You are on page 1of 5

ACARA 2

Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian acara 2 berjudul Pengukuran Debit Sungai atau
Saluran bertujuan mengadakan pengukuran debit sungai atau saluran berdasarkan penampang dan
kecepatan aliran. Menurut Sulistiyono et al., (2013) debit aliran sungai adalah volume air sungai
yang mengalir dalam satuan waktu tertentu. Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai
yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Pada sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m3/s).
Fungsi pengukuran debit air adalah untuk mendapatkan informasi tentang jumlah air yang
akan memenuhi waduk dan jumlah air yang harus dialirkan dari waduk agar waduk tidak meluap
sehingga kebutuhan air bagi masyarakat dapat dipenuhi dan untuk mengetahui besar volume air
yang mengalir di sungai sehingga dapat segera diantisipasi kemampuan sungai untuk data
menampung air atau tidak dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, data tentang debit puncak atau
banjir diperlukan dalam pengelolaan air untuk berbagai macam keperluan, terutama dalam bidang
pertanian pada musim kemarau. Dari data debit rata-rata tahunan dapat diketahui potensi sumber
daya perairan suatu wilayah.
Dalam bidang pertanian, debit aliran dimanfaatkan untuk pembuatan irigasi. Pengukuran
debit aliran dapat untuk mengetahui debit andalan aliran air tersebut. Debit andalan merupakan
debit maksimum yang dapat digunakan untuk irigasi. Selain dalam bidang pertanian, debit juga
dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik dan sarana transportasi. Tenaga
pembangkit listrik dapat berasal dari uap, angin, bahan bakar minyak, nuklir maupun air. Apabila
tenaga pembangkit listrik berasal dari air, pengukuran debit aliran dapat membantu untuk
menentuhkan kecepatan pergerakan turbin. debit aliran juga sangat bermanfaat pada sarana
transportasi. Dengan adanya pengukuran debit aliran, maka dapat diketahui besarnya debit air di
suatu sungai dan kecepatan gerak air.
Pada praktikum ini, sungai selokan Mataram memiliki kecepatan aliran yang berbeda
beda untuk setiap titik pengamatan. Dengan menggunakan nilai k = 0.85 didapatkan hasil bahwa
dengan bandul kecepatan aliran pada B1 sampai B4 berturut turut adalah 0.12 m3/s; 0.13 m3/s;
0.10 m3/s; dan 0.07 m3/s. sedangkan tanpa bandul kecepatan aliran pada B1 sampai B4 berturut
turut adalah 0.19 m3/s; 0.20 m3/s; 0.17 m3/s; dan 0.10 m3/s. dari hasil tersebut dapat dilihat
bahwa kecepatan tertinggi adalah pada bagian B2. Hal ini telah sesuai dengan pernyataan Junaidi
(2014) bahwa kecepatan terbesar terletak pada bagian tengah kanal dan bagian atas dari bagian
terdalam kanal yang jauh dari seretan fiksional pada bagian dinding dan dasar kanal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya debit suatu aliran air antara lain sebagai
berikut (Soebarkah, 1978):
a. Hujan
Curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki komponen musiman
yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan
karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek) atau musim hujan pendek
(kemarau panjang). Semakin panjang musim hujan tentu debit air akan semakin
besar.
b. Topografi
Bentuk dan kemiringan lereng mempengaruhi lama waktu mengalirnya air hujan
melalui permukaan tanah ke sungai dan intensitas banjirnya. Daerah permukaan
miring akan menyebabkan aliran permukaan yang deras dan besar bila
dibandingkan dengan daerah yang agak datar.
c. Geologi
Jenis dan struktur tanah mempengaruhi kepadatan drainase. Kepadatan drainase
yang rendah menunjukkan secara relatif pengaliran melalui permukaan tanah yang
panjang menuju saluran, kehilangan air yang besar sehingga air saluran menjadi
lambat.
d. Keadaan vegetasi
Semakin banyak pohon menyebabkan makin banyak air yang lenyap karena
evapotranspirasi maupun infiltrasi sehingga akan mengurangi run off yang dapat
mempengaruhi debit sungai.
e. Manusia, dengan pembuatan bangunan-bangunan, pembukaan tanah pertanian,
urbanisasi, dapat merubah sifat keadaan Daerah Aliran Sungai (DAS).

Soebarkah, I. 1978. Hidrologi untuk Perencanaan bangunan Air. Idea Dharma. Bandung.
Sulistiyono, A. Sugiri, A.Y. Eka. 2013. Studi potensi pembangkit listrik tenaga mikrohidro
(PLTMH) di sungai cikawat desa talang mulia kecamatan padang cermin kabupaten
pesawaran propinsi Lampung. Jurnal FEMA. 1 (1) 48-54.
Junaidi, F.F. 2014. Analisis distribusi kecepatan aliran sungai musi (ruas jembatan ampera sampai
dengan pulau kemaro). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2 (3) 542-552.
ACARA 3

Praktikum acara III Pengelolaan Air untuk Pertanian berjudul pengukuran kehilangan air
di saluran. Kehilangan air pada saluran irigasi adalah berkurangnya volume air pada saluran irigasi
yang ditandai dengan adanya perbedaan antara debit aliran inflow dan outflow. Pengukuran
kehilangan air dapat digunakan dengan alat pengukur kehilangan air. Pada praktikum ini
menggunakan weirs untuk mengetahui banyaknya kehilangan air di saluran. Terdapat dua jenis
saluran yang diamati, yaitu saluran besar dan saluran kecil. Sehingga pengukurannya juga
menggunakan 2 macam weirs yang berbeda ukuran. Pengukuran kehilangan air dilakukan dengan
menggunakan Weirs tipe Thompson. Alat ini dapat memberikan pengukuran kehilangan air yang
cukup akurat. Pemilihan alat ini dikarenakan saluran yang ingin diamati memiliki aliran yang
relatif lambat dan ketinggian aliran tidak lebih dari 0,5 m. Cara pengukurannya adalah dengan
mengukur ketinggian air yang melewati Weirs sehingga menunjukkan besar kecilnya debit saluran
itu. Kelemahan dari metode ini yaitu alat yang digunakan harus disesuaikan dengan lebar saluran,
hanya dapat dilakukan pada saluran dengan aliran lambat dan di perlukan ketelitian yang tinggi
dalam pemasangan alat. Kelebihan dari metode ini yaitu murah dan mudah dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan air antara lain (Pascale et al., 2011):

1. Evaporasi
Merupakan penguapan yang terjadi didalam saluran. Evaporasi dipengaruhi oleh besar
kecilnya intensitas cahaya matahari yang jatuh ke saluran. Semakin besar intensitas cahaya
yang jatuh maka tingkat evaporasi akan semakin tinggi.

2. Rembesan
Saluran yang semakin lapuk akan memperbesar rembesan air lewat permukaan dinding
saluran. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas air secara perlahan-lahan.
Rembesan akan terjadi apabila pori dinding permukaan saluran semakin melebar.
3. Kebocoran
Saluran yang sudah lama usianya seringkali mudah berlubang atau rapuh sehingga
mengakibatkan kebocoran pada permukaannya. Hal ini harus dicegah karena dapat
mengakibatkan kehilangan air dalam jumlah besar. Salah satu cara untuk
mengantisipasinya yaitu dengan pengecekkan rutin oleh petugas atau pekerja terkait.
4. Perkolasi
Perkolasi dapat terjadi apabila keadaan jenuh pada lapisan tanah bagian atas terlampaui,
sehingga sebagian dari air tersebut mengalir kebawah tanah yang lebih dalam lagi dan
menembus permukaan air tanah.
5. Vegetasi
Semakin banyak vegetasi maka akan semakin besar kehilangan air karena penyerapan air
oleh vegetasi.
6. Eksploitasi
Pada hal ini berhubungan dengan operasional saat penyaluran air dari sumber sampai ke
lahan pertanian. Dalam hal ini pengaruh manusia sangat besar karena pengoperasian
saluran irigasi dilakukan oleh manusia.

Pascale, S. D., L. D. Costa, S. Vallone, G. Barbieri, and A. Maggio. 2011. Increasing water use efficiency
in vegetable crop production: from plant to irrigation systems efficiency. HortTechnology: 21.

You might also like