You are on page 1of 15

ACARA I

EKSTRAKSI MINYAK KELAPA DAN MINYAK BIJIAN

A. TUJUAN
Tujuan dari Acara I Ekstraksi Minyak Kelapa dan Minyak Bijian adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui hasil ekstraksi minyak kelapa secara basah dengan
pemanasan.
b. Untuk mengetahui hasil ekstraksi minyak kelapa secara basah dengan
enzimatis.
c. Untuk mengetahui hasil ekstraksi minyak kelapa secara basah dengan asam.
d. Untuk mengetahui hasil ekstraksi minyak kelapa secara kering.
e. Untuk mengetahui hasil ekstraksi minyak kacang tanah.
f. Untuk mengetahui hasil ekstraksi minyak kemiri.
g. Untuk mengetahui hasil rendemen dari masing-masing hasil ekstraksi
minyak.
h. Untuk mengetahui cara proses ekstraksi minyak.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan
atau legum anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan. Tanaman yang berasal
dari benua Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga
1 kaki) dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Kacang diyakini berasal di
wilayah Amerika Tengah kemudian menyebar ke wilayah lain di dunia. Mereka
secara luas dibudidayakan di India, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Serikat,
Cina dan beberapa negara lainnya. Sering Kacang tanah yang diperkaya dengan
manfaat kesehatan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Mereka
sebenarnya kacang-kacangan tetapi yang paling sering dimakan "kacang" di
Amerika Serikat. Studi menunjukkan bahwa kacang, selai kacang, dan minyak
kacang secara signifikan mengurangi risiko penyakit jantung bila dikonsumsi
setiap hari, mirip dengan kacang lainnya. Lebih dari 300 varietas yang berbeda
dari kacang yang tumbuh di seluruh dunia, yang meliputi Virginia, Valencia,
Georgia pelari, Tennessee merah, putih Tennessee dan banyak lainnya. Mereka
biasanya dikonsumsi setelah dipanggang atau direbus, dan juga diolah menjadi
berbagai bentuk seperti selai kacang, permen, coklat, kue, dan lain-lain
(Settaluri et al., 2012)
Kacang memiliki variasi warna dari merah ke coklat dan biasanya
memiliki permukaan yang kasar. Kacang mentah disiapkan tanpa garam secara
alami, memiliki 18 mg sodium per 100 g. Ini setara dengan hanya 5,4 mg garam
dalam 30 g porsi. Pentingnya gizi kacang adalah karena energi dan pertumbuhan
melengkapi konstituen hadir di dalamnya. Ini termasuk karbohidrat, lipid,
protein, vitamin, mineral, beberapa asam organik dan purin. Kacang tanah, yang
mana merupakan sumber makanan yang kaya protein dan amino asam esensial,
dapat membantu dalam mencegah malnutrisi. Selain itu, lipid dan karbohidrat
yang terkandung dalam kacang adalah senyawa kaya energi, mampu melengkapi
kebutuhan energi tubuh manusia (Pelto and klemesu, 2011).
Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari
suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua
bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna,
terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang
dihasilkan tumbuhan ini. Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari pesisir
Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai
tropika dunia. Kelapa, Cocos nucifera L., adalah pohon yang dibudidayakan
untuk beberapa utilitas, terutama untuk nilai gizi dan obat. Bagian dari buahnya
seperti kernel kelapa dan air lembut kelapa memiliki banyak sifat obat seperti
antibakteri, antijamur, antivirus, antiparasit, antidermatophytic, antioksidan,
hipoglikemik, hepatoprotektor, imunostimulan. Air kelapa dan kernel kelapa
mengandung mikromineral dan nutrisi, yang penting untuk kesehatan manusia,
dan karenanya kelapa digunakan sebagai makanan oleh orang-orang di dunia,
terutama di negara-negara tropis (DebMandal and mandal, 2011).
Minyak kelapa (CO) terdiri terutama dari asam lemak jenuh (SFA),
sekitar 90% dari total komposisi. Dalam hal gizi, satu sendok makan minyak
kelapa (13 g) mengandung sekitar 120 kkal, 12 g lemak total, 11,2 g SFA, 0,7 g
asam tak jenuh tunggal lemak (MUFA) dan 0,2 g asam lemak tak jenuh ganda
(PUFA). Asam lemak utama (FA) yang ditemukan di CO adalah laurat (12: 0),
miristat (14: 0) dan palmitat (16: 0) asam, yang mewakili 46%, 17% dan 9% dari
FA, masing-masing. Berbeda dengan rantai panjang fatty acid, yang
membutuhkan bantuan lipoprotein yang dapat disimpan dalam berbagai organ,
sebagian besar Agreement di CO yang disusun oleh rantai dengan demikian,
mereka langsung diserap oleh usus dan dikirim ke hati untuk digunakan sebagai
sumber energi, menghindari saham di jaringan adiposa dan deposisi pada organ
lain seperti jantung dan hati. Selanjutnya, jumlah yang hadir kolesterol dalam
minyak ini sangat kecil: 0,012 mg kolesterol makanan untuk setiap 85 g CO.
Sebagian besar minyak kelapa yang tersedia berasal dari pulp kering kelapa,
yang disebut kopra, yang diperoleh dengan pengeringan pada suhu rendah atau
dikeringkan di bawah sinar matahari. Hal ini dimungkinkan untuk
menggabungkan dua teknik pengeringan ini untuk mendapatkan minyak kelapa.
Kemudian, ekstraksi minyak terjadi oleh proses, yang menghasilkan minyak
mentah yang kemudian diputihkan dan diedorisasi (Boemeke et al., 2015).
Tanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd) adalah suatu tanaman
yang berasal dari famili Euphorbiceae. Kemiri tumbuh secara alami di hutan
campuran dan hutan jati pada ketinggian 150-1000 m di atas permukaan laut
serta ketinggian tanaman dapat mencapai 40 m. Kandungan minyak dalam biji
kemiri tergolong tinggi, yaitu 55-66% dari berat bijinya. Komponen utama
penyusun minyak kemiri adalah asam lemak tak jenuh, namun mengandung juga
asam lemak jenuh dengan presentase yang relatif kecil. Kecenderungan
perolehan rendemen minyak kemiri semakin meningkat seiring naiknya
temperatur. Hal ini disebabkan makin tinggi temperatur, viskositas minyak akan
turun sehingga minyak lebih mudah keluar dari sel biji. Dari segi ukuran,
semakin kecil ukuran akan memberikan hasil yang lebih banyak dibandingkan
dengan biji kemiri ukuran utuh. Hal ini disebabkan karena dinding sel biji kemiri
akan lebih mudah pecah, pemanasan dan penekanan lebih merata untuk ukuran
serbuk (Arlene dkk., 2010).
Lemak pada sapi termasuk deposito antara otot, di bawah kulit, dan
sekitar organ internal (lemak depot), dan lemak intramuskular, termasuk marmer
dan membran sel lipid. lemak Depot terutama terdiri dari trigliserida sedangkan
lemak intramuskular mengandung jumlah yang relatif lebih besar dari fosfolipid,
banyak yang terkait dengan protein. Asam lemak yang paling umum jenuh dalam
daging sapi adalah miristat (14: 0), palmitat (16: 0), dan stearat (18: 0). MUFAs
utama termasuk palmitoleat (16: 1) dan oleat (18: 1), dan PUFA utama adalah
linoleat (18: 2), linolenat (18: 3), dan arachidonic (20: 4). Di sebagian besar
lemak hewani (kecuali lemak dan mentega), total kandungan MUFA adalah
kurang lebih sama seperti, atau melebihi, kandungan lemak jenuh. Asam lemak
jenuh dalam daging sapi lemak (mentah), lemak, dan panggang sirloin daging
sapi yang 46,8%, 52,1%, dan 40,3%, masing-masing, dari total asam lemak yang
ditentukan dalam sampel 100-gram. Sesuai tingkat MUFA adalah 49,15%,
43,7%, dan 56,1%. PUFA terdiri hanya sekitar 3,6% dari asam lemak dalam
daging sapi dan sedikit lebih dalam daging sapi lemak depot dan lemak. Daging
babi dan ayam mengandung signifi kan kurang jenuh dan monunsaturated asam
lemak dan lebih PUFA (Doyle, 2004).
Lemak ayam adalah lemak yang diperoleh dari proses rendering dan
pengolahan ayam. Sumber senyawa hewani ini, lemak ayam mengandung asam
linoleat tinggi dan sebuah asam lemak omega-6 yang menguntungkan. Kadar
asam linoleat adalah antara 17,9% dan 22,8%. Hal ini sering digunakan dalam
makanan hewan peliharaan, dan juga telah digunakan dalam produksi biodiesel.
Lemak ayam adalah salah satu dari dua jenis lemak hewan yang disebut sebagai
Schmaltz (Hermanto, 2010).
Pada prinsipnya pengolahan minyak kelapa cara basah melalui tahap
pembuatan santan. Pengolahan dengan cara basah ada tiga tahap yaitu: ekstraksi
santan, pemisahan santan menjadi krim dan skim, serta pemecahan emulsi santan
untuk menghasilkan minyak. Proses pengolahan minyak kelapa secara basah
dapat menghasilkan produk akhir berupa minyak kelapa yang dikenal dengan
sebutan minyak perawan, minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO).
Terdapat beberapa cara untuk mengekstraksi minyak dari daging
buahnya, yaitu secara fisika, kimia, dan fermentasi. Proses tradisional melalui
cara fisika (pemanasan) menghasilkan minyak dengan kualitas rendah karena
kandungan airnya tinggi dan menyebabkan ketengikan. Ekstraksi minyak
dengan cara kimia dapat menyebabkan penurunan kualitas beberapa unsur
nutrisi penting, antara lain asam laurat dan tokoferol serta menyebabkan
tingginya bilangan peroksida. Minyak kelapa fermentasi (fermikel) memiliki
banyak kelebihan di antaranya tahan lama, tidak mudah tengik dan hampir tanpa
kandungan kolesterol (Soeka dkk, 2008).
Proses ekstraksi minyak secara fermentasi melibatkan enzim-enzim
pemecah emulsi santan. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh konsentrasi substrat,
konsentrasi enzim, pH, suhu dan lamanya reaksi enzimatik. Biakan mikrobia
yang digunakan diharapkan memiliki aktivitas proteolitik, amilolitik, dan
lipolitik yang berperan dalam menghidrolisis protein, karbohidrat, dan lemak
(Sulistyo dkk, 1999).
Pengolahan minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara sederhana
sampai cara modern. Pengolahan tradisonal dilakukan dengan cara putih
lembaga yang masih segar yang berasal dari buah tua diparut. Kemudian
diremas-remas sambil ditambah air pelarit santannya. Santan kemudian direbus
sampai seluruh kandungan airnya menguap. Minyak yang terjadi secara
berangsur-angsur mengapung keatas dalam rebusan tadi, dan segera diambil
dipisahkaan dari rebusannya. Rendemen yang dicapai 58-60%
(Setyamidjaja, 1984).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Baskom
b. Parutan
c. Gelas beaker
d. Gelas ukur
e. Wajan dan serok
f. Kompor
g. Sutil
h. Alat penumbuk
i. Alat press
2. Bahan
a. Kelapa
b. Kacang tanah
c. Kemiri
d. Lemak sapi
e. Lemak ayam
f. Air
3. Cara Kerja
a. Ekstraksi minyak kelapa basah dengan pemanasan (pembuatan minyak
klentik)

5 buah
Kelapa parut
Pemarutan dan penimbangan

1000 ml air Pengekstraksian minyak

Pengambilan santan dengan penyaringan

Pemanasan santan dengan api kecil hingga menguap

minyak
Pemisahan minyak dengan blondo dengan cara
penyaringan blondo

Pengukuran minyak yang dihasilkan dengan gelas ukur

Pencatatan dan penghitungan randemen yang didapat


b. Ekstraksi minyak kelapa secara kering dengan pemanasan

Kelapa Parut

Penimbangan 2,5 kg kelapa parut

Penyangraian dengan api kecil sampai


kecoklatan

Pengepresan

Pengukuran hasil minyak dengan gelas ukur

Penentuan randemen minyak

c. Ekstraksi minyak kemiri


Kemiri

Penimbangan 1 kg kemiri

Penyangraian dengan api kecil sampai


kecoklatan

Penumbukan

Pengepresan

Pengukuran hasil minyak dengan gelas ukur

Penentuan randemen minyak


d. Ekstraksi kacang tanah
Kacang tanah

Penimbangan 3 kg kacang tanah

Penyangraian dengan api kecil sampai


kecoklatan

Penumbukan

Pengepresan

Pengukuran hasil minyak dengan gelas ukur

Penentuan randemen minyak

e. Ekstraksi lemak ayam

Lemak ayam 750 gr

Pemanasan dengan api kecil hingga kulit ayam


menjadi crispy

Pengukuran hasil minyak dengan gelas ukur

Penentuan rendemen minyak


f. Ekstraksi lemak sapi

Lemak sapi 750 gr

Pemanasan dengan api kecil hingga kulit ayam


menjadi crispy

Pengukuran hasil minyak dengan gelas ukur

Penentuan rendemen minyak

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. 1 Hasil ekstraksi minyak
Berat Awal Berat Minyak Randemen
Kel. Sampel
(gr) (gr) (%)
1 Kelapa Basah 2500 218, 02 8, 721
2 Kelapa Kering 2500 226, 50 9, 060
3 Lemak Ayam 750 285, 00 38, 000
4 Lemak Sapi 750 608, 11 81, 080
5 Kacang Tanah 3000 28, 18 0, 939
6 Kelapa Basah 2500 218, 02 8, 721
7 Kelapa Basah 2500 145, 26 5, 810
8 Kelapa Kering 2500 188, 22 7, 528
9 Lemak Ayam 750 286, 31 38, 175
10 Lemak Sapi 750 659, 95 87, 993
11 Kacang Tanah 3000 33, 19 1, 106
12 Kemiri 1000 98, 44 9, 844
Sumber: Laporan Sementara
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan
baagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Di alam,
bentuk gliserida yang lain yaitu tanaman. Dalam dunia perdagangan, lebih
banyak dikenal digliserida dan monogliserida yang dibuat dengan sengaja
dengan dari hidrolisa tidak lengkap trigliserida dan banyak dipakai dalam
teknologi makanan misalnya sebagai bahan pengemulsi, penstabil dan lain-lain
keperluan. Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondidi
suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangka minyak adalah trigliserida
yang dalam suhu ruang berbentuk cair (Sudarmadji dkk., 2010).
Menurut Sudarmadji dkk (2010), lemak dan minyak dikatakan memiliki
sifat-sifat fisik dan kimia tertentu. Adapun sifat-sifat fisik lemak dan minyak
antara lain:
1. Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
2. Massa jenis lemak dan minyak umumnya ditentukan pada temperatur kamar.
3. Indeks bias minyak dan lemak digunakan pada pengenalan unsur kimia dan
pengujian kemurnian minyak dan lemak.
4. Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak (coaster oil).
Minyak dan lemak sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil
eter, karbon disulfida, dan pelarut halogen.
5. Titik didihnya meningkat seiring bertambah panjangnya rantai hidrokarbon
dari asam lemak penyusunnya.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami, juga terjadi karena
asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada
kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhannya dapat ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran
lemak dan minyak dengan pelarut lemak.
8. Titik lunak dari lemak dan minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan
minyak dan lemak.
9. Temperatur yang terjadi saat tetesan pertama dari minyak dan lemak disebut
shot melting point.
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),
mechanical expression dan solvent extraction. Rendering merupakan suatu cara
ekstraksi inyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau
lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan
panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk mengumulkan
protein pada dinding sel bahan dan untuk memecah dinding sel tersebut sehingga
mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Wet
rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama
berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau
tertutup dengan menggunakan temperature yang tinggi serta tekanan 40 sampai
60 pound tekanan uap (40 60 psi). Dry rendering adalah cara rendering tanpa
penambahan air selama proses berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam
ketel terbuka dan diperlengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk
(agiator). Pengekspresan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau
lemak terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan
untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar inyak tinggi (30 sampai 70
persen). Pengepresan hidraulik prinsipnya bahan di press dengan teknan sekitar
2000 pound/inch2 (140, 6 kg/cm = 136 atm). Pengepresan berulir memerluka
perlakuan pendahuluan seperti proses pemasakan atau tempering. Ekstraksi
dengan pelarut prinsipnya adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak (Ketaren, 2008).
Pada proses pembuatan bijian seperti minyak kacang dan kemiri, tahapan
proses yang harus dilakukan salah satunya adalah penyangraian. Penyangraian
merupakan suatu cara pengeringan menggunakan suhu tinggi. Suhu tinggi
mampu mengubah komponen kimia dan struktur fisik suatu bahan. Tujuan dari
penyangraian tersebut adalah untuk mengurangi kadar air, menimbulkan
perubahan warna, dan pembentukan aroma spesifik (Oktadina dkk, 2013). Biji
dari kacang tanah yang akan diekstraksi dipanaskan terlebih dahulu, pemanasan
biasanya dilakukan pada ketel khusus dengan suhu 126C 15 menit atau bisa
juga melalui penjemuran. (b) biji kacang tanah yang akan diekstraksi
dihancurkan terlebih dahulu dengan penumbukan /penggilingan, untuk
memecah sel sehingga minyak yang terdapat di dalamnya dapat keluar dan
terekstrak secara lebih banyak lagi. Setelah kedua kegiatan tersebut di atas
dikerjakan, lalu pengempaan dilakukan pada biji minyak kacang tanah dengan
kadar air rendah ( 6%), hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas minyak
yang dihasilkan (Andaka, 2009).
Tabel 1.1 berisi tentang hasil rendemen minyak yang telah dipraktikkan.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah kelapa, kacang tanah, kemiri,
lemak ayam, dan lemak sapi. Untuk bahan kelapa yang berat awalnya 2500
gram, setelah dilakukan proses ekstraksi basah berturut-turut dari kelompok 1,
6, dan 7 menghasilkan minyak kelapa sebesar 218, 02 gr; 218, 02 gr; dan 145,
26 gr sehingga didapat randemen sebesar 8, 721%; 8, 721%; dan 5, 810% dan
ekstraksi kering dihasilkan minyak sebesar 226, 50 gr dan 188, 22 gr sehingga
rendemen yang didapatkan 9, 060% dan 7, 528%. Hasil yang didapat pada
praktikum ini kurang sesuai dengan teori yang didapat, Rendemen yang dicapai
minyak kelapa 58-60% (Setyamidjaja, 1984).
Sedangkan untuk percobaan ekstraksi minyak kemiri, dilakukan dengan
cara pemanasan. Percobaan yang dilakukan kurang sesuai dengan teori yang
didapat. Menurut Arlene (2010), kandungan minyak dalam biji kemiri tergolong
tinggi, yaitu 55-66% dari berat bijinya. Rendemen yang didapatkan adalah
9, 844%. Hasil rendemen yang didapat kurang sesuai dengan teori yang ada. Hal
ini bisa terjadi kemungkinan karena pada saat praktikum, penumbukan dan
pengepresan kurang optimal. Selain itu juga dapat terjadi kemungkinan karena
peralatan yang digunakan untuk pengekstraksian berbeda. Hal ini juga dapat
terjadi kemungkinan karena jenis kemiri yang digunakan berbeda.
Selain menggunakan kelapa dan kemiri, pada praktikum kali ini juga
mengekstraksi kacang tanah, lemak ayam dan lemak sapi. Untuk kacang tanah,
berat awal yang akan diekstrak 3000 gram. Minyak yang dihasilkan sebesar 28,
18 gr dan 33, 19 gr, sehingga rendemen yang didapatkan sebesar 0, 939% dan
1, 106 %. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryani dkk (2016)
persentase rendemen yang dihasilkan pada penelitian berkisar antara 73.93% -
87.34%. Jadi dapat dilihat bahwa hasil praktikum tidak sesuai dengan teori yang
ada. Hal ini dapat disebabkan dari faktor seperti proses penyangraian yang
kurang benar, penumbukan tradisional yang kurang efektif dalam
menghancurkan kacang tanah hingga lembut, dan proses ekstraksi manual yang
memakai kekuatan manusia yang terbatas sehingga minyak yang dihasilkan
sangat sedikit.
Sedangkan untuk mengekstrak lemak ayam, bahan yang digunakan yaitu
750 gram dan dihasilkan minyak 285, 00 gr dan 286, 31 gr. Maka didapat
rendemen lemak ayam sebesar 38, 000% dan 38, 175%. Sama seperti lemak
ayam, 750 gr berat awal bahan, menghasilkan minyak sebesar 608, 11 gr dan
659, 95 gr lemak sapi. Sehingga didapat hasil rendemen untuk lemak sapi
sebesar 81, 080% dan 87, 993%. Menurut Hermanto (2010), kadar lemak daging
ayam sebesar 10,9 %, kadar lemak daging sapi sebesar 4,2 %. hasil yang didapat
pada praktikum melebihi hasil randemen dari teori yang ada.
Pada pengekstraksian minyak kacang tanah dan kemiri dilakukan proses
penyangraian dan penumbukan. Kecenderungan perolehan rendemen minyak
kemiri semakin meningkat seiring naiknya temperatur. Hal ini disebabkan makin
tinggi temperatur, viskositas minyak akan turun sehingga minyak lebih mudah
keluar dari sel biji. Dari segi ukuran, semakin kecil ukuran akan memberikan
hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan biji kemiri ukuran utuh. Hal ini
disebabkan karena dinding sel biji kemiri akan lebih mudah pecah, pemanasan
dan penekanan lebih merata untuk ukuran serbuk (Arlene, 2010).
Praktikun acara kali ini terjadi beberapa perbedaan hasil randemen
minyak dengan teori yang sudah ada. Seperti pada ekstraksi minyak kelapa,
rendemen hasil praktikum jauh lebih rendah. Hal ini dapat terjadi kemungkinan
karena kurang lama dalam proses pemanasan, sehingga masih ada minyak yang
keluar dari bahan, sehingga hasil minyak yang didapat kurang dari rendemen
teori. Kemudian pada ekstraksi minyak kemiri juga terjadi perbedaan angka
rendemen. Minyak kemiri yang dihasilkan pada saat praktikum kurang dari
rendemen yang bisa dicapai. Hal ini bisa terjadi karena kurang lamanya proses
penyangraian dan kurang halusnya proses penumbukan. Karena semakin lama
proses pemanasan dan semakin kecil ukuran bahan, minyak yang dihasilkan juga
semakin banyak (Arlene, Suharto, dan Jessica, 2010).
Selama proses pengolahan minyak, banyak faktor yang dapat
menyebabkan minyak yang dihasilkan tidak optimal, baik dari segi mutu
maupun rendemen minyaknya. Hal ini tentunya akan merugikan industri
pengolahan minyak. Rendemen minyak adalah jumlah minyak yang diperoleh
selama proses penyulingan yang dinyatakan dalam persen dan merupakan
perbandingan jumlah minyak yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bahan awal
sebelum diolah (Yuliani, 2012). Untuk meningkatkan rendemen minyak, ada
beberapa upaya yang perlu diperhatikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
jumlah rendemen minyak yang didapat dari proses ekstraksi diantaranya
konsentrasi pelarut, waktu ekstraksi dan suhu ekstraksi. Semakin besar
konsentrasi maka akan semakin banyak renedemen yang dihasilkan. Semakin
lama waktu ekstraksi, maka rendemen yang diperoleh semakin banyak sampai
pada batas tidak ada lagi ekstrak yang dapat diekstraksi. Semakin tinggi suhu
ekstraksi yang dipakai, maka akan semakin besar pula persentase rendemen yang
dihasilkan (Thoha, Nazhri, dan Nursallya, 2010).
E. Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum acara 1 Ekstraksi Minyak, maka dapat
diambil kesimpulan:
1. Ada berbagai macam ekstraksi yang dilakukan pada praktikum kali ini antara
lain ekstraksi minyak kelapa secara basah dengan pemanasan, ekstraksi
minyak kelapa secara basah dengan enzimatis, ekstraksi minyak kelapa secara
basah dengan asam, ekstraksi minyak kelapa secara kering, ekstraksi minyak
kacang tanah, dan ekstraksi minyak kemiri.
2. Rendemen minyak kelapa yang didapat pada percobaan berturut-turut dari
kelompok 1 hingga kelompok 12 dengan sampel kelapa basah, kelapa kering,
lemak ayam, lemak sapi, kacang tanah, kelapa basah, kelapa basah, kelapa
kering, lemak ayam, lemak sapi, kacang tanah, kemiri adalah sebesar
8, 721%; 9, 060%; 38, 000%; 81, 080%; 0, 939%; 8, 721%; 5, 810%; 7,
528%; 38, 175%; 87, 993%; 1, 106% dan 9, 844%.
3. Hasil rendemen yang didapatkan pada saat praktikum kurang sesuai dari teori
yang ada

You might also like