You are on page 1of 15

Amalan penguat aqidah

Sumber : Prof DR H Saidun Fiddaroini, MA

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-

Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. (Ali Imran: 102)

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah
mengembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
denan (menggunakan) nama-Nya kami saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-Nisa: 1)

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan, barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah
mendapatkan kemenangan yang besar.
Begitulah perintah Allah kepada kita agar kita bertakwa. Namun, iman di dalam hati kita
bukanlah sesuatu yang statis. Iman kita begitu dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang
pasang naik dan kadang pasang surut.

Ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu kita masih ada dalam kebaikan, kita
beruntung. Namun, bila ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu membuat kita ada
di luar koridor ajaran Rasulullah saw., kita celaka. Rasulullah saw. bersabda, Engkau
mempunyai amal yang bersemangat, dan setiap semangat mempunyai kelemahan. Barangsiapa
yang kelemahannya tertuju pada sunnahku, maka dia telah beruntung. Dan, siapa yang
kelemahannya tertuju kepada selain itu, maka dia telah binasa. (Ahmad)

Begitulah kondisi hati kita. Sesuai dengan namanya, hati dalam bahasa Arab qalbanselalu
berubah-ubah (at-taqallub) dengan cepat. Rasulullah saw. berkata, Dinamakan hati karena
perubahannya. Sesungguhnya hati itu ialah laksana bulu yang menempel di pangkal pohon yang
diubah oleh hembusan angin secara terbalik. (Ahmad dalam Shahihul Jami no. 2365)

Karena itu Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa agar Allah saw. menetapkan
hati kita dalam ketaatan. Ya Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati
kami untuk taat kepada-Mu. (Muslim no. 2654)

Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika kita senantiasa
memperbaharui keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya iman itu dijadikan di
dalam diri salah seorang di antara kamu sekalian sebagaimana pakaian yang dijadikan, maka
memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu. (Al-Hakim di Al-
Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di Al-Kabir)

Bagaimana cara memperbaharui iman? Ada 20 sarana yang bisa kita lakukan, yaitu sebagai
berikut.

1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran

Al-Quran diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia.
Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman. (Al-Isra: 82).

Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan
hatinya melalui Al-Quran, Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan
hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau
harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Quran, memikirkan dan
memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua
ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu
pun akan sembuh.

2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Quran dan Sunnah


Al-Quran dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang
ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk.
Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.

Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-
nama yang baik (asmaul husna). Dialah Al-Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir,
Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muthali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan
hanya kepada-Nya lah kita kembali.

Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, Dan mereka tidak mengagungkan
Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-
Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. (Az-Zumar: 67)

3. Carilah ilmu syari

Sebab, Al-Quran berkata, Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya
ialah orang-orang yang berilmu. (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang
mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.

Allah berfirman, Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang
syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir
hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka
gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.

Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang
yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk.
Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu
untuk meraihnya.

4. Mengikutilah halaqah dzikir


Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?
Hanzhalah menjawab, Hanzhalah telah berbuat munafik. Abu Bakar menanyakan apa
sebabnya. Kata Hanzhalah, Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami
tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu
setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak,
dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa.

Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, Demi jiwaku
yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku
dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu
dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, saatah, saatan, saatan. (Shahih Muslim no. 2750)

Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat
bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. Duduklah besama kami untuk mengimani
hari kiamat, begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang
diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Quran, membaca hadits, atau mengkaji ilmu
pengetahuan lainnya.

5. Perbanyaklah amal shalih

Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini? Abu
Bakar menjawab, Saya. Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, Siapa di antara kalian yang hari
ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab, Saya. Lalu Rasulullah saw. bersabda,
Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk surga.
(Muslim)

Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap
kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan
surga. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21)

Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., Mereka
sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan
(kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Adz-Dzariyat: 17-19)

Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih,
Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa
Allah berfirman, Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah
sehingga Aku mencintainya. (Shahih Bukhari no. 6137)

6. Lakukan berbagai macam ibadah

Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat,
ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti
haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.

Puasa membuat kita khusyu dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah).
Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya.
Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.

Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru
dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga.
Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan
dipanggil dari pintu-pintu surga: Wahai hamba Allah, ini adalah baik. Lalu barangsiapa yang
menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa
menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi
orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa
menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah.
(Bukhari no. 1798)
7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan suul khatimah

Rasa takut suul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita.
Penyebab suul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang
kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu
mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.

8. Banyak-banyaklah ingat mati

Rasulullah saw. bersabda, Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang
ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan
hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor. (Shahihul Jami no. 4584)

Rasulullah saw. juga bersabda, Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan,


yakni kematian. (Tirmidzi no. 230)

Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada
Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada
kita, Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap
hari akhirat. (Shahihul Jami no. 4109)

Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur,
bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan
daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.

Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat,
membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.

9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat

Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-
Waqiah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga
hadits-hadits Rasulullah saw.

Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan
hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat,
hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafaat Rasulullah saw., hisab, pahala, qishas,
timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu menambah tebal
iman kita.

10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam

Aisyah pernah berkata, Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan,
maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau
melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu. Rasulullah saw. menjawab, Wahai Aisyah,
aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab
dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, Ini adalah awan
yang akan menurunkan hujan kepada kami. (Muslim no. 899)

Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana,
terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah
saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.

11. Berdzikirlah yang banyak

Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di
kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya
yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa. (Al-
Kahfi: 24) Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram. (Ar-Rad: 28)

Ibnu Qayim berkata, Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan
dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.

12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya

Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda
Rasulullah saw., Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan
sujud, maka perbanyaklah doa. (Muslim no. 428)

Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan
dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan
kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta
kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.

13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk

Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-
angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia
hanyalah sesaat saja.

Allah swt. berfirman, Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka
kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan
kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.
(Asy-Syuara: 205-207)

Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. (Yunus:
45)

14. Memikirkan kehinaan dunia

Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya.
Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk
memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya. (Ali Imran)

Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., Sesungguhnya makanan anak
keturunan Adam itu bisa dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari
diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa
diketahui akan menjadi apakah ia. (Thabrani)

Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal
yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah

Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan
hati. (Al-Hajj: 32)

Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih
baik baginya di sisi Rabb-nya. (Al-Hajj: 30)

Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang
termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.;
tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti
bulan-bulan haram.

Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak
manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw.,
Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseornag hingga
ia bisa membinasakan dirinya.

16. Menguatkan sikap al-wala wal-bara

Al-wala adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim.
Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci
kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman
kita sangat lemah.

Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa
menghidupkan iman di dalam hati kita.

17. Bersikap tawadhu

Rasulullah saw. bersabda, Merendahkan diri termasuk bagian dari iman. (Ibnu Majah no.
4118)

Rasulullah juga berkata, Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada
Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat
bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-
pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya. (Tirmidzi no. 2481)

Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf sahabat yang kayatidak beda
dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.

18. Perbanyak amalan hati

Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya,
berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh
dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati
seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara, dan mawas diri. Inilah halawatul
iman (manisnya iman)

19. Sering menghisab diri

Allah berfirman, Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (Al-Hasyr: 18)

Umar bin Khattab r.a. berwasiat, Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab. Selagi
waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup
untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah swt.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk
memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.

20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman

Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba.
Rasulullah saw. berwasiat, Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu
bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui
iman di dalam hatimu.

Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat
kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-
Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. (Ali Imran: 102)

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah
mengembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
denan (menggunakan) nama-Nya kami saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (An-Nisa: 1)
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan, barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah
mendapatkan kemenangan yang besar.

Begitulah perintah Allah kepada kita agar kita bertakwa. Namun, iman di dalam hati kita
bukanlah sesuatu yang statis. Iman kita begitu dinamis. Bak gelombang air laut yang kadang
pasang naik dan kadang pasang surut.

Ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu kita masih ada dalam kebaikan, kita
beruntung. Namun, bila ketika kondisi iman kita lemah dan kondisi lemah itu membuat kita ada
di luar koridor ajaran Rasulullah saw., kita celaka. Rasulullah saw. bersabda, Engkau
mempunyai amal yang bersemangat, dan setiap semangat mempunyai kelemahan. Barangsiapa
yang kelemahannya tertuju pada sunnahku, maka dia telah beruntung. Dan, siapa yang
kelemahannya tertuju kepada selain itu, maka dia telah binasa. (Ahmad)

Begitulah kondisi hati kita. Sesuai dengan namanya, hati dalam bahasa Arab qalbanselalu
berubah-ubah (at-taqallub) dengan cepat. Rasulullah saw. berkata, Dinamakan hati karena
perubahannya. Sesungguhnya hati itu ialah laksana bulu yang menempel di pangkal pohon yang
diubah oleh hembusan angin secara terbalik. (Ahmad dalam Shahihul Jami no. 2365)

Karena itu Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa agar Allah saw. menetapkan
hati kita dalam ketaatan. Ya Allah Yang membolak-balikan hati-hati manusia, balikanlah hati
kami untuk taat kepada-Mu. (Muslim no. 2654)

Hati kita akan kembali pada kondisi ketaatan kepada Allah swt. jika kita senantiasa
memperbaharui keimanan kita. Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya iman itu dijadikan di
dalam diri salah seorang di antara kamu sekalian sebagaimana pakaian yang dijadikan, maka
memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui iman di dalam hatimu. (Al-Hakim di Al-
Mustadrak, 1/4; Al-Silsilah Ash-Shahihain no. 1585; Thabrany di Al-Kabir)

Bagaimana cara memperbaharui iman? Ada 20 sarana yang bisa kita lakukan, yaitu sebagai
berikut.

1. Perbanyaklah menyimak ayat-ayat Al-Quran

Al-Quran diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia.
Dan Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman. (Al-Isra: 82).

Kata Ibnu Qayyim, yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk menyembuhkan
hatinya melalui Al-Quran, Caranya ada dua macam: pertama, engkau harus mengalihkan
hatimu dari dunia, lalu engkau harus menempatkannya di akhirat. Kedua, sesudah itu engkau
harus menghadapkan semua hatimu kepada pengertian-pengertian Al-Quran, memikirkan dan
memahami apa yang dimaksud dan mengapa ia diturunkan. Engkau harus mengamati semua
ayat-ayat-Nya. Jika suatu ayat diturunkan untuk mengobati hati, maka dengan izin Allah hati itu
pun akan sembuh.

2. Rasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Quran dan Sunnah

Al-Quran dan Sunnah banyak sekali mengungkap keagungan Allah swt. Seorang muslim yang
ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk.
Kekhusukan akan hadir mengisi relung-relung hatinya.

Resapi betapa agungnya Allah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, yang memiliki nama-
nama yang baik (asmaul husna). Dialah Al-Azhim, Al-Muhaimin, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir,
Al-Qawiyyu, Al-Qahhar, Al-Kabiir, Al-Muthali. Dia yang menciptakan segala sesuatu dan
hanya kepada-Nya lah kita kembali.

Jangan sampai kita termasuk orang yang disebut ayat ini, Dan mereka tidak mengagungkan
Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi dan seluruhnya dalam genggaman-
Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. (Az-Zumar: 67)

3. Carilah ilmu syari

Sebab, Al-Quran berkata, Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya
ialah orang-orang yang berilmu. (Fathir: 28). Karenanya, dalamilah ilmu-ilmu yang
mengantarkan kita pada rasa takut kepada Allah.

Allah berfirman, Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? (Az-Zumar: 9). Orang yang tahu tentang hakikat penciptaan manusia, tahu tentang
syariat yang diturunkan Allah sebagai tata cara hidup manusia, dan tahu ke mana tujuan akhir
hidup manusia, tentu akan lebih khusyuk hatinya dalam ibadah dan kuat imannya dalam aneka
gelombang ujian ketimbang orang yang jahil.

Orang yang tahu tentang apa yang halal dan haram, tentu lebih bisa menjaga diri daripada orang
yang tidak tahu. Orang yang tahu bagaiman dahsyatnya siksa neraka, tentu akan lebih khusyuk.
Orang yang tidak tahu bagaimana nikmatnya surga, tentu tidak akan pernah punya rasa rindu
untuk meraihnya.

4. Mengikutilah halaqah dzikir


Suatu hari Abu Bakar mengunjungi Hanzhalah. Bagaimana keadaanmu, wahai Hanzhalah?
Hanzhalah menjawab, Hanzhalah telah berbuat munafik. Abu Bakar menanyakan apa
sebabnya. Kata Hanzhalah, Jika kami berada di sisi Rasulullah saw., beliau mengingatkan kami
tentang neraka dan surga yang seakan-akan kami bisa melihat dengan mata kepala sendiri. Lalu
setelah kami pergi dari sisi Rasulullah saw. kami pun disibukkan oleh urusan istri, anak-anak,
dankehidupan, lalu kami pun banyak lupa.

Lantas keduanya mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Kata Rasulullah, Demi jiwaku
yang ada di dalam genggaman-Nya, andaikata kamu sekalian tetap seperti keadaanmu di sisiku
dan di dalam dzikir, tentu para malaikat akan menyalami kamu di atas kasurmu dan tatkala kamu
dalam perjalanan. Tetapi, wahai Hanzhalah, saatah, saatan, saatan. (Shahih Muslim no. 2750)

Begitulah majelis dzikir. Bisa menambah bobot iman kita. Makanya para sahabat sangat
bersemangat mengadakan pertemuan halaqah dzikir. Duduklah besama kami untuk mengimani
hari kiamat, begitu ajak Muadz bin Jabal. Di halaqah itu, kita bisa melaksanakan hal-hal yang
diwajibkan Allah kepada kita, membaca Al-Quran, membaca hadits, atau mengkaji ilmu
pengetahuan lainnya.

5. Perbanyaklah amal shalih

Suatu ketika Rasulullah saw. bertanya, Siapa di antara kalian yang berpuasa di hari ini? Abu
Bakar menjawab, Saya. Lalu Rasulullah saw. bertanya lagi, Siapa di antara kalian yang hari
ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab, Saya. Lalu Rasulullah saw. bersabda,
Tidaklah amal-amal itu menyatu dalam diri seseorang malainkan dia akan masuk surga.
(Muslim)

Begitulah seorang mukmin yang shaddiq (sejati), begitu antusias menggunakan setiap
kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan
surga. Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabb-mu dan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid: 21)

Begitulah mereka. Sehingga keadaan mereka seperti yang digambarkan Allah swt., Mereka
sedikit sekali tidur pada waktu malam, dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampunan
(kepada Allah). Dan, pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Adz-Dzariyat: 17-19)

Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman kita. Jika kita kontinu dengan amal-amal shalih,
Allah akan mencintai kita. Dalam sebuah hadits qudsy, Rasulullah saw. menerangkan bahwa
Allah berfirman, Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah
sehingga Aku mencintainya. (Shahih Bukhari no. 6137)

6. Lakukan berbagai macam ibadah

Ibadah memiliki banyak ragamnya. Ada ibadah fisik seperti puasa, ibadah materi seperti zakat,
ibadah lisan seperti doa dan dzikir. Ada juga ibadah yang yang memadukan semuanya seperti
haji. Semua ragam ibadah itu sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lemah iman kita.

Puasa membuat kita khusyu dan mempertebal rasa muraqabatullah (merasa diawasi Allah).
Shalat rawatib dapat menyempurnakan amal-amal wajib kita kurang sempurna kualitasnya.
Berinfak mengikis sifat bakhil dan penyakit hubbud-dunya. Tahajjud menambah kekuatan.

Banyak melakukan berbagai macam ibadah bukan hanya membuat baju iman kita makin baru
dan cemerlang, tapi juga menyediakan bagi kita begitu banyak pintu untuk masuk surga.
Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang menafkahi dua istri di jalan Allah, maka dia akan
dipanggil dari pintu-pintu surga: Wahai hamba Allah, ini adalah baik. Lalu barangsiapa yang
menjadi orang yang banyak mendirikan shalat, maka dia dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa
menjadi orang yang banyak berjihad, maka dia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa menjadi
orang yang banyak melakukan puasa, maka dia dipanggil dari pintu ar-rayyan. Barangsiapa
menjadi orang yang banyak mengeluarkan sedekah, maka dia dipanggil dari pintu sedekah.
(Bukhari no. 1798)

7. Hadirkan perasaan takut mati dalam keadaan suul khatimah

Rasa takut suul khatimah akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita.
Penyebab suul khatimah adalah lemahnya iman menenggelamkan diri kita ke dalam jurang
kedurhakaan. Sehingga, ketika nyawa kita dicabut oleh malaikat Izrail, lidah kita tidak mampu
mengucapkan kalimat laa ilaha illallah di hembusan nafas terakhir.

8. Banyak-banyaklah ingat mati

Rasulullah saw. bersabda, Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah sekarang
ziarahilah kubur karena hal itu bisa melunakan hati, membuat mata menangism mengingatkan
hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor. (Shahihul Jami no. 4584)

Rasulullah saw. juga bersabda, Banyak-banyaklah mengingat penebas kelezatan-kelezatan,


yakni kematian. (Tirmidzi no. 230)

Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada
Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada
kita, Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap
hari akhirat. (Shahihul Jami no. 4109)

Melihat orang sakit yang sedang sakaratul maut sangat memberi bekas. Saat berziarah kubur,
bayangkan kondisi keadaan orang yang sudah mati. Tubuhnya rusak membusuk. Ulat memakan
daging, isi perut, lidah, dan wajah. Tulang-tulang hancur.

Bayangan seperti itu jika membekas di dalam hati, akan membuat kita menyegerakan taubat,
membuat hati kita puas dengan apa yang kita miliki, dan tambah rajin beribadah.

9. Mengingat-ingat dahsyatnya keadaan di hari akhirat

Ada beberapa surat yang menceritakan kedahsyatan hari kiamat. Misalnya, surah Qaf, Al-
Waqiah, Al-Qiyamah, Al-Mursalat, An-Naba, Al-Muththaffifin, dan At-Takwir. Begitu juga
hadits-hadits Rasulullah saw.

Dengan membacanya, mata hati kita akan terbuka. Seakan-akan kita menyaksikan semua itu dan
hadir di pemandangan yang dahsyat itu. Semua pengetahuan kita tentang kejadian hari kiamat,
hari kebangkitan, berkumpul di mahsyar, tentang syafaat Rasulullah saw., hisab, pahala, qishas,
timbangan, jembatan, tempat tinggal yang kekal di surga atau neraka; semua itu menambah tebal
iman kita.
10. Berinteraksi dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam

Aisyah pernah berkata, Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang jika mereka melihat awan,
maka mereka gembira karena berharap turun hujan. Namun aku melihat engkau jika engkau
melihat awan, aku tahu ketidaksukaan di wajahmu. Rasulullah saw. menjawab, Wahai Aisyah,
aku tidak merasa aman jika di situ ada adzab. Sebab ada suatu kaum yang pernah diadzab
dikarenakan angin, dan ada suatu kaum yang melihat adzab seraya berkata, Ini adalah awan
yang akan menurunkan hujan kepada kami. (Muslim no. 899)

Begitulah Rasulullah saw. berinteraksi dengan fenomena alam. Bahkan, jika melihat gerhana,
terlihat raut takut di wajah beliau. Kata Abu Musa, Matahari pernah gerhana, lalu Rasulullah
saw. berdiri dalam keadaan ketakutan. Beliau takut karena gerhana itu merupakan tanda kiamat.

11. Berdzikirlah yang banyak

Melalaikan dzikirulah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di
kubur. Ruh kita terpenjara. Tidak bisa kembali. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya
yang lemah, harus memperbanyak dzikirullah. Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa. (Al-
Kahfi: 24) Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lha hati menjadi tentram. (Ar-Rad: 28)

Ibnu Qayim berkata, Di dalam hati terdapat kekerasan yang tidak bisa mencair kecuali dengan
dzikrullah. Maka seseorang harus mengobati kekerasan hatinya dengan dzikrullah.

12. Perbanyaklah munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya

Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda
Rasulullah saw., Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan
sujud, maka perbanyaklah doa. (Muslim no. 428)

Seseorang selagi mau bermunajat kepada Allah dengan ucapan yang mencerminkan ketundukan
dan kepasrahan, tentu imannya semakin kuat di hatinya. Semakin menampakan kehinaan dan
kerendahan diri kepada Allah, semakin kuat iman kita. Semakin banyak berharap dan meminta
kepada Allah, semakin kuat iman kita kepada Allah swt.

13. Tinggalkan angan-angan yang muluk-muluk

Ini penting untuk meningkatkan iman. Sebab, hakikat dunia hanya sesaat saja. Banyak berangan-
angan hanyalah memenjara diri dan memupuk perasaan hubbud-dunya. Padahal, hidup di dunia
hanyalah sesaat saja.

Allah swt. berfirman, Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka
kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah dijanjikan
kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.
(Asy-Syuara: 205-207)
Seakan-akan mereka tidak pernah diam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. (Yunus:
45)

14. Memikirkan kehinaan dunia

Hati seseorang tergantung pada isi kepalanya. Apa yang dipikirkannya, itulah orientasi hidupnya.
Jika di benaknya dunia adalah segala-galanya, maka hidupnya akan diarahkan untuk
memperolehnya. Cinta dunia sebangun dengan takut mati. Dan kata Allah swt., Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya. (Ali Imran)

Karena itu pikirkanlah bawa dunia itu hina. Kata Rasulullah saw., Sesungguhnya makanan anak
keturunan Adam itu bisa dijadikan perumpamaan bagi dunia. Maka lihatlah apa yang keluar dari
diri anak keturunan Adam, dan sesungguhnya rempah-rempah serta lemaknya sudah bisa
diketahui akan menjadi apakah ia. (Thabrani)

Dengan memikirkan bahwa dunia hanya seperti itu, pikiran kita akan mencari orientasi ke hal
yang lebih tinggi: surga dan segala kenikmatan yang ada di dalamnya.

15. Mengagungkan hal-hal yang terhormat di sisi Allah

Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu dari ketakwaan
hati. (Al-Hajj: 32)

Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih
baik baginya di sisi Rabb-nya. (Al-Hajj: 30)

Hurumatullah adalah hak-hak Allah yang ada di diri manusia, tempat, atau waktu tertentu. Yang
termasuk hurumatullah, misalnya, lelaki pilihan Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.;
tempat-tempat suci (Masjid Haram, Masjid Nabawi, Al-Aqha), dan waktu-waktu tertentu seperti
bulan-bulan haram.

Yang juga termasuk hurumatullah adalah tidak menyepelekan dosa-dosa kecil. Sebab, banyak
manusia binasa karena mereka menganggap ringan dosa-dosa kecil. Kata Rasulullah saw.,
Jauhilah dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu bisa berhimpun pada diri seseornag hingga
ia bisa membinasakan dirinya.

16. Menguatkan sikap al-wala wal-bara

Al-wala adalah saling tolong menolong dan pemberian loyalitas kepada sesama muslim.
Sedangkan wal-bara adalah berlepas diri dan rasa memusuhi kekafiran. Jika terbalik, kita benci
kepada muslim dan amat bergantung pada musuh-musuh Allah, tentu keadaan ini petanda iman
kita sangat lemah.

Memurnikan loyalitas hanya kepada Alah, Rasul, dan orang-orang beriman adalah hal yang bisa
menghidupkan iman di dalam hati kita.
17. Bersikap tawadhu

Rasulullah saw. bersabda, Merendahkan diri termasuk bagian dari iman. (Ibnu Majah no.
4118)

Rasulullah juga berkata, Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada
Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hati kiamat
bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-
pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya. (Tirmidzi no. 2481)

Maka tak heran jika baju yang dikenakan Abdurrahman bin Auf sahabat yang kayatidak beda
dengan yang dikenakan para budak yang dimilikinya.

18. Perbanyak amalan hati

Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya,
berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Hati juga akan penuh
dengan iman jika diisi dengan perasaan syukur dan taubat kepada-Nya. Amalan-amalan hati
seperti itu akan menghadirkan rasa khusyuk, zuhud, wara, dan mawas diri. Inilah halawatul
iman (manisnya iman)

19. Sering menghisab diri

Allah berfirman, Hai orang-ornag yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (Al-Hasyr: 18)

Umar bin Khattab r.a. berwasiat, Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab. Selagi
waktu kita masih longgar, hitung-hitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakah sudah cukup
untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah swt.? Sungguh ini sarana yang efektif untuk
memperbaharui iman yang ada di dalam diri kita.

20. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman

Perbanyaklah doa. Sebab, doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba.
Rasulullah saw. berwasiat, Iman itu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu
bagaikan pakaian yang dijadikan, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui
iman di dalam hatimu.

Ya Allah, perbaharuilah iman yang ada di dalam dada kami. Tetapkanlah hati kami dalam taat
kepadamu. Tidak ada daya dan upaya kami kecuali dengan pertolonganMu.

Sumber:

You might also like