You are on page 1of 7

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 14, No.

1, 2009, halaman 1 - 4 ISSN : 1410 0177

PENGGUNAAN MALTODEKSTRIN DARI PATI BERAS (Oryza sativa) SEBAGAI


BAHAN PENGIKAT TABLET ASETOSAL

Syofyan*, Lukman Hakim**, Arsyadi***

*Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang


**Progran Studi Farmasi, FMIPA Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta
***Lembaga Farmasi Angkatan Laut , Jakarta
Diterima tanggal : 1 Desember 2009 disetujui : 1 Desember 2009

Abstract

Maltodextrin is a starch derivative product generated from partial hydrolysis by -amylase enzyme with a value
of Dekstrose Equivalent (DE) of less than 20. Maltodekstrin was mixed with water to form colloidal liquid when
heated and has the ability as a binder. This study aims to find out the comparison of HFR/DT (Hardness,
Friability, Disintegration Time) tablets acetosal use from 5-10 DE maltodextrin rice starch as a binder. Acetosal
tablet manufacturing is done by direct method. Concentration of maltodextrin used as a binder in each formula is
5%, 15%, 25% and 35%. The results of statistical tests showed F counted (120.33) is greater than the F table
(3.11) so it can be concluded that the real difference among the formulas. The results showed increased
concentrations of maltodekstrin DE 5-10 can increase the price of HFR/DT acetosal tablets. The HFR/DT
highest obtained the formula 4 is 0.4072

Key words : maltodextrin DE 5-10, rice star, binder, HFR/DT

Pendahuluan oleh enzim -amilase yang memiliki nilai


Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20.
Pengembangan formulasi tablet diarahkan kepada Maltodekstrin dapat bercampur dengan air
optimasi kekerasan tablet tanpa pemakaian membentuk cairan koloid bila dipanaskan dan
kekuatan kompresi yang berlebihan serta mempunyai kemampuan sebagai perekat sehingga
memberikan disintegrasi dan disolusi obat yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat tablet.
cepat. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh di (Anwar, E. 2002; Anwar, et al, 2004a; Anwar, et al,
sini adalah penggunaan bahan pengikat. Bahan 2004b; Wide, et al, 1994)
pengikat akan memperbaiki atau meningkatkan
sifat kohesif dan ikatan yang baik pada serbuk obat Pengikat yang baik tidak hanya dapat menghasilkan
dengan cara menyatukan partikel-partikel serbuk tablet dengan kekerasan yang cukup dan keregasan
menjadi butiran granul atau massa dengan yang memenuhi persyaratan, tetapi juga dengan
kompaktibilitas yang tinggi (Aulton, 1988; waktu hancur yang baik. Parameter yang paling
Swarbrick, et al, 1988). tepat untuk melihat persyaratan ini adalah HFR/DT
(Hardness-Friability-Disintegration Time). Harga
Bahan pengikat yang lazim digunakan antara lain ini didapat dengan membagi nilai kekerasan dengan
berbagai jenis pati, gelatin, turunan selulosa, gom keregasan dan waktu hancur. Semakin besar harga
arab, tragakan, PVP dan lain sebagainya (Voigt, R. HFR/DT semakin baik produk yang dihasilkan
1994). Salah satu sumber pati yang dapat (Alebiowu, et al, 2003; Anwar, et al, 2004).
dimanfaatkan adalah dari beras (Oryza sativa).
Beras dapat diolah menjadi pati, namun dalam Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan
bentuk ini, karakteristiknya tidak mendukung penelitian tentang pemanfaatan maltodekstrin dari
seperti daya alir yang kurang baik dan tidak punya pati beras sebagai bahan pengikat dalam sediaan
sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai tablet asetosal.
bahan pengisi atau bahan penghancur tablet bagi
bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau Metodologi
sebagai mucilago, bahan pengikat dalam
pembuatan tablet secara granulasi basah (Jufri, et 1. Persiapan Bahan dan Alat
al, 2004).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Maltodekstrin merupakan salah satu produk turunan terdiri dari: beras (Sumber: Desa Sukaluyu, Kec.
pati yang dihasilkan dari proses hidrolisis parsial Teluk Jambe Timur, Karawang), asetosal (Bayer),
Syofyan, et al. J. Sains. Tek. Far.,
14(1)2009

Microcristalline Celulosa (MCC) PH 102 (Asahi), larutan luff schoorl dan beberapa batu
aerosil, laktosa, talk, CaCl2, enzim -amilase didih. Dibuat pula perlakuan blanko, 25
(Novo enzim), HCl 0,1N, NaOH 0,1N, natrium ml larutan luff school dengan 25 ml aqua
asetat trihidrat, asam asetat glasial P, alkohol, dest. Erlemeyer dihubungkan dengan
dekstrosa standar, pereaksi Fehling, indikator biru pendingin balik lalu dididihkan, usahakan
metilen, larutan iodium, H2SO4 2N, ammonium 2 menit sudah mendidih. Pendidihan
karbonat P, Na2S2O3 0,1 N, etanol dan aquadest. larutan dipertahankan selama 10 menit.
Cepat-cepat didinginkan lalu ditambahkan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini 15 ml KI 20% dan H2SO4 26,5%.
terdiri dari Spectrophotometer (UV Shimadzu), Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N. Titik
spray dryer (Buchi B-290), mesin kempa tablet, akhir titrasi ditandai dengan perubahan
UV-Visible krussibel, hardnes tester (YD-3), warna dari biru menjadi putih susu.
friability tester (CS-2), disintegration tester (BJ-2),
dissolution tester (RC-6), tanur Fornace 47900, c. Penetapan Kadar Amilosa (Sumardji, et
timbangan analitik (adventurer ohaus), mixer, botol al, 1997)
timbang, pH meter desikator, oven (memmert),
ayakan mesh 60 dan alat-alat gelas. Ditimbang seksama 100,0 mg pati,
dimasukkan ke dalam gelas piala,
2. Isolasi Pati dan Pembuatan Maltodekstrin ditambahkan 1 ml etanol 95%, 9 ml
2.1. Isolasi pati (Schenck, et al, 1992). NaOH 1 N, diaduk, dipindahkan ke dalam
labu ukur 100 ml, ditambahkan aquadest
Beras yang akan diekstrak patinya dicuci ad garis tanda, dikocok ad homogen.
dengan air, kemudian dihaluskan. Air Dipipet sebanyak 5 ml larutan kerja,
ditambahkan sebanyak 9 kali berat bahan. dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
Peras dengan kain saring. Filtrat dibiarkan ditambahkan 1 ml asam asetat dan 2 ml
mengendap sampai supernatannya jernih. larutan iodin, ditambahkan aqua dest
Supernatannya dibuang. Endapannya dicuci sampai garis tanda, dikocok hingga
dengan cara menambahkan air sebanyak 9 kali homogen dan dibaca pada panjang
berat bahan dan diaduk. Supernatannya gelombang 625 nm.
dibiarkan sampai jernih kemudian dibuang dan
cuci lagi seperti di atas sampai 3 kali. Endapan 2.2. Pembuatan maltodekstrin (Griffin, et al,
pati yang diperoleh dikeringkan dalam oven 1989)
pada suhu 50C sampai kering, lalu digiling
dan diayak dengan pengayak mesh 60. Sejumlah 40% b/v pati beras disuspensikan ke
dalam aquadest yang mengandung 200 ppm
a. Pemeriksaan Pati (Depkes RI, 1995) CaCl2 yang telah dipanaskan pada suhu 70C,
Meliputi warna, bau dan rasa, pH, dan pHnya diatur 5 - 6, kemudian ke dalam
penetapan susut pengeringan dan sisa suspensi ditambahkan 0,1% v/b enzim -
pemijaran. amilase dan diaduk hingga homogen.
Campuran diinkubasi selama 40 menit pada
b. Penetapan Kadar Pati (Sumardji, et al, suhu 85 3C. Untuk orientasi, setelah 20
1997) menit pertama sampel diambil, direaksikan
Ditimbang sampel sebanyak 213,5 mg, dengan larutan iodium dan ditentukan nilai DE
ditambahkan aqua dest 25ml, diaduk nya. Hidrolisis dihentikan setelah nilai DE
selama 10 menit, suspensi disaring dengan yang diinginkan diperoleh, kemudian
kertas saring dan dicuci dengan 25 ml campuran didinginkan sampai suhu mencapai
aqua dest. Filtrat ini berupa karbohidrat 30oC. Untuk menghentikan aktivitas enzim
yang terlarut dan dibuang. Residu ditambahkan HCl 0,1 N sampai pH 3,7-3,9 dan
dipindahkan ke dalam erlemeyer dengan didiamkan selama lima menit. Selanjutnya
pencucian 50 ml aqua dest. Ditambahkan dinetralkan dengan NaOH 0,1 N sampai pH
20 ml HCl 25%, tutup dengan pendingin 6,7. Hasil yang diperoleh dikeringkan dengan
balik dan dipanaskan dengan penangas air metode spray dry, kemudian diayak dengan
mendidih selama 2,5 jam. Didinginkan ayakan mesh 60.
dan dinetralkan dengan NaOH 45%,
ditambahkan aqua dest hingga 100 ml. a. Penentuan nilai DE (Apriyanto, 1989)
Larutan dipipet 25 ml, ditambahkan aqua Maltodekstrin yang dihasilkan sebelum
dest ad 100 ml lalu dikocok ad homogen. dikeringkan ditimbang 25 g dan
Filtrat dipipet 25 ml, ditambahkan 25 ml dimasukkan ke dalam gelas piala
Syofyan, et al. J. Sains. Tek. Far.,
14(1)2009

kemudian ditambahkan alkohol 80% (1:2). b. Pemeriksaan Karakteristik


Campuran diaduk dengan pengaduk Maltodekstrin
magnet selama 30 menit. Filtrat Dilakukan pemeriksaan berupa pemerian,
dipanaskan pada penangas air sampai pH, uji Iodium, nilai DE, susut
semua alkohol menguap (sampai pengeringan dan sisa pemijaran.
volumenya menjadi seperlima dari awal)
lalu ditambahkan aquadest secukupnya 3. Pembuatan Tablet Asetosal
dan disaring dengan kertas saring
dimasukkan ke dalam labu ukur dan Pembuatan tablet asetosal menggunakan metode
volumenya dicukupkan sampai 100,0 ml cetak langsung dengan formula seperti pada Tabel
dengan aqua dest. Ambil sebanyak 5,0 ml 1. Asetosal dicampur dengan laktosa, pati jagung,
sampel ditambahkan 10 ml pereaksi maltodekstrin/MCC PH 102, magnesium stearat,
fehling. Campuran tersebut dipanaskan talk dan aerosil lalu dikocok selama 15 menit dalam
sampai mendidih lalu ditambahkan 34 wadah plastik. Setelah itu dilakukan evaluasi
tetes indikator metil biru dan dititrasi terhadap massa tablet meliputi waktu alir, sudut
dengan larutan dekstrosa sampai warna diam dan kompresibilitas, kemudian massa tablet
biru tepat hilang. dicetak menjadi tablet seberat 250 mg.

Tabel 1. Formula tablet asetosal


Formula (mg)
Bahan
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Asetosal 100 100 100 100 100 100
Maltodekstrin (%) 5 15 25 35 20 -
MCC PH 102 (%) - - - - 20 20
Amylum Maydis 25 25 25 25 25 25
Talk 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Mg. stearat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Aerosil 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25 1,25
Laktosa ad 250 250 250 250 250 250

4. Evaluasi tablet beras amilosa rendah (9% - 20%). Penetapan


kandungan amilosa dan amilopektin perlu
Evaluasi tablet meliputi uji keseragaman bobot , dilakukan karena perbedaan kadarnya dalam setiap
keseragaman kandungan (Depkes RI, 1979), pati dapat mempengaruhi sifat pati dan
pemeriksaan uji kekerasan dan keregasan maltodekstrin yang dihasilkan.
(Lachman, et al, 1994) serta pemeriksaan waktu
hancur, disolusi dan penetapan kadar zat aktif Pembuatan maltodekstrin dilakukan secara
(Depkes RI, 1995). enzimatis menggunakan enzim -amilase pada suhu
85C selama 40 menit pada pH 5-7. Enzim berasal
5. Teknik Analisis dari bakteri Bacillus liceniformis yang memiliki
keunggulan karena tetap aktif dalam kisaran pH
Data yang diolah secara statistika adalah data yang cukup besar, yaitu 5,5 7,5 dimana
pengaruh perbedaan konsentrasi maltodekstrin aktvitasnya dapat mencapai 100%, dapat digunakan
terhadap nilai HFR/DT dengan menggunakan pada suhu yang sangat tinggi (sampai 110 C) dan
Anova satu arah. tidak memerlukan terlalu banyak ion Ca2+, hanya
200 ppm untuk mempertahankan kestabilannya.
Hasil dan Diskusi Hidrolisis dilakukan di atas suhu gelatinasi pati
beras karena pada saat terjadi gelatinasi granul pati
Pemeriksaan terhadap pati beras seperti pada Tabel mengembang, amilosa dan amilopektin lepas dari
2 memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi granul pati sehingga dapat dengan mudah
IV. Berdasarkan uji kuantitatif, diketahui bahwa dihidrolisis oleh enzim a-amilase. Beras memiliki
beras yang digunakan termasuk dalam kategori suhu gelatinasi antara 61-78 C (Knight, 1969).
Syofyan, et al. J. Sains. Tek. Far.,
14(1)2009

Tabel 2. Hasil evaluasi pati beras


Spesifikasi Hasil
Warna Putih
Bau dan Rasa Tidak berbau dan tidak berasa
Susut Pengeringan 10,0033 %
Sisa Pemijaran 0,2177 %
pH 6,9
Uji Iodium Biru (Positif)
% Pati 75,2600 %
% Amilosa 15,2660 %
% Amilopektin 60,0340 %

Pada saat pati mencapai suhu gelatinasi terbentuk 3,7 3,9 selama 5 menit kemudian dinetralkan
massa dengan viskositas yang tinggi, namun sampai pH 6,7. Pada akhir proses hidrolisis
viskositas menurun dengan cepat setelah sebelum dikeringkan terlebih dahulu ditentukan
penambahan enzim -amilase. Hal ini dikarenakan nilai DE maltodekstrin. Penentuan nilai DE
telah terjadi hidrolisis pada rantai amilosa dan dilakukan untuk melihat jumlah gula pereduksi dari
amilopektin oleh enzim -amilase sehingga maltodekstrin yang dihasilkan. Dari penentuan
menyebabkan viskositas menurun. Cara kerja nilai DE diperoleh kadar gula pereduksi adalah
enzim -amilase pada molekul amilosa terjadi 8,6823 %. Ini berarti nilai DE maltodekstrin adalah
dalam 2 tahap. Pertama degradasi amilosa menjadi 8,6823, sesuai dengan nilai DE yang diinginkan
maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak yaitu DE 5-10. Perbedaan nilai DE dari
dan sangat cepat, serta diikuti dengan menurunnya maltodekstrin akan mempengaruhi sifat-sifat yang
viskositas dengan cepat pula. Tahap kedua, relatif dimilikinya antara lain kelarutannya dalam air,
sangat lambat, yaitu pembentukan glukosa dan higroskopisitas, dan kemanisannya.
maltosa. Kerja enzim -amilase pada molekul
amilopektin menghasilkan glukosa, maltosa dan Selanjutnya maltodekstrin dikeringkan dengan
berbagai -limit dekstrin yaitu oligosakarida yang metode spray dry karena dengan pengeringan biasa
terdiri dari 4 atau lebih gula yang semuanya memerlukan waktu lebih dari 3 minggu pada suhu
mengandung ikatan a-1,6 (Anwar, et al, 2004; Jufri, 60 C dan maltodekstrin yang dihasilkan berwarna
2004). agak kecoklatan. Hasil pemeriksaan maltodektrin
tertera dalam Tabel 3 dan memenuhi persyaratan
Setelah inkubasi selesai, maltodekstrin didinginkan yang ditetapkan oleh USP 27 (The USP
sampai suhu 30 C dengan es sesegera mungkin Convention, 2003). Perbandingan antara gambar
untuk mencegah hidrolisis lebih lanjut. Aktivitas pati beras dengan maltodekstrin dapat terlihat
enzim dihentikan dengan menurunkan pH hingga seperti pada Gambar 1.

Tabel 3. Hasil evaluasi maltodekstrin


Spesifikasi Hasil Persyaratan (USP 27)
Warna Putih Putih
Tidak berbau dan sedikit Tidak berbau dan sedikit
Bau dan Rasa manis manis
DE 8,6823 5-10
Susut Pengeringan 5,2282 % Tidak lebih dari 6%
Sisa Pemijaran 0,4177 % Tidak lebih dari 0,5%
pH 6,8 4-7
Biru hingga coklat
Uji Iodium Coklat kemerahan
Syofyan, et al. J. Sains. Tek. Far.,
14(1)2009

Gambar 1. Foto pati beras (perbesaran 200 kali), kiri dan maltodekstrin (perbesaran 400 kali), kanan

Metode yang digunakan untuk pembuatan tablet cetak langsung, karena memiliki sifat alir dan sifat-
asetosal adalah metode cetak langsung. Metode ini sifat pencetakan langsung yang baik. MCC bersifat
dipilih untuk menghindari kontak asetosal dengan unik, karena pada proses penekanan bahan ini
air karena asetosal akan terurai menjadi asam asetat berfungsi sebagai pengikat, zat ini juga bertindak
dan asam salisilat apabila terjadi kontak dengan air, sebagai penghancur (Lachman, et al, 1994). Hasil
selain itu untuk menghindari bahan terlalu lama evaluasi massa cetak seperti terlihat pada Tabel 4
terpapar dengan udara karena sifat maltodekstrin memperlihatkan sifat alir yang baik terutama sudut
yang higroskopis. Sebagai bahan pengikat diamnya yang kecil dari 25 dan kompresibilitas
digunakan maltodekstrin, dengan pembanding diantara 5-15%. Sedangkan hasil evaluasi tablet
MCC PH 102. MCC merupakan bahan penolong dirangkum dalam Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7.
yang disukai pada pembuatan tablet dengan metode

Tabel 4. Hasil evaluasi massa cetak


Hasil
Paremeter
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Waktu alir (detik) 4,1 4,5 5,4 6,4 8,6 6
o o o o o o
Sudut diam 19.94 22,88 25,64 23,71 23,52 20,24
g
Kerapatan bulk ( /ml) 0,8333 0,8475 0,7937 0,7576 0,6944 0,7042
Kompresibilitas 12,51% 13,23% 16,65% 17,84% 13,55% 5,64%

Tabel 5. Hasil evaluasi tablet asetosal (n, sesuai degan FI)


Evaluasi F1 F2 F3 F4 F5 F6
Diameter (cm) 0,9100,4 0,910,7 0,9100,3 0,9100,8 0,9100,2 0,9100,7
Ketebalan (cm) 0,300,2 0,300,5 0,300,3 0,300,4 0,300,8 0,300,5
Bobot tablet (mg) 252,253,5 252,052,6 250,152,6 251,953,8 252,33,1 252,051,7
Efisiensi Disolusi (%) 61,301,2 49,731,3 35,040,9 34,661,6 55,991,1 69,261,2
2 3,67620,2 5,9878,1 7,72380,1 9,16120,1 7,10780,1 4,06250,1
Kekerasan (kg/cm )
Keregasan (%) 0,87420,1 0,10390,1 0,03080,1 0,02500,1 0,02320,1 0,83250,1
Waktu hancur (menit) 0,820,95 10,102,39 12,20,53 15,053,05 8,553,98 0,720,36
HFR/DT 0,08700,1 0,09670,1 0,34380,1 0,40720,1 0,60670,1 0,11530,1
Penetapan Kadar (%) 98,791,3 97,551,5 95,771,4 94,561,4 99,251,1 98,561,3

Tabel 6. Hasil pemeriksaan profil disolusi tablet asetosal (n=6)


Menit F1 (%) F2 (%) F3 (%) F4 (%) F5 (%) F6 (%)
10 56,761,5 41,302,8 31,413,1 33,521,6 44,102,5 62,781,6
15 67,541,8 51,331,2 37,222,7 36,473,4 57,901,9 80,682,5
20 79,552,6 65,573,2 45,222,8 42,362,2 72,403,6 91,053,4
25 87,411,8 76,022,2 53,221,9 50,153,1 87,373,3 98,352,2
30 96,241,9 86,991,3 64,853,6 57,331,7 104,212,1 102,593,8
Syofyan, et al. J. Sains. Tek. Far.,
14(1)2009

Waktu (menit)
Gambar 2. Kurva profil disolusi tablet asetosal

Uji disolusi dilakukan untuk mengetahui banyaknya disintegrasi tablet makin lama. Pada formula 5
zat aktif yang terdisolusi dalam waktu tertentu. Dari memiliki waktu hancur yang lebih cepat
hasil uji disolusi (Gambar 2; Tabel 6) menunjukkan dibandingkan dengan tablet dengan kandungan
bahwa peningkatan konsentrasi maltodekstrin dapat maltodekstrin di atas 15%. Hal ini disebabkan
menurunkan kadar terdisolusi tablet asetosal. Hal karena adanya MCC PH 102 pada formula 5 yang
ini disebabkan karena peningkatan konsentrasi juga memiliki sifat sebagai bahan penghancur.
maltodekstrin meningkatkan kekompakan tablet Hampir seluruh formula memenuhi syarat waktu
yang dihasilkan sehingga menghambat pelepasan hancur kecuali formula 4 yang melebihi 15 menit.
obat dari sediaan tablet. Nilai Q-30 yang
dipersyaratkan oleh Farmakope adalah 85%. Dari Sifat fisik farmasetik tablet yang baik dapat dilihat
Tabel 6 memperlihatkan formula 3 dan 4 tidak melalui nilai kekerasan tablet yang baik, keregasan
memenuhi syarat. Ini dimungkinkan karena tablet yang rendah dan waktu hancur yang cepat
peningkatan konsentrasi maltodekstrin ternyata sehingga tidak mengganggu pelepasan obat dari
memperlambat disolusinya. Sementara itu, dari bentuk sediaannya. Umumnya semakin besar
nilai efisiensi disolusi (ED-30) nya juga kekerasan tablet maka keregasannya semakin
memperlihatkan fenomena yang sama. Berdasarkan rendah dan waktu hancurnya meningkat (Alebiowu,
hasil ini, maltodekstrin dari pati beras memiliki et al, 2003). Parameter yang paling tepat untuk
potensi untuk digunakan sebagai bahan pengikat melihat keterkaitan antara 3 parameter tersebut
untuk sediaan tablet lepas lambat. adalah HFR/DT. Harga ini didapat dengan
membagi nilai kekerasan dengan keregasan dan
Kekerasan diukur untuk memberikan gambaran waktu hancur. Semakin besar harga HFR/DT
kekuatan tablet. Hasil uji kekerasan tablet semakin baik produk yang dihasilkan (Alebiowu, et
menunjukkan semakin tinggi konsentrasi al, 2003; Anwar, et al, 2004). Tabel 5 menunjukkan
maltodekstrin semakin besar nilai kekerasannya. peningkatan konsentrasi maltodekstrin dapat
Keregasan tablet juga merupakan parameter lain meningkatkan harga HFR/DT. Adanya perbedaan
dalam menyatakan kekuatan tablet, khususnya harga HFR/DT dipengaruhi oleh waktu hancur
ketahanan tablet terhadap abrasi permukaan yang tablet. Apabila suatu tablet yang memiliki
terjadi akibat goncangan dan gesekan selama kekerasan dan keregasan yang sama tetapi waktu
penanganan, pengepakan dan distribusi. Dari uji hancur yang berbeda maka tablet dengan waktu
keregasan tablet didapatkan hasil bahwa semua hancur yang tercepat yang memiliki kualitas fisik
formula memenuhi syarat keregasan tablet yaitu yang lebih baik. Meskipun formula 4 memiliki
kurang dari 1,0%. Peningkatan konsentrasi harga HFR/DT yang tinggi tetapi tidak bisa
maltodekstrin dapat menurunkan nilai keregasan dikatakan memiliki kualitas fisik yang baik karena
tablet. Hal ini disebabkan karena maltodekstrin waktu hancur formula 4 tidak memenuhi syarat.
dapat meningkatkan ikatan antar partikel. Hasil uji Perbedaan bahan pengikat yang digunakan juga
waktu hancur menunjukkan peningkatan dapat mempengaruhi harga HFR/DT karena akan
konsentrasi maltodekstrin dapat meningkatan waktu menghasilkan tablet dengan kekerasan, keregasan
hancur tablet. Hal ini disebabkan karena dan waktu hancur yang berbeda pula. Formula 5
peningkatan konsentrasi maltodekstin memiliki kualitas fisik terbaik berdasarkan nilai
meningkatkan kekompakkan massa tablet sehingga HFR/DT dari seluruh formula karena memiliki
Syofyan, et al. J. Sains. Tek. Far.,
14(1)2009

harga HFR/DT tertinggi yaitu 0,6067 dan waktu Apriyanto, A.1989. Analisis Pangan. IPB Press.
hancur yang memenuhi syarat. Penggunaan Bogor. Hal: 40-44.
maltodekstrin sebagai pengikat dari konsentrasi 5- Aulton, M. E. 1988. Pharmaceutics: The Science of
35% (F1 s.d. F4) menunjukkan fenomena bahwa Dossage Form Design. Churchill livingstone.
semakin tinggi nilai HFR/DT semakin rendah pula Edinburgh London, Melbourne and New york.
nilai disolusinya (ED-30 dan Q-30) seperti pada Hal : 612-613.
tabel 5 dan Tabel 6. Sedangkan pada F5 dan F6 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979.
dengan bahan pengikat kombinasi maltodekstrin Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen
dan MCC PH 101, malah memperlihatkan hal Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal :6-
sebaliknya, dimana HFR/DT meningkat 10.
memperlihatkan ED menurun dan Q-30 meningkat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.
Jadi, dapat disebutkan bahwa Nilai HFR/DT hanya Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen
memiliki kaitan secara langsung dengan disolusi Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hal: 4-
untuk F1 s.d. F4. 5, 31, 32, 107-108, 488-489, 515, 519, 771,
925, 999, 1043, 1086.
Data ini dianalisis dengan statistika. Karena data Griffin, V.K. and Brooks JR. 1989. Production and
HFR/DT homogen dan terdistribusi normal, maka Size Distribution of Rice Maltodextrin
dapat dilanjutkan dengan perhitungan statistika Hydrolyzed from Milled Riced Flour Using
ANOVA satu arah. Dari hasil perhitungan diperoleh Heat Stabile -Amylase. Dalam : Journal Food
F hitung 120,233 lebih besar dari F tabel 3,11 Science 54. Hal : 190.
sehingga menunjukkan adanya perbedaan yang Jufri, M., Effionora A. dan Joshita D. 2004.
nyata antar formula. Ini berarti perbedaan Pembuatan Niosom Berbasis Maltodekstrin DE
konsentrasi maltodekstrin 5-35% memberikan 1-5 Dari Pati Singkong (Manihot utilissima).
perbedaan yang nyata terhadap nilai HFR/DT. Majalah Ilmu Kefarmasian. FMIPA UI.Depok.
Vol. I, No.1, April 2004, 10 20
Kesimpulan Knight, J.W. 1969. The Starch Industry. Pergamon
Press. Oxford. Hal: 8.
Penggunaan maltodekstrin yang diperoleh dari pati Lachman, L., Lieberman H.A. dan Kanig J.L. 1994.
beras dengan konsentrasi 5-35% sebagai bahan Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III.
pengikat dapat meningkatkan harga HFR/DT tablet Terjemahan: Siti Suryatmi. Universitas
asetosal namun tidak efektif untuk diterapkan pada Indonesia Press. Jakarta. Hal: 645- 646, 651-
tablet konvensional karena memberikan disolusi 652, 654, 684-686, 692, 697-705, 712.
yang rendah. Schenck, Fred W. and Ronald E. Hebeda. 1992.
Starch Hydrolysis Products: Worldwide
Daftar Pustaka Publishers Inc. New York. Hal: 233, 249.
Sumardji, S., Bambang H., Suhardi. 1997. Prosedur
Alebiowu, G., and Oludele A. I. 2003. Effect of Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
starches on the mechanical properties of Liberty. Yogyakarta. Hal: 38-40.
paracetamol tablet formulations. II. Sorghum Swarbrick, J. and James C. Boylan. 1988.
and plantain starches as disintegrants. Dalam: Encyclopedia of Pharmaceutical Technology.
Acta Pharm 53. Hal : 4-7. Volume 1. Marcell Dekker, Inc. New York.
Anwar, E. 2002. Pemanfatan Maltodekstrin Dari Hal: 451.
Pati Singkong Sebagai Bahan Penyalut Lapis The United States Pharmacopheial Convention.
Tipis Tablet. Makara Sains, Vol. 6, No. 1. 2003. United States Pharmacopheia 27/ The
Anwar, E., Henry dan Mahdi Jufri. 2004a. Studi Nation Formulary 22., Inc. Rockville.
Kemampuan Niosom Yang Menggunakan Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.
Maltodekstrin Pati garut (Maranta Edisi V. Terjemahan: Soedaninoerrono. Gadjah
arundinaceae Linn) Sebagai Pembawa Mada University Press. Jakarta. Hal: 168, 170,
Klorfeniramin Maleat. Makara Sains, Vol. 8, 201-212, 215, 643-648, 680-696.
No. 2. Wide, A. and Paul J. Weller. 1994. Handbook of
Anwar, E., Joshita D., Arry Y. dan Anton B. 2004b. Pharmaceutical Exipients. Second Edition. The
Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Pharmaceutical Press. London. Hal: 84, 252,
Sebagai Eksipien. Dalam Formula Sediaan 280, 289, 290, 424, 483, 519.
Tablet dan Niosom. Majalah Ilmu
Kefarmasian. FMIPA UI. Depok. Hal: 34-39.

You might also like