Professional Documents
Culture Documents
A. Tujuan
Tujuan Praktikum Acara II Lipida dan Lipase adalah:
1. Mengetahui pengaruh perlakuan suhu dingin terhadap kenampakkan
beberapa jenis minyak/lemak.
2. Mengetahui kualitas minyak dengan uji ketengikan menggunakan
metode Kreiss.
3. Mengetahui kualitas minyak dengan uji Angka Asam.
4. Mengetahui adanya aktivitas enzim Lipase dari Kacang Tanah.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Alat dan Bahan
Minyak makan adalah minyak yang dikonsumsi secara langsung.
Sebagai bahan baku utama minyak makan, minyak kelapa sawit
memiliki banyak keunggulan dibanding dengan bahan baku lainnya.
Keunggulan utama minyak kelapa sawit adalah kandungan
mikronutriennya yang tinggi terutama -karoten. Tingginya kandungan
-karoten menyebabkan minyak kelapa sawit berwarna merah sehingga
sering disebut minyak kelapa sawit merah atau disebut dengan red palm
oil (RPO) (Ayustaningwarno, 2012).
Minyak wijen atau disebut juga sesame oil (SO) merupakan
minyak yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Minyak
wijen juga mengandung sesamin yang merupakan salah satu lignin yang
paling banyak dikandung oleh biji wijen. Diet sesamin dapat
menurunkan absorbsi kolesterol limfatik dan peningkatan ekskresi
steroid netral. Adanya banyak asam lemak tidak jenuh dalam minyak
wijen mampu untuk menurunkan tingkat kolesterol serum oleh oksidasi
dari induksi di dalam mitokondria. Proses ini menghasilkan produk
sekunder dalam bentuk radikal bebas. Selanjutnya, -tokoferol
diketahui merupakan bahan yang mampu menghalangi aktivitas dari
radikal bebas. Kombinasi minyak wijen dengan -tokoferol mempunyai
pengaruh yang lebih besar dalam menurunkan kadar kolesterol serum
dibandingkan dengan minyak wijen sendiri (Fatmawati, 2006).
Biji wijen dan minyaknya telah lama dikategorikan sebagai
makanan kesehatan tradisional di India dan negara-negara Asia Timur
lainnya. Minyak wijen telah ditemukan mengandung jumlah yang
cukup dari lignan wijen: sesamin, episesamin, dan sesamolin. Minyak
wijen juga mengandung vitamin E (40 mg / 100 g minyak), 43 persen
asam lemak tak jenuh ganda, dan 40 asam lemak tak jenuh tunggal
persen. Lignan hadir dalam minyak wijen yang dianggap bertanggung
jawab untuk banyak kimia yang unik dan sifat fisiologis, termasuk
antioksidan dan sifat antihipertensi. Efek dari minyak wijen (kaya
lignan antioksidan, vitamin E, dan asam lemak tak jenuh) pada pasien
hipertensi pengobatan yang baik dengan hydrochlorothiazide atau
atenolol sebagai terapi antihipertensi (Sankar et.al., 2006).
Minyak zaitun murni mengandung asam lemak tak jenuh rantai
tunggal dalam jumlah besar, terutama dalam bentuk asam oleat yang
memiliki kemampuan ntuk mempu menaikkan kolesterol HDL dan
menurunkan kolesterol LDL. Asam oleat mempunyai resiko lebih
rendah teroksidasi daripada asam linoleat dan asam linolenat yang
termasuk asam lemah tak jenuh ganda. Minyak zaitun juga mengandung
polifenol yang efeknya baik bagi kesehatan jantung. Minyak zaitun
murni berasal dari zaitun yang pertama kali diproses mengandung
sejumlah polifenol dengan kadar tinggi bila dibandingkan dengan
minyak zaitun yang telah beberapa kali diproses (refined olive oil).
Polifenol berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menjaga elastisitas
dinding pembuluh darah (Aditya, 2010).
Minyak jelantah adalah sebutan untuk minyak goreng yang telah
digunakan berulang kali. Minyak goreng yang telah digunakan
berulang-ulang akan mengalami penurunan kualitas yang ditandai
dengan perubahan warna menjadi gelap, aroma menjadi kurang enak,
kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida yang tinggi. Selain itu
juga akan terjadi penurunan nilai gizi dari bahan yang digoreng. Hal ini
dikarenakan saat dipanaskan pada suhu tinggi disertai kontak dengan
udara akan menyebabkan minyak mengalami perubahan kimia seperti
proses hidrolisis, oksidasi, polimerisasi, dan reaksi pencoklatan. Proses
oksidasi dan polimerisasi dapat merusak sebagian vitamin dan asam
lemak esensial yang terdapat dalam minyak sehingga dapat
mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit,
seperti diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah, dan kanker
(Rahayu dan Purnavita, 2014).
Lemak sapi merupakan lemak hewani. Kadar lemak pada lemak
sapi terhitung cukup rendah apabila dibandingkan dengan kadar lemak
pada hewan lain seperti pada ayam dan babi. Lemak sapi hanyak
memiliki kadar lemak sekitar 4,5%, jauh di bawah ayam sebesar 10,9%
dan babi 8,2%. Karena kadar lemaknya yang jauh lebih rendah,
menyebabkan lemak sapi memiliki titik leleh yang lebih tinggi
dibandingkan lemak ayam dan babi, yaitu sebesar 43,5oC. Perbedaan
titik leleh ini disebabkan oleh komposisi asam lemak yang berbeda dari
lemak sapi, ayam, dan babi. Banyaknya asam lemak jenuh dan asam
lemak berantai panjang akan memberikan kontribusi yang nyata bagi
peningkatan titik leleh lemak secara keseluruhan
(Hermanto dkk., 2007).
Lemak sapi merupakan salah satu jenis lemak yang terdapat
dalam jaringan lemak ternak yaitu sapi. Lemak jenis ini disebut dengan
gajih atau lard (Winarno, 2004). Minyak kelapa sawit mengandung
asam lemak jenuh dengan jumlah atom C6, C8, C12, C14, C16, dan C18,
dengan asam lemak tidak jenuhnya adalah C18:1 dan C18:2. Minyak zaitun
tersusun atas asam lemak jenuh dengan jumlah atom C16 dan C18 dengan
asam lemak tidak jenuhnya adalah C18:1 dan C18:2. Lemak sapi tersusun
atas asam lemak jenuh dengan jumlah atom C14, C16, dan C18, dengan
asam lemak tidak jenuhnya C16, C18:1, dan C18:2. Kemudian minyak
wijen tersusun atas asam lemak jenuh dengan jumlah atom C16 dan C18,
dengan asam lemak tidak jenuhnya adalah C18:1 dan C18:2
(Buckle et al., 2010).
Secara umum enzim merupakan biokatalisator dalam aplikasi
bioteknologi, contohnya adalah enzim lipase. Enzim lipase adalah
enzim yang umumnya digunakan sebagai katalisator dalam proses
hidrolisis asam lemak ester dalam cairan encer. Lipase, yang
mengkatalis hidrolisis di dalam air dapat dibalikkan dengan mudah di
dalam media non-air atau media dengan sangat sedikit kandungan air,
di dalam sintesis ester atau reaksi esterifikasi (Bastida et al., 2009).
Konsentrasi NaCl yang meningkat akan menurunkan aktivitas
lipase karena NaCl adalah inhibitor lipase (Liman et al., 2010). Adanya
garam mempengaruhi aktivitas enzim seperti garam NaCl sampai
konsentrasi 7,0 M mempengaruhi lipase yang menunjukkan aktivitas
yang maksimal dan setelah itu aktivitas akan menurun. Seiring dengan
bertambahnya suhu, aktivitas enzim terus meningkat hingga akhirnya
menurun pada suhu 50oC. Karena struktur protein menentukan aktivitas
enzim, maka jika struktur itu terganggu, aktivitas enzim akan berubah.
Proses denaturasi berlaku untuk protein-protein enzim, dan bahan yang
mendenaturasi adalah sama (Pratiwi, 2013).
Indikator PP berfungsi sebagai indikator asam-basa yang dapat
berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Dalam suatu titrasi,
jika asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik
ekivalen akan mempunyai pH 7. Tetapi bila asam maupun basanya
merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami
hidrolisis dan titik ekivalen larutan pHnya > 7 (bereaksi basa) atau
pHnya < 7 (bereaksi asam). Titik akhir titrasi asam basa dapat
ditentukan dengan indikator asam basa. Apabila pH yang terjadi pada
titik akhir titrasi kita bandingkan dengan pH titrasi asam basa pada
umumnya, akan terlihat bahwa pada titrasi NaOH oleh HCl
menggunakan indikator fenolftalein sangat tepat karena pada kondisi ini
merupakan daerah curam yang perubahan warnanya terjadi secara
mendadak (Harjanti, 2008).
2. Tinjauan Teori
Ketengikan (rancidity) merupakan kerusakan atau perubahan
bau dan avor dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Lama
pemanasan minyak dapat mengakibatkan perubahan nilai angka
peroksidanya, sehingga akan mempengaruhi kualitas pada bahan yang
digoreng. Semakin lama pemanasan minyak, maka semakin besar
angka peroksidanya. Disamping itu ketersediaan oksigen dalam
kemasan ditengarai juga akan mempengaruhi terjadinya proses
ketengikan (Maharani dkk., 2012).
Ketengikan minyak dapat diuji salah satunya dengan uji Kreiss.
Prinsip kerjanya adalah reaksi kondensasi antara ephydrin-aldehida
dengan phloroglucinol, sehingga terbentuk warna merah jambu (pink).
Ephydrin-aldehida merupakan hasil dekomposisi peroksida. Peroksida
tersebut terbentuk karena oksidasi asam lemak tidak jenuh dalam
minyak (Ketaren, 1986). Penambahan phloroglucinol pada uji Kreiss
berfungsi agar bereaksi dengan lemak teroksidasi dalam larutan asam
dan berubah warna menjadi merah jambu (Baez et al., 2012).
Minyak dengan asam lemak yang banyak menganduk ikatan
rangkap dapat teroksidasi secara spontan oleh udara pada suhu ruang.
Oksidasi spontan ini secara langsung akan menurunkan tingkat
kejenuhan minyak, menyebabkan minyak menjadi tengik dan terasa
tidak enak. Proses terjadinya ketengikan (rancidity) akan dipercepat
apabila terdapat logam tertentu seperti tembaga, seng, timah dan timbal
dan apabila mendapat panas atau cahaya penerangan
(Edwar dkk., 2011).
Lemak dan minyak mempunyai struktur kimia umum yang sama.
Dalam penggunaan secara umum, kata lemak (fat) dipakai untuk
menyebut trigliserida yang padat pada suhu udara biasa, sedangkan kata
minyak (oil) dipakai untuk menyebut senyawa yang cair pada suhu
tersebut. Perbedaan antara lemak dan minyak disebabkan karena
terdapatnya asam-asam lemak yang berbeda. Lemak mengandung
sejumlah besar asam-asam lemak jenuh yang terdistribusi di antara
trigliserida-trigliserida sedangkan minyak mempunyai sejumlah besar
asam lemak tidak jenuh. Adanya asam-asam lemak tidak jenuh akan
menyebabkan lebih rendahnya titik lincir (slip point) yaitu suhu untuk
lemak atau minyak mulai mencair. Lemak yang diperoleh dari hewan
disebut lemak hewani, dan yang berasal dari tumbuhan disebut lemak
nabati (Gaman et al., 1981).
Penataan ulang lemak dapat mempengaruhi kinerja karbohidrat.
Hal ini berarti karbohidrat dapat menjadi tidak berfungsi. Karbohidrat
yang sering mengalami keadaan seperti ini adalah glukosa. Glukosa
yang tidak berfungsi adalah glukosa homoeostatis (Serino et al., 2011).
Angka asam atau disebut acid value adalah ukuran dari jumlah
asam lemak bebas. Dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak
atau campuran asam lemak. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah
milligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak
bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren, 1986).
Angka asam pada lemak dan minyak dapat diartikan sebagai
angka yang menunjukkan kandungan asam lemak bebas yang
mempengaruhi kualitas dari lemak dan minyak itu sendiri.
Pembentukan asam lemak bebas diakibatkan oleh proses hidrolisis.
Pada proses penggorengan dihasilkan uap air yang dapat menyebabkan
terjadinya hidrolisis terhadap trigliserida, menghasilkan asam lemak
bebas, digliserida, monogliserida, dan gliserol yang diindikasikan dari
angka asam. Tingginya angka asam suatu minyak menunjukkan
buruknya kualitas dari minyak tersebut. Maka untuk melakukan
perbaikan diperlukan penurunan angka asam dengan mengurangi
kandungan asam lemak bebas (Mardina dkk., 2010).
Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas
unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) yang
mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut
lemak), seperti petroleum benzene dan eter. Lemak yang mempunyai
titik lebur tinggi bersifat padat pada suhu kamar, sedangkan yang
mempunyai titik lebur rendah bersifat cair. Lemak yang padat pada suhu
kamar disebuh lemak atau gajih, sedangkan yang cair pada suhu kamar
disebut minyak (Sediaoetama, 2000).
Lemak dan asam lemaknya dapat ditemukan salah satunya pada
rerumputan dan tanaman hijau. Komposisi asam lemak dan kandungan
lemak pada tanaman yang demikian ditentukan oleh musim tumbuhnya.
Pada musim dingin, semi, panas, dan gugur akan berbeda-beda
(Mir, 2006).
Selama pemrosesan makanan dan bahan, kumpulan asam lemak
dapat teroksidasi. Kolesterol dapat teroksidasi dengan cara yang sama
seperti asam lemak. Akan tetapi lemak radikal terbentuk selama
pemrosesan dan bahan dari makanan akan mempercepat oksidasi
kolesterol dan membentuk produk oksidasi kolesterol (Du et al., 2001).
Asam lemak jenuh berbeda dengan asam lemak tidak jenuh.
Perbedaan tersebut salah satunya terletak pada ikatan rangkap dimana
asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya.
Sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan rangkap pada rantai
karbonnya (Tuminah, 2009). Pada asam lemak jenuh, ujung rantai
hidrokarbon berkonformasi tidak terbatas karena tiap ikatan tulang
karbonnya dapat dengan bebas berotasi, sedangkan asam lemak tidak
jenuh berotasi kaku karena adanya rantai ikatan rangkap. Pada asam
lemak jenuh terlihat bahwa senyawanya berbentuk rantai lurus yang
dapat mengisi ruangan yang sempit, sedangkan pada asam lemak jenuh
terlihat bahwa senyawa membengkok sehingga rantainya lebih pendek.
Jadi asam lemak jenuh cenderung berwujud padat jika dilihat secara
kasat mata, sedangkan asam lemak tidak jenuh cenderung berwujud cair
(Girindra, 1986).
C. Metodologi
1. Alat
a. Gelas beker 500 ml
b. Tabung reaksi
c. Rak tabung reaksi
d. Pipet ukur
e. Timbangan
f. Erlenmeyer 250 ml
g. Pendingin Balik
h. Pipet tetes
i. Alat Sentrifugasi
j. Waterbath
k. Stopwatch
l. Buret Titrasi
2. Bahan
a. Minyak ikan
b. Minyak kelapa sawit
c. Minyak wijen
d. Minyak zaitun
e. Lemak sapi
f. Minyak jelantah
g. Minyak baru
h. Air dingin
i. HCl
j. Phloroglucinol 1%
k. Alkohol 96%
l. Indikator phenolfthalein
m.NaOH 0,1 N
n. Kacang tanah NaCl 0,1 M
3. Cara Kerja
a. Pengaruh Suhu Dingin terhadap Kenampakan Beberapa Jenis
Minyak
Penambahan 40 ml alkohol.
W., Mustika Aditya K. 2010. Pengaruh Minyak Zaitun Murni Ekstra (Extra
Virgin Olive Oil) terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus
norvegicus) yang Dikondisikan Hiperkolesterolemia. Artikel Ilmiah
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga: Surabaya.
Aisyah, Siti., Eni Yulianti dan A. Ghanaim Fasya. 2010. Penurunan Angka
Peroksida dan Asam Lemak Bebas (FFA) pada Proses Bleaching
Minyak Goreng Bekas oleh Karbon Aktif Polong BUah Kelor
(Moringa Oliefera.Lamk) dengan Aktivasi NaCl. Jurnal Achemy,
Vol.1, No.2. Halaman 93-100.
Ayustaningwarno, Fitriyono. 2012. Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak
Sawit Merah pada Industri Pangan. Vitasphere Vol 2. Halaman 1-11.
Baez, Radames., Guadalupe Rojas, Julieta Sandoval-Guillen, M. A. Angeles
Valdavia-Lopez. 2012. Effect of Storage Temperature on the
Chemical Stability of Enternal Formula. Advance Journal of Food
Science and Technology. Vol. 4. No. 5. Page 235-242.
Bastida, J., A. Bodalo, M. F. Maximo, M. C. Montiel, M. Gomez, S. Ortega.
2009. Screening and Selection of Lipases for the Enzymatic
Production of Polyglycerol Polyricinoleate. Biochemical Engineering
Journal. Vol. 46. Page 217-222.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, M. Wootton. 2010. Ilmu Pangan.
UI-Press: Jakarta.
Du, M., K. C. Nam, D. U. ahm. 2001. Cholesterol and Lipid Oxidation
Products in Cooked Meat as Affected by Raw-Meat Packaging and
Irradiation and by Cooked-Meat Packaging and Storage Time.
Journal of Food Science Vol 66. No. 9.
Edwar, Zulkarnain., Heldrian Suyuthie, Ety Yerizel, Delmi Sulastri. 2011.
Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam Lemak Minyak
Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Artikel Penelitian Bagian
Biokimia dan Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas:
Padang.
Fatmawati, Nur Khoma. 2006. Efek Proteksi Kombinasi Minyak Wijen
dengan -Tocopherol terhadap Steatosis melalui Penghambatan
Stres Oksidatif pada Tikus Hiperkolesterolemia. Jurnal Teknologi
Pertanian Vol. 1. No. 2. Halaman 60-67.
Gaman, P. M., Sherrington, K. B. 1981. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu
Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi Edisi Kedua. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Girinda, Aisjah. 1986. Biokimia. Gramedia: Jakarta.
Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma
domestica val.) dan Pemakaiannya sebagai Indikator Analisis
Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses Vol. 2. No. 2.
Hermanto, Sandra., Anna Muawanah, Rizkina Harahap. 2007. Profil dan
Karakteristik Lemak Hewani (Ayam, Sapi, dan Babi) Hasil Analisa
FTIR dan GCMS. Jurnal Kimia.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press: Jakarta.
Kusnawidjaja, Kurnia. 1982. Biokima. Alumni: Bandung.
Liman, A. A., P. Egwin, M. A. Vunchi, C. Ayansi. 2010. Lipase Activity in
Fermented Oil Seeds of Africa Locust Bean (Parkia biglobosa),
Castor Seeds (Ricinu communis), and African Oil Bean (Pentaclethra
macrophylla). Nigerian Journal of Basic and Applied Science. Vol.
18. No. 1.
Maharani, Dewi M., Nursigit Bintoro, Budi Rahardjo. 2012. Kinetika
Perubahan Ketengikan (Rancidity) Kacang Goreng Selama Proses
Penyimpanan. Agritech Vol. 32. No. 1.
Mardina, P., Erlyta Faradina, Netty Setiawati. 2010. Penurunan Angka Asam
pada Minyak Jelantah. Jurnal Kimia Vol. 8. No. 2.
Mir, P. S., S. Bittman, D. Hunt, T. Entz, B. Yip. 2006. Lipid Content and
Fatty Acid Composition of Grasses Sampled on Different Dates
Through the Early Part of the Growing Season. Journal of Animal
Science Vol. 1. No. 1.
Pratiwi, Dian., Firman Sebayang., dan It Jamilah. 2013. Produksi dan
Karakterisasi Enzim Lipase dari Pseudomonas aeruginosa dengan
Menggunakan Induser Minyak Jagung serta Kofaktor Na+ dan Co2+.
Jurnal Saintia Kimia, Vol.1, No.2.
Sankar, D., M. Ramakrishna Rao., G. Sambandan and K. V. Pugalendi. 2006.
Effect Of Sesame Oil On Diureticsor -Blockers In The Modulation Of
Blood Pressure,Anthropometry,Lipid Profile,And Redox Status. Yale
Journal Of Biology And Medicine Vol. 79 Page 19-26.
Sartika, R. A. D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh, dan
Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 2. No. 4.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi. Dian Rakyat: Jakarta.
Serino, Matteo., Aurelie Waget, Nicolas Marsollier, Myriam Masseboeuf,
Gaelle Payros, Catherine Kabani, Jessica Denom, Amelie Lacombe,
Jean-Claude Thiers, Anne Negre-Salvayre, Serge Luquet, Remy
Burcelin, Celine Cruciani-Guglielmacci, Christophe Magnan. Lipid-
Induced Peroxidation in the Intestine is Involved in Glucose
Homeostasis Imbalance in Mice. Journal Plos One Vol. 6. No.6.
Suastuti, N. G. A. M. Dwi Adhi. 2009. Kadar Air dan Bilangan Asam dari
Minyak Kelapa yang Dibuat dengan Cara Tradisional dan
Fermentasi. Jurnal Kimia Vol. 3. No. 2.
Tuminah, Sulistyowati. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak
Jenuh Trans terhadap Kesehatan. Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Vol. 19.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.