You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerusakan bahan pangan sering terjadi karena disebabkan oleh mikroba
sehingga perlu adanya pengawetan. Pengawetan adalah cara untuk
memperpanjang penyimpanan suatu produk dengan berbagai macam cara seperti
pendinginan/pembekuan, pengeringan, pengasapan, penggaraman, pemanasan,
penambahan bahan kimia dan penggunaan rempah-rempah. Semua cara tersebut
mempunyai tujuan yang sama yaitu mengahncurkan atau menghambat
pertumbuhan mikroba pembusuk dan mengawetkan pangan yang mempunyai sifat
mudah busuk.
Sejak dahulu, rempah-rempah digunakan dalam makanan sebagai bahan
penyedap karena sifat aroma dan citarasanya. Selain sebagai penyumbang cita
rasa dn aspek sensorik lainnya, banyak komponen aktif di dalam rempah-rempah
dapat memberi perlindungan tambahan pada makanan dari aktivitas mikroba,
namun tergantung dari jenis senyawa dan konsentasinya.
Rempah-rempah kaya akan berbagai vitamin dan mineral. Terutama adalah
vitamin C dan B kompleks serta kalsium, kalium, natrium, dan fosfor selain itu
secara alami rempah-rempah mengandung berbagai macam komponen aktif yang
sangat besar perannya dalam penciptaan cita rasa suatu produk. Rempah
mengandung zat antioksidan, antibakteri, antikapang, antikhamir, antiseptik,
antikanker, dan antibiotik, yang semuanya itu memiliki peran sangat besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Jika semakin tinggi konsentrasi, maka kemampuan antimikrobia dari
senyawa aktif tersebut semakin tinggi. Antibakteri atau antimikroba adalah bahan
yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan
bermacam-macam cara. Zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh
bakteri), bakteristatik (mengahmbat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh

1
kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang) ataupun germisidal
(mengahambat germinasi spora bakteri).
Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan
mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Selain menggunakan
rempah-rempah, untuk pengawetan pangan digunakan bahan kimia yang
dianjurkan. Namun, jika bahan kimia dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama,
dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Salah satu cara untuk menghambat
pertumbuhan mikroba adalah dengan menambahkan zat pengawet ke dalam
makanan tersebut.
Pengawet merupakan zat yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dengan
tujuan meningkatkan umur simpan. Kemampuan suatu zat pengawet dalam
menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
konsentrasi zat pengawet, jenis, jumlah, umur dan keadaan mikroba, suhu, waktu,
dan sifat-sifat kimia serta fisik dari makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan
komponen yang ada di dalamnya
Pengawet yang sering digunakan untuk bahan pangan seperti acar,
minuman ringan, salad, jeli, sari buah adalah benzoat, yang umumnya terdapat
dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat mudah larut dan
mampu menahan bakteri atau jamur dalam kondisi asam.
Benzoat yang digunakan dalam bahan pangan konsentrasi maksimumnya
adalah 0,1%. Asam benzoat dan garamnya mempunyai aktivitas
antimikroorganisme tergantung pada pH dan substrat. Pengawet jenis Na-Benzoat
efektif digunakan dalam pH 2,5 sampai 4,0 karena semakin tinggi pH maka daya
pengawetnya akan berkurang.
Oleh karena itu, dalam praktikum acara 3 ini akan dilakukan percobaan Na-
Benzoat sebagai pengawet dalam sari buah dan pengaruh rempah-rempah
terhadap pertumbuha mikroba.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara 3 untuk mengetahui pengaruh bahan pengawet
dan rempah-rempah terhadap pertumbuhan mikroba dalam produk makanan.

2
BAB II
DASAR TEORI

Pertumbuhan mikroba pada pangan juga dipengaruhi oleh adanya bahan


pengawet yang terkandung di dalamnya, yaitu senyawa yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba. Berdasarkan sumbernya, bahan pengawet atau senyawa
antimikroba pada bahan pangan dibedakan atas tiga golongan yaitu :
1. Senyawa antimikroba yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan,
misalnya senyawa pada rempah-rempah.
2. Bahan pengawet yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam bahan
pangan atau pangan olahan, misalnya Natrium Benzoat.
3. Senyawa antimikroba yang terbentuk oleh mikroba selama proses
fermentasi pangan.
Keefektifan penghambatan adalah kriteria pemilihan senyawa antimikroba
untuk di aplikasikan sebagai bahan pengawet bahan pangan. Semakin kuat
pengahambatnya, maka semakin efektif untuk digunakan. Mekanisme
penghambatan mikroba oleh senyawa antimikroba disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
Mengganggu Pembentukan Dinding Sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat
yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan
komposisi penyusun dinding sel. Teradinya akumulasi senyawa antimikroba
dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi.
Bereaksi Dengan Membran Sel
Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas
membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran, materi intraseluler
seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan
denaturasi protein.

3
Menginaktivasi Enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa, kerja enzim akan terganggu
dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan
enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan
kelangsungan aktivitasnya. Akibatnya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika
kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti
(inaktif). Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika
mempunyai spesifita yang sama antara ikatan kompleks yang menyusun struktur
enzim dengan komponen senyawa antimikroba
Menginaktivasi Fungsi Material Genetik
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat sehingga
menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya akan
menginaktivasi atau merusak materi genetik. Bahan-bahan alami memilki potensi
pengawetan karena memilki aktivitas menghambat mikroba oleh komponen
tertentu (Syamsir, 2007).

Jenis Bahan Pengawet


Rempah-rempah
Sebagian besar rempah-rempah mempunyai fungsi ganda yaitu untuk
meningkatkan aroma dan citarasa serta digunakan untuk mengawetkan makanan.
Rempah-rempah adalah bahan yang memiliki aroma atau citarasa tertentu yang
merupakan tanaman atau bagian tanaman baik dalam bentuk utuh maupun
poongan yang secara alamiah mampu mengawetkan makanan.
Kandungan bioaktiff pada rempah-rempah bersifat antimikroba dan anti
kapang, sehingga produk memiliki daya awet yang tinggi. Menurut Astawan
(2010) tujuan pemakaian rempah-rempah adalah membangkitkan selera makan,
bahan pengawet yang bersifat antimikroba dan antioksidan. Rempah-rempah yang
sering digunakan adalah kunyit, cengkeh, lada dan pala karena mempunyai daya
oksidan tinggi.

4
Aktivitas antimikroba rempah-rempah tergantung pada jenis rempah dan
konsentrasinya serta jenis mikroba.
Natrium benzoat
Natrium benzoat berupa granula atau serbuk berwatna putih, tidak berbau
dan stabil di udara. Mudah larut dalam air tetapi agak sukar larut dalam etanol.
Kelarutan dalam air pada suhu 250C sebesar 660 g/L dengan bentuk yang aktif
sebagai pengawet sebesar 84,7% pada range pH 4,0 (Cahyadi, 2006). Konsentrasi
natrium benzoat untuk minuman sari buah yang diperbolehkan adalah maksimum
1000 mg/kg sedangkan menurut BPOM No.36 tahun 2013 konsentrasi yang
diperbolehkan untuk minuman sari buah adalah sebesar 0-600 mg/kg. Menuut
PERMENKES No.33 tahun 2012 dan EFSA (European Food Safety
Authority)(2013) Natrium Benzoat dinyatakan aman apabila digunakan sebagai
Bahan Tambahan Makanan Preservative. Pengawet ini mempunyai toksisotas
sangat rendah terhadap hewan maupun manusia, hingga saat ini benzoat
dipandang tidak memilii efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) jika
dikonsumsi dan tidak mempunyai efek karsinogenik.
Konsentrasi Natrium Benzoat memberikan pengaruh yang berbeda sangat
nyata terhadap kadar vitamin C, total asam, viskositas, dan nilai organoleptik.
Mekanisme kerja dari benzoat dan garamnya berdasarkan permeabilitas dari
membran sel mikroba terhadap molekul asam yang tidak terdisosiasi. Isi sel
mikroba mempunyai pH yang selalu netral. Bila sel mikroba menjadi asam akan
basa maka akan terjadi gangguan pada organ-organ sel sehingga metabolisme
terhadap dan akhirnya sebagian sel mati. Membran sel hanya permeabel terhadap
molekul asam yang tidak terdisosiasi, maka untuk mendapatkan keefektifan yang
tinggi, sebaiknya asam-asam tersebut digunakan dalam lingkungan yang asam
(Pujihastuti, 2007).
Menurut Zentimer (2007) semakin tinggi konsentrasi Na-Benzoat maka
aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan mikroba semakin besar.

5
Pasteurisasi
Produk makanan dengan kadar asam yang cukup rendah banyak
mengandung mikroorganisme berupa E.coli, Salmonella yang merupakan bakteri
patogen yang dapat tumbuh secara bebas apabila sari buah tidak dipasteurisasi.
Salah satu teknik pasteurisasi minuman sari buah adalah menggunakan
pasteurisasi dengan panas yang berfungsi untuk membunuh atau mengeliminasi
mikroba patogen yang terdapat pada minuman sari buah (Khurniyati dan Estiasih,
2015).
Pasteurisasi merupakan proses termal dengan suhu sedang yang diberikan
pada produk pangan. Tujuan pasteurisasi adalah membunuh mikroba vegetatif
tertentu yakni patogen dan inkativasi enzim, karena pada proses pasteurisasi tidak
mematikan semua mikroorganisme vegetatif dan mikroorganisme pembentuk
spora sehingga produk hasil pasteurisasi harus dikemas atau disimpan pada suhu
rendah dengan penambahan pengawet, pengemas atmosfer termodifikasi,
pengaturan pH atau pengaturan aktivitas air untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroba. Pasteurisasi termal menyebabkan perubahan kimia dan nutrisi yang
dikandung sari buah, sehingga akan mempengaruhi kualitas produk yang
dihasilkan.

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Tabung reaksi steril
2. Pipet/mikropipet
3. Inkubator suhu kamar
4. Rak tabung
5. Bunsen
6. Cawan petri
7. Jarum ose
8. Aluminium foil
9. Gelas beaker
10. Termometer
11. Stopwatch
12. Kapas
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Isolat mikroba
2. Sari buah jeruk, nenas, dan melon (segar dan di pasteurisasi)
3. Larutan Na-Benzoat
4. Agar miring NA
5. Agar miring NA + Kunyit
6. Agar miring NA + Lada

7
B. Cara Kerja
Uji Pengaruh Na-Benzoat
1. Dipipet 4 mL sari buah segar masing-masing ke dalam tabung reaksi
steril (untuk sampel yang di pasteurisasi, semua tabung reaksi beserta
isinya dipasteurisasi dengan cara diletakkan di dalam gelas beaker dan
di panaskan di atas hot plate pada suhu 630C (Selama 30 menit).
2. Masing-masing tabung reaksi diberi 0,2 ; 0,5 dan 0,1 mL larutan Na-
Benzoat 1%, sedangkan satu tabung lainnya digunakan sebagai kontrol.
Dengan pengenceran ini konsentrasi terakhir di dalam sari buah menjadi
kira-kira 0 ; 0,05 ; 0,1 dan 0,2%
3. Di inkubasikan semua tabung pada suhu kamar selama 6 hari, dan
diamati adanya pertumbuhan mikroba yang ditandai dengan timbulnya
kekeruhan dan atau perubahan bau.

Uji Pengaruh Rempah-rempah


1. Di inokulasikan setiap jenis mikroba pada 4 buah agar miring NA yang
mengandung rempah-rempah yang berbeda, yaitu 2% kunyit tabung 1,
2% lada tabung 2 dan kontrol (tana rempah-rempah) di tabung 3.
2. Di inkubasikan semua tabung pada suhu kamar selama 6 hari.
3. Diamati adanya pertumbuhan mikroba pada permukaan medium dan
dibandingkan dengan kontrol.

8
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh Na-Benzoat Terhadap Pertumbuhan Mikroba di dalam Sari
Buah.
Pertumbuhan + Na Benzoat (%)
Sari buah Perlakuan
0 0,05 0,1 0,2
Jeruk Segar Sangat Berbau dan Berbau dan Tidak
berbau dan keruh keruh berbau dan
keruh keruh
Jeruk Pasteurisasi Tidak Tidak Tidak Tidak
berbau dan berbau dan berbau dan berbau dan
tidak keruh keruh tidak keruh keruh
Nenas Segar Sangat bau Tidak Berbau Tidak
berbau berbau
Nenas Pasteurisasi Berbau dan Sangat bau Berbau dan Berbau dan
keruh dan keruh bening bening
Melon Segar Berbau, Sangat bau Berbau, Berbau dan
keruh dan dan keruh sedikit keruh
terdapat keruh dan
endapan terdapat
endapan
Melon Pasteurisasi Berbau dan Sangat Berbau dan Berbau dan
keruh berbau dan keruh keruh
keruh
Keterangan : Diamati timbulnya kekeruhan atau perubahan bau

9
Tabel 2. Pengaruh Rempah-Rempah Terhadap Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan
Mikroba Kontrol
Kunyit Lada
(tanpa rempah)
+++ ++++ +

Keterangan : - (jika ada pertumbuhan)


+ (ada pertumbuhan sedikit)
++ (ada pertumbuhan banyak)
+++ (ada pertumbuhan sangat banyak)

B. Pembahasan
Praktikum acara 3 yang berjudul Pengaruh Bahan Pengawet dan Rempah-
rempah terhadap Pertumbuhan Mikroba, praktikan menggunakan bahan pengawet
Natrium Benzoa, kunyit dan lada untuk diketahui pengaruhnya terhadap
pertumbuhan mikroba. Bahan yang diuji adalah sari buah segar dan sari buah
yang dipasteurisasi serta media NA yang telah ditambahkan kunyit dan lada.
Peralatan yang digunakan tabung reaksi steril, mikropipet, bunsen, cawan petri,
jarum ose, aluminium foil, termometer dan geals beasker. Selama melakukan
praktikum, praktikan selalu memakai masker dan sarung tangan agar terbebas dari
kontaminasi. Semua taung di inkubasi selama 6 hari dan dilakukan pengamatan,
sehingga diperoleh hasil :
Pengaruh Natrium Benzoat terhadap Pertumbuhan Mikroba
Dalam pengujian pengaruh Natrium Benzoat, disiapkan 24 tabung reaksi
dan setiap tabung reaksi diisi 4 mL sari buah yang berbeda dan diberi label.
Perlakuan 1 (tabung 1-4 diisi sari buah jeruk segar), perlakuan 2 (tabung 5-8 diisi
sari buah jeruk pasteurisasi), perlakuan 3 (tabung 9-12 diisi sari buah nenas
segar), perlakuan 4 (tabung 13-16 diisi sari buah nenas pasteurisasi), perlakuan 5
(tabung 17-20 diisi sari buah melon segar) dan perlakuan 6 (tabung 21-24 diisi
sari buah melon pasteurisasi). Setiap perlakuan, masing-masing tabung
ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0%, 0,05%, 0,1% dan 0,2% serta

10
disimpan dalam inkubator suhu kamar selama 6 hari dengan indikator pengamatan
kekeruhan dan timbulnya bau.
Perlakuan 1
Jeruk segar yang ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0% sangat berbau
dan keruh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,05% berbau dan keruh,
ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,1% berbau dan keruh, sedangkan
ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,2% tidak berbau dan keruh.
Jeruk pasteurisasi yang ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0% tidak
berbau dan tidak kerh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,05% tidak
berbau dan keruh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,1% tidak berbau dan
tidak keruh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,2% tidak berbau dan
keruh.
Perlakuan 2
Nenas segar yang ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0% sangat bau,
ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,05% tidak berbau dan keruh,
ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,1% berbau serta ditambahkan Natrium
Benzoat sebanyak 0,2% tidak berbau.
Nenas pasteurisasi yang ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0%
berbau dan keruh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,05% sangat berbau
dan keruh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,1% berbau dan warnanya
bening, serta ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,2% berbau dan bening.
Perlakuan 3
Melon pasteurisasi yang ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0%
berbau , keruh dan terdapat endapan, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak
0,05% sangat berbau dan keruh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,1%
berbau, keruh dan terdapat endapan serta ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak
0,2% berbau dan keruh.
Melon pasteurisasi yang ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0%
berbau dan keruh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,05% tidak berbau dn
keruh, ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,1% tidak berbau dan keruh.
ditambahkan Natrium Benzoat sebanyak 0,2% juga tidak berbau dan keruh.

11
Jadi, semakin tinggi konsentrasi Natrium Benzoat yang dimasukkan dalam
sari buah segar maupun pasteurisasi maka tingkat kekeruhan dan bau yang
ditimbulkan akan semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Zentimer (2007) yang mengatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi Natrium
Benzoat yang digunakan maka aktivitas dalam menghambat pertumbuhan
mikroba semakin besar.
Selain itu, dengan digunakan teknik pasteurisasi, sebagian mikroba
vegetatif tertentu yang tumbuh pada sari buah akan mai. Sesuai dengan pendapat
Khurniyati dan Estiasih (2015) yang menyatakan bahwa pasteurisasi dengan
panas akan membunuh atau mengeliminasi mikroba patogen yang terdapat pada
minuman sari buah.

Pengaruh Rempah-rempah terhadap Pertumbuhan Mikroba


Pengujian pengaruh rempah-rempah, disiapkan 3 buah tabung reaksi yang
masing-masing berisi media agar miring NA kontrol, media agar miring NA+2%
lada dan media agar miring NA+2% kunyit. Masing-masing tabung reaksi
digoreskan mikroba sebanyak 1 loop dan diinkubasikan pada inkubator suhu
kamar selama 6 hari. Pada media NA kontrol dan media NA+2% kunyit terdapat
pertumbuhan yang sangat banyak, sedangkan media NA+2% lada terdapat
mikroba banyak. Perbedaan pertumbuhan mikroba ini terjadi karena lada
mengandung minyak atsiri yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba
termasuk produksi toksinnya, sedangkan kunyit hanya mempunyai sifat
antimikroba yang hanya bisa menghambat jenis mikroba tertentu.
Kekurangan dari penggunaan rempah-rempah sebagai anti mikroba yaituu
mutunya sulit di standarisasi serta kontaminasi dan kerusakan yang tinggi. Hasil
praktikum yang dilakukan tidak sesuai dengan literatur yang ada. Menurut
Astawan (2010), pemakaian rempah-rempah dapat mengawetkan makanan karena
rempah-rempah mengandung antimikroba.
Perbedaan hasil antara praktikum yang telah dilakukan dan teori dari
literatur kemungkinan disebabkan karena konsentrasi suspensi maupun ekstrak
rempah-rempah yang ditambahkan dalam media nA hanya sedikit (2%) sehingga

12
kurang efektif dalam menghambat pertumbuha mikroba. Selain itu, setiap jenis
rempah-rempah memiliki daya hambat yang berbeda.

13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa bahan pengawet Natrium Benzoat memiliki daya hambat yang tinggi
terhadap mikroba. Semakin tinggi tingkat konsentrasi Natrium Benzoat yang
ditambahkan dalam sari buah segar maupun pasteurisasi maka tingkat kekeruhan
dan bau yang ditimbulkan akan berkurang karena kativitas dalam pertumbuhan
mikroba terhambat.
Teknik pasteurisasi dengan panas dapat menyebabkan sebagian mikroba
vegetatif tertenu yang tumbuh pada sari buah akan mati.
Kemampuan penghambatan dari setiap rempah-rempah sebagai antimikroba
didasarkan atas sifat yang dikandung oleh rempah-rempah yaitu senyawa aktifnya
dan ketahanan mikroba yang diujikan, sehingga hasil pengujian pada media yang
ditambahkan lada berbeda dengan media yang ditambahkan kunyit.
Kesalahan pada praktikum ini kemungkinan karena kurangnya konsentrasi
rempah-rempah yang digunakan dan media Nutrient Agar (NA) yang
terkontaminasi dari tangan, mulut pekerja dan udara di sekitar.

B. Saran
Saran dari praktikum ini adalah konsentrasi rempah-rempah pada media
Nutrient Agar (NA) sebaiknya ditambah/ditingkatkan. Selama melakukan
praktikum, praktikan harus dalam kondisi aseptiss karena kondisi kotor akan
mengkontaminasi media Nutrient Agar (NA) dan senyawa antimikroba.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Dhita. 2014. Pembuatan Apel (Mallus sylvestris Mill) dengan Ekstraksi
Metode Osmosis (Kajian Varietas Apel dan Lama Osmosis). Jurnal Pangan
dan Agroindustri. Vol 2 : No.1 : 86-96

Cahyadi, Wisnu. 2006. Bahan Tambahan Pangan. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Khurniyati, M dan Estiasih, T. 2015. Karakteristik Minuman Sari Apel Berbagai


Varietas. Jurnal Pangan Dan Agroindustri. Vol 3 No. 2 : 523-529

Pujihastuti, D.R. 2007. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat Terhadap Umur


Simpan Minuman Beraroma Apel. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syaichurrozi, I., Handayani, N dan Wardhani, D. 2012. Karakteristik Edible Film


dari Pati Ganyong (Conna edulis Kerr.) Berantimikroba. Jurnal Teknologi
Kimia Dan Industri. Vol 1 No. 1 : 305-311

Winarti, C dan Nurdjanah, N. 2005. Peluang Tanaman Rempah Dan Obat


Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal litbang pertanian. 24 (7) : 47-54

Yuliani., dan Marwati. 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pengolahan.


Faperta Unmul. Samarinda.

Zentimer, S. 2007. Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat Dan Lama


Penyimpanan Terhadap Mutu Minuman Sari Buah Sirsak (Annona
Muricata) Berkarbonasi. Departemen Teknologi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

15

You might also like