You are on page 1of 14

ACARA II

SKARIFIKASI

Abstrak

Skarifikasi adalah suatu perlakuan yang dilakukan untuk mempercepat proses


perkecambahan bagi biji-biji yang memiliki kulit keras dan tebal. Skarifikasi perlu
dilakukan karena pada dasarnya biji-biji yang akan ditabur/disemaikan sedang dalam
keadaan dormansi, yaitu keadaan dimana pertumbuhan terhenti sebagai akibat
adanya respon lingkungan yang tidak memungkinkan. Pada dasarnya dormansi pada
biji tidak hanya berupa dormansi kulit tetapi juga dormansi embrio. Dormansi pada
embrio dapat terjadi karena adanya respon lingkungan yang tidak memungkinkan
untuk melakukan perkecambahan. Skarifikasi yang dilakukan pada praktikum ini ada
3 perlakuan, yaitu skarifikasi fisis, mekanis, dan kimia atau khemis. Skarifikasi fisis
dilakukan dengan merendam biji ke air yang sudah diberi berbagai tingkatan suhu
tertentu. Skarifikasi mekanis dilakukan dengan cara penggosokan kulit biji dengan
amplas. Sedangkan skarifikasi khemis untuk melunakan kulit biji digunakan zat
kimia H2SO4 pekat pada waktu yang sudah ditentukan lamanya. Praktikum
dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan, dengan hasil pada
praktikum ini yaitu pada perlakuan fisis air ledeng, suhu 75 dan 100 menjadi
perlakuan dengan biji yang tumbuh terbanyak yaitu 13 biji. Sedangkan pada
perlakuan mekanis, perlakuan pengamplasan pada ujung dan peretakan merupakan
perlakuan dengan biji terbanyak yang tumbuh, masing-masing 19 dan 18 biji.
Perlakuan terakhir yaitu perlakuan khemis, untuk perlakuan kontrol, kadar 5% dan
10% menjadi perlakuan dengan biji yang tumbuh terbanyak yaitu 12 biji.

Kata kunci: Skarifikasi, dormansi, biji, kulit, dan embrio.


I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Silvikultur merupakan ilmu pengetahuan kehutanan yang dirancang untuk


mengendalikan proses yang terjadi didalam ekosistem hutan, sedemikian rupa
sehingga urutan perkembangan ekosistem hutan mencapai peluang tertinggi untuk
kelangsungan hidup dari ekosistem yang bersangkutan.
Skarifikasi adalah suatu perlakuan yang dilakukan untuk mempercepat proses
perkecambahan biji-biji yang memiliki kulit yang keras dan tebal. Perlakuan ini
untuk mempercepat proses dormansi yang terjadi pada biji. Dormansi sendiri terjadi
karena suatu keadaan dimana biji tidak dapat berkecambah sebagai akibat dari
adanya respon lingkungan yang kurang baik.
Skarifikasi yang dilakukan pada praktikum ini ada 3 tipe yaitu skarifikasi
fisis, skarifikasi mekanis dan skarifikasi khemis. Perlakuan ini dilakukan dengan
menggunakan biji yang mempunyai kulit tebal dan keras, pada kesempatan
praktikum ini biji yang digunakan yaitu biji trembesi.
1.2.Tujuan
1. Untuk mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan persentase
kecambah
2. Untuk mengetahui berbagai macam cara skarifikasi (perawatan) baik
fisik, chemis, maupun mekanis pada benih suatu jenis tanaman tertentu
dan pengaruhnya terhadap perkecambahan yang dihasilkan
1.3.Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui tipe skarifikasi yang paling cocok
diterapkan pada biji yang memiliki kulit keras dan tebal
2. Mahasiswa dapat mengetahui persentase tumbuhnya biji yang sudah
diberi perlakuan skarifikasi
II. TINJAUAN PUSTAKA

Skarifikasi merupakan cara untuk memecahkan dormansi biji yang bertujuan


untuk mengubah kulit benih yang tidak permeable menjadi permeable terhadap gas-
gas dan air. Skarifikasi dapat dilakukan dengan cara mekanik seperti mengikir atau
menggosok kulit benih dengan amplas, dengan cara kimia yaitu dengan
menggunakan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi
pekat serta perlakuan cara fisik dengan merendam dengan air yang dipanaskan
sampai 60oC (Harjadi, 1991).
Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel-sel dan
proses ini merupakan proses fisika. Proses penyerapan air pada biji atau imbibisi
terjadi melalui mikropil. Air yang masuk ke dalam kotiledon menyebabkan
volumenya bertambah, sehingga kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut
pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa. Selain itu dengan masuknya air maka
akan mengencerkan protoplasma sehingga dapat meningkatkan sejumlah proses
fisiologis dalam embrio, seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi, dan pertumbuhan
(Agustina, 2014).
Perlakuan mekanik umumnya digunakan untuk memecah dormansi benih
akibat impermeabilitas kulit, baik terhadap air maupun gas, resistan mekanisme kulit
perkecambahan yang terdapat pada kulit benih. Cara-cara mekanisme yang
dilakukan adalah mengikir atau menggosok kulit benih yaitu dengan pisau atau
amplas, sedangkan perlakuan impaction (goncangan) dilakukan untuk benih-benih
yang memiliki sumbat gabus. Scarifikasi secara mekanik (pengamplasan) bertujuan
untuk melunakkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau
gas (Kamil, 1982).
Kulit biji yang keras merupakan mekanisme dormansi utama pada biji legum,
kedap air pada biji legum merupakan akibat dari dua faktor: (1) kulit biji yang
memiliki lapisan skleroid sel-sel malpighi yang padat dan kompak dengan sudut
tegak lurus terhadap permukaan kulit biji (testa) ditambah dengan fenolik, atau
senyawa penolak air lain yang umum terdapat pada biji legum; (2) tertutupnya
lubang alami dalam kulit biji, termasuk mikropil, ari-ari biji, dan pleurogram (suatu
cekungan di bawah mikropil dan ari-ari biji). Nugroho dan Salamah (2015)
menyimpulkan bahwa faktor utama yang bertanggung jawab atas kerasnya biji pada
legum adalah tertutupnya pleurogram.
Perlakuan secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia dengan
tujuan agar kulit benih lebih bersifat permeabel terhadap air pada proses imbibisi.
Bahan kimia yang sering digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) pekat yaitu
merendam biji ke dalamnya selama 5-20 menit. Skarifikasi secara kimia adalah suatu
perlakuan untuk mempercepat massa dormansi benih dengan menggunakan bahan
kimia. Scarifikasi kimia dapat dilakukan dengan merendam cara benih dengan
larutan H2SO4 pekat selama 7-10 menit dan mencuci benih dengan air mengalir
(Maemunah, 2009).
III. METODE

3.1 Waktu
Sabtu, 16 September 2017
3.2 Tempat
Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan
3.3 Bahan dan alat
1. Bahannya terdiri dari:
- benih Enterolobium cyclocarpum
- asam sulfat 5%, 10% dan 15%
- air suhu 100oC, 75oC, 50oC, dan air ledeng
2. Alatnya terdiri dari:
- Bak tabur, dan pasir
- Sprayer, gembor, dan selang
- Amplas
3.4 Cara kerja
1. Benih dari jenis yang telah ditentukan dipilih, diseragamkan ukuran,
kenampakan warna, dan kesehatannya (tidak cacat fisiknya).
2. Untuk skarifikasi fisis dilakukan perendaman benih pada:
a) Air ledeng sebanyak 30 butir
b) Air bersuhu 100oC sebanyak 30 butir
c) Air bersuhu 75oC sebanyak 30 butir
d) Air bersuhu 50oC sebanyak 30 butir
Perbandingan benih : air adalah 1 : 10, setelah dituangi air, benih diaduk-
aduk agar mendapatkan pemanasan yang merata. Lama perendaman
minimal 12 jam.
3. Untuk skarifikasi khemis/ kimia, benih direndam dalam larutan kimia
H2SO4 dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% selama 5 menit, sesudah
itu dibilas dengan air ledeng, masing-masing perlakuan 30 butir benih.
Larutan yang digunakan tidak perlu banyak, cukup agar seluruh benih
terendam.
4. Untuk skarifikasi mekanis, dilakukan penggosokan benih pada:
a) Bagian yang akan keluar akarnya
b) Bagian keliling benih
c) Seluruh permukaan benih
d) Benih diretakkan dengan alat penjepit atau pemukul
Untuk masing-masing perlakuan dibutuhkan 30 butir benih
5. Sebagai kontrol benih dihitung sebanyak 30 butir, kemudian benih
kontrol dan benih yang sudah diberi perlakuan ditabur dalam waktu yang
bersamaan, dengan menggunakan media pasir dan dengan kedalaman 1
cm. Sebelum penaburan dilakukan, pasir harus dibasahi terlebih dahulu.
6. Setelah dilakukan penaburan label dipasang, yaitu label yang berisi
perlakuan, tanggal penaburan, jenis benih, dan nama kelompok, serta
membuat denah tempat meletakkan hasil percobaan. Media disiram lagi
sampai lembab, dan penyiraman selanjutnya dilakukan setiap pagi dan
sore.
IV. HASIL PRAKTIKUM

Tabel 1. Skarifikasi Fisis Trembesi


Skarifikasi
Fisis
Hari ke Tanggal
Ledeng 50 75 100
tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC%
2 18-Sep-17 1 0 5 0 0 0 0 0 1 0 5 0 1 0 5 0
4 20-Sep-17 1 0 5 0 0 0 0 0 1 0 5 0 3 2 15 10
6 22-Sep-17 2 1 10 5 1 1 5 5 2 1 10 5 3 0 15 0
8 24-Sep-17 3 1 15 5 2 1 10 5 3 1 15 5 3 0 15 0
10 26-Sep-17 3 0 15 0 2 0 10 0 3 0 15 0 4 1 20 5
12 28-Sep-17 3 0 15 0 4 2 20 10 4 1 20 5 5 1 25 5
14 30-Sep-17 4 1 20 5 4 0 20 0 4 0 20 0 5 0 25 0
16 02-Okt-17 4 0 20 0 5 1 25 5 6 2 30 10 5 0 25 0
18 04-Okt-17 4 0 20 0 5 0 25 0 7 1 35 5 6 1 30 5
20 06-Okt-17 4 0 20 0 5 0 25 0 8 1 40 5 6 0 30 0
22 08-Okt-17 6 2 30 10 7 2 35 10 8 0 40 0 7 1 35 5
24 10-Okt-17 6 0 30 0 7 0 35 0 8 0 40 0 7 0 35 0
26 12-Okt-17 7 1 35 5 7 0 35 0 9 1 45 5 7 0 35 0
28 14-Okt-17 7 0 35 0 10 3 50 15 10 1 50 5 8 1 40 5
30 16-Okt-17 7 0 35 0 10 0 50 0 10 0 50 0 11 3 55 15
32 18-Okt-17 7 0 35 0 10 0 50 0 10 0 50 0 11 0 55 0
34 20-Okt-17 8 1 40 5 11 1 55 5 12 2 60 10 11 0 55 0
36 22-Okt-17 8 0 40 0 11 0 55 0 12 0 60 0 12 1 60 5
38 24-Okt-17 9 1 45 5 11 0 55 0 12 0 60 0 12 0 60 0
40 26-Okt-17 11 2 55 10 11 0 55 0 12 0 60 0 13 1 65 5
42 28-Okt-17 13 2 65 10 11 0 55 0 13 1 65 5 13 0 65 0
44 30-Okt-17 13 0 65 0 11 0 55 0 13 0 65 0 13 0 65 0
Rata-rata 5,95 0,55 29,77 2,73 6,59 0,50 32,95 2,50 7,64 0,55 38,18 2,73 7,55 0,55 37,73 2,73

Tabel 2. Skarifikasi Khemis Trembesi


Skarifikasi
Khemis (HSO)
Hari ke Tanggal
Kontrol 5% 10% 15%
tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC%
2 18-Sep-17 1 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 20-Sep-17 1 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 5
6 22-Sep-17 1 0 5 0 2 2 10 10 1 1 5 5 2 1 10 5
8 24-Sep-17 2 1 10 5 3 1 15 5 2 1 10 5 2 0 10 0
10 26-Sep-17 2 0 10 0 4 1 20 5 3 1 15 5 3 1 15 5
12 28-Sep-17 3 1 15 5 4 0 20 0 3 0 15 0 3 0 15 0
14 30-Sep-17 3 0 15 0 5 1 25 5 4 1 20 5 3 0 15 0
16 02-Okt-17 3 0 15 0 5 0 25 0 5 1 25 5 4 1 20 5
18 04-Okt-17 3 0 15 0 6 1 30 5 6 1 30 5 4 0 20 0
20 06-Okt-17 5 2 25 10 6 0 30 0 6 0 30 0 5 1 25 5
22 08-Okt-17 5 0 25 0 6 0 30 0 6 0 30 0 5 0 25 0
24 10-Okt-17 6 1 30 5 6 0 30 0 7 1 35 5 5 0 25 0
26 12-Okt-17 6 0 30 0 7 1 35 5 8 1 40 5 5 0 25 0
28 14-Okt-17 6 0 30 0 7 0 35 0 8 0 40 0 5 0 25 0
30 16-Okt-17 7 1 35 5 7 0 35 0 8 0 40 0 5 0 25 0
32 18-Okt-17 7 0 35 0 7 0 35 0 11 3 55 15 6 1 30 5
34 20-Okt-17 8 1 40 5 11 4 55 20 11 0 55 0 6 0 30 0
36 22-Okt-17 9 1 45 5 12 1 60 5 12 1 60 5 6 0 30 0
38 24-Okt-17 11 2 55 10 12 0 60 0 12 0 60 0 7 1 35 5
40 26-Okt-17 11 0 55 0 12 0 60 0 12 0 60 0 7 0 35 0
42 28-Okt-17 12 1 60 5 12 0 60 0 12 0 60 0 7 0 35 0
44 30-Okt-17 12 0 60 0 12 0 60 0 12 0 60 0 7 0 35 0
Rata-rata 5,64 0,50 28,18 2,50 6,64 0,55 33,18 2,73 6,77 0,55 33,86 2,73 4,45 0,32 22,27 1,59
Tabel 3. Skarifikasi Mekanis Trembesi
Skarifikasi
Mekanis
Hari ke Tanggal
ujung sisi seluruh peretakan
tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC% tumbuh pertambahan SC% FC%
2 18-Sep-17 4 0 20 0 10 0 50 0 10 0 50 0 15 0 75 0
4 20-Sep-17 5 1 25 5 11 1 55 5 11 1 55 5 15 0 75 0
6 22-Sep-17 5 0 25 0 11 0 55 0 12 1 60 5 17 2 85 10
8 24-Sep-17 6 1 30 5 11 0 55 0 12 0 60 0 17 0 85 0
10 26-Sep-17 6 0 30 0 12 1 60 5 12 0 60 0 18 1 90 5
12 28-Sep-17 9 3 45 15 12 0 60 0 12 0 60 0 19 1 95 5
14 30-Sep-17 9 0 45 0 12 0 60 0 12 0 60 0 19 0 95 0
16 02-Okt-17 11 2 55 10 12 0 60 0 13 1 65 5 19 0 95 0
18 04-Okt-17 11 0 55 0 12 0 60 0 13 0 65 0 19 0 95 0
20 06-Okt-17 13 2 65 10 12 0 60 0 14 1 70 5 19 0 95 0
22 08-Okt-17 13 0 65 0 14 2 70 10 16 2 80 10 19 0 95 0
24 10-Okt-17 13 0 65 0 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
26 12-Okt-17 15 2 75 10 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
28 14-Okt-17 15 0 75 0 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
30 16-Okt-17 16 1 80 5 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
32 18-Okt-17 17 1 85 5 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
34 20-Okt-17 17 0 85 0 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
36 22-Okt-17 18 1 90 5 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
38 24-Okt-17 18 0 90 0 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
40 26-Okt-17 18 0 90 0 14 0 70 0 16 0 80 0 19 0 95 0
42 28-Okt-17 18 0 90 0 14 0 70 0 17 1 85 5 19 0 95 0
44 30-Okt-17 18 0 90 0 14 0 70 0 17 0 85 0 19 0 95 0
Rata-rata 12,5 0,6 62,5 3,2 12,9 0,2 64,3 0,9 14,3 0,3 71,6 1,6 18,4 0,2 92,0 0,9

70

60

50

40
% SC

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
Hari Pengamatan

Ledeng 50 75 100

Gambar 1. Sommering Curve skarifikasi fisis biji Samanea saman


16
14
12
10
% FC

8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
Hari Pengamatan

Ledeng 50 75 100

Gambar 2. Frequency Curve skarifikasi fisis biji Samanea saman

70
60
50
40
% SC

30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
Hari Pengamatan

Kontrol 5% 10% 15%

Gambar 3. Sommering Curve skarifikasi khemis biji Samanea saman


25

20

15
% FC

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
Hari Pengamatan

Kontrol 5% 10% 15%

Gambar 4. Frequency Curve skarifikasi khemis biji Samanea saman

100
90
80
70
60
% SC

50
40
30
20
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
Hari Pengamatan

Ujung Sisi Seluruh Peretakan

Gambar 5. Sommering Curve skarifikasi mekanis biji Samanea saman


16

14

12

10
% FC

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
Hari Pengamatan

ujung sisi seluruh peretakan

Gambar 6. Frequency Curve skarifikasi khemis biji Samanea saman


V. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas mengenai skarifikasi. Skarifikasi sendiri adalah


suatu proses perlakuan yang dilakukan untuk mempercepat proses perkecambahan
bagi biji yang memiliki kulit tebal dan keras. Skarifikasi diperlukan karena pada
dasarnya biji-biji yang akan dipersiapkan untuk disemaikan sedang dalam keadaan
dormansi, yaitu keadaan dimana pertumbuhan terhenti sebagai akibat adanya respon
lingkungan yang tidak memungkinkan untuk terjadinya perkecambahan.
Skarifikasi yang dikenal pada umumnya ada 3 tipe, yaitu skarifikasi fisis,
skarifikasi khemis dan skarifikasi mekanis. Skarifikasi fisis yaitu skarifikasi yang
dilakukan dengan merendam biji ke dalam air yang sudah diberi perlakuan pada
berbagai tingkat suhu tertentu. Tujuan dari skarifikasi ini adalah untuk melunakan
kulit biji yang tebal sehingga mampu mematahkan dormansi kulit yang terjadi.
Skarifikasi mekanis yaitu skarifikasi yang dilakukan dengan penggosokan kulit biji
dengan amplas. Tujuan dari skarifikasi mekanis sama dengan skarifikasi fisis yaitu
untuk mematahkan dormansi pada kulit dengan melunakkan permukaan kulit biji.
Sedangkan skarifikasi khemis yaitu skarifikasi yang dilakukan dengan cara
perendaman biji yang mengalami dormansi dengan menggunakan zat kimia (H2SO4)
pekat selama beberapa menit.
Skarifikasi sangat diperlukan dalam kehutanan untuk mengetahui perlakuan
mana yang paling cocok untuk mempercepat proses perkecambahan. Sehingga dari
hasil data yang didapat, kita dapat menerapkannya dalam proses persemaian yang
akan dilakukan.
Hasil dari pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini, pada perlakuan
skarifikasi fisis dengan tingkat suhu air ledeng terdapat 13 biji yang berkecambah,
tingkat suhu air 50 terdapat 11 biji yang berkecambah, ditingkat suhu air 75 terdapat
13 biji yang berkecambah, dan pada suhu 100 terdapat 13 biji yang berkecambah.
Dari hasil yang didapatkan pada skarifikasi fisis, dapat dilihat hanya pada tingkat
suhu air 50 yang pertumbuhannya paling sedikit.
Pada skarifikasi khemis, perlakuan kontrol yang hanya 12 biji yang tumbuh,
pemberian cairan H2SO4 5% biji yang tumbuh sebanyak 12, pemberian cairan
H2SO4 10% biji yang tumbuh sebanyak 12, dan pada pemberian cairan H2SO4 15%
biji yang tumbuh sebanyak 7. Dari hasil yang didapat, pada perlakuan pemberian
cairan H2SO4 15% menjadi perlakuan dengan biji yang tumbuh paling sedikit, hal
ini dapat mengindikasikan bahwa biji yang disemai tidak terlalu tahan dengan cairan
asam.
Hasil dari skarifikasi mekanis dengan perlakuan penggosokan ujung
didapatkan biji yang tumbuh sebesar 18 biji, pada penggosokan sisi biji yang tumbuh
sebanyak 14, pada penggosokan seluruh permukaan terdapat 17 biji yang tumbuh,
dan pada perlakuan peretakan biji yang tumbuh sebanyak 19 buah. Terlihat dari hasil
yang didapatkan, perlakuan penggosokan biji pada ujung dan peretakan menjadi
perlakuan dengan biji yang berkecambah terbanyak.
Skarifikasi yang telah dilakukan menghasilkan suatu kesimpulan bahwasanya
skarifikasi mekanis dengan perlakuan penggosokan ujung dan peretakan menjadi
perlakuan terbanyak biji yang berkecambah dan untuk kedepannya dalam proses
persemaian dengan biji yang memiliki kulit tebal dan keras dapat dilakukan
skarifikasi mekanis dengan perlakuan penggosokan ujung dan peretakan biji.
VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu:


1) Skarifikasi dapat mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan
persentase hidup kecambah
2) Skarifikasi mekanis merupakan skarifikasi yang paling tinggi dengan 19 biji
tumbuh pada perlakuan peretakan biji.

VII. SARAN

Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara ini yaitu perlunya
penjelasan yang lebih detail mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
praktikum dan lebih cermat dan tepat waktu dalam pengerjaannya agar tidak
membuang-buang waktu.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, S.S. 1991. Pengantar Agro-nomi. Gramedia. Jakarta.

Agustina, Serly Putri. 2014. Pembuatan Plastik Biodegradable dari Pati Umbi
Gadung. Politeknik Negeri Sriwijaya: Palembang

Kamil, J., 1982. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Jakarta.

Nugroho, T.A. dan Z. Salamah. 2015. Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi
Biji Sengon (Paraserianthes falcataria L.). JUPEMASI-PBIO, Vol. 9 No. 3.

Maemunah dan A. Enny. 2009. Lama penyimpanan dan invigorasi terhadap vigor
bibit kakao (Theobroma cacao L.) Media Litbang Sulteng, 2 (1) : 56-
61.

You might also like