You are on page 1of 17

Referat

AMNESIA POST TRAUMA

Disusun oleh :
Josi Harnoz, S.Ked
110.2000.135

Pembimbing :
Dr. Roezwir Azahary, SpS

SMF NEUROLOGI
RSUD Dr. Hi. ABDOEL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
AGUSTUS 2008

PENDAHULUAN
Spektrum cedera traumatik pada otak bervariasi dari cedera ringan
dankadang-kadang tak disadari sampai cedera berat dengan morbiditas dan
mortalitas yang nyata.
Angka kejadian pasti dari cedera kepala sulit ditentukan karena berbagai faktor,
misalnya sebagian kasus-kasus yang fatal tidak pernah sampai ke RS, dilain pihak
banyak kasus yang ringan tidak datang pada dokter kecuali bila kemudian timbul
komplikasi. Dari penelitian di Skotlandia dan Kanada ditemukan bahwa
perbandinganpasen cedera kepala yang tidak dirawat di RS terhadap pasen yang
dirawat adalah 4-5 : 1.

Insiden cedera kepala yang nyata yang memerlukan perawatan di RS dapat


diperkirakan 480.000 kasus pertahun (200 kasus/100.000 orang), yang meliputi
concussion, fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial, laserasi otak, hematoma dan
cedera serius lainnya. Dari total ini 75-85% adalah concussion dan sekuele cedera
kepala ringan. Cedera kepala paling banyak terjadi pada laki-laki berumur antara 15-
24 tahun, dan biasanya karena kecelakaan kendaraan bermotor. Menurut Rimer et al
dari 1200 pasen yang dirawat di RS dengan cedera kepala tertutup, 55% diobati
untuk cedera kepala ringan (minor)

Banyak pasen-pasen dengan cedera ringan yang datang kedokter untuk


pertama kalinya karena gejala yang terus berlanjut, dikenal sebagai sindroma
postconcussion. Berdasarkan informasi statistik yang diketahui, masalah cedera
kepala ringan adalah gangguan sekuele pasca trauma dan dengan akibat gangguan
produktivitas. Salah satu sekuele pasca trauma adalah amnesia post trauma. Kejadian
ini sering dialami oleh pasien mengalami trauma. Terutama trauma fisik, walaupun
trauma psikologis juga bisa menyebabkan amnesia. Yang akan dibahas pada referat
ini adalah trauma fisik.
TRAUMA KEPALA
Definisi dan klasifikasi dari trauma kepala (trauma kapitis)

Benturan pada kepala dapat ringan tapi juga bisa sangat keras. Dampaknya sangat
tergantung pada keras ringannya benturan atau ada tidaknya kerusakan yang
ditimbulkannya mulai dari kerusakan pada tulang tengkorak,isi rongga tengkorak
mulai dari meninges, pembuluh darah pada meninges sampai pada otak itu sendiri.
Di Amerika Serikat hampir 1 juta kecelakaan lalu lintas terjadi setiap tahunnya yang
mengakibatkan trauma kepala dan sepertiga diantaranya membawa kematian.
Kecelakaan terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas terutama pengendara
mobil dan sepeda motor.

Definis dan klasifikasi trauma kepala dibagi berdasarkan gejala klinis sebagai
berikut :
1. Gegar otak/Commotio Cerebri : suatu keadaan dimana seseorang tidak sadar
(pingsan) dalam waktu yang pendek, karena adanya benturan pada kepala
(trauma kepala). Pada gegar otak tidak ada cedera pada susunan saraf
pusat, tak ada gangguan pada pembuluh darah dan liquor serebro spinal
juga memperlihatkan profil yang normal.
Ciri khas pada gegar otak adalah :
- adanya amnesia yaitu ketidak mampuan untuk mengingat kejadian
baru sebelum atau sesudah adanya trauma kepala.
- Kehilangan kesadaran bisa bersifat hilang timbul (intermiten)
- Gangguanf fungsi vegatatif (sistem saraf otonom) seperti : nafas
menjadi lambat, denyut nadi (bradikardi) dan tekanan darah menurun
(hipotensi).
- Gangguan motorik sadar seperti : hipotonia, arefleksia, dan gejala
Babinski.
- Gegar otak yang tidak punya komplikasi akan bisa sembuh kembali,
tapi pasien bisa mengalami amnesia residual.
- Tampilan klinisnya sebagai berikut :
Tidak sadar , biasanya tidak lebih dari 30 menit
Gangguan vegetatif : nafas melambat, denyut nadi melambat,
hipotensi
Bingung (mental confussion)
Gangguan motorik sadar : otot skelet lemah, hipotensi,gejala
Babinski.
Berat ringannya gegar otak tergantung pada lama amnesia paska trauma
kepala seperti di bawah ini :

Tingkat Gegar Otak Lama Amnesia

Sangat ringan 0-5 menit


Ringan 5-60 menit
Sedang 1-24 jam
Berat 1-7 hari
Sangat berat >7 hari

Lama amnesia paska trauma diukur mulai dari ingatan terakhir sebelum
trauma sampai pulihnya kembali ingatan setelah trauma. Biasanya am nesia
dibedakan atas :

Retrograde amnesia : periode amnesia sebelum trauma


Anterograde amnesia : periode amnesia paska trauma.

2 .Contusio Cerebri
Contusio cerebri : adalah tidak sadar diri disertai adanya kerusakan (lesi)
otak. Disini terdapat tanda-tanda kerusakan saraf yang berlanjut sesudah fase akut
dilewati. Kerusakan otak tersebut bisa dalam bentuk nekrosis sel saraf pada
korteks dan adanya edema cerebri.Kerusakan korteks serebri yang paling sering
terjadi adalah di daerah bawah lobus frontalis dan temporalis. Hal ini disebabkan
karena adanya goyangan otak berulang yang membentur dataran dalam tulang
tengkorak. Kalau ada benturan pada tulang occiput, maka bisa terjadi contusio
occipitalis yang disertai contusio frontalis (contre coup).

3. Sindroma paska contusio cerebri.


Biasanya terjadi pada benturan kepala yang berat atau ringan. Gejalanya adalah sakit kepala,
pusing, gampang lelah, daya ingat hilang dan tak mampu berkonsentrasi.

4. Perdarahan epidural (Hematoma epidural)


Biasanya terjadi karena benturan pada os temporalis yang diikuti oleh tidak
sadar diri singkat dan cepat pulih kembali. Perdarahan epidural biasanya meliputi
15-30 % perdarahan otak. Sesuai dengan namanya ,hematoma terbentuk dalam
cavum epidural. Hampir 90 % kejadian ini dialami oleh usia muda (15-30 tahun),
yang mengalami fraktur tengkorak disertai pecahnya pembuluh darah di daerah
epidural. Paling banyak terjadi (70 %) pada os temporalis atau area temporo-
parietalis. Fraktur tersebut menyebabkan putusnya A. Meningea media atau vena
yang menyertainya. Angka kematian karena perdarahan epidural bisa mencapai
20 %.

5. Perdarahan subdural (Hematoma subdural)


Terjadi karena adanya benturan ringan pada kepala , darah menumpuk dalam
cavum sub dural. Gejala baru muncul setelah beberapa minggu atau beberapa
bulan kemudian, sesuai dengan akumulasi darah dalam cavum itu. Perdarahan
disini disebabkan karena pecahnya vena vena kecil yang menghubungkan cavum
subarachnoidea dengan sinus duramater sehingga perdarahannya bersifat difus.
Biasa terjadi pada usia diatas 40 tahun atau lebih , terutama pada lansia dimana
otak mulai mengkerut yang menyebabkan tertariknya vena penghubung tadi,
sehingga pecah.

Hematoma subdural dapat dibagi atas :


a. Hematoma subdural akut : dalam waktu < 3 hari
b. Hematoma subdural subakut : dalam waktu 3 hari-3 minggu
c. Hematoma subdural kronis : dalam waktu > 3 minggu.

6. Perdarahan subarachnoidea
Pingsan berlanjut 1 beberapa jam. Leher kaku dan likuor serebro spinal
yang mengandung darah adalah ciri khas dari perdarahan ini.

7. Perdarahan intraserebri.
Terbanyak ditemukan pada lobus temporalis dan frontalis. Biasanya
perdarahan terjadi di permukaan lobus. Perdarahan ini harus dibedakan dengan
perdarahan intraserebri akibat hipertensi, amyloid angiopati, pecahnya angioma
dan aneurisma.

8. Fraktur basis kranii


Gejala klinis dan pemeriksaan CT Scan kepala lebih diandalkan untuk
menetapkan diagnosa pasti. Karena sinus menjadi terbuka, maka akan ada udara
intrakranial yang terlihat pada CT Scan kepala. Karena sinus terbuka, maka cairan
likuor bisa masuk ke dalam sinus paranasalis atau mengalir keluar melalui
telinga/hidung yang dikenal dengan otorrhoe/rhinorrhoe lcs.

9. Fraktur tekan tulang tengkorak (depressed skull fractures)


Ada beberapa kemungkinan: disertai dengan lesi kulit kepala disebut sebagai
luka composit, atau disertai sobeknya duramater (disebut sebagai penetrasi.
Diagnosis pasti dilakukan dengan membuat foto Rontgen, CT Scan atau MRI
kepala. Komplikasi yang bisa terjadi adalah infeksi meninges (meningitis).

10. Bisa timbul dalam bentuk sebagai berikut :


Kerusakan difus (Ensefalopati paska trauma)
Kerusakan lokal
Hidrosefalus
Gangguan nervi kranialis (N.olfactorius/N I, N.Opticus/N.II,
N.facialis/N.VII,N.abducent/N.VI, N.Vestibulocochlearis/
N.VIII).

AMNESIA

Istilah amnesia tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam berbagai film dan
sinetron, topik ini sering muncul dalam jalan cerita. Namun, memang, yang sering
kita dengar adalah kisah amnesia di mana terjadi hilangnya ingatan masa lalu setelah
seseorang mengalami kecelakaan atau insiden yang mengguncang jiwa. Amnesia
didefinisikan sebagai peristiwa hilangnya sebagian atau keseluruhan memori pada
seseorang. Pada umumnya, amnesia yang terjadi adalah kondisi sementara dan
melibatkan hilangnya sejumlah bagian saja dari pengalaman seseorang.

Amnesia (dari Bahasa Yunani ) adalah kondisi terganggunya daya ingat.


Penyebab amnesia dapat berupa organik atau fungsional. Penyebab organik dapat
berupa kerusakan otak, akibat trauma atau penyakit, atau penggunaan obat-obatan
(biasanya yang bersifat sedatif). Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti
halnya mekanisme pertahanan ego. Amnesia dapat pula terjadi secara spontan, seperti
terjadi pada transient global amnesia. Jenis amnesia global ini umum terjadi mulai
usia pertengahan sampai usia tua, terutama pada pria, dan biasanya berlangsung
kurang dari 24 jam. amnesia hanya berlangsung selama beberapa menit sampai
beberapa jam dan akan menghilang dengan sendirinya. pada cedera otak yang hebat,
amnesi bisa bersifat menetap.

Mekanisme otak untuk menerima informasi dan mengingatnya kembali dari memori
terutama terletak di dalam lobus oksipitalis, lobus parietalis dan lobus temporalis.
Dampak lain dari amnesia adalah ketidakmampuan membayangkan masa depan.
Penelitian terakhir yang dipublikasikan dalam jaringan di Proceedings of the
National Academy of Sciences menunjukkan bahwa amnesia dengan kerusakan pada
hippocampus tidak dapat membayangkan masa depan. Hal ini terjadi karena bila
seorang yang normal membayangkan masa depan, mereka menggunakan pengalaman
masa lalu untuk mengkonstruksi skenario yang mungkin dihadapi. Sebagai contoh,
seseorang yang mencoba membayangkan apa yang akan terjadi dalam pesta yang
hendak didatanginya akan menggunakan pengalaman pesta sebelumnya untuk
membantu mengkonstruksi kejadian di masa depan.

Ingatan yang bisa terkena amnesia:


- ingatan segera : ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa detik sebelumnya
- ingatan menengah : ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa detik sampai
beberapa hari sebelumnya
- ingatan jangka panjang : ingatan akan peristiwa di masa lalu.

Jenis-jenis amnesia

1. Amnesia menyeluruh sekejap merupakan serangan lupa akan waktu, tempat


dan orang, yang terjadi secara mendadak dan berat. serangan bisa hanya
terjadi satu kali seumur hidup, atau bisa juga berulang. serangan berlangsung
selama 30 menit sampai 12 jam atau lebih. arteri kecil di otak mungkin
mengalami penyumbatan sementara sebagai akibat dari aterosklerosis. pada
penderita muda, sakit kepala migren (yang untuk sementara waktu
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak) bisa menyebabkan anemia
menyeluruh sekejap. peminum alkohol atau pemakai obat penenang dalam
jumlah yang berlebihan (misalnya barbiturat dan benzodiazepin), juga bisa
mengalami serangan ini. penderita bisa mengalami kehilangan orientasi ruang
dan waktu secara total serta ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa
tahun sebelumnya. setelah suatu serangan, kebingungan biasanya akan segera
menghilang dan penderita sembuh total.

2. Sindroma wernicke-korsakoff alkoholik dan penderita kekurangan gizi lainnya


bisa mengalami amnesia. Sindroma ini terdiri dari kebingungan akut (sejenis
ensefalopati) dan amnesia yang berlangsung lama. Kedua hal tersebut terjadi
karena kelainan fungsi otak akibat kekurang vitamin b1 (tiamin).
mengkonsumsi sejumlah besar alkohol tanpa memakan makanan yang
mengandung tiamin menyebabkan berkurangnya pasokan vitamin ini ke otak.
penderita kekurangan gizi yang mengkonsumsi sejumlah besar cairan lainnya
atau sejumlah besar cairan infus setelah pembedahan, juga bisa mengalami
ensefalopati wernicke.penderita ensefalopai wernicke akut mengalami
kelainan mata (misalnya kelumpuhan pergerakan mata, penglihatan ganda
atau nistagmus), tatapan matanya kosong, linglung dan mengantuk. untuk
mengatasi masalah ini biasanya diberikan infus tiamin. jika tidak diobati bisa
berakibat fatal.

Amnesia korsakoff terjadi bersamaan dengan ensefalopati wernicke. jika


serangan ensefalopati terjadi berulang dan berat atau jika terjadi gejala putus
alkohol, maka amnesia korsakoff bisa bersifat menetap. hilangnya ingatan
yang berat disertai dengan agitasi dan delirium. penderita mampu
mengadakan interaksi sosial dan mengadakan perbincangan yang masuk akal
meskipun tidak mampu mengingat peristiwa yang terjadi beberapa hari, bulan
atau tahun, bahkan beberapa menit sebelumnya.

Amnesia korsakoff juga bisa terjadi setelah cedera kepala yang hebat, cardiac
arrest atau ensefalitis akut. pemberian tiamin kepada alkoholik kadang bisa
memperbaiki ensefalopati wernicke, tetapi tidak selalu dapat memperbaiki
amnesi korsakoff. Jika pemakaian alkohol dihentikan atau penyakit yang
mendasarinya diobati, kadang kelainan ini menghilang dengan sendirinya.

3. Amnesia Lakunar, yakni amnesia tidak bisa mengingat satu kejadian.

4. Amnesia emosional, yakni hilangnya ingatan karena trauma psikologis,


biasanya bersifat sementara.

5. Transient global amnesia merupakan kehilangan sementara seluruh memori


namun secara khusus disertai anterograde amnesia dan juga retrograde
amnesia ringan. Ini sangat jarang terjadi dan umumnya terjadi pada orang usia
lanjut dengan penyakit vaskuler. Penyebab terjadinya amnesia bervariasi
mulai dari trauma psikologis sampai kerusakan otak karena. Kerusakan otak
bisa disebabkan oleh trauma/kecelakaan, tumor, stroke, maupun
pembengkakan otak

6. Amnesia Lakunar yang merupakan ketidakmampuan mengingat kejadian


tertentu.

7. Anterograde amnesia: kejadian baru dalam ingatan jangka pendek tidak


ditransfer ke ingatan jangka panjang yang permanen. Penderitanya tidak akan
bisa mengingat apapun yang terjadi setelah munculnya amnesia ini walaupun
baru berlalu sesaat.
8. Retrograde amnesia: ketidakmampuan memunculkan kembali ingatan masa
lalu yang lebih dari peristiwa lupa biasa.

Kedua kategori amnesia terakhir dapat muncul bersamaan pada pasien yang sama.
Contohnya seperti pada pengendara sepeda motor yang tidak mengingat akan pergi
kemana dia sebelum tabrakan (retrograde amnesia), juga melupakan tentang kejadian
di rumah sakit dua hari setelahnya (anterograde amnesia).

PROSES PEMBENTUKAN MEMORI

Proses pembentukan ingatan merupakan proses yang kompleks dan masih belum
banyak dimengerti. Ingatan atau memori merupakan hasil dari perubahan kimia atau
struktural pada penyaluran sinyal yang terjadi antar sel saraf satu dan lainnya. Adanya
perubahan tersebut mengakibatkan terbentuknya semacam jalur perambatan sinyal.
Jalur ini disebut dengan memory traces. Sinyal dapat berjalan sepanjang memory
traces tersebut menuju ke otak.

Pertama-tama, memori disimpan sebagai memori jangka pendek. Memori jangka


pendek adalah memori yang bertahan dalam hitungan detik sampai jam, seperti ketika
kita mengingat nomor telepon. Memori jangka panjang bisa bertahan dalam hitungan
hari, tahun, bahkan seumur hidup.

Proses perubahan memori jangka pendek dan jangka panjang disebut proses
konsolidasi. Pada proses tersebut, memori jangka pendek mengalami perangsangan
berulang-ulang sehingga terjadi perubahan yang lebih permanen pada sel saraf.
Proses tersebut diduga terjadi pada bagian temporal otak yang disebut hipokampus.
Amnesia retrograde biasanya terjadi setelah insiden yang mengganggu aktivitas listrik
otak, misalnya karena stroke atau benturan pada kepala. Pada saat itu, memori jangka
pendek terganggu sehingga orang tersebut tidak dapat mengingat kejadian beberapa
jam sebelum insiden tersebut. Trauma yang lebih parah dapat pula mengganggu
memori jangka panjang.

Pada amnesia anterograde, yang terjadi adalah ketidakmampuan menyimpan memori


pada penyimpanan jangka panjang untuk kemudian dikeluarkan kembali. Biasanya
amnesia ini terkait dengan kerusakan pada bagian temporal otak yang bertanggung
jawab untuk konsolidasi. Orang yang menderita amnesia tipe ini dapat mengingat apa
yang mereka pelajari sebelum terjadinya amnesia, tapi mereka tidak dapat
menyimpan memori baru yang permanen. Di samping itu, pada kasus-kasus amnesia,
memori yang menyangkut kemampuan-kemampuan yang dipelajari seperti
kemampuan bahasa, berolahraga, berhitung, termasuk identitas diri tidak akan hilang
kecuali pada kasus transient global amnesia yang jarang sekali terjadi. Jadi, jangan
mudah percaya jika pada film yang Anda tonton sang tokoh mengalami amnesia
sampai lupa identitas dirinya.

Orang-orang yang menderita amnesia biasanya akan pulih seiring berjalannya waktu.
Selama proses pemulihan, mereka biasanya mengingat memori yang sudah lebih lama
disimpan, lalu baru mengingat memori yang lebih baru terjadi, sampai seluruh
memori yang hilang pulih. Akan tetapi, memori yang terjadi sekitar waktu terjadinya
amnesia terkadang tidak pernah pulih. Untuk mempercepat pemulihan amnesia,
biasanya diberikan terapi atau obat-obatan yang meningkatkan fungsi otak. Di luar
terapi dan obat-obatan, cara yang paling ampuh adalah menyediakan kondisi yang
memberi rasa aman bagi penderita.

POST TRAUMA AMNESIA


Definisi dan Deskripsi

Post traumatic amnesia didefinisikan pertama kali oleh Russell dan Smith sebagai
periode setelah trauma kapitis dimana informasi tentang kejadian yang
berlangsung tidak tersimpan Russel dan Smith kemudian memperhalus konsep
PTA untuk memfokuskan pada gangguan penyimpanan informasi kejadian yang
berlangsung.

Dalam istilah neuropsikologi kognitif, PTA adalah suatu gangguan pada memori
episodik yang digambarkan sebagai ketidakmampuan pasien untuk menyimpan
informasi kejadian yang terjadi dalam konteks temporospatial yang spesifik. Akan
tetapi, fase penyembuhan dini setelah gangguan kesadaran juga dikarakteristikkan
oleh gangguan atensi dan perubahan behavioral yang bervariasi dari mulai
letargi sampai dengan agitasi.

Posttraumatic Amnesia adalah suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan


oleh disorientasi, gangguan atensi, kegagalan memori kejadian dari hari ke
hari, ilusi, dan salah dalam mengenali keluarga, teman dan staf medis.

Patofisiologi

Dasar patologi dari PTA masih tidak jelas, meskipun korelasinya terhadap MRI
terlihat mengindikasikan sesuatu yang berasal dari hemisfer dibanding dengan
diencephalic. Memori dan new learning dipercaya melibatkan korteks serebral,
proyeksi subkortikal, hippocampal formation (gyrus dentatus, hipokampus, gyrus
parahippocampal), dan diensefalon, terutama bagian medial dari dorsomedial dan
adjacent midline nuclei of thalamus. Sebagai tambahan, lesi pada lobus frontalis
juga dapat menyebabkan perubahan pada behavior, termasuk iritabilitas,
aggresiveness, dan hilangnya inhibisi dan judgment. Sekarang ini, telah didapati
bukti adanya keterlibatan lobus frontalis kanan pada atensi.

Trauma kapitis dapat bersifat primer maupun sekunder. Cedera primer


dihasilkan oleh tekanan akselerasi dan deselerasi yang merusak kandungan
intrakranial oleh karena pergerakan yang tidak seimbang dari tengkorak dan otak.
Akan tetapi, faktor yang paling penting pada cedera otak traumatik adalah shearing
yang berupa tekanan rotasi yang cepat dan berulang terhadap otak segera
setelah trauma kapitis. Concussion mengakibatkan tekanan shearing yang
singkat dan penyembuhan
komplet. Jika tekanan shearing lebih banyak dan berulang, kerusakan akson
pun menjadi lebih banyak, durasi hilangnya kesadaran lebih panjang dan
penyembuhan melambat. Dalam praktek, gambaran klinisnya adalah koma yang
diikuti dengan PTA. Oleh karena itu tingkat keparahan trauma kapitis tertutup dapat
dinilai dengan durasi koma dan PTA.

Sedangkan suatu contusion adalah suatu trauma yang lebih luas terhadap otak
dimana robekan jaringan yang memperlihatkan tekanan shearing dengan
gangguan akson yang disebabkan oleh axonal shearing dan injury terhadap otak
dengan dampak ke permukaan tulang : bagian medial, ujung dan dasar lobus
frontalis dan bagian anterior dari lobus temporalis paling sering terlibat. Area yang
rusak adalah berbentuk kerucut dengan dasar pada permukaan otak, terutama
mengenai lapisan pertama dari
korteks.

Klasifikasi

Posttraumatic amnesia dapat dibagi dalam 2 tipe. Tipe yang pertama


adalah retrograde, yang didefinisikan oleh Cartlidge dan Shaw, sebagai hilangnya
kemampuan secara total atau parsial untuk mengingat kejadian yang telah terjadi
dalam jangka waktu sesaat sebelum trauma kapitis. Lamanya amnesia retrograde
biasanya akan menurun secara progresif.

Tipe yang kedua dari PTA adalah amnesia anterograde, suatu defisit dalam
membentuk memori baru setelah kecelakaan, yang menyebabkan penurunan
atensi dan persepsi yang tidak akurat. Memori anterograde merupakan fungsi
terakhir yang paling sering kembali setelah sembuh dari hilangnya kesadaran

Untuk menilai apakah seseorang mengalami amnesia post trauma bisa dilakukan tes
objektif kepada pasien. Tes yang biasa digunakan adalah Tes Orientasi dan Amnesia
Galvelston (TOAG) dan ada pula tes lain seperti RNS.

Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)

Di antara beberapa penilaian PTA yang tersedia sekarang, TOAG adalah yang
paling banyak digunakan . Penilaian ini pendek dan mudah digunakan.
Penilaiannya terdiri dari sejumlah poin yang ditambahkan ketika menjawab dengan
benar atau jumlah kesalahan.

Skor yang mendekati angka 100 , berarti fungsi masih terjaga. Tes ini
dapat diberikan beberapa kali dalam sehari, meskipun pada hari yang
berturut-turut. Sehingga dapat dibuat grafik untuk menggambarkan perjalanan
kapasitas dari mulai waktu tertentu sampai orientasi total tercapai. Pengarang
dari test ini percaya bahwa tes ini sesuai bagi seorang pasien untuk memulai
pemeriksaan kognitif ketika skor 75 atau lebih dicapai pada tes ini yang
mengindikasikan pasien tidak konfusion dan disorientasi lagi. Akan tetapi validitas
dan reabilitas TOAG dan statusnya sebagai "gold standard" dalam penilaian
PTA masih suatu subjek yang diperdebatkan.

Neurobehavioral Rating Scale (NRS)

Neurobehavioral Rating Scale pada awalnya dikembangkan untuk memeriksa


perubahan behavior akibat trauma. Berdasarkan "suatu wawancara yang
berstruktur" yang menitikberatkan pada laporan pasien sendiri terhadap simtom
dan gejala, self-appraisal, planning, dan beberapa aspek tertentu dari fungsi
kognitif, meliputi orientasi, memori, reasoning, dan atensi, pemeriksa
mengevaluasi respon spesifik dan penggabungan dengan observasi behavioral
untuk menentukan level
tiap-tiap 27 subskala, dengan memilih 1 dari 7 tingkatan, berkisar dari 1 = tidak
ada sampai dengan 7 = sangat berat. Total skor dari NRS merupakan penjumlahan
dari skor 27 subskala

Suatu studi telah menguji reability dan validity dari NRS, baik pada awal maupun
tahap lanjut dari trauma kapitis terhadap 101 penderita dengan trauma kapitis
tertutup. Neurobehavioral Rating Scale telah memperlihatkan interrater
reliability yang memuaskan pada studi ini.

Pemeriksaan NRS memiliki korelasi baik terhadap tingkat keparahan trauma


maupun tingkat kronisitas dari trauma kapitis. Peneliti menyebutkan
sampai saat ini hanya NRS yang telah divalidasi untuk pemeriksaan
neurobehavior pada penderita trauma kapitis tertutup.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M., Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, NEUROLOGI
KLINIS DASAR, ed. 9, Jakarta: Dian Rakyat, 2003:249-260.
2. http://www.emedicine.com/neuro.htm

3. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_GangguanBahasaPersepsidanMemor
i.pdf/03_GangguanBahasaPersepsidanMemori.html
4. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi45.pdf

You might also like