambuan, ekor berukuran panjang dan bulu ekor
terluar memiliki tepi putih tebal, bulu sayap lebih gelap dari pada bulu tubuh, dan terdapat garis-
garis hitam khas pada sisi-sisi leher berbintik putih halus, iris mata berwarna jingga, paruh hitam,
dan kaki merah.
4.4 Melopsittacus undulatus (Parkit)
Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Family : Psittacidae
Melopsittacus
Genus : Melopsittacus
undulatus
Spesies : Melopsittacus undulatus (Shaw, 1805)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang dilakukan didapatlah hasil pengukuran terhadap Melopsittacus
undulatus sebagai berikut panjang total 180 mm, panjang standar 90 mm, panjang
rentang sayap 110 mm, panjang paruh 10 mm, lebar paruh 4 mm, panjang kepala 25 mm,
lebar kepala 25 mm, diameter mata 3 mm, panjang tarsus 10 mm, diameter tarsus 5 mm,
panjang ekor 95 mm, warna iris hitam, warna tungging biru, warna tunggir hijau, warna
tarsus merah muda, tipe paruh short , dan tipe ekor acute.
Hal ini sesuai dengan Iskandar (1989), ciri khas Melopsittacus undulatus memiliki
corak bulu yang bergelombang dengan tubuh berukuran 180 mm. Bulu pada kepala
berwarna kuning terang, dan pada sayap berwarna kekuningan dengan sapuan warna
hitam berbentuk gelombang.

4.5 Chloropsis cochinchinensis (cica-daun)


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Family : Chloropseidae Chloropsis cochinchinensis
Genus : Chloropsis
Spesies : Chloropsis cochinchinensis (Gmelin, 1789)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang dilakukan didapatlah hasil pengukuran terhadap Chloropsis
cochinchinensissebagai berikut panjang total 150 mm, panjang standar 105 mm, panjang
rentang sayap 90 mm, panjang paruh 17 mm, lebar paruh 5 mm, panjang kepala 30 mm,
lebar kepala 15 mm, diameter mata 5 mm, panjang tarsus 3 mm, diameter tarsus 2 mm,
panjang ekor 40 mm, warna iris hitam, warna tungging hijau muda, warna tunggir hijau
tua, warna tarsus abu-abu, tipe paruh short , dan tipe ekor berbentuk baji
Hal ini sesuai dengan pendapat King, Woodcock, and Dickinson (1975), seluruh
tubuh didominasi warna hijau terang. Bulu pada sayap dan tepi ekor dengan warna
kebiruan terang. Jantan umumnya memiliki warna kekuningan seperti kalung di dada,
tepat di bawah warna hitam.Kedua jenis kelamin memiliki sepasang setrip malar biru
berkilau di sisi dagunya.Iris mata berwarna coklat, paruh hitam, dan kaki abu-abu
kebiruan.

4.6 Passer montanus


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Family : Passeridae Passer montanus
Genus : Passer
Spesies : Passer montanus (Linnaeus, 1758)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan data Passer montanus sebagai
berikut panjang total (PT) 110 mm, panjang paruh (PP)10mm, Panjang Standar (PS) 75
mm,lebar paruh (LP) 7m, panjang kepala (PK) 30mm, lebar kepala (LK) 13mm, panjang
sayap (PRS) 75 mm, panjang bulu ekor 45 mm, panjang tarsus (PTS) 10mm, diameter
tarsus 2mm, diameter mata (DM) 3mm, warna iris coklat, warna tungging abu-abu, warna
tunggir coklat muda, warna tarsus coklat keabuan, tipe paruh short , dan tipe ekor
bertakik.
Pajang tubuh Passer montanus hasil praktikum mendekati dengan panjang tubuh
pada literatur Coates, Brian and Bishop (2000), panjang tubuh sekitar 140 mm.
Pada jantan, bagian atas kepala berwarna merah bata, tenggorakan berwarna hitam
dengan tepi leher berwarna putih.Bagian perut putih kebu-abuan.
Pada betina mirip jantan, namun kesuluruhan warnanya sedikit pucat.

4.7 Lonchura maja (burung bondo)


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Lonchura maja
Family : Estrildidae
Genus : Lonchura
Spesies : Lonchura maja (Linnaeus, 1766)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang dilakukan didapatlah hasil pengukuran terhadap Lonchura maja
sebagai berikut panjang total 106 mm, panjang standar 85 mm, panjang rentang sayap 65
mm, panjang paruh 10 mm, lebar paruh 5 mm, panjang kepala 2 mm, lebar kepala 15
mm, diameter mata 5 mm, panjang tarsus 15 mm, diameter tarsus 2 mm, panjang ekor 35
mm, warna iris hitam, warna tungging hitam, warna tunggir coklat warna tarsus abu-abu
tua, tipe paruh short , dan tipe ekor rounded.
Pajang tubuh Lonchura maja hasil praktikum mendekati dengan panjang tubuh pada
literatur MacKinnon, Phillipps, Balen (2000), tubuh Lonchura maja kecil (110 mm),
burung ini berwarna putih cokelat seperti finch.Mirip dengan bondol oto-hitam namun
pucat cokelat, sementara seluruh kepala dan tenggorokan putih.Burung muda berwarna
cokelat pada bagian atas badannya, dengan tubuh bagian bawah dan wajah kuning
tua. Iris berwarna cokelat; paruh abu-abu kebiruan; dan kaki biru pucat.Sewaktu masih
remaja, bagian belakang telinga bondol dan bagian bawah burung itu berwarna
putih.Sementara itu, paruhnyaberwarna biru abu-abu.

4.8 Zosterops palpebrosus


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Zosteropidae
Zosterops palpebrosus
Genus : Zosterops
Species : Zosterops palpebrosus (Temminck, 1824)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang dilakukan didapatlah hasil pengukuran terhadap Zosterops
palpebrosus sebagai berikut panjang total 85 mm, panjang standar 55 mm, panjang
rentang sayap 68 mm, panjang paruh 10 mm, lebar paruh 2 mm, panjang kepala 20 mm,
lebar kepala 5 mm, diameter mata 4 mm, panjang tarsus 10 mm, diameter tarsus 2 mm,
panjang ekor 30 mm, warna iris hitam, warna tungging abu-abu kuning, warna tunggir
kuning campur abu-abu, warna tarsus abu-abu hitam, tipe paruh short ,tipe ekor
bertakik,dan memiliki ciri khas kelopak mata berwarna putih.
Hal ini sesuai dengan MacKinnon, Phillipps, and Balen (2000), menyatakan
Zosterops palpebrosus burung kecil yang lincah, dengan panjang tubuh (dari ujung paruh
hingga ujung ekor) sekitar 1011 cm.Sisi atas tubuh tertutup bulu-bulu kehijauan atau
hijau kekuningan (hijau zaitun), sedangkan sisi bawahnya sedikit bervariasi bergantung
rasnya, kecuali leher dan dadanya yang berwarna kuning terang. Sayapnya membundar
dan kaki-kakinya kuat.

4.9 Pycnonotus goiavier (burung merbah)


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Family : Pycnonotidae
Pycnonotus goiavier
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus goiavier (Scopoli, 1786)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang dilakukan didapatlah hasil pengukuran terhadap Pycnonotus
goiaviersebagai berikut panjang total 192 mm, panjang standar 95 mm, panjang rentang
sayap 90 mm, panjang paruh 15 mm, lebar paruh 5 mm, panjang kepala 3 mm, lebar
kepala 15 mm, diameter mata 5 mm, panjang tarsus 20 mm, diameter tarsus 2 mm,
panjang ekor 77 mm, warna iris coklat gelap, warna tungging abu-abu kuning, warna
tunggir kuning kecoklatan, warna tarsus abu-abu hitam, tipe paruh short , dan tipe ekor
square.
Hal ini sesuai dengan Mackinnon (1991), yang menyatakan bahwa pycnonotus
goiavier tubuhnya berukuran kecil yaitu antara 15 20 cm, bewarna coklat dan putih
dengan tunggir bewarna kuning khas. Mahkota bewarna coklat gelap, alis bewarna putih,
kekang bewarna hitam, tubuh bagian atas bewarna coklat, tenggorokan , dada dan perut
bewarna putih dengan coretan coklat pucat pada sisi lambung. Iris bewarna coklat, paruh
bewarna hitam, kaki bewarna abu-abu.

4.10 Lonchura pucntulata


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Cordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Estrildidae Lonchura pucntulata
Genus : Lonchura
Spesies : Lonchura punctulata (Linnaeus, 1758)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan data sebagai berikut:
panjang total (PT) 110 mm, panjang paruh (PP) 10 mm,Panjang Standar (PS) 70mm
,lebar paruh (LP) 7 mm, panjang kepala (PK) 30 mm, lebar kepala (LK) 13mm, panjang
sayap (PRS) 75mm, , panjang bulu ekor 45mm, panjang tarsus (PTS) 10 mm, diameter
tarsus 2mm, diameter mata (DM) 3 mm, , tipe paruh hawfinch, tipe ekor rounded, warna
bulu coklat, warna paruh abu abu, warna iris coklat, warna tungging hitam, dan warna
tunggir coklat pirang.
Hal ini sesuai dengan Mackinnon (1991), menyatakan bahwa Lonchura punctulata
merupakan burung yang memiliki tubuh kecil sekitar 11 cm, bulu bewarna coklat
kemerahan, tubuh bagian atas bewarna coklat, bercoretan dengan tangkai bulu putih,
tenggorokan coklat kemerahan, tubuh bagian bawah bewarna putih, bersisik coklat pada
dada dan sisi tubuh, pada burung muda mtubuh bagian bawah bewarna kuning tua tanpa
sisik, iris bewarna coklat, paruh bewarna abu-abu kebiruan, kaki bewarna hitam keabu-
abuan, janta tidak berbeda dengan betina dalam penampakannya.

4.11 Alcedo meninting


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Family : Alcedinidae Alcedo meninting
Genus : Alcedo
Spesies : Alcedo meninting (Horsfield, 1821)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan data Alcedo meninting
sebagai berikut panjang total (PT) 129 mm, panjang paruh (PP) 37 mm, lebar paruh (LP)
6 mm, panjang kepala (PK) 63 mm, lebar kepala (LK) 15 mm, panjang sayap (PRS) 61
mm, panjang bulu ekor 27 mm, panjang tarsus (PTS) 8 mm, diameter tarsus 1 mm, tipe
paruh short, tipe ekor acutus, warna iris coklat, warna tungging biru, dan warna tunggir
jingga kecoklatan, tarsus berwarna merah terang.
Hal ini sesuai dengan Kazmierczak (2000), menyatakan bahwa Alcedo meninting
berukuran kecil (15 cm), punggung biru terang/metalik.Punggung lebih gelap daripada
Raja-udang Erasia.Tubuh bagian bawah merah-jingga terang, penutup telinga biru
mencolok. Iris coklat, paruh kehitaman, kaki merah.

4.12 Alcedo atthis


Klasifikasinya:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Family : Alcedinidae Alcedo atthis
Genus : Alcedo
Spesies : Alcedo atthis (Linnaeus, 17581)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan data Alcedo meninting
sebagai berikut: panjang total (PT) 151mm, panjang paruh (PP) 37mm, Panjang Standar
(PS) mm,lebar paruh (LP) 6 mm, panjang kepala (PK) 65mm, lebar kepala (LK) 16mm,
panjang sayap (PRS) 68mm, panjang bulu ekor 33mm, panjang tarsus (PTS) 9mm,
diameter tarsus 2mm, diameter mata (DM) mm, tipe paruh short, tipe ekor acutus, warna
iris coklat, warna tungging biru, dan warna tunggir jingga kecoklatan, tarsus berwarna
merah terang.
Hal ini sesuai dengan Fry (1999), menyatakan bahwa burung yang seukuran
dengan burung gereja ini memiliki ciri khas ekor yang pendek, berkepala besar seperti
raja-udang biasanya, bagian atasnya berwarna biru, oranye pada bagian atas badan dan
paruh panjang.Ia makan terutama pada ikan, menangkapnya dengan menyelam, dan
memiliki adaptasi visual istimewa untuk memungkinkannya melihat mangsa dibawah air.

4.13 Motacilla cinerea


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Motacillidae
Motacilla cinerea
Genus : Motacilla
Spesies : Motacilla cinerea (Tunstall, 1771)
Sumber : IUCN, 2016
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan data Motacilla cinerea
sebagai berikut: panjang total (PT) 151mm, panjang paruh (PP) 11mm, Panjang Standar
(PS) mm,lebar paruh (LP) 3mm, panjang kepala (PK) 32mm, lebar kepala (LK) 12mm,
panjang sayap (PRS) 74mm, panjang bulu ekor 85mm, panjang tarsus (PTS) 19mm,
diameter tarsus 1mm, diameter mata (DM) mm, tipe paruh short, tipe ekor square, warna
iris hitam, warna tungging abu-abu , dan warna tunggir kuning, tarsus berwarna jingga
pucat.
Hal ini sesuai dengan MacKinnon, Phillipps, and Balen (2000), yang menyatakan
bahwa tubuh Motacilla cinerea berukuran sedang (19 cm), ekor panjang.Tungging hijau
kekuningan. Tubuh bagian bawah kuning (dewasa) atau putih (remaja)..Iris coklat, paruh
hitam kecoklatan, kaki abu-abu kemerahjambuan.Terbang sangat cepat, melompat-lompat
di bebatuan, bertengger atau berjalan sambil mejentik-jentikkan ekor.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pycnonotus goiaviermemiliki sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat
kelabu gelap, sisi bawah (tenggorokan, dada dan perut) putih kusam. Mahkota
kehitaman, alis dan sekitar mata putih, dengan kekang (garis di depan mata) hitam.
2. Melopsittacus undulates liar memiliki dahi kuning (muda memiliki dahi dilarang).
3. Zosterops palpebrosusmemiliki lingkar mata yang berwarna putih.
4. Gallus gallus memiliki ukuran tubuh yang kecil dan kaki penedk yang kuat.
5. Chloropsis cochinchinensis memiliki warna bulu yang sama dengan jantan.
6. Anas domesticus memiliki tubuh yang berwarna keabu-abuan , mahkota berwarna
merah dan leher yang panjang.
7. Streptopelia chinensis memiliki warna tubuhnya coklat agak merah jambu.
Punggung, sayap serta ekornya berwarna coklat agak pucat, dengan bintik-bintik
kuning pucat.Ekornya nampak lebih panjang
8. Lonchura punctulata merupakan burung yang berukuran kecil, dari paruh hingga
ujung ekor sekitar. Burung dewasa berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas
tubuhnya, dengan coretan-coretan agak samar berwarna muda.
9. Lonchura maja merupakan burung pipit dengan ukuran tubuh yang kecil dan paruh
yang pendek, dan memiliki kaki yang dapat bertenger di batang padi.
10. Passer montanus memilki warna coklat berangan pada bagian atas kepalanya, tepat
pada bagian dagu dan tenggorokannya berwarna hitam.
11. Alcedo meninting memiliki bulu yang berwarna biru terang dengan kaki berwarna
merah menyala.
12. Alcedo atthis memiliki warna bulu biru kehijauan dengan kaki berwana merah
menyala.
13. Motacilla cinerea memiliki bulu berwarna kuning, dan ekor squared yang panjang.

5.2 Saran
Adapun saran untuk kedepannya diharapkan kepada pratikan untuk lebih teiliti da cermat
dalam pemilihan objek. Dalam melakukan pengukuran juga harus lebih teliti agar hasil
yang di dapatkan lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Cristidis, L. B. 2008. Systematics And Taxonomy Of Australian Birds. Canberra: CSIRO
Publising.
Iskandar, J. 1989. Jenis burung yang umum di indonesia. Djabatan anggota IKAPI:
Jakarta.
Jasin, M. 1984. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi.CV Sinar Wijaya: Surabaya.
Radioseputro. 1996. Zoologi. Erlangga: Jakarta.
Brotowidjoyo, D.M. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan
Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication. Bogor.
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico. Bandung.
Fry, C. Hilary; Fry, Kathie; Harris, Alan (1999). Kingfishers, Bee-eaters and Rollers.
London: Christopher Helm.
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-
East Asia. Collins. London.
Mackinnon, J. 1991. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan
Bali.Gadjahmada University Press: Yogyakarta.
MacKinnon, J., K. Phillips, B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali
dan Kalimantan: 425. Seri Panduan Lapangan LIPI. Bogor :LIPI dan BirdLife
IP.

You might also like