You are on page 1of 37

BAB III

PEMBAHAS
A.Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit,
antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi
seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (Burton, 1990).

C. Klasifikasi anemia:
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek
produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik
terapi radiasi
antibiotic tertentu
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
benzene
infeksi virus (khususnya hepatitis)

Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran
kemih, perdarahan susunan saraf pusat.

b. Anemia pada penyakit ginjal


Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopoitin
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

c. Anemia pada penyakit kronis


Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi
artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

Gejala-gejalanya:
papilla lidah
ucat, merah, meradang
tis angularis, sakit di sudut mulut
ogi: anemia mikrositik hipokromik

ik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit,
penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.

f. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel
darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria
Tanda dan Gejala
Lemah, letih, lesu dan lelah
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
siologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut
terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah
merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb)
dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh
organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

E. Manifestasi klinis
1.Ke
adaa
n
umu
m:
Puca
t , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap dingin ,
BB turun.
2. Kulit:
Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing
3. Mata:
Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina
4. Telinga:
Vertigo , tinnitus
5. Mulut:
Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis
6. Paru- paru:
Dipsneu dan orthopnea
7. Kardiovaskuler:
Takikardia , palpitasi ,mur mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung
8. Gastrointestinal:
Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )

9. Muskuloskletal;
Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal
10. System persyarafan:
Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan koping.
plikasi

nafasan
skuler
jal
n fungsi hati.
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran
napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus
ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian,
dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

riksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 14 g/dl )
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan
MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),
peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe
khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah
merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan
akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas
(AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak
sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges,
1999).

alaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan,
daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi
darah.
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh
tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban
secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis
dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
(DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki
goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg
positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin
dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis
(aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria
dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan;
efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ;
tidak mengenal sumber informasi.
si/Implementasi keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh mencegah kontaminasi silang/kolonisasi
pemberi perawatan dan pasien. bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
Pertahankan teknik aseptic ketat pada berat/aplastik dapat berisiko akibat flora
prosedur/perawatan luka. normal kulit.
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral menurunkan risiko kolonisasi/infeksi
dengan cermat. bakteri
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang menurunkan risiko kerusakan
sering, latihan batuk dan napas dalam. kulit/jaringan dan infeksi.
Tingkatkan masukkan cairan adekuat meningkatkan ventilasi semua segmen
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi paru dan membantu memobilisasi sekresi
bila memungkinkan untuk mencegah pneumonia.

Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil membantu dalam pengenceran secret
dan takikardia dengan atau tanpa demam. pernapasan untuk mempermudah
Amati eritema/cairan luka pengeluaran dan mencegah stasis cairan
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
sesuai indikasi (kolaborasi) membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi.
Berikan antiseptic topical ; antibiotic Perlindungan isolasi dibutuhkan pada
sistemik (kolaborasi). anemia aplastik, bila respons imun sangat
terganggu.
adanya proses inflamasi/infeksi
membutuhkan evaluasi/pengobatan.
indikator infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus mungkin tidak ada bila
granulosit tertekan.
membedakan adanya infeksi,
mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
mungkin digunakan secara propilaktik
untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang mengidentifikasi defisiensi, mengawasi
disukai. masukkan kalori atau kualitas kekurangan
Observasi dan catat masukkan makanan konsumsi makanan.
pasien. memudahkan intervensi
Timbang berat badan setiap hari mengawasi penurunan berat badan atau
Berikan makan sedikit dengan frekuensi efektivitas intervensi nutrisi.
sering dan atau makan diantara waktu menurunkan kelemahan, meningkatkan
makan. pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, gejala GI dapat menunjukkan efek anemia
flatus dan dan gejala lain yang (hipoksia) pada organ.
berhubungan meningkatkan nafsu makan dan
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang pemasukkan oral. Menurunkan
baik ; sebelum dan sesudah makan, pertumbuhan bakteri, meminimalkan
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan
yang lembut. Berikan pencuci mulut yang mulut khusus mungkin diperlukan bila
di encerkan bila mukosa oral luka. jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana berat.
diet. membantu dalam rencana diet untuk
Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan memenuhi kebutuhan individual.
laboraturium. meningkatakan efektivitas program
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi
yang dibutuhkan.
kebutuhan penggantian tergantung pada
tipe anemia dan atau adanyan masukkan
oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)


dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah
masih dalam rentang normal.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan ADL pasien. mempengaruhi pilihan
Kaji kehilangan atau gangguan intervensi/bantuan.
keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan menunjukkan perubahan neurology karena
otot. defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan keamanan pasien/risiko cedera.
sesudah aktivitas. manifestasi kardiopulmonal dari upaya
Berikan lingkungan tenang, batasi jantung dan paru untuk membawa jumlah
pengunjung, dan kurangi suara bising, oksigen adekuat ke jaringan.
pertahankan tirah baring bila di meningkatkan istirahat untuk menurunkan
indikasikan. kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
Gunakan teknik menghemat energi, regangan jantung dan paru.
anjurkan pasien istirahat bila terjadi meningkatkan aktivitas secara bertahap
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien sampai normal dan memperbaiki tonus
melakukan aktivitas semampunya (tanpa otot/stamina tanpa kelemahan.
memaksakan diri). Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.

4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
INTERVENSI RASIONAL
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, memberikan informasi tentang
warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai membantu menetukan kebutuhan
toleransi. intervensi.
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi meningkatkan ekspansi paru dan
napas perhatikan bunyi adventisius. memaksimalkan oksigenasi untuk
Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi

Hindari penggunaan botol penghangat atau bila ada hipotensi.


botol air panas. Ukur suhu air mandi dispnea, gemericik menununjukkan
dengan thermometer. gangguan jajntung karena regangan jantung

Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan lama/peningkatan kompensasi curah

laboraturium. Berikan sel darah merah jantung.

lengkap/packed produk darah sesuai iskemia seluler mempengaruhi jaringan


indikasi. miokardial/ potensial risiko infark.

Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. termoreseptor jaringan dermal dangkal


karena gangguan oksigen.
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan
pengobatan /respons terhadap terapi.
memaksimalkan transport oksigen ke
jaringan.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi,
turgor, gangguan warna, hangat local, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat
eritema, ekskoriasi. menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi
Reposisi secara periodic dan pijat dan rusak.
permukaan tulang apabila pasien tidak meningkatkan sirkulasi kesemua kulit,
bergerak atau ditempat tidur. membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi
Anjurkan pemukaan kulit kering dan hipoksia seluler.
bersih. Batasi penggunaan sabun. area lembab, terkontaminasi, memberikan
Bantu untuk latihan rentang gerak. media yang sangat baik untuk pertumbuhan
Gunakan alat pelindung, misalnya kulit organisme patogenik. Sabun dapat
domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. mengeringkan kulit secara berlebihan.
Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah
indikasi. (kolaborasi) stasis.
menghindari kerusakan kulit dengan
mencegah /menurunkan tekanan terhadap
permukaan kulit.

6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan;
efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab,
factor pemberat.
INTERVENSI RASIONAL
Observasi warna feses, konsistensi, membantu mengidentifikasi penyebab
frekuensi dan jumlah. /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Auskultasi bunyi usus. bunyi usus secara umum meningkat pada
Awasi intake dan output (makanan dan diare dan menurun pada konstipasi.
cairan). dapat mengidentifikasi dehidrasi,
Dorong masukkan cairan 2500-3000 kehilangan berlebihan atau alat dalam
ml/hari dalam toleransi jantung. mengidentifikasi defisiensi diet.
Hindari makanan yang membentuk gas. membantu dalam memperbaiki konsistensi
Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, feses bila konstipasi. Akan membantu
catat perubahan kondisi kulit atau mulai memperthankan status hidrasi pada diare.
kerusakan. Lakukan perawatan perianal menurunkan distress gastric dan distensi
setiap defekasi bila terjadi diare. abdomen.
Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
dengan tinggi serat dan bulk. serat menahan enzim pencernaan dan
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, mengabsorpsi air dalam alirannya
laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai sepanjang traktus intestinal dan dengan
indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi). demikian menghasilkan bulk, yang bekerja
Berikan obat antidiare, misalnya sebagai perangsang untuk defekasi.
Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine mempermudah defekasi bila konstipasi
(Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, terjadi.
misalnya Metamucil. (kolaborasi). Rasional : menurunkan motilitas usus bila
diare terjadi.
7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ;
tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil :
pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
INTERVENSI RASIONAL
Berikan informasi tentang anemia spesifik. memberikan dasar pengetahuan sehingga
Diskusikan kenyataan bahwa terapi pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
tergantung pada tipe dan beratnya anemia. Menurunkan ansietas dan dapat
Tinjau tujuan dan persiapan untuk meningkatkan kerjasama dalam program
pemeriksaan diagnostic. terapi.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan
keluarga tentang penyakitnya. meningkatkan stress, selanjutnya
Berikan penjelasan pada klien tentang meningkatkan beban jantung. Pengetahuan
penyakitnya dan kondisinya sekarang menurunkan ansietas.

Anjurkan klien dan keluarga untuk megetahui seberapa jauh pengalaman dan
memperhatikan diet makanan nya. pengetahuan klien dan keluarga tentang

Minta klien dan keluarga mengulangi penyakitnya.

kembali tentang materi yang telah dengan mengetahui penyakit dan


diberikan. kondisinya sekarang, klien dan keluarganya
akan merasa tenang dan mengurangi rasa
cemas.
Diet dan pola makan yang tepat membantu
proses penyembuhan.
mengetahui seberapa jauh pemahaman
klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

a.
b.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan oleh Sulimah NIM 03.0341 pada hari rabu tanggal 19 Juli 2006 pada
pukul 08.00 WIB. Di ruang flamboyan RSUD Kudus. Informasi didapat dari allou, anamnesa,
autoanamnese, catatan medis dan petugas RS.

Biodata

1. Identitas Klien

Nama : Tn.P

Umur : 51 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Mejobo Kudus


Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Status : Menikah

Agama : Islam

No.Registrasi : 500100

Tanggal masuk : 17 Juli 2006

Diagnosa medis : Anemia dengan indikasi Melena

2. Identitas Penanggungjawab

Nama : Ny.S

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Mejobo Kudus

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Hub. dg keluarga : Istri klien

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Klien lemas

2. Riwayat penyakit sekarang

+ 4 hari yang lalu klien datang ke RSU Kudus dnegan keluhan lemas BAB hitam cair oleh dokter
disarankan untuk rawat inap

3. Riwayat penyakit yang lalu

Klien sudah pernah diobname di RS mardi rahayu 1x dengan penyakit yang sama. (Anemia)

4. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita penyakit anemia, hipertensi, DM, asma

5. pola fungsional menurut gordon

a. Pola persepsi kesehatan

Menurut klien kesehatan sangat penting dan berharga, jika klien mengalami gangguan klien
langsung berobat ke dokter umum

b. Pola nutrisi

Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari, makan nasi, lauk, sayur, minum + 8 gelas (2000 cc) per
hari
Selama sakit : Klien makan 3x sehari makan bubur, minum 5 gelas (1250 cc)

c. Pola eliminasi

Sebelum sakit : Klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning. Klien BAK 4-5
x sehari dengan warna kuning jernih dan bau yang khas.

Selama sakit : Klien BAB 3x sehari dengan konsistensi cair warna hitam. Klien BAK 4-5x
sehari dengan warna kuning jernih dan bau yang khas

d. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit : Sebelum sakit klien melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri

Selama sakit : Klien melakukan aktivitas dibantu keluarga dan perawat

e. Pola kognitif

Sebelum sakit : Klien memandang kesehatan adalah hal yang penting. Klien bisa berfikir dan
bertindak dan bisa menyelesaikan masalahnya.

Selama sakit : Klien masih bisa berpikir dan mengambil keputusan jika ada sesuatu masalah
klien membicarakannya dengan perawat dan petugas Rumah Sakit

f. Pola istirahat

Sebelum sakit : Klien tidur mulai jam 21.00-05.00 WIB

Selama sakit : Selama sakit klien tidur mulai jam 21-00 sebentar-sebentar bangun karena perut
mules

g. Pola konsep diri

Identitas diri : Klien adalah seorang kepala rumah tangga yang bekerja di sebuah kota

Ideal diri : Harapan klien setelah pulang dari RS klien dapat bekerja lagi untuk menafkahi
keluarganya

Harga diri : Klien tidak malu dengan keadaan di RS sekarang ini.

Gambaran diri : Klien merasa sedih tentang penyakitnya

h. Pola hubungan dan peran

Sebelum sakit : Hubungan dengan keluarga baik dan harmonis

Selama sakit : Hubungan dengan keluarga baik dengan perawat dan dengan pasien di sekitarnya
baik

i. Pola reproduksi dan seksual

Klien menikah dan mempunyai anak 5

j. Koping terhadap stres

Klien setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga dan perawat

k. Keyakinan / kepercayaan
Klien beragama islam dan selalu berdoa untuk kesembuhannya.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum lemah

2. Tingkat kesadaran composmentis

3. Tanda-tanda vital : TD 100/60 mmHg, suhu 370C, N : 80 x/mnt, RR : 20 x/mnt

4. Kepala : mesochepal

Rambut : Beruban, tidak berketombe, tidak berminyak

Mata : Konjungtiva anemis, sklera mata tidak ikteris, reflek pupil terhadap cahaya
baik dan tidak menggunakan alat bantu pengelihatan

Hidung : Simetris, tidak ada sekret

Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen

Mulut : Bibir lembab, tidak ada sariawan

Leher dan tenggorok : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

5. Dada dan thorak

Paru-paru

Inspeksi : Pengembangan nafas kanan dan kiri simetris

Perkusi : Sonor

Palpitasi : Tidak ada krepitasi paru

Auskultasi : Vesikuler

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Perkusi : Pekak

Palpitasi : Ictus cordis teraba pada IC-5 garis tengah klavikula kiri

Auskultasi : S1-S2 murni

Abdomen

Inspeksi : Perut cembung

Perkusi : Pekak

Palpitasi : Teraba nyeri pada ulu hati


Auskultasi : Bunyi normal

6. Genital bersih

7.

Ekstremitas : tidak ada oedema, ektremitas atas karena terpasang infus normal saline + drip
ranitidin 20 tts/menit

D. Data penunjang

1. Laboratorium dilakukan tanggal 17 Juli 2006

Darah rutin

WBC : 8,7 103/mm3 (3,5-10,0)

RBC : 2,87 106/mm3 (3,80-5,80)

HGB : 7,9 g/dl (11,0-16,5)

HCT : 25,1 % (35,0-50,0)

PLT : 173 103/mm3 (150-390)

PCT : 153 % (100-500)

Kimia darah

GDS : 149 mg/dl (70-150)

Ureum: : 29,5 mg/dl (11,0-55,0)

Creatinin : 1,5 mg/dl (0,6-1,36)

sGOT : 34 U/L (<37)

SGPT : 28 U/L (<41)

Uric acid : 6,7 mg/dl (2,6-7,2)

2. Therapi lain

Ulsidex 3 x 2 tablet (oral, jam 08.00, 16.00, 24.00 WIB)

Ranitidin 2 x 1 ampul drip 1 jam

Infus NS (Normal salin)


C. Analisa Data

Data Etiologi Problem


DS : Klien mengatakan lemasDO : Hb turun Gangguan perfusi
Klien terlihat pucat jaringan

Hb (7,9) g/dl

Capiler refil < 2 detik

Turgor kulit <


DS1. Klien mengatakan perut Iritasi pada mukosa Nyeri
merasa sebah lambung

2. Klien mengatakan nyeri pada


waktu BAB, nyeri seperti ditusuk-
tusuk pada ulu hati dengan skala 4.

3. Klien mengatakan nyerinya


kira-kira 2 menit

DO

1. BAB klien 3x sehari

2. Skala nyeri 4

3. Klien tampak lemah


DS1. Klien mengatakan lemas Ketidakseimbangan Intoleransi
antara suplai O2 aktifitas
2. Klien mengatakan pandangan dengan kebutuhan
kabur

DO

1. Klien tampak pucat

2. Klien tampak lemah

3. Hb (7,9) g/dl

D. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Hb turun

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan


kebutuhan

E. Intervensi
No Hari/tgl Nodx Tujuan dan kreteria hasil Intervensi TTD
1 Rabu19 I Setelah dilakukan 1. Monitor
juli tindakan keperawatan TTV2. Jaga
selama 124 jam agar kehangatan klien
2006 sirkulasi darah klien ke
organ tubuh 3. Bantu dan
Jam meningkatKreteria anjurkan pasien untuk
Hasil merubah posisi
11.00
1. Warna kulit tidak 4. Monitor Hb
WIB pucat
5. Ambil sampel
2. Hb meningkat darah
(11,0-16,5)
6. Kolaborasi
pemberian tramfusi
darah
2 Rabu19 II Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik
juli tindakan keperawatan nyeri2. Anjurkan
selama 1 x 24 jam nyeri teknik relaksasi
2006 berkurang /
hilang.Kreteria Hasil 3. Monitor TTV
Jam
1. Keluhan nyeri 4. Berikan posisi
11.30 berkurang yang nyaman

WIB

2. Ekpresi wajah 5. Libatkan keluarga


tenang dalam mengatur posisi
yang nyaman
3. Tanda-tanda vital
normal
3 Rabu19 III Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien
juli tindakan keperawatan beraktivitas secara
selama 124 jam bertahap2. Anjurkan
2006 intoleransi aktivitas duduk saat klien pusing
teratasiKreteria Hasil
Jam 3. Libatkan keluarga
Klien ke kamar mandi dalam pemenuhan
11.45 sendiri tanpa bantuan aktivitas

WIB 4. Ciptakan
lingkungan yang tenang
dan nyaman

F. Implementasi

Hari/tgl No dx Implementasi Respon TTD


Rabu19 I 1. Memonitor TTV 1. TTVTD : 100/60
juli mmHg

2006 S : 370C

Jam N : 80 x/menit

11.00 RR : 20 x/menit
WIB 2. Klien mau
melakukan perubahan
2. Membantu dan posisi miring kanan
menganjurkan klien untuk
merubah posisi 3. Warna kulit klien
tampak pucat

4. Hb 7,9 g/dl
3. Memonitor warna kulit
5. Klien mau
diambil darahnya

6. Klien mendapat
tranfusi darah PRC
4. Memonitor Hb

5. Mengambil sampel
darah

6. Kolaborasi pemberian
tranfusi darah
Rabu19 II 1. Mengkaji karakteristik 1. Klien merasa
juli nyeri2. Mengajarkan nyeri di ulu
teknik relaksasi hati2. Klien mau
2006 melakukan tarik nafas
dalam
Jam
3. Memberikan posisi 3. Klien dalam
11.30 yang nyaman posisi nyaman duduk

WIB 4. Keluarga mau


membantu klien
4. Melibatkan keluarga
dalam mengatur posisi yang
nyaman
Rabu19 III 1. Menganjurkan klien 1. Klien
juli beraktivitas secara mengatakan mau
bertahap2. Menganjurkan beraktivitas2. Klien
2006 klien duduk saat pusing terlihat duduk

Jam 3. Menciptakan 3. Membatasi


lingkungan yang tenang dan pengunjung
11.45 nyaman

WIB

G. Evaluasi

NoEvaluasi TTD
Hari/tgl
dx
Kamis20I S : Klien mengatakan mau diambil darahnyaO : Darah sudah diambil 2 cc
juli
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2006
1. Monitor
Jam
2. Hb
11.00
3. Monitor
WIB
4. Warna kulit

5. Kolaborasi pemberian tranfusi darah


Kamis20II S : Klien mengatakan sudah nyaman dalam posisi dudukO : Wajah klien
juli tampak rilek

2006 A : Masalah teratasi sebagian

Jam P : Lanjutkan intervensi

11.30 Lanjutkan teknik relaksasi

WIB
Kamis20
juli
S : Klien mengatakan mau beraktivitasO : Klien terlihat duduk
2006
A : Masalah teratasi sebagian
Jam
P : Lanjutkan intervensi
11.45
Batasi pengunjung
WIB

ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak
adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin
dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang
mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.

B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit,
antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi
seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Penyebab umum dari anemia:


Perdarahan hebat
Akut (mendadak)
Kecelakaan
Pembedahan
Persalinan
Pecah pembuluh darah
Penyakit Kronik (menahun)
Perdarahan hidung
Wasir (hemoroid)
Ulkus peptikum
Kanker atau polip di saluran pencernaan
Tumor ginjal atau kandung kemih
Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
Berkurangnya pembentukan sel darah merah
Kekurangan zat besi
Kekurangan vitamin B12
Kekurangan asam folat
Kekurangan vitamin C
Penyakit kronik
Meningkatnya penghancuran sel darah merah
Pembesaran limpa
Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
Sferositosis herediter
Elliptositosis herediter
Kekurangan G6PD
Penyakit sel sabit
Penyakit hemoglobin C
Penyakit hemoglobin S-C
Penyakit hemoglobin E
Thalasemia (Burton, 1990).

C. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system
retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi
normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel
darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat
kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap.
Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara
lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan
perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada
anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya
keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.
Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).

E. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah
terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas,
jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu
hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

F. Pemeriksaan penunjang
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan
MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),
peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap
kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe
khusus anemia).
LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah
merah : atau penyakit malignasi.
Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik)
atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB)
Feritin serum : meningkat (DB)
Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
LDH serum : menurun (DB)
Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan
akut / kronis (DB).
Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas
(AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran,
dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak
sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges,
1999).
G. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan,
daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.

MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluru(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis,
lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh
tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB),
angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang
T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban
secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan
transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses
dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane
mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis
dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
(DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki
goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons,
lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg
positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik
terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin
dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis
(aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria
dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)
dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

C. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :
1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI


Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk
mencegah pneumonia.
Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan
mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia
aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit
tertekan.
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi
pilihan pengobatan.
Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna
atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
- tidak mengalami tanda mal nutrisi.
- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI


Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila
jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.


Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang
dibutuhkan.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral
yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman)


dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah
masih dalam rentang normal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI


Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring
bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI


Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menetukan kebutuhan intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.
Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan
thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed
produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan
neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI


Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema,
ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi
rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat
tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi
hipoksia seluler.
Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan.
Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung
tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap
permukaan kulit.

6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab,
factor pemberat.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI


Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.
Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi
defisiensi diet.
Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu
memperthankan status hidrasi pada diare.
Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan.
Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang
traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk
defekasi.
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi.
Pantau keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat
mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
- mengidentifikasi factor penyebab.
- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI


Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada
tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan
beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan
merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.


Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta
Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia
http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm
Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

EMATEMESIS MELENA

http://yandrifauzan.blogspot.com/

HEMATEMESIS MELENA

A. Definisi

Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah yang
disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam. Hematemesis melena
merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan
keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum.
B. Etiologi

Dari penelitian Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM di dapatkan penyebab


perdarahan saluran cerna baian atas terbanyak adalah pecahnya varises esophagus. Penyebab varises
esofagus merupakan yang terbanyak di Indonesia , disebabkan oleh penyakit sirosis hati. Secara
teoritis lengkap terjadinya penyakit atau kelainan saluran cerna bagian atas disebabkan oleh ketidak
seimbangan faktor agresif dan faktor defensif, dimana faktor agresif meningkat atau factor
defensifnya menurun. Yang dimaksud dengan faktor agresif antara lain asam lambung, pepsin,
refluks asam empedu, nikotin, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), obat kortikosteroid, infeksi
Helicobacter pylori dan faktor radikal bebas. Yang dimaksud dengan faktor defensif yaitu aliran
darah mukosa yang baik, sel epitel permukaan mukosa yang utuh, prostaglandin, mukus yang cukup
tebal, sekresi bikarbonat, motilitas yang normal, impermeabilitas mukosa terhadap ion H dan
regulasi pH intra sel.

C. Patofisiologi

Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esopagus dan
rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik
menjauhi hepar. Dengan meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tsb menjadi
mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan
darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika
perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam
berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk
mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama
yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi
jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerob, dan
terbentuk asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh,
dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.

D. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum
Kesadaran
Nadi, tekanan darah
Tanda-tanda anemia
Gejala hipovolemia
Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema palmaris, capit
medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema tungkai.
Laboratorium:
Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit
Elektrolit: penurunan kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.
Profil hematologi: perpanjangan masa protrombin, tromboplastin
Gas darah arteri: alkalosis respiratori, hipoksemia

E. Diagnosa Keperawatan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan, pembatasan diet dan
peningkatan laju.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang / salah
interpretasi informasi tentang penyakit.
Ansietas berhubungan dengan sakit kritis, ketakutan akan kematian ataupun kerusakan bentuk tubuh,
perubahan peran dalam lingkup sosial atau ketidakmampuan yang permanen.

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), Indikator dehidrasi / hipovolemia,
takikardia, demam. Kaji turgor kulit, keadekuatan penggantian cairan.
pengisian kapiler dan kelembaban
membran mukosa.

Awasi pemasukan dan haluaran , catat/ Perubahan pada kapasitas gaster/ motilitas
ukur diare dan kehilangan dari pengisapan usus dan mual sangat mempengaruhi
NG. masukan dan kebutuhan cairan,
peningkatan resiko dehidrasi.

Evaluasi kekuatan/ tonus otot. Observasi Kehilangan gaster besar dapat


tremor otot. mengakibatkan penurunan magnesium dan
kalsium, mengakibatkan kelemahan/ tetani
neuromuskular.

Penuhi kebutuhan individu/ ganti jadwal Penentuan denga jumlah ukuran yang
hilang/ perkiraan kehilangan yang tak
tampak dan tergantung pada kapasitas
lambung.

Dorong masukan melalui oral bila mampu Memungkinkan penghentian tindakan


dukungan cairan invasif dan mempengaruhi
kembalinya fungsi usus normal.
Kolaborasi
Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi Menggantikan kehilangan cairan dan
memperbaiki keseimbangan cairan dalam
fase segera/ mampu memenuhi cairan per
oral.

Awasi elektrolit dan gantikan sesuai Penggunaan selang Ng atau muntah dapat
indikasi. menurunkan elektrolit, mempengaruhi
fungsi organ.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan, pembatasan diet dan
peningkatan laju

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat status nutrisi pasien, catat turgor Berguna untuk mendefinisikan derajat/
kulit , berat badan dan derajat kekurangan luasnya masalah dan pilihan intervensi
berata badan, integritas kulit, adanya tonus yang tepat.
usus, riwayat mual/ muntah atau diare.

Pastikan pola diet biasa pasien, yang Membantu dalam mengidentifikasi


disukai/ tidak disukai. kebutuhan/ kekuatan khusus.
Pertimbangkan keinginan individu untuk
memperbaiki makanan.
Awasi masukan/ pengeluaran dan berat Berguna dalam menukur keefektifan nutrisi
badan secara periodik. dan dukungan cairan.

Selidiki anoreksia, mual, muntah dan catat Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
kemungkinan hubungan dengan obat. mengidentifikasi area pemecahan masalah
Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. untuk meningkatkan pemasukan /
penggunaan nutrien.

Dorong makan dengan sering dengan porsi Membantu menghemat energi khususnya
sedikit. bila kebutuhan metabolik meningkat saat
demam.
Berika perawatan mulut sesudah maupun Menurunkan rasa tak enak karena sisa
sebelum tindakan. muntah atau obat untuk pengobatan
respirasi yang merangsang pusat muntah.

Dorong orang terdekat untuk memberikan Membuat lingkungan sosial lebih normal
makanan. selama makan dan membantu memenuhi
kebutuhan personal dan kultural.
Kolaborasi
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan Memberikan bantuan dalam perencanaan
komposisi diet. diet dengan nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolik pasien.

Konsul dengan terapi pernafasan untuk Dapat membantu menurunkan insiden


jadwal pengobatan 1- 2 jam sebelum/ mual/ muntah sehubungan dengan obat
sesudah makan. atau efek pengobatan pernafasan pada perut
yang penuh.

Awasi pemeriksaan laboratorium Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan


contohnya: BUN, protein, serum, dan menunjukkann kebutuhan intervensi/
albumin. perubahan program terapi.

Berikan terapi yang tepat. Demam meningkatkan kebutuhan


metabolik dan juga komsumsi kalori.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan aliran intravena

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri

Tekankan tehnik cuci tangan dengan tepat Mencegah penyebaran bakteri, kontaminasi
silang.

Pertahankan tehnik aseptik pada Menurunkan resiko infeksi nosokomial.


penggantian balutan, prosedur invasif.

Lihat insisi bedah/ sisi infasif untuk Deteksi dini terjadinya infeksi memberikan
eritema, drainase purulen. pencegahan komplikasi lebih serius.

Dorong perubahan posisi sering: nafas Meningkatkan mobilisasi sekret,


dalam, batuk, penggunaan alat pernafasan menurunkan resiko pneumonia.
seperti spirometer insentif.

Berikan perawatan kateter rutin/ dorong Mencegah naiknya infeksi kandung kemih.
perawatan perineal.

Observasi untuk melaporkan nyeri tak Di duga kemungkinan terjadi peritonitis.


normal, peningkatan suhu, peningkatan
jumlah sel darah putih.

Kolaborasi
Berikan antimikrobial tropikal/ antibiotik Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur
sesuai indikasi. pada kulit, mencegah infeksi luka.

Barikan antibiotik IV sesuai indikasi Program antibiotik profilaksis biasanya


standar pada pasien ini untuk menurunkan
resiko kontaminasi perioperasi / peritonitis.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudarth. ( 2002 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Edisi, 8. Jilid 2. Jakarta: EGC

Doengoes. E. Mariylynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hematemesis, (http://megapharma.multiply.com/reviews/item/2), diperoleh pada tanggal 5 oktober 2008 .


Hudak dan Galo. (1996). Keperawatan kritis: Pendekatan holistik. (Vol. II, edisi 6). Jakarta: EGC.
Mansjoer. A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media aesculapius.

You might also like