Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Josi Harnoz, S.Ked
110.2000.135
Pembimbing :
Dr. Roezwir Azahary, SpS
SMF NEUROLOGI
RSUD Dr. Hi. ABDOEL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
AGUSTUS 2008
PENDAHULUAN
Spektrum cedera traumatik pada otak bervariasi dari cedera ringan
dankadang-kadang tak disadari sampai cedera berat dengan morbiditas dan
mortalitas yang nyata.
Angka kejadian pasti dari cedera kepala sulit ditentukan karena berbagai faktor,
misalnya sebagian kasus-kasus yang fatal tidak pernah sampai ke RS, dilain pihak
banyak kasus yang ringan tidak datang pada dokter kecuali bila kemudian timbul
komplikasi. Dari penelitian di Skotlandia dan Kanada ditemukan bahwa
perbandinganpasen cedera kepala yang tidak dirawat di RS terhadap pasen yang
dirawat adalah 4-5 : 1.
Benturan pada kepala dapat ringan tapi juga bisa sangat keras. Dampaknya sangat
tergantung pada keras ringannya benturan atau ada tidaknya kerusakan yang
ditimbulkannya mulai dari kerusakan pada tulang tengkorak,isi rongga tengkorak
mulai dari meninges, pembuluh darah pada meninges sampai pada otak itu sendiri.
Di Amerika Serikat hampir 1 juta kecelakaan lalu lintas terjadi setiap tahunnya yang
mengakibatkan trauma kepala dan sepertiga diantaranya membawa kematian.
Kecelakaan terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas terutama pengendara
mobil dan sepeda motor.
Definis dan klasifikasi trauma kepala dibagi berdasarkan gejala klinis sebagai
berikut :
1. Gegar otak/Commotio Cerebri : suatu keadaan dimana seseorang tidak sadar
(pingsan) dalam waktu yang pendek, karena adanya benturan pada kepala
(trauma kepala). Pada gegar otak tidak ada cedera pada susunan saraf
pusat, tak ada gangguan pada pembuluh darah dan liquor serebro spinal
juga memperlihatkan profil yang normal.
Ciri khas pada gegar otak adalah :
- adanya amnesia yaitu ketidak mampuan untuk mengingat kejadian
baru sebelum atau sesudah adanya trauma kepala.
- Kehilangan kesadaran bisa bersifat hilang timbul (intermiten)
- Gangguanf fungsi vegatatif (sistem saraf otonom) seperti : nafas
menjadi lambat, denyut nadi (bradikardi) dan tekanan darah menurun
(hipotensi).
- Gangguan motorik sadar seperti : hipotonia, arefleksia, dan gejala
Babinski.
- Gegar otak yang tidak punya komplikasi akan bisa sembuh kembali,
tapi pasien bisa mengalami amnesia residual.
- Tampilan klinisnya sebagai berikut :
Tidak sadar , biasanya tidak lebih dari 30 menit
Gangguan vegetatif : nafas melambat, denyut nadi melambat,
hipotensi
Bingung (mental confussion)
Gangguan motorik sadar : otot skelet lemah, hipotensi,gejala
Babinski.
Berat ringannya gegar otak tergantung pada lama amnesia paska trauma
kepala seperti di bawah ini :
Lama amnesia paska trauma diukur mulai dari ingatan terakhir sebelum
trauma sampai pulihnya kembali ingatan setelah trauma. Biasanya am nesia
dibedakan atas :
2 .Contusio Cerebri
Contusio cerebri : adalah tidak sadar diri disertai adanya kerusakan (lesi)
otak. Disini terdapat tanda-tanda kerusakan saraf yang berlanjut sesudah fase akut
dilewati. Kerusakan otak tersebut bisa dalam bentuk nekrosis sel saraf pada
korteks dan adanya edema cerebri.Kerusakan korteks serebri yang paling sering
terjadi adalah di daerah bawah lobus frontalis dan temporalis. Hal ini disebabkan
karena adanya goyangan otak berulang yang membentur dataran dalam tulang
tengkorak. Kalau ada benturan pada tulang occiput, maka bisa terjadi contusio
occipitalis yang disertai contusio frontalis (contre coup).
6. Perdarahan subarachnoidea
Pingsan berlanjut 1 beberapa jam. Leher kaku dan likuor serebro spinal
yang mengandung darah adalah ciri khas dari perdarahan ini.
7. Perdarahan intraserebri.
Terbanyak ditemukan pada lobus temporalis dan frontalis. Biasanya
perdarahan terjadi di permukaan lobus. Perdarahan ini harus dibedakan dengan
perdarahan intraserebri akibat hipertensi, amyloid angiopati, pecahnya angioma
dan aneurisma.
AMNESIA
Istilah amnesia tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam berbagai film dan
sinetron, topik ini sering muncul dalam jalan cerita. Namun, memang, yang sering
kita dengar adalah kisah amnesia di mana terjadi hilangnya ingatan masa lalu setelah
seseorang mengalami kecelakaan atau insiden yang mengguncang jiwa. Amnesia
didefinisikan sebagai peristiwa hilangnya sebagian atau keseluruhan memori pada
seseorang. Pada umumnya, amnesia yang terjadi adalah kondisi sementara dan
melibatkan hilangnya sejumlah bagian saja dari pengalaman seseorang.
Mekanisme otak untuk menerima informasi dan mengingatnya kembali dari memori
terutama terletak di dalam lobus oksipitalis, lobus parietalis dan lobus temporalis.
Dampak lain dari amnesia adalah ketidakmampuan membayangkan masa depan.
Penelitian terakhir yang dipublikasikan dalam jaringan di Proceedings of the
National Academy of Sciences menunjukkan bahwa amnesia dengan kerusakan pada
hippocampus tidak dapat membayangkan masa depan. Hal ini terjadi karena bila
seorang yang normal membayangkan masa depan, mereka menggunakan pengalaman
masa lalu untuk mengkonstruksi skenario yang mungkin dihadapi. Sebagai contoh,
seseorang yang mencoba membayangkan apa yang akan terjadi dalam pesta yang
hendak didatanginya akan menggunakan pengalaman pesta sebelumnya untuk
membantu mengkonstruksi kejadian di masa depan.
Jenis-jenis amnesia
Amnesia korsakoff juga bisa terjadi setelah cedera kepala yang hebat, cardiac
arrest atau ensefalitis akut. pemberian tiamin kepada alkoholik kadang bisa
memperbaiki ensefalopati wernicke, tetapi tidak selalu dapat memperbaiki
amnesi korsakoff. Jika pemakaian alkohol dihentikan atau penyakit yang
mendasarinya diobati, kadang kelainan ini menghilang dengan sendirinya.
Kedua kategori amnesia terakhir dapat muncul bersamaan pada pasien yang sama.
Contohnya seperti pada pengendara sepeda motor yang tidak mengingat akan pergi
kemana dia sebelum tabrakan (retrograde amnesia), juga melupakan tentang kejadian
di rumah sakit dua hari setelahnya (anterograde amnesia).
Proses pembentukan ingatan merupakan proses yang kompleks dan masih belum
banyak dimengerti. Ingatan atau memori merupakan hasil dari perubahan kimia atau
struktural pada penyaluran sinyal yang terjadi antar sel saraf satu dan lainnya. Adanya
perubahan tersebut mengakibatkan terbentuknya semacam jalur perambatan sinyal.
Jalur ini disebut dengan memory traces. Sinyal dapat berjalan sepanjang memory
traces tersebut menuju ke otak.
Proses perubahan memori jangka pendek dan jangka panjang disebut proses
konsolidasi. Pada proses tersebut, memori jangka pendek mengalami perangsangan
berulang-ulang sehingga terjadi perubahan yang lebih permanen pada sel saraf.
Proses tersebut diduga terjadi pada bagian temporal otak yang disebut hipokampus.
Amnesia retrograde biasanya terjadi setelah insiden yang mengganggu aktivitas listrik
otak, misalnya karena stroke atau benturan pada kepala. Pada saat itu, memori jangka
pendek terganggu sehingga orang tersebut tidak dapat mengingat kejadian beberapa
jam sebelum insiden tersebut. Trauma yang lebih parah dapat pula mengganggu
memori jangka panjang.
Orang-orang yang menderita amnesia biasanya akan pulih seiring berjalannya waktu.
Selama proses pemulihan, mereka biasanya mengingat memori yang sudah lebih lama
disimpan, lalu baru mengingat memori yang lebih baru terjadi, sampai seluruh
memori yang hilang pulih. Akan tetapi, memori yang terjadi sekitar waktu terjadinya
amnesia terkadang tidak pernah pulih. Untuk mempercepat pemulihan amnesia,
biasanya diberikan terapi atau obat-obatan yang meningkatkan fungsi otak. Di luar
terapi dan obat-obatan, cara yang paling ampuh adalah menyediakan kondisi yang
memberi rasa aman bagi penderita.
Post traumatic amnesia didefinisikan pertama kali oleh Russell dan Smith sebagai
periode setelah trauma kapitis dimana informasi tentang kejadian yang
berlangsung tidak tersimpan Russel dan Smith kemudian memperhalus konsep
PTA untuk memfokuskan pada gangguan penyimpanan informasi kejadian yang
berlangsung.
Dalam istilah neuropsikologi kognitif, PTA adalah suatu gangguan pada memori
episodik yang digambarkan sebagai ketidakmampuan pasien untuk menyimpan
informasi kejadian yang terjadi dalam konteks temporospatial yang spesifik. Akan
tetapi, fase penyembuhan dini setelah gangguan kesadaran juga dikarakteristikkan
oleh gangguan atensi dan perubahan behavioral yang bervariasi dari mulai
letargi sampai dengan agitasi.
Patofisiologi
Dasar patologi dari PTA masih tidak jelas, meskipun korelasinya terhadap MRI
terlihat mengindikasikan sesuatu yang berasal dari hemisfer dibanding dengan
diencephalic. Memori dan new learning dipercaya melibatkan korteks serebral,
proyeksi subkortikal, hippocampal formation (gyrus dentatus, hipokampus, gyrus
parahippocampal), dan diensefalon, terutama bagian medial dari dorsomedial dan
adjacent midline nuclei of thalamus. Sebagai tambahan, lesi pada lobus frontalis
juga dapat menyebabkan perubahan pada behavior, termasuk iritabilitas,
aggresiveness, dan hilangnya inhibisi dan judgment. Sekarang ini, telah didapati
bukti adanya keterlibatan lobus frontalis kanan pada atensi.
Sedangkan suatu contusion adalah suatu trauma yang lebih luas terhadap otak
dimana robekan jaringan yang memperlihatkan tekanan shearing dengan
gangguan akson yang disebabkan oleh axonal shearing dan injury terhadap otak
dengan dampak ke permukaan tulang : bagian medial, ujung dan dasar lobus
frontalis dan bagian anterior dari lobus temporalis paling sering terlibat. Area yang
rusak adalah berbentuk kerucut dengan dasar pada permukaan otak, terutama
mengenai lapisan pertama dari
korteks.
Klasifikasi
Tipe yang kedua dari PTA adalah amnesia anterograde, suatu defisit dalam
membentuk memori baru setelah kecelakaan, yang menyebabkan penurunan
atensi dan persepsi yang tidak akurat. Memori anterograde merupakan fungsi
terakhir yang paling sering kembali setelah sembuh dari hilangnya kesadaran
Untuk menilai apakah seseorang mengalami amnesia post trauma bisa dilakukan tes
objektif kepada pasien. Tes yang biasa digunakan adalah Tes Orientasi dan Amnesia
Galvelston (TOAG) dan ada pula tes lain seperti RNS.
Di antara beberapa penilaian PTA yang tersedia sekarang, TOAG adalah yang
paling banyak digunakan . Penilaian ini pendek dan mudah digunakan.
Penilaiannya terdiri dari sejumlah poin yang ditambahkan ketika menjawab dengan
benar atau jumlah kesalahan.
Skor yang mendekati angka 100 , berarti fungsi masih terjaga. Tes ini
dapat diberikan beberapa kali dalam sehari, meskipun pada hari yang
berturut-turut. Sehingga dapat dibuat grafik untuk menggambarkan perjalanan
kapasitas dari mulai waktu tertentu sampai orientasi total tercapai. Pengarang
dari test ini percaya bahwa tes ini sesuai bagi seorang pasien untuk memulai
pemeriksaan kognitif ketika skor 75 atau lebih dicapai pada tes ini yang
mengindikasikan pasien tidak konfusion dan disorientasi lagi. Akan tetapi validitas
dan reabilitas TOAG dan statusnya sebagai "gold standard" dalam penilaian
PTA masih suatu subjek yang diperdebatkan.
Suatu studi telah menguji reability dan validity dari NRS, baik pada awal maupun
tahap lanjut dari trauma kapitis terhadap 101 penderita dengan trauma kapitis
tertutup. Neurobehavioral Rating Scale telah memperlihatkan interrater
reliability yang memuaskan pada studi ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M., Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, NEUROLOGI
KLINIS DASAR, ed. 9, Jakarta: Dian Rakyat, 2003:249-260.
2. http://www.emedicine.com/neuro.htm
3. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_GangguanBahasaPersepsidanMemor
i.pdf/03_GangguanBahasaPersepsidanMemori.html
4. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi45.pdf