You are on page 1of 2

4.

TINJAUAN PUSTAKA
Amalgam merupakan campuran antara dua atau lebih logam dengan salah satu unsurnya
yaitu merkuri. Dental amalgam umumnya terdiri atas merkuri yang dicampur dengan partikel
padat dari logam campur perak, timah dan tembaga sebagai komponen utama, serta tambahan
sedikit zinc, merkuri dan logam lain seperti indium atau palladium. Reaksi pencampuran antara
merkuri dengan logam campur disebut amalgamation. Hasil dari reaksi ini adalah material
restorasi yang keras berwarna perak keabu-abuan (Mc Cabe and Walls 2008, p. 181).

Tabel 4.1. Standar komposis amalgam alloy berdasarkan spesifikasi ISO 1559 (Mc Cabe 2008, 182)

Manipulasi dari amalgam meliputi beberapa tahap yaitu proportioning and dispensing,
trituration, condensation, carving dan polishing. Proportioning and dispensing adalah tahap
awal meliputi proses penentuan perbandingan rasio alloy/merkuri dan bentuk keduanya, apakah
terpisah atau sudah tercampur dalam bentuk kapsul. Trituration merupakan tahap pencampuran
alloy dan merkuri, bisa secara manual (mortar and pestle) atau secara mekanik (menggunakan
electrically powered machine). Setelah melalui triturasi, amalgam dikondensasi, yaitu
dikumpulkan menjadi satu untuk siap diinsersikan pada bagian yang dipreparasi. Selanjutnya,
amalgam tersebut diukir (carving) sesuai dengan anatomi gigi dan dipoles (polishing) agar
permukaannya mengkilap dan lebih tahan terhadap korosi (Mc Cabe and Walls 2008, pp. 191-
193).
Proses triturasi sendiri memiliki dual fungsi yaitu untuk mencampur semua bahan-bahan
dan menghilangakan lapisan oksigen yang terdapat pada permukaan partikel alloy. Selama
proses ini, merkuri diserap oleh partikel alloy dan bereaksi dengan perak dan tin membentuk
campuran perak-merkuri, Ag2Hg3 (fase 1) dan tin-merkuri, Sn7-8Hg (fase 2) (Powers &
Sakaguchi 2012, 204).
Gambar 4.1. Proses reaksi umum amalgam alloy dengan merkuri. (Powers & Sakaguchi 2012, 204)

Saat kristal dari fase 1 dan 2 sedang dibentuk, amalgam relatiF lunak dan dapat dengan
mudah dikondensasi dan dilakukan carving. Setelah banyak kristal 1 dan 2 yang terbentuk,
amalgam menjadi lebih keras dan lebih kuat serta lebih susah untuk dilakukan kondensasi dan
carving (Powers & Sakaguchi 2012, 204).
Proses triturasi adalah proses untuk mendukung proses amalgamation dengan tepat. Proses
ini menghancurkan lapisan oksigen pada partikel amalgam alloy agar dapat berekasi dengan baik
dengan merkuri. Tirturasi yang tepat harus dilakukan untuk mendapatkan konsistensi campuran
yang cukup plastis. Waktu triturasi yang diperlukan tergantung dari tipe alloy serta sistem
pengadukan yang digunakan. Untuk sistem pengadukan dengan kecepatan 4000 rpm, waktu
amalgamation dapat hanya sekitar 5 detik. Untuk sisstem dengan kecepatan yang lebih rendah,
sekitar 2600 rpm, waktu triturasi dapat berkisar antara 20 detik atau lebih (Van Noort 2013, 65-
66).
Amalgam yang kekurangan waktu triturasi terlihat remah atau kering, memiliki permukaan yang
kasar (Soratur 2002, 209), serta terlihat siap untuk setting dengan cepat. Sedangakan triturasi
ekstra menghasilkan campuran yang lebih plastis dengan working time yang lebih lama. Waktu
triturasi yang semakin meningkat dapat mempercepat setting time karena material menjadi panas
selama proses pencampuran yang kuat (Van Noort 2013, 66). Jika kecepatan triturasi
ditingkatkan, maka setting dan working time akan menjadi lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Mc Cabe, J.F dan A.W.G. Walls. Applied Dental Material. 9th ed. 2008. Blackwell Science publ.
pp. 181-182, 191-193.
Sakaguchi RL, Powers JM. 2013. Craigs Restorative Dental Materials. 13th ed. Philadelphia :
Elsevier. p. 204.
Soratur SH. 2002. Essentials of Dental Materials. New Delhi: Jaypee. p. 209.
Van Noort R. 2013. Introduction to Dental Materials. 4th ed. Elsevier. pp: 65-66.

You might also like