You are on page 1of 11

Intensitas : Sedang (8 sampai 12 pengulangan untuk olahraga ketahanan) ke Tinggi (5 kr 6

pengulangan untuk olahraga ketahanan); intensitas sedang untuk aktivitas aerobic (40-60%
HRR) (lihat Chpater 8 untuk penjelasan.
Waktu : 30 hingga 60 menit setiap hari, kombinasi dengan aerobic pengurangan beban dan
olahraga ketahanan.
Tipe : Aktivitas aerobic pengurangan beban termasuk dengan jalan dikombinasikan dengan
jogging, naik tangga, atau tenis. Pasien anda mungkin melakukan olahraga yang melingkupi
loncat, seperti olahrgaa bola voli dan bola basket. Tipe olahraga ini membantu untuk
menstimulasi penguatan tulang. Sebagai tambahan, olahraga penguatan bagian belakang
(namun mencegah felxion of the spine) dapat membantu mensupport otot spine dan juga
mengurnagi pecah spine (20).
Untuk pasien dengan osteoporosis, peresepan olahraga sebelumnya dapat dimodifikasi untuk
menghindari olahraga ketahanan dengan intensitas tinggi, meskipun pasien dapat melakukan olahraga
hingga di level ini. Pasien dengan osteoporosis tidak disarankan untuk melakukan olahraga loncat atau
lari. Olahraga yang tidak mengangkat beban seperti berenang dan bersepeda, masih dapat memberikan
keuntungan kesehatan secara umum, penguatan otot, dan beberapa peningkatan di kesehatan tulang
melalui traksi otot di dalam tulang.

KEHAMILAN
DEFINISI
Tidak seperti kebanyakan kondisi yang akan dibahas di dalam bab ini, kehamilan bukan suatu penyakit.
Seperti kebanyakan kondisi kesehatan lainnya, bagaimanapun, kehamilan dapat menyebabkan
perubahan fisiologis di dalam badan yang bisa mempengaruhi patisipasi olahraga dan membuat
clinicians khawatir terhadap dugaan olahraga.The American College of Obstetrics and Gynecology
(ACOG) dan ACSM merekomendasikan olahraga sama pentingnya selama kehamilan. Tidak seperti
rekomendasi ini, hasil penelitian menunjukkan kehamilan wanita (tidak termasuk kehamilan dengan
tingkat resiko tinggi) adalah sedikit yang termasuk dalam rekomendasi olahraga ASCM/AHA (21).
Sehingga, sebagai clinician, sangatlah penting untuk merekomendasikan olahraga kepada pasien yang
sedang dalam perencanaan untuk hamil, dengan pengecualian terhadap wanita dengan kehamilian
tingkat tinggi (lihat resiko kehamilan tingkat tinggi di bawah). Sama seperti keuntungan olahraga, wanita
hamil disarankan untuk olahraga untuk mengurangi kelelahan, pengontrol berat tubuh, dan
memungkinkan mengalami shorter labor (22).

Kehamilan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis di dalam respon tubuh untuk olahraga.
Meskipun penting untuk menghargai perubahan ini, mereka sebaiknya tidak dilarang untuk begabung
olahraga sambil hamil. sebagai penghargaan terhadap efek olahraga, salah satu perubahan signifikan
adalah peningkatan pemakaian enegy istirahat yang menghasilkan penginkatan usaha untuk olahraga
(23). Peningkatan konsumsi energi sebagia hasil tingginya VO2(konsumsi oxygen), cardiac, output, dan
strokes volume; akan tetpai, angka maksimal detak jantung akan tetap sama (23). Peningkatan konsumsi
energi ini dapat menyebabkan pengeluaran panas badan. Tabel 13.2 menyediakan beberapa tips untuk
menolong wanita hamil dalam mencegah panas selama olahraga.

Keuntungan
Pemeliharaan aerobic prenatal dan musculoskeletal fitness levels.
Pencegahan kenaikan berat badan kehamilan secara berelebihan
Sebagai fasilitas labor dan penyembuhan dari labor
Promosi postur badan yang baik
Pencegahan gestational glucose intolerance
Penceghahan sakit tulang belakang
Meningkatkan perubahan fisiologis terhadap pengaruh kehamilan (24,25).

Pemilihan Olahraga dan Uji Coba


Secara jelas, wanita yng sedang hamil tidak dapat bertahan terhadap kondisi kesehatan lainnya, seperti
diabetes atas penyakit cardiovaskuler. Sehingga, pemilihan kondisi kesehatan yang dibahas pada Bab 3
seharusnya masih dapat diaplikasikan terhadap wanta hamil yang ingin memulai program olahraga.
Diabetes melitus gestational salah satu contih komplikasi umum selama kehamilian (26,27). Sebagai
tambahan terhadap pemilihan kondisi kesehatan yang dibahas pada Chapter 3, ACOG
merekomendasikan menggunakan Physical Activity readiness Medical Examination for Pregnancy,
yang dipublikasian oelh grup yang sama seperti PAR-Q (lihat Chapter 3). Aplikasi yang dapat mudah
dipakai dapat dilihat di http://www.csep.ca/forms.asp.

Tabel 13.2 Olahraga Untuk Wanita Hamil


Perubahan bentuk badan dan berat akan mengakibatkan keseimbagan. Ceggah posissi tidak
seimbang dan extra perhatian untuk tidak jatuh.
Minum banyak air sebelum, saat, dam setelah olahraga
Cegah panas berlebihan saat olahraga :
o Berpakaian yang nyaman, pilih pakaian yang dapat menyerap keringat
o Olahraga di dalam tempat dingin atau berventiliasi baik ( atau di siang hari).
o Cegah berenang di air hangat atau panas dan cegah immersions di kolam panas.
o Perhatian terhadap gejala awal dari penyakit panas : nausea, menggigil, sakit kepala,
poor coordination, dan apathy
Set target yang realistis, buat di dalam pikiran bahwa fakta olahraga akan menjadi lebih susah
sebagai progress kehamilan
Cegah olahraga untuk tulang belakang (supine) di trimester kedua dan ketiga.
Diadaptasi dari: Soultanakis-aligianni, 2003, and Thompson, 2007

Gejala Olahraga
ACOG merekomendasikan wanita hamil sebaiknya olahraga dengan batasan-batasan yang sama dengan
wanita tidak hamil, membuktikan bahwa tidak ada pengobatan atau komplikasi obstetric selama
kehamilan (22,28,29). Kebanyakan wanita yang dulunya aktifsebelum hamil dapat dan sebaiknya
meneruskan olahraga (22,28). Awal masa kehamilan, wanita aktif sebelumnya dapat melanjutkan untuk
melatih parameter kehamilan mereka (frekuensi, durasi/waktu, intensitas, dan tipe). Parameter ini
sebaiknya sevara natural berkurang dan dapat dimodifikasi sebagai langkah progress kehamilan (22).
Secara umum, wanita yang sedentary sebelum hamil dan yang sedang hamiltidak disarankan melakukan
olahraga dengan resiko tinggi, melainkan memulai dengan program olahraga ringan-sedang (22).
Berdasarkan rekomendasi (28), gejala olahraga di bawah ini adalah yang direkomendasikan untuk
wanita hamil tanpa pengobatan atau obstetric :
Frekuensi : Sama seperti rekomendasi ACSM/AHA : minimal 5 kali per minggu jika olahraga
dengan intensitas sedang, dan minimal 3 kali setiap minggu dengan intensitas vigorously.
Intensitas : Untuk wanita yang dulunya sedentary, memulai olahraga dengan intensitas rendah dan
sedang. Wanita yang dulunya aktif disarankan untuk melanjutkan olahraga di level intensitas yang sama
(3). Seperti dengan progess kehamilan, intensitas biasnaya turun secara natural (22).
Waktu : sama sepeti yang direkomnasikan ACSM/AHA
Tipe : Tipe olahraga yang dipilih oleh wanita hamil adalah plihan masing-masing. Olahraga
sentuh, menyelam, atas aktivitas lainnya yang dapat memungkinkan abdominal distress sebaiknya
dihindari selama kehamilan (30> sebagai tambahan, olahraga yang dilakukan dengan posisi supine tidak
direkomendasikan setelah trimester pertama, karena beban dari fetus di dana vena cana menyebabkan
venous balikan dan cardiac output (23).

Kebanyakan wanita yang aktif sebelum menjadi hamil akan memilih untuk melanjutkan pilihan olahraga
mereka (dan rutin). Untuk wanita yang sedang memulai program, pilihan berada di mereka; akan tetapi,
informasi yang ada akan menentukan pilihan mereka. Jalan adalah pilihan yang populer di antara pilihan
untuk wanita hamil (dan tidak hamil) (210); akan tetapi, energi yang dibutuhkan selama olahraga seperti
jalan akan dibutuhkan selama masa kehamilan. Hal ini meningkat seiring dengan peningkatan berat
badan. Dengan begitu, olahraga tanpa beban (bersepada atau berenang) mungkin cocok untuk wanita
hamil. Aktivitas air (seperti aerobic air atau berenang) adalah pilihan yang cocok untuk wanita hamil
untuk olahraga (31,32). Sebagai tambahan non-weight-bearing dan sarana bouyancy untuk menghitung
tambahan berat pertambahan fetus, olahraga di air memfasilitasi venous return sebagai hasil dari
tekanan hydrostatik air (23).

Karena pemanasan dan cedera kepada otot dar pelvic floor selama labor dan delivery, sebaik tambahan
beban dari fetus di pelvic floor, olahraga untuk meningkatkan ketahanan pelvic floor sangat disarankan
untuk kehamilan dan postpartum (meskipun analisa terhadap tambahan pengontrolan dibutuhkan
untuk menilai keuntungan janga panjang). Olahraga ini, disebut Kegel exercises, adalah tindakan
pertama untuk urinary incintinenece (33).

SPECIAL CONSIDERATIONS & PRECAUTIONS


Kehamilan resiko tinggi
Secara umum, wanita dengan kehamilian resiko tingkat tinggi sebaiknya menghindari olahraga. Hal ini
meliputi wanita dengan kehamilan yang terpapar tekanan dara tinggi, diabetes tingkat 1, dan wanita
yang mengalaim pendarahan selama trimester kedua dan ketiga (22). Tabel 13.3 menyediakan data
secara absolut dan kontradiksi terhadap olahraga. Sehingga, sesuai dengan rekomendasi pada Bab 3,
wanita dengan cardiovaskuler, pulmonary, atau penyakit metabolis sebaiknya menjalani pemeriksaan
kesehatan dan dimonitor oleh physician jika mereka mampu melakukan olahraga selama kehamilan
(22).

Tabel 13.3 Kontra-Indikasi terhadap Olahraga selama kehamilan


Kontraindikasi absolut olahraga selama kehamilan (ACOG)
Catatan masa lalu terhadap tiga atau lebih spontaneous miscarriages
Pecah membrane
Premature labor
Diagnosa kelahiran kembar, contoh kembar dua, kembar tiga
Kelahiran bayi lebih kecil daripada perkiraan
Plasenta previa (porsi plasenta yang duduk melewati cervix)
Kehamilan dengan paparan hipertensi
Kontra relative indikasi olahraga selama kehamilan (dibutuhkan surat pernyataan kesehatan) (ACOG) :
Hipertensi
Anemia
Penyakit thyroid
Diabetes
Kelebihan atau kekurangan berat badan secara extrim
Extremely sedentary
Bressch presentation di trimester ketiga
Catatan masa lalu terhadap pendarahan selama kehamilan

Gestational Diabetes Melitus (GDM)


Kebanyakan perempuan yang mengembangkan gestational diabetes melitus (GDM) akan mendapatkan
keuntungan dari aktivitas fisik regular (saat intensitas rendah atau sedang). Berdasarkan kepada
American Diabetes Association (34), aktivitas fisik regular dapat membantu mengurangi konsentrasi
plasma postprandial dan dapat digunakan sebagai saluran yang meningkatkan glikemia maternal.
Sebagai tambahan, olahraga dapat membantu untuk mengontrol kelebihan GDM, yang merupakan
komplikasi umum dari diabetes.

Kanker
Defenisi
Kanker dikategorikan oleh perkembangan yang tidak terkontrol dan penyebaran dari sel abnormal pada
kerusakan DNA melalui faktor internal (mutasi inherited) dan atau paparan lingkungan (asap rokok).
Kanker berkembang dari perbedaan tipe sel dan memiliki masa seumur hidup yang berkembang pada
satu dari dua laki-laki dan satu dari tiga wantia. Lebih dari tiga perempat kanker didiagnosa pada pasien
berumur 55 tahun atau lebih.
Perlakuan lain :
Operasi
Radiasi
Kemotrapi
Hormon
Suntik therapy imunisasi
Karena perkembangan kanker memiliki efek samping dari hasil perlakuan yang merusak kesehatan,
kebanyakan pasien jarang memberikan laporan mengenai batasan yang mereka miliki selama olahraga
berlangsung maupun setelah olahraga. Bahkan setelah lima tahun olahraga, lebih dari setengah pasien
yang memberikan laporan secara signifikan mengenai performa batasan fisik untuk berdiri, berjalan, dan
mengangkat beban.

Penapisan
Kanker dan terapi kanker dapat mengakibatkan efek domino pada komponen badan seperti kebugaran
fisik, termasuk kapasitas kardiovaskular, kekuatan dan ketahanan otot, komposisi badan, fleksibilitas,
dan keseimbangan badan. Seperti contoh, clinician harus melengkapi evaluasi secara komprehensif
untuk menentukan kanker, efek samping pengobatan, dan co-morbidities secara umum, termasuk
cardiopulmonary, diabetes melitus, osteoporosis, dan arthritis, yang semuanya umum untuk pasien
berumur lanjut.

Gejala yang diperhatikan secara medis atau tes olahraga secara maksimal sangat disarankan untuk
pasien kanker yang baru akan memulai fasa olahraga. Uji olahraga submaksimal dapat menilai pasien
pasling tidak kepada level yang harus diantisipasi pada olahraga yang direncanakan.
Peresepan Olahraga
Tidak ada yang petunjuk yang pasti untuk rekomendasi terhadap peresepan pasien kanker. American
Cance Society menyarankan penggunaan peresepan olahraga untuk saran kesehatan individual.
Frekuensi : Aerobic sebanyak tiga sampai lima hari setiap minggu. Olahraga ketahanan dua hingga tiga
hari per minggu (dengan minimal 48 jam di antara dua sesi). Fleksibilitas olahraga dua hingga tujuh hari
per minggu. Tabel 13.4 menyediakan kontra-indikasi dan persiapan untuk olahraga dan training kepada
pasien kanker.

Penyakit Cardiovaskuler
Keuntungan olahraga
American Heart Assocoaition secara kuat menyampaikan bahwa olahraga adalah suatu hal yang sangat
berharga sebagai sarana therapi lepada pasien yang, dengan, atau pada resiko kepada atherosclerotik
penyakit cardiovaskuler.
Tahun 2003, American Heart Association mengeluarkan pernyataan, atas persetujuan American College
of Sports Medicine, di dalam aktivitas fisik dan atherosclerotic penyakit cardiovascular : aktivitas fisik
secara reguler yang menggunakan grup otot besar, seperti berjalan, berlari, atau berenang, akan
menghasilkan adaptasi cardiovascular yang meningkatkan intensitas kapasitas olahraga, ketahanan, dan
kekuatan otot skeletal. Aktivitas fisik habitual juga mencegah perkembangan penyakit pembuluh
koroner (CAD) dan mengurangi gejala pasien terhadap penyakit cardiovascular.
Mereka menyatakan lebih lanjut bahwa olahraga secara reguler dapat membantu pencegahan penyakit
cardiovascular, sebaik dengan jumlah resiko faktor atherosclerotic (Table 13.5). Sehingga, walaupun
dengan filterisasi terhadpa pasien pengidap penyakit cardiovascular dan juga resiko faktor adalah
penting, penyuluhan terhadap kondisi pasien untuk memperbaiki gaya hidup juga penting. Merujuk
kepada tingkatan gejala pasien atau faktor resiko, beberapa modifikasi diharapkan bisa dilakukan untuk
program olahraga. Sebagai tambahan kepada pengumpulan bukti bahwa olahraga dapat menjadi peran
penting dalam pencegahan, pernyataan AHA sangat menyranakn rekomendasi untuk penggunaan
olahraga sebagai perlakukan terhadap pasien dengan penyakit cardiovascular.

Tabel 13.4 Kontra-Indikasi dan Larangan terhadap Testing dan Training pada Pasien Kanker
Kontra-Indikasi Terhadap Olahraga Larangan Yang Membutuhkan
Testing dan Training Modifikasi dan atau Persetujuan
Physician
Faktor yang berhubungan Tidak ada olahraga di hari Larangan jika perlakukan
dengan perlakuan kanker kemotrapi atau dalam waktu 24 memberikan efek
jam perlakuan terhadap paru-paru dan
Tidak ada olahraga sebelum atau hati :
pengambilan darah direkomendasikan untuk
Reaksi tissue terhadap therap diawasi selama olahraga
radiasi training
Ulceration : hindari
sentuhan mulut untuk
hasil maksimal testing,
gunakan masker muka
Hematologic Platelet < 50,000 Plateleus > 50,000
Sel darah putih < 3,000 150,000; hindari test
Hemoglobin < 10g/dL yang dapat
meningkatkan resiko
pendarahan
Sel darah putih > 3,000
4,000 : pastikan
sterilisasi peralatan yang
digunakan
Hemoglobin > 10gdL-1
11.5/13.5 gdL-1 :
pehatian dengan
maksimal testing
Musculoskeletal Tulang, Tulang Belakang, atau Adanya sakit : Investigasi
sakit leher Osteopenia : hindari
Kelelahan otot yang tidak biasa olahraga yang beresiko
Cachexia akut tinggi terhadap patah
Status fungsi yang kurang : tulang
hindari olahraga jika Status Pemberian steroid
Performane Karnofsky < 60% Cachexia : pendekatan
beragam cara untuk
olahraga
Kelelahan ringan hingga
sedang : monitor secara
intensif untuk olahraga
Systemic Infeksi akut Penyakit systemic atau
Penyakit febrile : Panas > 100F infeksi : hindari olahraga
(38C) selama > 48 jam
Malaria umum
Gastrobintestinal Nausea akut Cairan ayng dapat
Dehidrasi ditolerir dan atau asupan
Nutrisi yang kurang : cairan makanan :
kurang direkomendasikan
pendekatan multi-
disiplin atau konsultasi
dengan ahli gizi
Cardiovascular Sakit dada Larangan jika resiko
Tingkat detak jantung > 100 penyakit cardiac :
beats*min-1 atau < 50 beats * direkomendasikan
min-1 pengawasan selama
Tingkat sistolik tekanan darah > olahraga testing dan
145 mm Hg dan atau DBP >95 training
mmHg Jika antihypertensive
Tingkat SBP <85 mm Hg medications
Ireguler detak jantung menyebabkan HR, THR
Pembengkakan ankles dimungkinkan tidak
tercapai : hindari over-
exertion
Lymphedemia :
penggunaan bahan
bertekanan saat
berolahraga. Ringan ke
sedang : hindari test
maksimal
Pulmonary Dyspnea akut Perubahan kognitif
Batuk ringan : pastikan pasien
Sakit dada yang disebabkan mampu untuk
karena bernapas dalam memahami dan
mengikuti instruksi
Neurologic Adanya penurunan status Keseimbangan
kognitif secara signifikan berkurang : Gunakan
Kemalasan penyokong
Disorientasi keseimbangan untuk
Penglihatan berkurang olahraga
Ataxia (ketidakmampuan untuk
mengkoordinasi pergerakan)
HR= heart rate; THR = target heart rate; SBP = systolic blood pressure.
Dicetak ulang dengan izin dari McNeely ML, Peddle C, Parliament M. Courneya KS. Cancer rehabilitation: recommendations for
integrating exercise programming in the clinical practice setting. Curr Cancer Ther Rev. 2006 Nov; 2(4): 351-60.

Tabel 13.5 efek Olahraga Dalam Faktor resiko Atherosclerotic


Penurunan tekanan darah
Penurunan resistensi insulin dan intoleransi glukosa
Penurunan konsentrasi triglyceride
Penurunan kolesterol (peningkatan konsentrasi HDL (high-density lipoprotein cholesterol), dan
dikombinasikan dengan pengurangan berat badan, dapat menurunkan konsentrasi LDL (low-
density cholesterol)
Pencegahan onset diabetes tipe 2
Sumber: Thompson et al, 2003

Sebagai kemajuan terhadap diskusi mengenai resiko cardiovascular yang berkatan dengan olahraga dan
juga perlakuan pasien pengidap cardiovascular, kita harus menekankan kepada clinicians yang bekerja
dengan pasien beresiko tinggi terhadap cardiovascular akut, seperti pengetesan olahraga tingkat tinggi
atau perlakuan pasien pengidap operasi cardiac, harus memiliki training yang spesikfik untuk penyakit
ini. Buku ini didesain kepada pasien dengan kategori resiko rendah atau kepada pasien yang telah
berhasil pulang ke rumah setelah melalui operasi cardiac. Untuk informasi lebih lanjut mengeai olahraga
dan perlakuan cardiovascular tingkat tinggi, disarankan Guidelines for Exercise standard for testing and
Training : A Statement for healtf Professionals from The American Heart Association.

Stratifikasi Resiko

Di Bab 3, disampaikan bawha pentingnya Penilaian Resiko dan Penapisan Olahraga dari pasien. Salah
satu tujuan pentingnya dari penilaian adalah mengidentifikasi riwayat cardiovascular, tanda, dan gejala,
serta faktor resiko. Mereka yang memiliki tanda positif dari penyalit cardiovascular, tanda, dan gejala,
atau beberapa faktor resiko ditujukan untuk pengecekan kesehatan lebih lanjut, atau modifikasi
program olahraga yang direkomendasikan.
Hasil dari testing dan evaluasi lebih lanjut akan diklasifikasikan menjadi pasien dengan kategori resiko
rendah, sedang, dan tinggi. Lihat Tabel 13.6 untuk stratifikasi resiko pasien dengan CVD.
Tabel 13.6 Stratifikasi Resiko
American Association Cardiovascular dan Pulmonary Rehabilitation Resiko Stratification Crietria Untuk
Pasien Jantung

Resiko Rendah
Karakter pasein dengan resiko rendah untuk pasrtisipasi olahraga :
Tidak adanya complex ventricular dysrhythmians selama testing olahraga dan penyembuhan
Tidak adanya angina atau gejala signifikan lainnya
Kehadiran hemodynamic normal selama testing olahraga dan penyembuhan
Kapasitas fungsi > 7 METs
Penemuan Testing yang Tidak berolahraga
Fraksi resting ejection > 50%
Myocardial yang tidak lengkap atau prosedur revascularization
Ketidakhadiran kelengkapan dari ventricular dsyrhythmians saat istirahat
Ketidakhadiran kegagalan congestive heart
Ketidakhadiran tanda atau gejala dari prosedure aetelah ischemia
Ketidakhadiran depresi secara klinis

Resiko Sedang
Karakter pasien dengan resiko sedang untuk partisipasi olahraga :
Hadirnya angina atau gejala signifikan lainnya
Level ringan ke sedang untuk ischemia selama testing olahraga atau penyembuhan
Kapasitas fungsi < 5 METs
Penemuan Testing yang Tidak berolahraga
Fraksi Ejeksi istirahat > 40-49%

Resiko Tinggi
Karakter pasien dengan resiko sedang untuk partisipasi olahraga :
Adanya kompleks ventricular dsrhythmians selama testing olahraga atau penyembuhan
Adanya angina atau gejala signifikan lainnya
Level tinggi untuk ischemia selama testing olahraga atau penyembuhan
Adanya keadaan hemodinamik yang tidak normal dengan testing olahraga
Penemuan Testing yang Tidak berolahraga
Fraksi ejeksi saat istirahat < 40%
Riwayat kematian mendadak
Kompleks disritmia saat istirahat
Komplikasi myocardial infarction atau prosedur revascularization
Adanya gagal jantung kongesti
Adanya tanda dan gejala iskemia setelah prosedur dilakukan
Adanya depresi secara klinis
Dicetak kembali dari William MA. Exercise Testing in cardiac rehabilitation: exercise prescription and beyond. Cardiol Clin. 2001;
19:415-431.

Resiko Kejadian Kardiovaskular Akibat Olahraga


Aktifitas fisik yang kuat telah ditunjukkan untuk adanya faktor resiko dari henti jantung mendadak dan
infark miokard di antara individual dengan diagnosa kondisi jantung. Sehingga, untuk pasien dewasa,
penyakit aterosklerotik adalah penyebab kematian yang dihubungkan dengan olahraga, bertanggung
jawab atas satu kematian terkait olahraga per tahun untuk setiap 15000-18000 pria yang terlihat sehat.
Hubungan resiko antara olahraga yang terkait dengan myocardial infraction dan kematian tiba-tiba
banyak terjadi di individual yang sedikit melakukan aktivitas fisik dan melakukan aktivitas kuat secara
tidak teratur. Sehingga, kegiatan olahraga yang tidak teratur dalam melakukan aktivitas kuat sebaiknya
dihindari (seharusnya dimulai dari olahraga dengan intensitas rendah atau sedang) dan meningkat
secara bertahap berdasarkan waktu tertentu. Olahraga harus diseleksi untuk pasien yang memiliki
penyakit cardiovascular, atau untuk orang sehat di antara umur 45 dan 55.

Penanganan
Penrnyataan AHA dalam Olahraga dan CVD menyediakan bukti kuat yang membantu penggunaan
training olahraga secara virtual untuk semua pasien cardiovascular. Seperti yang dijelaskan di Bab 3,
pasien seharusnya menjalani testing olahraga sebelum memulai program olahraga dan tidak terlibat di
dalam aktifitas kuat sampai mereka dikonfimasi layak untuk melakukannya oleh pihak cardiologist atau
spesialis kesehatan.
Komponen olahraga adalah aspek yang kritikal dari proses rehabilitasi, mengurangi kasus kematian.
Tetapi tidak mengurangi akibat dari reinfraction nonfatal. Alasan untuk hal ini masih belum diketahui;
akan tetapi, ada buktu yang menyarankan training olahraga dapat meningkatkan stabilitas elektrik dan
mengurangi ventricular fibrillation atau kerusakan myocardical secara langsung. Tabel 13.7
menggarisbawahi tambahan kondisi cardiovascular yang berhubungan dengan perlakuan olahraga
sebagai komponen penting.

Tabel 13.7 Keuntungan Training Olahraga untuk Perlakuan dari Kondisi Spesifik CVD
1. Gagal jantung : training olahraga dapat meningkatkan usaha toleransi dan kualitas kehidupan
pasien; meskipun, tidak ada bukti terhadap menurunnya morbiditas dan mortalitas
2. Myocardial infarction : komprehensive, rehabilitasi olahraga jantung berdasar kepada olahraga
dapat mengurangi laju mortalitas, tetapi tidak mengurangi resiko kejadian MI.
3. Penyakit klaudikasi dan pembuluh peripheral : olahraga untuk meingkatkan jarak berjalan.
Perkembangan yang paling baik dengan olahraga dilakukan saat pasien diuji dengan sakit yang
dapat ditolerir, ketika training berjalan di akhir 6 bulan, dan ketika berjalan sebagai pilihan
olahraga yang paling utama
4. Angina pectoris : training olahraga meningkatkan kualitas kehidupan dan mengurangi tingkatan
gejala dengan meningkatkan fungsi endhotelial dan menurunkan detak jantung sebagai respon
ke exertion. Sehingga, olahraga dapat membantu sebagai terapi utama, terpisah dengan pasien
yang bukan merupakan kandidat untuk revascularization

Seperti yang pernah diilustrasikan sebelumnya, olahraga adalah faktor penting dari perlakuan untuk
kondisi cardiovascular secara akut dan kronis. Untuk pasien yang memiliki gejala cardiovascular akut
(penyakit jantung koroner, penggantian klep jantung) training olahraga seharusnya dimulai saat pasien
masih berada di dalam rumah sakit, dan dilanjutkan seterusnya setelah pasien keluar dari rumah sakit
(diharapkan selamanya). Tabel 13.8 menyajikan data mengenai indikasi dan kontra-indikasi untuk
olahraga bagi pasien jantung.

Tabel 13.8 Indikasi Klinis dan Kontra-Indikasi untuk rehabilitasi Jantung


Indikasi
Stabil secara medis setelah MI
Angina stabil
CABG (Coronary artery bypass graft surgery)
PTCA (percutaneous transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau prosedur trans-kateter
lainnya
Komnpensasi CHF (congestive Heart Failure)
Cardiomyopathy
Hati atau transplantasi organ lainnya
Operasi jantung lainnya seperti valvular dan pacemaker insertion termasuk ICD (Implantable
Cardioverter Defibrillator)
PAD (Peripheral Arterial Disease)
Ketidakmampuan Resiko tinggi CVD saat intervensi operasi
Sindrom koroner akut
End-Stage Renal Disease
Tingkat resiko untuk penyakit pembuliuh koroner dengan diagnosis diabetes melitus,
dyslipidemia, hipertensi, obesitas, atau penyakit dan kondisi lainnya
Pasien lainnya yang mungkin mengambil keuntungan dari olahraga berstruktur dan atau pasien
yang diedukasi berdasarkan referensi physician dan konsensi dari tim rehabilitasi.
Kontra-Indikasi
Angina tidak stabil
Resting sistolik BP (SBP) > 200 mmHg atau resting diastolic BP (DBP) > 110 mmHg yang
seharusnya dievaluasi berdasarkan kasus per kasus
Orthostatik BP turun ke >20 mmHg dengan gejalas
Titik kritis aortic stenosis (titik puncak SBP dengan gradien > 50 mmHg dengan luas katup aoritic
< 0.75 cm2 untuk area rata-rata orang dewasa)
Demam atau penyakit sistemic akut
Atrial yang tidak terkontrol atau ventricular dsysrhythmias
Sinus tachycardia yang tidak terkontrol (>120 beats/min)
CHF yang tidak terkompensasi
Penyumbatan atriventricular (AV) derajat tiga tanpa penghilang rasa sakit
Pericarditis aktif atau myocarditis
Emboli baru
Thrombophlebilitis
Penurunan atau kenaikan resting segmen ST (> 2mm)
Diabetes melitus yang tidak terkontrol (lihat Bab 13 untuk penjelasan olahraga dan DM)
Kondisi ortopedis akut yang tidak memungkinkan melakukan olahraga
Kondisi metabolis lain, seperti thyroiditis akut, hypokalemia, hyperkalemia, hypovolemia

Perlakuan pasien rawat inap seharusnya termasuk penilaian awal dan mobilisasi, identifikasi, dan
penyuluhan mengenai CVD faktor resiko, penilaian terhadap kesiapan pasien dalam melakukan aktifitas
fisik, dan perencanaan komprehensive. Olahraga sebaiknya diawasi dengan pengawasan fisiologis, dan
kemajuan seharusnya bertahap, dimulai dengan pergerakan sederhana, seeprti olahraga kasur, duduk di
sisi tempat tidur, dan kemajuan untuk diawasi saat berjalan.

Training olahraga untuk Pasien rawat jalan sebaiknya dimulai segera setelah keluar rumah sakit dan
diawasi secara klinis. Sebagai tambahan, pasien sebaiknya diajari untuk mengidentifikasi tanda dan
gejala abnormal. Perkembangan olahraga diikuti saat menjalani training pasien rawat inap, dengan
peningkatan secara bertahap. Tabel 13.9 menyediakan rekomendasi perkembangan olahraga dari pasien
jantung
Tabel 13.9 Rekomendasi Olahraga untuk pasien jantung
Tidak olahraga atau Uji farmakologis Tes farmakologis
tersedia tes tersedia (negtif untuk tersedia (positif untuk
farmakologis ischemia) ischemia)
Detak jantung selama Batas atas dari detak Jika detak jantung 10 detak/menit di
latihan jantung 20 detak/menit. meningkat : 70-85% bawah batasan
Titrasi secara bertahap maksimal detak ischemic (jika
ke level yang lebih jantung. Jika detak ditentukan). Jika
tinggi menurut RPE, jantung tidak meningkat ischemic tidak
tanda, dan gejala, : detak jantung saat ditentukan, gunakan
respon normal istirahat + 20 prosedur untuk tidak
psikologis detak/menit dengan berolahraga atau tes
kemajuan seperti yang farmakologis tersedia.
digambarkan untuk
tidak berolahraga atau
tes farmakologis
tersedia
Level MET awal 2-4 2-4 2-4
Monitor ECG, BP, RPE, dan tanda ECG, BP, RPE, dan tanda ECG, BP, RPE, dan tanda
atau gejala dari atau gejala dari atau gejala dari
ischemia ischemia ischemia
RPE (skala 10pt) 3-5 3-5 3-5
Kenaikan 1-2 1-2 1-2
perkembangan MET

You might also like