You are on page 1of 21

Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Manfaat AMDAL| Dalam pengertian, fungsi, tujuan dan

manfaat AMDAL merupakan jawaban dari teman-teman tentang pertanyaan "Apa sih
itu AMDAL?.". untuk mengetahui AMDAL kita harus membahas keseluruhan tentang
AMDAL seperti tema diatas dengan menyajikan point-point seperti pengertian, fungsi, tujuan,
dan manfaat agar kita mengetahui AMDAL itu secara detail. Pertama-tama mari kita mulai
dengan Pengertian AMDAL. Pengertian AMDAL adalah suatu proses dalam studi formal
untuk memperkirakan dampak lingkungan atau rencana kegiatan proyek dengan bertujuan
memastikan adanya masalah dampak lingkungan yang di analisis pada tahap perencanaan dan
perancangan proyek sebagai pertimbangan bagi pembuat keputusan.

AMDAL adalah singkatan dari Analisis Dampak Lingkungan. Pengertian AMDAL menurut
PP No. 27 Tahun 1999 yang berbunyi bahwa pengertian AMDAL adalah Kajian atas dampak
besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha atau kegiatan. AMDAL adalah analisis yang meliputi berbagai macam
faktor seperti fisik, kimia, sosial ekonomi, biologi dan sosial budaya yang dilakukan secara
menyeluruh.
Alasan diperlukannya AMDAL untuk diperlukannya studi kelayakan karena dalam undang-undang
dan peraturan pemerintah serta menjaga lingkungan dari operasi proyek kegiatan industri atau
kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Komponen-komponen AMDAL
adalah PIL (Penyajian informasi lingkungan), KA (Kerangka Acuan), ANDAL (Analisis dampak
lingkungan), RPL ( Rencana pemantauan lingkungan), RKL (Rencana pengelolaan lingkungan). Tujuan
AMDAL adalah menjaga dengan kemungkinan dampak dari suatu rencana usaha atau kegiatan
sehingga.

Tujuan AMDAL merupakan penjagaan dalam rencana usaha atau kegiatan agar tidak
memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Adapun Fungsi AMDAL adalah sebagai
berikut..

Bahan perencanaan pembangunan wilayah


Membantu proses dalam pengambilan keputusan terhadap kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
Memberikan masukan dalam penyusunan rancangan rinci teknis dari rencana usaha
dan/atau kegiatan
Memberi masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
Memberikan informasi terhadap masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan
Tahap pertama dari rekomendasi tentang izin usaha
Merupakan Scientific Document dan Legal Document
Izin Kelayakan Lingkungan

Dilihat dari fungsi AMDAL yang sangat menjaga rencana usaha dan/atau kegiatan usaha
sehingga tidak merusak lingkungan, maka terlihat begitu besar Manfaat AMDAL. Manfaat
AMDAL antara lain sebagai berikut...

1. Manfaat AMDAL bagi Pemerintah

Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.


Menghindarkan konflik dengan masyarakat.
Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan.
Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2. Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa.

Menjamin adanya keberlangsungan usaha.


Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.
Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar untuk bukti ketaatan
hukum.

3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat

Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.


Melaksanakan dan menjalankan kontrol.
Terlibat pada proses pengambilan keputusan

Tata Cara Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan (AMDAL)
Posted on October 5, 2014 by rezkyoktaviansyah

Analisis mengenai dampak lingkungan berkaitan erat dengan pemahaman manusia terhadap
perubahan yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Dalam hal kegiatan ini tentu melibatkan
aspek aktivitas, baik berkaitan dengan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Setiap aktivitas
seharusnya didasarkan pada perencanaan yang benar, dan diteruskan dengan implementasi
sesuai peraturan yang berlaku dan diikuti dengan monitoring dan evaluasi. Aspek
perencanaan terkait dengan pemikiran manusia dalam membuat kerangka berpikir, cetak biru
tentang apa yang layak dan apa yang tidak layak untuk dikembangkan. Dalam hal ini manusia
dapat merancang kegiatan yang akan dilakukan dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup.
Kegiatan analisis mengenai dampak lingkungan dilakukan sebelum pelaksanaan proyek
pembangunan atau kegiatan usaha dilakukan, dalam hal ini yaitu lingkungan di sekitar pasar.

AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, dan Undang-Undang
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

AMDAL sendiri merupakan suatu kajian mengenai dampak positif dan negatif dari suatu
rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah dalam memutuskan apakah suatu
kegiatan/proyek layak atau tidaklayak lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut
biasanya disusun dengan mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi,
sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat.
Maksud Dan Tujuan AMDAL
Maksud pelaksanaan dan penyusunan dokumen AMDAL adalah :
1. Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.
4. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan.
Tujuan pelaksanaan dan penyusunan dokumen AMDAL adalah untuk :
1. Mengetahui dampak penting dari suatu rencana usaha dan/ ataukegiatan.
2. Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek
ekonomis, teknis, dan lingkungan.
3. Menjadi bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.

Fungsi AMDAL
Fungsi AMDAL menurut wikipedia digunakan untuk:
Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan
Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan.

Proses AMDAL
Suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan wajib AMDAL atau tidak, dilakukan penapisan
terlebih dulu dengan mengacu pada PP No. 27 Tahun 1999 dan Kep. Men. Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2001. Bagi rencana usaha dan/ atau kegiatan yang tidak wajib
AMDAL, maka cukup menysusn Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) .Sedangkan rencana usaha dan/ atau kegiatan yang wajib
AMDAL harus melakukan Studi AMDAL yang dituangkan dalam bentuk Dokumen
AMDAL. Sebelum menyusun dokumen AMDAL yang pertama kali dilakukan adalah
melakukan Pelingkupan yang merupakan proses untuk :
1. Identifikasi dampak potensial
2. Evaluasi dampak potensial
3. Pemusatan dampak besar dan penting hipotesis

Hasil pelingkupan merupakan dasar penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari :
1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA.ANDAL).
2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL).
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).
4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Dalam rangka penyusunan AMDAL, terdapat tiga komponen yang terkait dalam kegiatan,
yaitu
1. Pemrakarsa.
Adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan/ atau
kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Instansi yang bertanggung jawab.
Adalah instansi yang berwenang memberikan keputusan kelayakan lingkungan hidup dengan
pengertian bahwa kewenangan berada pada Kepala Instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan.
3. Komisi penilai.
Adalah komisi yang bertugas menilai Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL) dengan pengertian ditingkat pusat oleh Komisi Penilai Pusat dan tingkat
daerah oleh Komisis Penilai Daerah.

Dalam Pasal 22 UU diatas disebutkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
Dalam rangka pelaksanaan Undang Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, ketentuan tentang tata cara penyusunan dan penilaian
AMDAL, telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 08 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Usaha dan atau kegiatan yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup meliputi :
1. Perubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2. Ekplorasi sumber daya alam, baik yang terbaharui maupun yang tak terbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya.
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial dan budaya.
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam danatau perlindungan cagar budaya.
6. Introduksi jenis tumbuh tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik.
7. Pembuatan dan penggunaan lahan hayati dan non hayati.
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup.
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi danatau mempengaruhi pertahanan negara.

Jenis rencana usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL, tercantum
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 17 Tahun 2001.
Sedangkan dampak penting suatu usaha atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, didasarkan
pada kriteria :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.
2. Luas wilayah persebaran dampak.
3. Lama dan intensitas dampak berlangsung.
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak.
SUMBER

TATA CARA PELAKSANAAN AMDAL


Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan disebut
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan pada
hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berlanjut (sustainable
development). Instrumen untuk mencapai pembangunan berlanjut adalah AMDAL.
Empat model AMDAL menurut PP 51/1993 :
1. AMDAL Proyek Individual (PP 29/1986) Kajian mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha/kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha/kegiatan. Kajian ini menghasilkan dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Pengertian ANDAL adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak
besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.
2. AMDAL Kegiatan Terpadu Hasil studi mengenai dampak penting usaha atau
kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu
kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang
bertanggung jawab.
3. AMDAL Kawasan Hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan
menyangkut kewenangan satu instansi yang bertanggung jawab.
4. AMDAL Regional Hasil studi mengenai dampak penting usaha atau kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam satu kesatuan hamparan ekosistem
zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan rencana umum tata ruang daerah
dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab.

Dokumen AMDAL

Menurut PP 29/1986 Menurut PP 51/1993 dan PP 27/1999


1. Penyajian Informasi Lingkungan 1. KA-ANDAL
(PIL) 2. ANDAL
2. KA-ANDAL 3. RKL
3. ANDAL 4. RPL
4. RKL
5. RPL

Fungsi PIL :
1. Sebagai alat penapis apakah sesuatu rencana kegiatan perlu dilengkapi dengan ANDAL
atau tidak, yang dikaitkan dengan dampak lingkungan.
2. Untuk penilaian ketetapan lokasi dari sesuatu rencana kegiatan, apakah lokasinya harus
dipindah/tidak.
3. Sebagai acuan untuk menyusun RKL dan RPL apabila rencana kegiatan tidak
mempunyai dampak penting.
4. Sebagai acuan untuk penyusunan KA-ANDAL apabila ternyata rencana kegiatan
mempunyai dampak penting.
5. Data PIL digunakan pula untuk ANDAL sehingga tidak diperlukan lagi pengambilan
sampel ulang, hanya menambahkan saja.

Tata Laksana Prosedur Pelaksanaan AMDAL Menurut PP 29/1986 :


a. Pemrakarsa rencana kegiatan mengajukan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) kepada instansi
yang bertanggung jawab. PIL tersebut dibuat berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup. Dalam uraian di bawah ini, yang
dimaksud dengan Menteri KLH adalah Menteri yang ditugasi mengelola lingkungan hidup.
Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang berwenang memberi keputusan tentang
pelaksanaan rencana kegiatan, dengan pengertian bahwa kewenangan berada pada Menteri atau
Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang membidangi kegiatan yang bersangkutan
dan pada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk kegiatan yang berada di bawah
wewenangnya.
b. Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka instansi yang
bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan petunjuk tentang kemungkinan
lokasi lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru. Apabila suatu
lokasi dapat menimbulkan benturan kepentingan antar sektor maka instansi yang bertanggun
jawab mengadakan konsultasi dengan Menteri KLH dan Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Nondepartemen yang bersangkutan.
c. Apabila hasil penilaian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan ANDAL, berhubung dengan
adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan, baik lingkungan geobiofisik
maupun sosial budaya, maka pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab membuat
KA-ANDAL.
d. Apabila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak ada dampak
penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan ( RPL).
e. Apabila dari semula sudah diketahui bahwa akan ada dampak penting, maka tidak perlu dibuat
PIL lebih dahulu akan tetapi dapat langsung menyusun KA-ANDAL.
f. ANDAL merupakan komponen studi kelayakan rencana kegiatan sehingga dengan demikian
terdapat tiga studi kelayakan dalam perencanaan pembangunan, yaitu : Teknis, Ekonomis dan
Lingkungan (TEL). Biaya rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam studi kelayakan
rencana kegiatan tersebut meliputi pula biaya penanggulangan dampak negatif dan
pengembangan dampak positifnya.
g. Pedoman umum penyusunan ANDAL dibuat oleh Menteri KLH. Pedoman teknis penyusunan
ANDAL ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Nondepartemen yang
membidangi kegiatan yang bersangkutan berdasarkan pedoman umum penyusunan ANDAL
yang dibuat oleh Menteri KLH.
h. Apabila ANDAL menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi
berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka instansi
yang bertanggung jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan. Terhadap
penolakan ini, pemrakarsa dapat mengajukan keberatan kepada pejabat yang lebih tinggi dari
instansi yang bertanggung jawab selambat-lambatnya 14 hari sejak diterimanya keputusan
penolakan. Pejabat yang lebih tinggi tersebut memberi keputusan atas keberatan tersebut
selambat-lambatnya 30 hari sejak diterimanya pernyataan keberatan, setelah mendapat
pertimbangan dari Menteri KLH. Keputusan tersebut merupakan keputusan terakhir.
i. Apabila ANDAL disetujui, maka pemrakarsa menyusun RKL dan RPL dengan menggunakan
pedoman penyusunan RKL dan RPL yang dibuat oleh Menteri KLH atau Departemen yang
bertanggung jawab.
j. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan kadaluarsa apabila rencana kegiatan tidak
dilaksanakan dalam jangka waktu 5 tahun sejak ditetapkannya keputusan tersebut. Pemrakarsa
wajib mengajukan kembali permohonan persetujuan atas ANDAL. Terhadap permohonan ini
instansi yang bertanggung jawab memutuskan dapat digunakan kembali ANDAL, RKL dan
RPL yang telah dibuat atau wajib diperbaharuinya dokumen-dokumen tersebut.
k. Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan lingkungan yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena kegiatan lain, sebelum rencana kegiatan
dilaksanakan. Pemrakarsa perlu membuat ANDAL baru berdasarkan rona lingkungan baru.
Berdasarkan PP 51/1993 dan PP 27/1999, prosedur pelaksanaan penyusunan AMDAL
tidak perlu dokumen penapis yaitu Penyajian Informasi Lingkungan (PIL). Tetapi langsung
dilakukan pembuatan KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL. Pada PP 29/1986 bagi kegiatan
usaha yang sudah beroperasional perlu menyusun Studi Evaluasi Mengenai Dampak
Lingkungan (SEMDAL) dan tata laksananya, yang prosedurnya hampir sama dengan
AMDAL. Sejak PP 51/1993 penyusunan dokumen SEMDAL sudah tidak diatur, namun
muncul ketentuan kegiatan usaha yang menginginkan mengetahui kinerja pengelolaan
lingkungannya dapat menyusun Audit Lingkungan (Kep. Men. LH No. 42/1994).
Pelaksanaan penyusunan KA, ANDAL, RKL dan RPL harus disusun oleh konsultan.
Konsultan yang ditunjuk harus cukup kualifikasinya dan bukan perusahaan yang ada hubungan
secara organisatoris dengan pemrakarsa. Konsultan pemerintah yang dimiliki oleh universitas
yaitu Pusat Studi Lingkungan atau Pusat Penelitian Lingkungan Hidup.
Syarat kualifikasi konsultan :
a. Memiliki badan hukum dengan akte notaris
b. Memiliki staf yang telah memiliki sertifikat AMDAL B
c. Memiliki kemampuan untuk menganalisis data laboratorium
d. Terdaftar di Inkindo atau kantor yang bertanggung jawab di bidang AMDAL
Empat Dokumen AMDAL menurut PP No 27 Tahun 1999
1. Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL)
- Merumuskan ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan yang merupakan hasil
pelingkupan.
- Merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting (hipotesis) yang terkait dengan rencana usaha atau kegiatan, termasuk pelingkupan
terhadap masalah utama untuk mendapatkan dampak besar dan penting serta pelingkupan
untuk mendapat batas wilayah studi.
Dasar pertimbangan perlunya disusun KA-ANDAL yaitu :

1. Keanekaragaman Keanekaragaman rencana kegiatan (bentuk, ukuran, tujuan, dsb)


dan rona lingkungan (letak geografis, keanekaan faktor lingkungan, faktor manusia,
dsb) kemungkinan akan menimbulkan dampak lingkungan yang berbeda-beda pula.
KA diperlukan untuk memberikan arahan tentang komponen kegiatan yang manakah
yang harus ditelaah dan komponen lingkungan manakah yang perlu diamati selama
penyusunan ANDAL.
2. Keterbatasan sumberdaya KA memberikan ketegasan tentang bagaimana
menyesuaikan tujuan dan hasil yang ingin dicapai dalam keterbatasan sumberdaya
(waktu, dana, tenaga teknik, metode, dsb) tanpa mengurangi mutu pekerjaan ANDAL.
3. Efisiensi Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu
dibatasi pada faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan kebutuhan.
Setiap penyusun KA-ANDAL harus menempatkan rencana kegiatan sebagai bagian dari
pembangunan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk melestarikan kemampuan
sumberdaya alam dan memelihara dan meningkatkan keserasian kualitas lingkungan hidup,
dengan memahami 2 komponen lingkungan berikut :

a. Komponen lingkungan yang ingin dipertahankan, dijaga dan dilestarikan fungsi


keberadaannya, meliputi
1. hutan lindung, hutan konservasi dan cagar biosfer
2. sumberdaya air
3. keanekaragaman hayati
4. warisan alam dan warisan budaya
5. kesehatan dan kenyamanan lingkungan
6. kualitas udara
7. daya dukung lingkungan
8. warisan alam dan warisan budaya
9. nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan
b. Komponen lingkungan yang berubah secara mendasar atau oleh kegiatan baik yang
tercantum atau tidak dalam sasaran kegiatan, meliputi

1. taraf hidup masyarakat


2. lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat
3. pemanfaatan sumberdaya alam antara lain pemilikan dan penguasaan lahan
4. modal pembangunan
5. kualitas manusia
6. kelembagaan dan citra masa depan kehidupan manusia dan lingkungan
7. kesehatan masyarakat

Tujuan penyusunan KA-ANDAL :

a. Merumuskan lingkup dan kedalaman studi ANDAL


b. Mengarahkan studi ANDAL agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan
biaya, tenaga dan waktu yang tersedia.

Fungsi dokumen KA-ANDAL :


a. Sebagai rujukan penting tentang lingkup dan kedalaman studi ANDAL bagi
pemrakarsa, instansi teknis yang bertanggung jawab, konsultan penyusun dan komisi
AMDAL.
b. Sebagai salah satu rujukan untuk penilai dokumen ANDAL untuk evaluasi hasil studi
ANDAL.

Manfaat KA-ANDAL :

a. Sebagai pedoman proses pelaksanaan pekerjaan maupun evaluasi pihak-pihak yang


berkepentingan yaitu pihak pemrakarsa, konsultan penyusun, komisi AMDAL, tim
teknis dan instansi teknis yang bertanggung jawab.
b. Bahwa KA-ANDAL harus disusun dan disepakati bersama oleh semua pihak yang
berkepentingan yaitu pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab maupun calon
penyusun ANDAL dimaksud untuk mempercepat proses penyelesaiannya.

2. Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL)


Data informasi yang dikumpulkan untuk pembuatan ANDAL yaitu :

a. Komponen rencana kegiatan

Data tentang berbagai aktivitas rencana kegiatan baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi
maupun pasca konstruksi. Data tersebut berkaitan langsung dengan berbagai dampak yang
mungkin akan timbul apabila kegiatan tersebut akan dilaksanakan nantinya.

b. Komponen rona lingkungan

Data yang dikumpulkan terutama konponen lingkungan (biogeofisik, sosial ekonomi, sosial
budaya dan kesehatan masyarakat), yang akan mengalami dampak akibat rencana kegiatan
maupun yang dapat mempengaruhi terhadap rencana kegiatan tersebut.

c. Metodologi

Metodologi pengambilan dan analisis data untuk berbagai komponen lingkungan tersebut harus
jelas dan sesuai dengan metode yang biasanya digunakan pada masing-masing komponen
lingkungan tersebut.
Canter (1977) membagi langkah-langkah menyusun ANDAL ke dalam lima langkah dasar,
yaitu :

1. Mempelajari data dasar (basic data)


2. Rona lingkungan (description of environmental setting)
3. Analisis dampak (impact assessment) yang terdiri atas identifikasi, prediksi dan
evaluasi
4. Seleksi usulan aktivitas proyek (selection of proposed action)
5. Penyusunan laporan ANDAL (preparation of environmental impact statement)

(skema hal 96)


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ANDAL :

a. Dalam pelaksanaan ANDAL harus berpegangan pada KA yang telah disepakati


bersama.
b. Laporan ANDAL disusun sesuai Pedoman Umum secara nasional tentang Penyusunan
ANDAL yang telah ditetapkan oleh Kep. Kepala Bapedal No. 9 tahun 2000 beserta
lampirannya.
c. Setiap tahapan penyusunan ANDAL, dibuat laporan kemajuan secara bersambung dan
dikonsultasikan dengan pihak pemrakarsa, tim teknis AMDAL dan komisi penilai
untuk memperoleh perbaikan seperlunya.
d. Draft laporan akhir dipresentasikan/diseminarkan dihadapan pemrakarsa dan pihak lain
yang dianggap perlu untuk mendapat masukan bagi penyempurnaan laporan tersebut.
Baru kemudian dipresentasikan di dalam sidang komisi AMDAL untuk mendapat
penilaian. Apabila telah baik dan benar, dokumen ANDAL ini mendapat pengesahan
dari komisi AMDAL.
e. Laporan ANDAL yang telah selesai, dibuatkan ringkasan eksekutifnya sekitar

10-20 halaman.
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
- Berisi uraian tentang komponen lingkungan yang terkena dampak, tujuan, sumber dampak, bobot
dan tolak ukur dampak serta upaya pengelolaan lingkungan.
- Berfungsi sebagai pedoman dalam menanggulangi dampak.
Dokumen RKL disusun dengan menggunakan beberapa pendekatan yaitu :
1. Teknologi

Berupa upaya secara teknis untuk menanggulangi kerusakan lingkungan, khususnya limbah
dan pencemaran. Penanggulangan terutama diprioritaskan terhadap pencemaran B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) dan kerusakan sumberdaya alam, baik hayati maupun non hayati,
yang diduga timbul.

2. Ekonomi

Uraian tentang bagaimana kemungkinan bantuan pihak-pihak tertentu (pemerintah ataupun


swasta) dapat membantu dari segi finansial berupa peringanan bea masuk, pajak, kredit bank,
kemungkinan kemudahan dalam prosedur, masuknya peralatan penanggulangan dan
pencegahan dampak negatif.
Sistem ganti rugi, kalau terpaksa membebaskan lahan, dan berbagai upaya pendekatan masalah
sosial yang mungkin timbul selama pra konstruksi dan konstruksi.

3. Institusional.

Uraian tentang pengembangan kerjasama institusional terhadap sektor pihak terkait.


4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
- Disusun atas dasar rekomendasi yang terdapat dalam dokumen ANDAL dan RKL.
- Berisi uraian tentang dampak penting yang timbul, faktor lingkungan yang dipantau, tolak ukur
dampak, lokasi dan periode pemantauan.
- Berisi pihak-pihak yang berkewajiban sebagai pelaksana untuk memantau lingkungan dan
kewajiban pihak-pihak lain yang memanfaatkan umpan balik hasil pemantauan yang
dilaksanakan.
Fungsi dokumen RPL :
- Sebagai pedoman yang lebih rinci tentang bagaimana seharusnya pemantauan lingkungan
dilaksanakan, kapan dilaksanakan dan siapa yang bertanggung jawab terhadap upaya
pemantauan dari hasil pemantauan.
PENAPISAN (SCREENING)
Tujuan dilaksanakannya penapisan yaitu untuk menetapkan apakah suatu proyek perlu
dilakukan AMDAL atau tidak. Dengan telah ditetapkannya perlu atau tidaknya AMDAL, suatu
proyek akan dapat dipercepat proses penyusunan AMDAL sebagai syarat memperoleh ijin
pelaksanaan pembangunan. Pasal 2 dari PP 51/1993 ini menyebutkan bahwa penapisan rencana
usaha atau kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri LH (Sek Men. LH No.11/1994) ditinjau
secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam 5 tahun. Hal ini telah dilaksanakan dengan
terbitnya SK Menteri LH No.3 Tahun 2000 dan yang terakhir Kep.Men.LH No.17 Tahun 2001.
Menurut United Nation Environmental Programme (1988) untuk melaksanakan penapisan
perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :

a. Suatu kriteria yang paling sederhana dalam ukuran luas proyek dan lokasi proyek
b. Pembandingan uraian usulan proyek dengan daftar proyek yang perlu AMDAL
c. Penentuan dampak yang disebabkan adanya perkembangan infrastruktur dan ambang
batas kualitas lingkungan
d. Penggunaan analisis yang lebih memadai dan penyiapan tambahan data baru di samping
data yang telah tersedia

Dalam PP 27 Tahun 1999 disebutkan kriteria rencana kegiatan yang wajib AMDAL, yaitu :

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam


b. Eksploitasi sumberdaya alam, baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui
c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta kemerosotan sumberdaya alam
dalam pemanfaatannya
d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan (alam buatan,
sosial dan budaya)
e. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumberdaya alam dan atau perlindungan cagar budaya
f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik
g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
h. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan hidup
i. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan/atau mempegaruhi pertahanan negara

Tabel Kriteria Proyek Pembangunan Regional yang Menimbulkan Dampak Terhadap


Lingkungan
No Pembangunan Proyek Pembangunan
1 Penggunaan dan pengubahan lahan Kota, industri, pertanian, lapangan terbang,
2 Ekstraksi sumberdaya alam transportasi, jaringan transmisi, pembangunan
3 Pembaharuan/permudaan/penggantian lepas pantai.
4 sumberdaya alam Penggalian, penambangan, penebangan kayu,
5 Proses pertanian pengambilan ikan dan satwa.
6 Proses industri Reboisasi, pengelolaan satwa, pemupukan,
7 Transportasi pemanfaatan ulang limbah, penanggulangan
8 Energi banjir.
9 Treatment air dan pembuangan limbah Pertanian, penggembalaan, hewan/ranch,
10 Kepariwisataan irigasi.
Konversi/Pengamanan pantai Penggilingan besi dan baja, industri
petrokimia, pulp/kertas.
Jaringan rel kereta api, pesawat terbang,
mobil, kapal dan jaringan pipa.
PLTA, PLTN, PLTU, PLTB dan PLTD
Dumping limbah di laut, landfil, penumpukan
limbah dalam tanah, penggunaan pestisida dan
herbisida.
Area perburuan, taman dan lain-lain.
Kawasan wisata pantai, pemandian pantai,
penyelaman, dan lain-lain.
PROSES STUDI ILMIAH
Studi AMDAL merupakan studi multi disiplin yang mengkondisikan para pakar yang
terkait dengan studi ini melaksanakan proses penelitian secara ilmiah dan terpadu
Beberapa penelitian dalam studi AMDAL :
1. Pembagian penelitian menurut alasannya

a. Penelitian dasar (basic research) suatu penelitian yang mempunyai alasan


intelektual dan dilakukan karena manusia ingin mengetahui sesuatu hal serta
tidak langsung mempunyai kegunaan praktis.
b. Penelitian terpakai (applied research) penelitian yang mempunyai tujuan atau
alasan praktis agar bisa dilakukan sesuatu hal yang jauh lebih baik, efektif dan
efisien.
2. Pembagian penelitian menurut tempatnya

a. Penelitian perpustakaan
b. Penelitian laboratorium
c. Penelitian lapangan

3. Pembagian penelitian menurut cara pelaksanaannya

a. Penelitian eksperimen penelitian untuk mengetahui apakah variabel


intervensi atau variabel eksperimen efektif atau tidak.
b. Penelitian evaluasi penelitian yang dikembangkan dari penelitian dasar
c. Grounded research penelitian yang menghasilkan teori yang lahir dan
berkembang di lapangan
d. Survei penelitian yang dilakukan dengan cara informasi atau data
dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuisoner.
e. Penelitian tindakan

4. Pembagian penelitian atas dasar metoda

All About Kriteria Peringkat PROPER Emas, Hijau, Biru,


Merah dan Hitam
PROPER adalah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan
Lingkungan yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) sejak tahun 1995,
untuk mendorong perusahaan meningkatkan pengelolaan lingkungannya. Dari penilaian
proper, perusahaan akan memperoleh citra/reputasi sesuai bagaimana pengelolaan
lingkungannya. Citra tersebut dinilai dengan warna emas, hijau, biru, merah dan hitam. Proper
emas merupakan proper yg terbaik, artinya perusahaan tersebut sudah menerapkan pengelolaan
lingkungan secara menyeluruh dan kontinu. Jika sebuah perusahaan mendapat 2x warna hitam
secara berturut2, perusahaan tersebut bisa dituntut dan usaha akan dihentikan.

Proper telah dipuji berbagai pihak termsuk Bank Dunia, dan jadi salah satu bahan studikasus
di Harvard Institute for International Development. Proper menjadi contoh di berbagai negara
di Asia, Amerika Latin dan Afrika sebagai instrumen penaatan alternatif lingkungan. Dan pada
tahun 1996, Proper mendapatkan penghargaan Zero Emission Award dari United Nations
University di Tokyo.

Mekanisme dan Kriteria PROPER


1. PROPER Emas: adalah Telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari
yang dipersyaratkan dan melakukan upaya-upaya pengembangan masyarakat
secara berkesinambungan.
2. Proper Hijau: adalah perusahaan yang telah melakukan pengelolaan
lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, telah mempunyai:
Keanekaragaman Hayati
Sistem Manajemen Lingkungan
3R Limbah Padat
3R Limbah B3
Konservasi Penurunan Beban Pencemaran Air
Penurunan Emisi
Efisiensi Energi
3. PROPER Biru: adalah perusahaan Telah melakukan upaya pengelolaan
lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang
berlaku (telah memenuhi semua aspek yang dipersyaratan oleh KLH) ini adalah
nilai minimal yang harus dicapai oleh semua perusahaan dalam bidang:
Penilaian Tata Kelola Air
Penilaian Kerusakan Lahan
Pengendalian Pencemaran Laut
Pengelolaan Limbah B3
Pengendalian Pencemaran Udara
Pengendalian Pencemaran Air
Implementasi AMDAL
4. PROPER Merah: adalah perusahaan sudah melakukan upaya pengelolaan
lingkungan, akan tetapi baru sebagian mencapai hasil yang sesuai dengan
persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam
bidang:
Penilaian Tata Kelola Air
Penilaian Kerusakan Lahan
Pengendalian Pencemaran Laut
Pengelolaan Limbah B3
Pengendalian Pencemaran Udara
Pengendalian Pencemaran Air
Implementasi AMDAL
5. PROPER Hitam: adalah peringkat paling bawah dalam mengelola lingkungan,
Belum melakukan upaya dalam pengelolaan lingkungan sebagaimana yang
dipersyaratkan sehingga berpotensi mencemari lingkungan , dan beresiko untuk
ditutup ijin usahanya oleh KLH dalam bidang:
Penilaian Tata Kelola Air
Penilaian Kerusakan Lahan
Pengendalian Pencemaran Laut
Pengelolaan Limbah B3
Pengendalian Pencemaran Udara
Pengendalian Pencemaran Air
Implementasi AMDAL

Kriteria ketaatan digunakan untuk pemeringkatan adalah biru, merah dan hitam . Sedangkan
kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance) adalah hijau dan
emas.
Kriteria AMDAL

1. Dasar Peraturan : PP LH No. 27 Thn 2012 tentang Izin Lingkungan


2. Aspek Penilaian : Pelaksanaan Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan
3. Komponen Aspek Penilaian :
Memiliki dokumen lingkungan/izin lingkungan
Melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan/izin lingkungan:
Luas area dan kapasitas dan Pengelolaan lingkungan terutama aspek
pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan
Pengelolaan LB3
Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan
(terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian
pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3)

Kriteria Penilaian Pengendalian Pencemaran Air

1. KETAATAN TERHADAP IZIN (IPLC)


2. KETAATAN TERHADAP TITIK PENAATAN
3. KETAATAN TERHADAP PARAMETER BAKU MUTU AIR LIMBAH
4. KETAATAN TERHADAP PELAPORAN DATA PER PARAMETER
5. KETAATAN TERHADAP PEMENUHAN BAKU MUTU
6. KETAATAN TERHADAP KETENTUAN TEKNIS

Kriteria Penilaian Pengendalian Pencemaran Udara

1. KETAATAN TERHADAP SUMBER EMISI


2. KETAATAN TERHADAP PARAMETER
3. KETAATAN TERHADAP JUMLAH DATA TIAP PARAMETER YANG
DILAPORKAN
4. KETAATAN TERHADAP PEMENUHAN BAKU MUTU
5. KETAATAN TERHADAP KETENTUAN TEKNIS

Kriteria Penilaian Proper


KRITERIA penilaian PROPER terdiri dari dua kategori, yaitu kriteria penilaian ketaatan dan
kriteria penilaian lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance) Kriteria
penilaian ketaatan menjawab pertanyaan sederhana saja. Apakah perusahaan sudah taat
terhadap peraturan pengelolaan lingkungan hidup. Peraturan lingkungan hidup yang
digunakan sebagai dasar penilaian saat ini adalah peraturan yang berkaitan dengan:

a. Persyaratan dokumen lingkungan dan pelaporannya

Perusahaan dianggap memenuhi kriteria ini jika seluruh aktivitasnya sudah dinaungi dalam
dokumen pengelolaan lingkungan baikberupa dokumen Analisis Mengenai
DampakLingkungan (AMDAL) Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Lingkungan
(UKL/UPL) atau dokumen pengelolaan lain yang relevan. Selanjutnya dilakukan
penilaianterhadap ketaatan perusahaan dalam melakukanpelaporan terhadap pengelolaan
lingkungan yang dipersyaratkan dalam AMDAL dan UKL/UPL.

b. Pengendalian Pencemaran Air

Pada prinsipnya ketaatan terhadap pengendalian pencemaran air dinilai berdasarkan


ketentuan bahwa semua pembuangan air limbah kelingkungan harus memiliki izin. Air limbah
yang dibuang ke lingkungan harus melalui titik penaatan yang telah ditetapkan. Pada titik
penaatan tersebut berlaku baku mutu kualitas air limbah yang diizinkan untuk dibuang ke
lingkungan. Untuk memastikan air limbah yang dibuang setiap saat tidak melampaui baku
mutu maka perusahaan berkewajiban melakukan pemantauan dengan frekuensi dan
parameteryang sesuai dengan izin atau baku mutu yang berlaku. Untuk menjamin validitas
data, maka pemantauan harus dilakukan oleh laboratorium terakreditasi. Perusahaan juga
harus taat terhadap persyaratan-persyaratan teknis seperti pemasangan alat pengukur debit
yang diatur dalam izin atau ketentuan peraturan baku mutu yang berlaku.
c. Pengendalian Pencemaran Udara

Ketaatan terhadap pengendalian pencemaran udara didasarkan atas prinsip bahwa


semuasumber emisi harus diidentifikasi dan dilakukan pemantauan untuk memastikan emisi
yang dibuang ke lingkungan tidak melebihi bakumutu yang ditetapkan. Frekuensi dan
parameter yang dipantau juga harus memenuhi kentuan dalam peraturan. Untuk memastikan
bahwa proses pemantauan dilakukan secara aman dan valid secara ilmiah maka prasarana
sampling harus memenuhi ketentuan peraturan.

d. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya danBeracun (B3)

Ketaatan pengelolaan limbah B3 dinilai sejak tahapan pendataan jenis dan volumenya.
Setelah dilakukan pendataan, maka dilakukan pengelolaan lanjutan. Pengelolaan lanjutan
harus dilengkapi dengan izin pengelolaan limbah B3. Ketaatan terhadap ketentuan izin
pengelolaan limbah B3, merupakan komponen utama untuk menilai ketaatan perusahaan.

e. Pengendalian Pencemaran Air Laut

Untuk aspek ini, ketaatan utama dilihat dari kelengkapan izin pembuangan air limbah dan
ketaatan pelaksanaan pembuangan air limbah sesuai dengan ketentuan dalam izin.

f. Potensi Kerusakan Lahan

Kriteria potensi kerusakan lahan hanya digunakan untuk kegiatan pertambangan. Kriteria ini
pada dasarnya adalah implementasi best mining practices, seperti kesesuaian pelaksanaan
kegiatan dengan rencana tambang, sehingga dapat dihindari bukaan lahan yang tidak
dikelola. Mengatur ketinggian dan kemiringan lereng/jenjang agar stabil. Acuan adalah
kestabilan lereng. Mengidentifikasi potensi pembentukan Air Asam Tambang setiap jenis
batuan dan penyusunan strategi pengelolaan batuan penutup. Membuat dan memelihara
sarana pengendali erosi. Membuat sistem pengaliran (drainage) yang baik supaya kualitas
air limbah memenuhi baku mutu. Memilih daerah timbunan dengan risiko kebencanaan paling
kecil.

Kriteria beyond compliance lebih bersifat dinamis karena disesuaikan dengan perkembangan
teknologi, penerapan praktik-praktik pengelolaan lingkungan terbaik dan isu-isu lingkungan
yang bersifat global. Penyusunan kriteria yang terkait dengan pelaksanaan PROPER
dilakukan oleh tim teknis dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak, antara
lain: pemerintah kabupaten/kotamadya, asosiasi industri, perusahaan, LSM, universitas,
instansi terkait, dan Dewan Pertimbangan PROPER. Aspek-aspek yang dinilai dalam kriteria
beyond compliance adalah:

a) Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, termasuk di dalamnya bagaimana


perusahaan memiliki sistem yang dapat mempengaruhi supplier dan konsumennya untuk
melaksanakan pengelolaan lingkungan dengan baik.

b) Upaya Efisiensi Energi dengan mencakup empat ruang lingkup efisiensi energi, yaitu
peningkatan efisiensi energi dari proses produksi dan utilitas pendukung, penggantian mesin
atau proses yang lebih ramah lingkungan, efisiensi dari bangunan dan sistem transportasi.

c) Upaya penurunan emisi, baik berupa emisi kriteria polutan maupun emisi dari gas rumah
kaca dan bahan perusak ozon. Termasuk dalam lingkup penilaian ini adalah persentase
pemakaian energi terbarukan dalam proses produksi dan jasa, pemakaian bahan bakar yang
ramah lingkungan.

d) Implementasi Reduce, Reuse dan Recycle limbah B3. Penekanan kriteria ini adalah
semakin banyak upaya untuk mengurangi terjadinya sampah, maka semakin tinggi nilainya.
Selain itu, semakin besar jumlah limbah yang dimanfaatkan kembali, maka semakin besarpula
nilai yang diperoleh perusahaan.

e) Implementasi Reduce, Reuse dan Recycle limbah padat non B3 kriteria sama dengan
3R untuk limbah B3.

f) Konservasi Air dan Penurunan Beban Pencemaran Air Limbah. Semakin kecil
intensitas pemakaian air per produk, maka akan semakin besar nilai yang diperoleh. Demikian
juga semakin besar upaya untuk menurunkan beban pencemaran di dalam air limbah yang
dibuang ke lingkungan maka akan semakin besar nilai yang diperoleh.

g) Perlindungan Keanekaragaman Hayati. Pada dasarnya, bukan jumlah pohon yang dinilai,
tetapi lebih diutamakan pada upaya pemeliharaan dan perawatan keanekaragaman hayati.
Salah satu bukti bahwa perusahaan peduli dengan keanekaragaman hayati adalah
perusahaan memiliki sistem informasi yang dapat mengumpulkan dan mengevaluasi status
dan kecenderungan sumberdaya keanekaragaman hayati dan sumberdaya biologis yang
dikelola dan memiliki datatentang status dan kecenderungan sumberdaya keanekaragaman
hayati dan sumber daya biologis yang dikelola.

h) Program Pengembangan Masyarakat. Untuk memperoleh nilai yang baik dalam aspek ini
perusahaan harus memiliki program stratetegis untuk pengembangan masyarakat yang
didesain untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Program ini didasarkan atas pemetaan
sosial untuk menggambarkan jaringan sosial yang memberikan penjelasan tentang garis-garis
hubungan antar kelompok/individu. Pemetaan Sosial memberikan informasi mengenai siapa,
kepentingannya, jaringannya dengan siapa, dan posisi sosial dan analisis jaringan sosial dan
derajat kepentingan masing-masing pemangku kepentingan. Identifikasi masalah sosial,
identifikasi potensi (modal sosial) perumusan kebutuhan masyarakat yang akan ditangani
dalam program community development dan identifikasi kelompok rentan yang akan menjadi
sasaran program pengembangan masyarakat. Rencana strategis pengembangan
masyarakat harus bersifat jangka panjang dan dirinci dengan program tahunan, menjawab
kebutuhan kelompok rentan dan terdapat indikator untuk mengukur kinerja capaian program
yang terukur dan tentu saja proses perencanaan melibatkan anggota masyarakat.

You might also like