You are on page 1of 10

Baitul Hikmah Bukti Majunya Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan

Sejarah perkembangan Islam, tidak melulu soal peperangan, pedang, dan adu tanding. Banyak
kisah hebat yang ditorehkan oleh umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, jauh sebelum
Barat mendominasi seperti sekarang. Bahkan menjadi pusat ilmu terbesar di masanya, misalnya
Baitul Hikmah di masa dinasti Abbasiyyah.
Masa dinasti Abbasiyah (132-565 H/750-1258 M) terutama pada fase pertama yang dipimpin
oleh Khalifah Abu Jafar Al-Mansur, Khalifah Harun Al-Rasyid dan Abdullah Al-Makmun,
merupakan khalifah-khalifah yang sangat cinta pada ilmu pengetahuan, yang dengan
kecintaannya khalifah-khalifah sangat menjaga dan memelihara buku-buku, baik yang bernuansa
agama maupun umum, baik karya ilmuan muslim maupun non muslim, baik karya-karya ilmuan
yang semasanya maupun pendahulunya.
Kondisi ini terlihat jelas dari kebijakan khalifah Harun Al-Rasyid yang memerintahkan
tentaranya untuk tidah merusak kitab apapun yang ditemukan dalam medan perang. Begitu juga
khalifah Al-Makmun yang menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan lainnya
untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, sampai pada akhirnya berdirilah Baitul Hikmah di
Baghdad yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan pada waktu itu.
Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu
pengetahuan. Pada masa Abbasiyah lembaga ini diperluas penggunaannya. Baitul Hikmah,
pertama kali dirintis oleh khalifah Harun Al-Rasyid, menjadi pusat segala kegiatan keilmuan
yang dikenal dengan nama Khazanah Al-Hikmah.
Sejak 815 M, Al-Makmun mengembangkan lembaga ini dan diubah namanya menjadi Baitul
Hikmah. Di lembaga ini baik muslim maupun non muslim bekerja mengalihbahasakan berbagai
naskah kuno dan menyusun berbagai penjelasan.
Sejak awal berdirinya Baghdad, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dunia Islam. Maka tak heran Baitul Hikmah menjadi salah satu lembaga utama dari
masuknya literatur asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dianggap sebagai
jembatan besar dalam transfer ilmu pengetahuan.
Karenal inilah kemudian zaman tersebut dikenal dengan masa keemasan Islam (The Golden Age
of Islam).
Perpustakaan Fondasi Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Masa Kekhalifahan

Kemajuan yang dicapai umat Islam di bidang ilmu pengetahuan pada masa kekhalifahan, sangat
ditunjang oleh keberadaan perpustakaan. Fasilitas ini tersebar di kota-kota besar Islam.
Fungsinya tak sekadar tempat simpan pinjam buku, tapi juga merupakan pusat kajian ilmu
pengetahuan.

Sejarah mencatat, sejumlah kota besar yang pernah menjelma sebagai kutub peradaban Islam,
misalnya Baghdad, Kordoba (Andalusia), Kairo, ataupun Damaskus, sudah memiliki
perpustakaan besar yang representatif. Koleksinya mencapai ribuan buku dan manuskrip yang
sebagian besar adalah karya para ulama, ilmuwan, dan cendekiawan besar pada masa itu.

Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 661 hingga 750 Masehi, memberi perhatian besar
terhadap perpustakaan. Mereka membangun sebuah perpustakaan besar di Kordoba, yang oleh
sejarawan Ehsan Masood dalam buku Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern,
disebut sebagai 'permatanya Kordoba'.

Koleksinya mencapai 400 ribu judul. Ini merupakan perpustakaan terbesar pada masa tersebut.
Sedangkan di Baghdad pada masa Khalifah al-Ma'mun dari Bani Abbasiyah, ada Baitul Hikmah
yang dipastikan adalah sebuah perpustakaan besar sekaligus menjadi tempat kajian dan
penerjemahan karya-karya dari peradaban asing.

Berkembangnya sarana perpustakaan pada akhirnya membutuhkan tenaga pustakawan yang


andal. Dia dituntut menguasai banyak hal. Mulai dari pengenalan koleksi buku, hingga intisari
dari sebuah karya penting agar mampu menjelaskannya secara gamblang kepada para calon
pembacanya.

Dengan demikian, para pustakawan terkemuka di masa kekhalifahan Islam, bukanlah orang
sembarangan. Mereka adalah sarjana dan ahli ilmu pengetahuan, bahkan tak jarang bertitel
profesor. George Abraham Makdisi dalam Cita Humanisme Islam, mencatat nama Abd al-Salam
ibn al-Hasan ibn Muhammad al-Bashri.
Kunjungan Staf Bidang Politik Kedubes AS, Bimas Islam Jelaskan
Perkembangan Umat Islam

Untuk kesekian kalinya, DirektoratJenderal Bimbingan Masyarakat Islam mendapat kunjungan d


ari KedutaanBesar Asing di Jakarta untuk mencaritahu tentang perkembangan umatIslam
Indonesia terkini. Dalampengantar kunjungannya, Staf BidangPolitik Kedutaan AS,
yang didampingioleh Pradita Anggira Prima
(asistenpolitik Kedubes AS), bahwa maksudkedatangannya adalah untukmengetahui perkembang
an umatIslam
Indonesia. Pertemuandilaksanakan di Ruang Kerja DirjenBimas Islam di lantai 6 GedungKemen
ag RI, Jl. MH. Thamrin 6 Jakarta (6/11).

Dalam uraiannya, Dirjen Bimas Islam menjelaskan, bahwa Indonesia merupakan negara yang me
miliki banyak penganutagama. Ada enam agama yang didaftarkan pada negara, yaitu Islam,
Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu. Selainenam agama yang terdaftar, terdapat beberapa agama kecil sebaga
i kaum minoritas, seperti agama Kaharingan diKalimantan, Sunda Wiwitan di Jawa Barat, dan lai
n-
lain. Namun demikian negara berkewajiban melindungi mereka sebagaiimplementasi perlindung
an hak-hak dasar beragama dan berkeyakinan. Demikian disampaikan Prof. Dr. H. Machasin,
MA yang didampingi oleh Sekretaris Ditjen Bimas Islam.

Dalam kesempatan tersebut, Staf Politik Kedubes AS juga menanyakan tentang sikap pemerintah
Indonesia terhadapkelompok-
kelompok agama Islam minoritas, seperti Jemaah Ahmadiyah Indonesia
(JAI), Kelompok Syiah Sampang, danlain-lain.
Ada satu kata yang ditanyakan olehnya, apa yang dimaksud dengan istilah pembinaan yang dil
akukan olehpemerintah terhadap mereka.
Prof Machasin menjelaskan bahwa pembinaan merupakan terminologi umum yang digunakan
sejak pemerintahan Orde Baru. Pembinaan diartikan sebagai guidance atau mengajak merek
a kembalikepada pemahaman Islam
mainstream. Namun demikian, pemerintah lebih mengutamakan dialog dengan pihak-
pihakterkait, tuturnya.
Ketua MUI: Indonesia Pasar Potensial Ekonomi Syariah

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Rais Amm PBNU KH Maruf Amin menyebut
Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan perekonomian berbasis syariah.

Ini ia sampaikan saat dikukuhkan sebagai Doktor Honoris Causa dan Guru Besar Bidang Ilmu
Ekonomi Muamalat Syariah oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
Malang, Jawa Timur, Rabu kemarin.

Indonesia merupakan pasar potensial bagi tumbuh kembangnya ekonomi syariah. Saat ini,
kondisi perekonomian Indonesia sangat berimbang. PDRB Indonesia diproyeksikan masih 5
besar ke dunia dalam beberapa tahun ke depan, kata KH Maruf Amin dalam orasi ilmiahnya,
seperti dikutip Kamis (25/5/2017).

Sumberdaya manusia Indonesia yang 67 persen di antaranya pemeluk agama Islam menjadi
dasar potensi pengembangan ekonomi syariah. Saat ini, kelas menengah baru dari pemuda
muslim terus meningkat. Mereka telah tercukupi kebutuhan pokoknya, tapi masih ingin terus
berkembang.

Mereka inilah yang akan membawa perubahan besar di negeri ini. Mereka telah terpenuhi
kebutuhan pokoknya, tapi akan terus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Seperti
kebutuhan berekspresi ekonomi dan kebutuhan spiritualitasnya, ujar Maruf Amin.

Ekonomi syariah, kata dia, bisa menjadi jawaban atas kebutuhan tersebut. Kebijakan yang
dibangun atas sistem ekonomi yang bersumber dari ajaran islam, diyakini lebih membawa
keadilan ekonomi. Dapat meningkatkan kualitas dan menjawab kebutuhan berekspresi dalam
berekonomi dan sisi kebutuhan spiritualitas.

Tapi upaya untuk memperbesar ekonomi syariah di Indonesia tak mudah. Tapi ekonomi syariah
sudah memiliki landasan yang kuat, ujar Maruf.

Rektor UIN Maliki Malang, Mudjia Rahardjo mengatakan, KH Maruf Amin adalah ulama
moderat yang memiliki keilmuan dan komitmen untuk bangsa dan negara.

Karena menjadi panutan, kami memberikan gelar guru besar pada beliau. Itu tidak
sembarangan, beliau layak mendapat gelar tertinggi dalam bidang akademik, kata Mudjia.

Acara pengukuhan tersebut turut dihadiri Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menteri
seperti Menteri Sosial Khofiffah Indar Parawansa, Menristek Dikti Mohammad Nasir. Ketua
Umum PBNU, KH Said Aqiel Siradj juga tampak dalam pengukuhan tersebut.
Kecamatan Secanggang Terbaik Festival Nasyid Langkat

TRIBUN-MEDAN.com, STABAT - Pemerintah Kabupaten Langkat menyelenggarakan


festival Seni Nasyid ke-45 yang dilaksanakan di Serambi Jentera Malay Rumah Dinas Bupati,
Rabu,(18/5/2016).
Bupati Langkat. H. Ngogesa Sitepu SH dalam pidato tertulis yang dibacakan Wabup Sulis
mengatakan Festival Nasyid ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah Kab. Langkat
dalam pembinaan generasi muda baik dalam seni budaya, olahraga, pendidikan maupun bidang
lainnya.
Karena itu, sudah kewajiban bagi suatu Pemerintah Daerah untuk mencari bibit potensial yang
nantinya akan menjaga dan mengharumkan nama Kabupaten Langkat, kata Sulis.
Sulis berharap Festival ini dapat mengangkat motivasi generasi muda nasyid untuk melantunkan
syair yang indah. Tunjukan bahwasannya generasi muda Langkat adalah generasi yang berakhlak
baik dan senantiasa memgang teguh ajaran agama.
Selamat kepada pemenang dan sukses atas keberhasilannya, semoga menjadi motivasi untuk
memberikan prestasi yang lebih baik lagi, cetus Sulis.
Dikesempatan yang sama, Sulis mengingatkan kepada para camat maupun KUA untuk bergiat
menggali potensi yang ada di wilayah masing-masing dan berpodoman pada aturan main.
Gunakan cara-cara yang mendidik sehingga tidak ada kecurangan seperti manipulasi data usia
dan domisil peserta.
Ketua Panitia Penyelenggara Sekdakab Langkat dr. Indra Salahudin yang disampaikan oleh
Kakan Kemenag H. T. Dharmansyah menyampaikan bahwa kegiatan bertujuan membina
generasi muda untuk kemaslahatan daerah sekaligus mempersiapkan grup nasyid putra-putri
Langkat di iven tingkat provinsi.
Dharmansyah menambahkan pelaksanaan festival berlangsung dari tanggal 16 sampai 18 Mei,
dan peserta berasal dari masing-masing Kecamatan.
Berikut nama-nama kategori pemenang festival nasyid ke-45, Untuk kategori Juara Utama Putra
terbaik I diraih oleh utusan Kec. Secanggang, terbaik II diraih oleh utusan Kec. Kuala, terbaik III
diraih oleh utusan Kec. Batang Serangan sedangkan Juara utama Putri terbaik I diraih oleh
utusan Kec. Batang Serangan, terbaik II diraih oleh Utusan Kec. Sawit Seberang dan terbaik III
diraih oleh utusan Kec. Secanggang.
Untuk Kategori Grup Favorit Putra diraih oleh Kec. Wampu dan Grup Favorit Putri diraih oleh
Kec. Selesai juga diberikan hadiah untuk kategori Busana Terbaik Grup Nasyid Putra yaitu dari
Kec. Secanggang dan Grup Nasyid Putri dari Kec. Batang Serangan, sedangkan untuk kategori
Vokalis terbaik Putra diberikan kepada Muammar, S.Pd.I dari Kec. Secanggang dan untuk
Vokalis terbaik Putri diberikan kepada Nurul Hidayah dari Kec. Batang Serangan. (ari/tribun-
medan.com)
Nasyid XII Sumut, Langkat Hipnotis Penonton

MedanBisnis - Langkat. Group Nasyid Putri binaan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten
Langkat Ny Hj Nurhaida Ngogesa Sitepu yang merupakan utusan Kabupaten Langkat berhasil
memukau dan menghipnotis penonton dalam pagelaran seleksi Nasyid XII Tingkat Sumatera
Utara yang digelar di Asrama Haji Pangkalan Masyhur Medan.

Hal itu disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Langkat Ny Hj Nurhaida Ngogesa,
Jum'at (10/10) kepada MedanBisnis seusai menghadiri acara seleksi Nasyid Tingkat Sumatera
Utara.

"Kami selaku Pembina Group Nasyid Kabupaten Langkat, sangat bersyukur kepada Allah dan
mengucapkan Alhamdulillah, dimana anak-anak yang kami asuh dapat tampil maksimal dan
menggembirakan. Karena itulah, secara pribadi saya merasa bahagia, dikarenakan mereka dapat
menunjukkan kemampuannya sebagaimana yang diharapkan," puji Murhaida.

Menurut Hj Nurhaida, keikutsertaan group nasyid baik putra maupun putri khususnya, yang
merupakan binaan Tim Penggerak PKK Langkat, dilatih dan dibina pelatih dari Medan yang
sudah cukup dikenal, dibantu koordiantor Putri Ramadhani Lubis yang mempunyai prestasi
tingkat nasional.

Dengan berkesinambungannya pelatihan dan pembinaan grup nasyid di Kabupaten Langkat,


membuktikan adanya keseriusan dan perhatian yang sangat besar dari Pemkab Langkat dalam
upaya mengembangkan Seni Budaya Islam di Tanah Melayu yang dominan beragama Islam.

Bagi Kabupaten Langkat, prestasi group nasyid putri sudah sangat dikenal dan tidak diragukan
lagi sejak dulu, baik tingkat provinsi maupun nasional.

Prestasi yang diraih antara lain, juara pertama lomba nasyid Tingkat Nasional di Ambon Tahun
2007, peserta nasyid terbaik pertama dalam perlombaan nasyid di Binjai Tahun 2011.(ilyas
effendi)
Masjid Agung Jateng Jadi Pusat Kajian Islam Internasional dan Simbol

Perdamaian

SEMARANG - Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) akan dikembangkan sebagai masjid
berjaringan internasional. Dewan Pengurus Pelaksana (DPP) MAJT telah menjalin kerja sama
dengan masjid raya di sejumlah negara di antaranya China, Amerika Serikat, Rusia, Malaysia,
dan Australia hingga sejumlah negara Eropa.

Ketua DPP MAJT KH Noor Ahmad MAA Noor mengungkapkan, bentuk jalinan kerja sama
yang utama meliputi bidang dakwah, pendidikan atau beasiswa dan pengembangan masjid.
Harapannya, MAJT juga bisa menjadi simbol perdamaian masyarakat dunia.

Ya supaya Islam di seluruh dunia itu satu, damai, tidak ada radikalisme, sekuler, mengkafirkan
yang lain. Hubungan antar masyarakat damai seperti yang dibawa Rasul Muhammad SAW,
kata Noor Ahmad di Semarang, Jumat (14/7/2017).

Dia menyebutkan, belum lama ini MAJT kedatangan Imam masjid di New York, Amerika
Serikat, Imam Shamsi Ali, yang juga salah satu simbol toleransi di AS. Tokoh-tokoh Islam dari
Negeri Tirai Bambu sebelumnya juga sudah menjalin kerja sama dengan MAJT. Begitu juga
ulama-ulama dari Malaysia.

Saat di Moskow Rusia, imam masjid besar di sana juga berkeinginan berkunjung ke Semarang.
Suatu saat kami lakukan kerja sama serupa dengan masjid-masjid di Eropa, ujar mantan Rektor
Unwahas Semarang ini.

Menurut dia, fungsi masjid ini bukan hanya dijadikan tempat bernaungnya umat Islam di
Indonesia, namun juga umat lain. Yang kami kembangkan masjid untuk umat dan semua umat
akan berlindung pada masjid. Saya kira itu yang dilakukan Nabi Muhammad, kata Noor
Ahmad.

Di sisi lain, MAJT juga akan dijadikan sebagai pusat kajian dan pengembangan Islam Nusantara.
Bahkan pengembangannya ditarget hingga berskala internasional. Jika MAJT jadi ikon
internasional, maka akan jadi pusat kajian masyarakat dunia sehingga diharapkan akan jadi
rujukan, atau simbol sebagai Islam wasathiyah di Indonesia, paparnya.
Infaq masjid di Kaltim didonasikan ke Palestina

Sindonews.com - Aksi solidaritas warga Indonesia terhadap warga Palestina yang menjadi
korban kekerasan tentara Israel masih terus bergulir. Kali ini, giliran Majelis Ulama Indonesia
(MUI) Kalimantan Timur (Kaltim) bekerjasama dengan Dewan Masjid Kaltim yang akan
melakukan penggalangan dana bagi warga Palestina yang menjadi korban agresi militer Israel.

"Perang memang berhenti saat ini. Tapi banyak korban dari warga Palestina yang dirawat dan
membutuhkan batuan. Untuk itu aksi solidaritas ini kami gelar," ujar Ketua Bidang Ukhuwah
MUI Kaltim Abdu Rahman di kantornya, Rabu (19/12/2012).

Metode penggalangan dana rencananya dilakukan dengan cara mengumpulkan dana infaq yang
terkumpul dalam satu hari, dari seluruh masjid di Kaltim.

"Kita imbau seluruh masjid mengumpulkan hasil infaq yang diperolehnya dalam satu hari untuk
disumbangkan," kata Abdu.

MUI Kaltim bersama Dewan Masjid menyepakati, infaq yang nantinya disumbangkan
merupakan infaq yang terkumpul pada Jumat 4 Januari 2013.
"Waktunya sudah ditentukan yakni Jumat pertama di Januari tahun depan. Itu yang
disumbangkan," jelas Abdu.

Di akhir Januari 2013 nanti, sumbangan dari masjid seluruh Kaltim ini akan kita salurkan 100
persen ke MUI Pusat atau langsung ke Kedutaan Palestina di Indonesia.

MUI berharap, masyarakat Kaltim dapat membantu meringankan beban rakyat Palestina dengan
memberikan infaq di Jumat pertama Januari mendatang.

"Kita berharap masyarakat ikut bersimpati terhadap apa yang menimpa saudara kita di
Palestina," harapnya.

Tidak hanya infaq Jumat dari seluruh masjid di Kaltim, MUI pun memersilakan pihak-pihak lain
yang ingin turut bersimpati dengan menyalurkan langsung bantuannya ke rekening MUI Kaltim.

Aksi solidaritas ini bertujuan memberikan dukungan moril dan politik kepada Palestina,
khususnya di Gaza yang terus menerus menghadapi gempuran Israel.
Aset Perbankan Syariah Diprediksi Ungguli Konvensional

JAKARTA - Bank Umum Syariah (BUS) pada akhir 2017 diproyeksikan akan mengalami
pertumbuhan aset di atas Bank Umum Konvensional (BUK) dengan selisih yang tipis yakni
0,54%.

Artinya, perbankan syariah pada 2017 akan terus meningkatkan sumber dayanya, baik dalam
segi kuantitas kekayaan perusahaan, maupun kuantitas jumlah industri perbankan syariah yang
akan terus meningkat.

"Bank syariah diprediksi tumbuh dua kali lipat dibanding bank konvensional. Pada 2016
berdasarkan RBB saja aset tumbuh sekitar 6% sedangkan tahun ini diproyeksi tumbuh 11,8%. Itu
kinerja yang baik," kata Pengamat ekonomi syariah, Adiwarman Karim kepada KORAN SINDO
usai jumpa pers sosialisasi fatwa terbaru antara BNI Syariah dengan DSN MUI di Jakarta, Selasa
(21/3/2017).

Meski demikian, pihaknya memandang bahwa pada 2017 merupakan tantangan bagi perbankan
syariah dan kenyamanan bagi bank konvensional.

Hal ini dikarenakan pertumbuhan kredit konvensional berada pada level yang cukup signifikan,
yakni berada di atas pertumbuhan industri perbankan dan juga syariah. Hingga akhir 2016,
pertumbuhan perbankan syariah terlihat sedikit melambat.

Pada kuartal IV/2016 jumlah pertumbuhan bank syariah berada di bawah industri perbankan dan
juga bank nasional yakni 7,21%. Di mana pada 2017, perbankan syariah diproyeksikan akan
mempercepat pertumbuhan jumlah dana pihak ketiga (DPK) hingga 5,22%.

"Itu lebih baik dibandingkan dengan konvensional yang hanya menambah pertumbuhan DPK
sebesar 4,55%," paparnya.

Sementara, secara keseluruhan perkembangan industri jasa keuangan Indonesia akan terus
berkembang cukup baik. Jumlah total kredit perbankan mencapai angka tertinggi dibanding
jumlah aset dan DPK hingga 7,78% pada kuartal I/2016 dan 13,25% pada akhir 2017.
OJK: Keuangan Syariah Bisa Menjadi Salah Satu Solusi Dunia

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman Hadad
mengatakan keuangan syariah bisa menjadi salah satu solusi dunia dalam mencapai target
Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Prinsip-prinsip khas keuangan syariah yang memihak pada pemerataan pendapatan dan
berorientasi pada kegiatan sosial lingkungan, menjadikan pengembangan sistem keuangan
syariah sangat relevan dengan pencapaian target-target SDGs, kata Muliaman seperti dalam rilis
yang diterima SINDOnews, Minggu (9/10/2016).

Keuangan syariah, kata dia, tidak hanya menjangkau aspek pemberantasan kemiskinan juga
mencakup peningkatan kesehatan, penyediaan pendidikan yang berkualitas, kesetaraan gender,
pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, antisipasi perubahan iklim dan penurunan
ketimpangan tingkat pendapatan.

"OJK sebagai otoritas sektor jasa keuangan di Indonesia terus mendorong perkembangan sektor
keuangan syariah, mulai dari sektor perbankan syariah, IKNB syariah dan pasar modal syariah,"
imbuh dia.

Mantan Deputi Gubernur BI ini menyebutkan, share industri perbankan syariah terhadap industri
perbankan nasional menunjukkan kenaikan dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari 4,60% di Juli
2015 menjadi 4,81% di Juli 2016. Share tersebut diperkirakan mencapai 5,13% apabila turut
memperhitungkan hasil konversi BPD Aceh menjadi Bank Umum Syariah.

Sejalan dengan perkembangan share tersebut, terjadi kenaikan aset perbankan syariah (BUS dan
UUS) sebesar 18,49% (YOY), dari Rp272,6 triliun (Juli 2015) menjadi Rp305,5 triliun (Juli
2016). Kenaikan terutama didorong oleh meningkatnya penghimpunan dana pihak ketiga sebesar
12,54% (YOY), dari Rp216 triliun (Juli 2015) menjadi Rp243 triliun (Juli 2016), yang
selanjutnya telah mendorong penyaluran pembiayaan tumbuh sebesar 7,47% (YOY), dari
Rp204,8 triliun (Juli 2015) menjadi Rp220,1 triliun.

Dari sisi kualitas pembiayaan, NPF gross mengalami penurunan (YOY) dari 4,89% (Juli 2015)
menjadi 4,81% (Juli 2016). Sementara profitabilitas yang tercermin dari rasio ROA meningkat
dari 0,91% (Juli 2015) menjadi 1,06% (Juli 2016). Sedangkan rasio BOPO membaik dari
94,19% (Juli 2015) menjadi 92,78% (Juli 2016). Selain itu, terjadi peningkatan kecukupan
permodalan perbankan syariah yang tercermin dari kenaikan rasio CAR, yaitu dari 14,47% (Juli
2015) menjadi 14,86% (Juli 2016).

Sementara untuk pasar modal syariah, persentase nilai masing-masing efek syariah dari total efek
per tanggal 23 September 2016 adalah sebagai berikut: saham syariah sebesar 55,97%, sukuk
korporasi sebesar 3,88%, reksa dana syariah sebesar 3,76% dan sukuk negara sebesar 15,08%.

You might also like