Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu
diantaranya ialah cacingan yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan
menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga
secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian. Cacingan menyebabkan kehilangan
karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya
manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia masih sangat tinggi, terutama pada golongan
penduduk yang kurang mampu, dengan sanitasi yang buruk.
Hasil pemeriksaan tinja pasa anak Sekolah Dasar/MI yang dilakukan oleh Sub Dit
Diare, Kecacingan dan Infeksi Saluran Pencernaan lain pasa tahun 2002 2009 di 398
SD/MI yang tersebar di 33 Provinsi menunjukkan bahwa rata rata prevalensi cacingan
adalah 31,8%. Provinsi Jawa Timur melaksanakan survei cacingan tahun 2008-2010 dengan
rata-rarta angka prevalensi cacingan sebesar 7,95%.
B. LATAR BELAKANG
Cacingan yang ditularkan melalui tanah masih menjadi masalah kesehatan di
beberapa daerah di Indonesia karena prevalensi cacingan pada umumnya masih sangat
tinggi terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu, denga sanitasi yang buruk.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian kecacingan, menitikberatkan sasarannya
pada anak sekolah dasar (SD/MI) karena infeksi cacingan pada anak sekolah adalah yang
tertinggi dibandingkan golongan umur lainnya. Prevalensi cacingan dapat menurun bila
infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar dapat dikendalikan. Namun demikian, cacingan
dapat mengenai siapa saja mulai dari bayi, balita, anak, remaja bahkan orang dewasa.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka Program Pengendalian Kecacingan
di Indonesia menetapkan sasaran selain anak sekolah dasar/MI juga anak-anak usia 1-4
tahun mengingat dampak yang ditimbulkan akibat cacingan pada anak uisa dini akan
menimbulkan kekurangan gizi yang menetap (persistent malnourish) yang dikemudian hari
akan menimbulkan dampak pendek menurut umur (stunting). Untuk itu program
pengendalian kecacingan perlu diintegrasikan dengan berbagai program yang memiliki
1
sasaran yang sama, antara lain Program UKS untuk anak-anak SD/MI, sedang untuk lebih
menjangkau anak usia 1-4 tahun maka integrasi dengan program Pemberian Vitamin A di
Posyandu.
c. Promkes
Peran :
- Berperan dalam penyampaian informasi tentang kegiatan POCS kepada
masyarakat dan sasaran program.
d. Gizi
Peran :
- Berperan dalam pelaksanaan pemberian obat cacing di Posyandu balita
terintegrasi dengan pemberian Vitamin A.
2. Lintas Sektor
a. Kader
Peran :
- Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar tentang POCS
2
- Membantu dalam menentukan sasaran POCS
- Melakukan sweeping kepada balita yang belum mendapatkan obat cacing
b. Sekolah
Peran :
- Membangun komitmen dan kerjasama tim dalam Pelaksanaan program
POCS.
- Pihak sekolah melaporkan apabila ada efek samping dari pemberian obat
cacing pada siswanya
c. UPTD Pendidikan
Peran :
- Membangun komitmen dan kerjasama tim dalam Pelaksanaan program
POCS.
d. Kecamatan
Peran :
- Membangun komitmen dan kerjasama tim dalam Pelaksanaan program
POCS.
e. Dinas Kesehatan
Peran :
- Menyediakan obat cacing
- Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan POCS
- Memberikan umpan balik dari hasil pencapaian kegiatan program
Pelaksanaan kegiatan POCS program kecacingan harus sesuai dengan aturan, tata nilai,
budaya dalam pelaksanaan UKM Puskesmas yang meliputi :
1. Senyum,salam,sapa
2. Empati
3. Profesional
4. Tanggun jawab
5. Disiplin
6. Ramah
7. Sabar
F. SASARAN
1. Anak Usia Sekolah ( 5 - 12 tahun ) pada PAUD dan SD/MI
Prevalensi dan intensitas cacingan pada kelompok ini cukup tinggi, diharapkan
penanggulangan cacingan pada kelompok ini dapat menimbulkan kemandirian
budaya hidup sehat baik pada populasi target maupun masyarakat sekitarnya
2. Anak Balita ( 1 5 tahun )
Mengingat dampak yang ditimbulkan akibat cacingan pada anak usia dini (1-5 tahun)
akan menimbulkan kekurangan gizi yang menetap ( persistent malnourish ) yang
dikemudian hari kan menimbulkan dampak pendek menurut umur ( stunting )
3
1. Input
- Logistik (jumlah dan ketersediaan obat)
- SDM (Petugas Kesehatan, kader dan guru)
- Sarana Prasarana
2. Proses
- Jumlah sasaran yang datang dan menerima obat
- Ketepatan sasaran menerima dosis yang sesuai
- Ketepatan pencatatan dan pelaporan
3. Output
- Cakupan pemberian obat cacing sesuai sasaran (75% dari jumlah sasaran)
I. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
Laporan hasil kegiatan diserahkan ke Dinas Kesehatan Bidang P2MK selambatnya
pada bulan september minggu kedua ( 2 minggu setelah kegiatan POCS selesai )
Evaluasi cakupan adalah 75 % dari jumlah sasaran.
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Mrican
dr Muhammad Fajri M
NIP. 19761113 200604 1 013