Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Kruk adalah alat yang terbuat dari logam atau kayu dan digunakan permanen
untuk meningkatkan mobilisasi serta untuk menopang tubuh dalam
keseimbangan pasien. Misalnya: Conventional, Adjustable dan lofstrand
b. Canes (tongkat) yaitu alat yang terbuat dari kayu atau logam setinggi pinggang
yang digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu dan sehat. Meliputi
tongkat berkaki panjang lurus (single stight-legged) dan tongkat berkaki segi
empat (quad cane).
c. Walkers yaitu alat yang terbuat dari logam mempunyai empat penyangga yang
kokoh digunakan pada pasien yang mengalami kelemahan umum, lengan yang
kuat dan mampu menopang tubuh.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Ambulasi
a. Kesehatan Umum
Penyakit, kelemahan, penurunan aktivitas, kurangnya latihan fisik dan
lelah kronik menimbulkan efek yang tidak nyaman pada fungsi musculoskeletal.
b. Tingkat Kesadaran
Pasien dengan kondisi disorienrtasi, bingung atau mengalami perubahan
tingkat kesadaran tidak mampu melakukan ambulasi dini pasca operasi.
c. Nutrisi
Pasien yang kurang nutrisi sering mengalami atropi otot, penurunan
jaringan subkutan yang serius, dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pasien juga akan mengalami defisisensi protein, keseimbangan nitrogen dan
tidak ada kuatnya asupan vitamin C.
d. Emosi
Perasaan nyaman, kebahagiaan, kepercayaan dan penghargaan pada diri
sendiri akan mempengaruhi pasien untuk melaksanakan prosedur ambulasi.
e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan menyebabkan perubahan pada kemampuan intelektual,
mengarahkan pada ketrampilan yang lebih baik dalam mengevaluasi informasi.
Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengatur
kesehatan mereka, untuk mematuhi saran-saran kesehatan.
6
f. Pengetahuan
Hasil penelitian mengatakan bahwa perilaku yang di dasari oleh
pengetahuan akan bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh
pengetahuan.(Kozier, 2010)
4. Konsep Dasar Mobilisasi
Definisi Mobilisasi
1) Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan
bebas (Kosier, 2010)
2) Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan
perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah
sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Asmadi, 2008)
Definisi Imobilisasi
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu
yangmengalami atau beresiko mengalami keterbatsan gerakan fisik. Individu yang
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia,
individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau
lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik
(kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda),
penggunaan alat eksternal (seperti gipsatau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer
(Potter, 2005).
Tujuan Mobilisasi
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
b. Mencegah terjadinya trauma
c. Mempertahankan derajat kesehatan
d. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
7
kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi
dua jenis, yaitu:
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
trauma reversibel pada system musculoskeletal, contohnya adalah adanya
dislokasi sendi dan tulang
b) Mobilitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya system
saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf
motorik dan sensorik. (Potter, 2010)
b. Jenis Imobilitas
1) Imobilisasi fisik
Imobilisasi fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan
2) Imobilisasi intelektual
Imobilisasi intelektual merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir
3) Imobilitas emosional
Imobilitas emosional merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri
4) Imobilitas sosial
Imobilitas sosial merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya, sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial. (Potter, 2010)
5. Etiologi Imobilisasi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada
9
demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan
imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
(Kozier, 2010).
Penyebab secara umum:
Kelainan postur
Gangguan perkembangan otot
Kerusakan system saraf pusat
Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
Kekakuan otot
6. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai
sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan
atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan
kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.
Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau
penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian
dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot
skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus
otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan
mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
10
perifer
Mempalpasi perifer Kelemahan denyut nadi perifer
Mengukur lingkar otot betis Edema
Mengamati otot betis apakah ada Tromboflebitis
kemerahan, nyeri tekan, dan
pembengkakan
Sistem Pernafasan
Mengamati pergerakan dada Pergerakan dada asimetris, dispnea
Mengauskultasi dada Penurunan bunyi napas, ronki basah,
mengi, dan peningkatan frekuensi
pernapasan
Sistem Metabolisme
Mengukur tinggi dan berat badan Penurunan berat badan akibat atrofi
otot dan kehilangan lemak subkutan
Mempalpasi kulit Edema umum akibat penurunan
kadar protein darah
Sistem Perkemihan
Mengukur asupan dan haluaran cairan Dehidrasi
Menginspeksi urine
Urine pekat, keruh; berat jenis urine
Mempalpasi kandung kemih tinggi
Distensi kandung kemih akibat
retensi urine
Sistem Pencernaan
Mengamati feses Feses kering, kecil, keras
Mengauskultasi bising usus
16
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
KATZ INDEX
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA pemantauan, perintah Dengan pemantauan, perintah,
ataupun didampingi pendampingan personal atau
perawatan total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi sendiri tanpa Mandi dengan bantuan lebih dari
bantuan, atau hanya memerlukan satu bagian tuguh, masuk dan keluar
bantuan pada bagian tubuh tertentu kamar mandi. Dimandikan dengan
(punggung, genital, atau ekstermitas bantuan total
lumpuh)
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap mandiri. Bisa Membutuhkan bantuan dalam
jadi membutuhkan bantuan unutk berpakaian, atau dipakaikan baju
memakai sepatu secara keseluruhan
TOILETING (1 poin) (0 poin)
20
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang; <2 = Ganggaun fungsi berat; 0 = Rendah (Sangat tergantung)
Skor BAI :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan ringan
9 - 11 : Ketergantungan sedang
5 - 8 : Ketergantungan berat
0 - 4 : Ketergantungan total
22
Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
2) CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3) MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer
untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang. dll.
4) Pemeriksaan Laboratorium:Hb pada trauma, Ca pada imobilisasi lama, Alkali
Fospat , kreatinin dan SGOT pada kerusakan otot. (Potter, 2010)
2. Diagnosis Keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang muncul pada gangguan pemenuhan kebutuhan
ambulasi dan mobilisasi yaitu:
a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan sensori persepsi
b. Nyeri akut yang berhubungan dengan cedera fisik
c. Kerusakan intergritas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi fisik
d. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan umum
e. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan ganggaun muskuloskeletal
f. Konstipasi yang berhubungan dengan: penurunan aktivitas, penurunan
motilitas kolon sekunder akibat peningkatan produksi adrenalin
g. Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan: Pribadi yang rentan dalam
krisis situasi, ketidakmampuan untuk melaksanakan fungsi peran yang biasa
dilakukan, ketergantungan pada orang lain, harga diri rendah (kronik,
situasional)
h. Risiko disuse syndrome yang berhubungan dengan paralisis, imobilisasi
mekanis, anjuran imobilisasi, nyeri hebat, dan perubahan tingakt kesadaran
23
atau mengembalikan
fleksibiltas sendi.
Terapi Latihan Fisik:
Pengendalian Otot:
Menggunakan aktivitas
tertentu atau protokol
latihan yang sesuai untuk
meningkatkan atau
mengembalikan gerakan
tubuh yang terkendali.
Pengaturan Posisi:
Mengatur posisi pasien
atau bagian tubuh pasien
secara hati-hati untuk
meningkatkan
kesejahteraan fisiologis
dan psikologis.
Pengaturan Posisi:
Kursi Roda: Mengatur
posisi pasien dengan
benar di kursi roda
pilihan untuk mencapai
rasa nyaman,
meningkatkan integritas
kulit, dan menumbuhkan
kemandirian pasien.
Bantuan Perawatan
Diri:Berpindah:
Membantu individu
26
Manajemen Area
Penekanan:
Meminimalkan
penekanan pada bagian
tubuh
Perawatan Ulkus
Dekubitus:
Memfasilitasi
penyembuhan ulkus
dekubitus
Manajemen Pruritus:
Mencegah dan
mengobati gatal
Surveilans Kulit:
Mengumpulkan dan
menganalisis data pasien
untuk mempertahankan
integritas kulit dan
membaran mukosa
Perawatan Luka:
Mencegah komplikasi
luka dan meningkatkan
penyembuhan luka.
4 Intoleran Aktivitas yang Tujuan/kriteria evaluasi Terapi Aktivitas:
berhubungan dengan Mengidentifikasi aktivitas Memberi anjuran tentang
kelemahan umum atau situasi yang dan bantuan dalam
menimbulkan kecemasan aktivitas fisik, kognitif,
yang dapat mengakibatkan sosial, dan spritual yang
intoleran aktivitas spesifik untuk
29
Bantuan Perawatan
Diri: Membantu individu
untuk melakukan AKS
Bantuan Perawatan
diri: AKSI: Membantu
dan mengarahkan
individu untuk
melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari
instrumental (AKSI)
yang diperlukan untuk
berfungsi di rumah atau
di komunita.
5 Defisit Perawatan Diri Tujuan/kriteria evaluasi Mandi: Membersihkan
yang berhubungan Menerima bantuan atau tubuh yang berguna
dengan ganggaun perawatan total dari untuk relaksasi,
muskuloskeletal pemberi asuhan, jika kebersihan dan
diperlukan penyembuhan
Mengungkapkan secara Pemeliharaan
verbal kepuasan tentang Kesehatan Mulut:
kebersihan tubuh dan Pemeliharaan dan
higiene oral promosi hgiene oral dan
Mempertahankan kesehatan gigi untuk
mobilitas yang diperlukan pasien yang berisiko
untuk ke kamar mandi dan mengalami lesi mulut
menyediakan dan gigi
perlengkapan mandi Perawatan Ostomi:
Pemeliharaan eliminasi
melalui stoma dan
32
4. Implementasi
a. Terapi
1) Penatalaksanaan Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga,
dan pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional,
dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan
dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta
penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentkan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
33
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.. Tindakan ini
bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari
tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
c) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih
kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
meningkatkan fungsi kardiovaskular.
d) Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan
otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan
isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM)
secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan
dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
e) Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan
untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
tidak hanya menulis data pada format yang tersedia. Dokumentasi keperawatan
menitikberatkan pada proses dan hasil pencatatan (Potter & Perry, 2006). Hal
tersebut berarti bahwa mulai dari proses mencatat sampai mempertahankan
kualitas catatan harus diperhatikan, karena dokumen keperawatan memegang
perannan yang sangat penting.
Selama fase implementasi, perawat mendokumentasikan tindakan
keperawatan seperti: pemberian obat, perawatan luka, pengaturan posisi, infus IV,
kateterisasi urine, dll. (Iyer, 2004)
37
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat sering kali mendefinisikan kesehatan dan kebugaran fisik mereka
berdasarkan aktivitas mereka karena kesejahteraan mental dan efektivitas fungsi
tubuh sangat bergantung pada status mobilitas mereka. Misalnya, saat seseorang
berdiri tegak, paru lebih muda untuk mengembang, aktivitas usus (peristaltik)
menjadi lebih efektif, dan ginjal mampu mengosongkan kemih secara komplet.
Selain itu, pergerakan sangat penting agar tulang dan otot befungsi sebagaimana
mestinya.
Mobilitas, kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah , berirama, dan
terarah di lingkungan adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan. Individu
harus bergerak untuk melindungi diri dari trauma dan untuk memenuhi kebutuhan
dasar mereka. Mobilitas amat penting bagi kemandirian individu yang tidak mampu
bergerak secara total sama rentan dan bergantungnya dengan seorang bayi.
Kemampuan untuk bergerak juga mempengaruhi harga diri dan citra tubuh.
Bagi sebagian besar orang, harga diri bergantung pada rasa kemandirian atau
perasaan berguna atau merasa dibutuhkan. Orang yang mengalami gangguan
mobilitas dapat merasa tidak berdaya dan membebani orang lain. Citra tubuh dapat
terganggu akibat paralisis, amputasi, atau kerusakan motorik lain. Reaksi orang lain
terhadap gangguan mobilitas dapat juga mengubah atau mengganggu harga diri dan
citra tubuh secara bermakna. Ambulais adalah salah satu cara untuk mencegah
terjadinya gangguan mobilitas karena dengan ambulasi dapat memperbaiki
sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi
38
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawaran. Edisi 4. Jakarta: EGC
Potter& Perry. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: EGC
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.
Iyer, P.W, Camp, N.H. 2004. Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
TEKNIK AMBULASI
A. TEKNIK AMBULASI
1. Teknik Mengangkat
Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot
lumbar termasuk otot di sekitar vertebra lumbar (Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area
ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk ke depan, ke belakang, ke samping. Selain
itu kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah menurun. Perawat beresiko
mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi
39
a. Posisi beban.
Beban yang akan di angkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada
keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek
berada dalam potongan sama (Stamps,1989)
b. Tinggi objek.
Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertical adalah sedikit di atas jari tengah seseorang
dengan lengan tergantung di samping (Owen & Garg, 1991)
c. Posisi tubuh.
ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka
petunjuk umum berikut mampu di pakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan
dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multiple bekerja sama dengan cara
yang sinkron.
d. Berat maksimum.
Setiap perawat harus mengetahui berat maksimun yang aman untuk diangkat-aman bagi
perawat dan pasien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih
dari 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1
kg tidak mencoba mengangkat pasien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. meskipun
nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan beresiko pasien
jatuh yang menyebabkan cedera punggung perawat.
40
Langkah Rasional
a. Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi tubuh, dan Menentukan apakah anda dapat melakukannya
berat maksimum. sendiri atau membutuhkan bantuan (Stamps,
1989).
4) Pertahankan kesejajaran yang tepat pada kepala 4) Mengurangi resiko cedera vertebar lumbar dan
dan leher dengan vertebrae, jaga tubuh tetap tegak. kelompok otot (Owen dan Garg,1991).
3) Pindahkan berat objek dari tempat tidur dengan3) Mengurangi bahaya jatuh dengan memindahkan
cepat pada lengan dan di atas dasar dukungan. objek yang di angkat dengan pusat gravitasi di atas
dasar dukungan
Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resiko karena lebih sulit
mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada di atas kepala,
orang sering berdiri berjinjit dengan kakinya bersamaan sehingga menurunkan dasar
topangan, menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
Pasien yang mengalami gangguan fungsi system skeletal, saraf atau otot dan peningkatan
kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh
kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Banyak alat
bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh pasien yang baik
selama diposisikan.
a. Bantal siap dipakai di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika
pasien di rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus
menentukan apakah ukurannya tepat. Bantal tebal di bawah kepala pasien meningkatkan
fleksi servikal. Bantal tipis di bawah bagian tubuh yang menonjol tidak adekuat melindungi
kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan. Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai
atau ukurannya tidak tepat perawat dapat melipat seprai, selimut atau handuk sebagai ganti
bantal.
b. Papan kaki (footboard) diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh
permukaan bawah kaki pasien. Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan kaki
dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkan di atas tempat tidur, perawat perlu
menentukan apakah penempatannya benar, dengan kaki pasien berada di papan dengan
pas. Posey footguard merupakan alat bantu yang menggunakan struktur busa untuk
mempertahankan posisi kaki pasien dorsifleksi. Cara lain yang umum adalah menggunakan
teknik high-top tennis shoes.
42
c. Trochanter roll, Mencegah rotasi luar pada tungkai ketika pasien berada posisi supine. Untuk
membentuk trochanter roll, selimut mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan
melebar dari tronchanter femur terbesar sampai batas bawah popliteal. Selimut diletakkan di
bawah bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jarum jam sampai paha berada
posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tepat tercapai, maka patella
langsung menghadap ke atas.
d. Bantal pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat membentuk
sesuai bentuk tubuh. Sandbag dapat digunakan ditempatnya atau sebagai tambahan untuk
trochanter roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstermitas atau mempertahankan
kesejajaran tubuh.
e. Gulungan tangan (hand rolls). Mempertahankan ibu jari sedikit adduksi dan berada
berlawanan dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam
posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand rolls untuk meyakinkan bahwa tangan benar-
benar berada dalam fungsi fungsional.
43
f. Pembebat pergelangan tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi pasien
untuk mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan
tangan (sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh pasien dimana pembebat
tersebuat dibuat untuknya
g. Trapeze bar adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas
kepala yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan pasien menarik dengan
ekstremitas atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan
dari tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan dengan lengan atas.
44
h. Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk imobilisasi, terutama pada pasien bingung
atau disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey. Ketika
memakaikan jaket pada pasien, perawat menyusun satu sisi di atas sisi lain menyilang di
punggung pasien. tali diletakkan di bawah ikatan jaket dan diikatkan ke pinggir tempat tidur,
kursi, atau kursi roda.
i. Papan tempat tidur adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras.
Papan ini berguna untusk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggung, khususnya
matras lunak.
j. Pagar tempat tidur, pegangan di letakkan sepanjang tempat tidur, memungkinkan klien
aman.
3. Teknik memindahkan
Perawat biasa memberi perawatan pada pasien imobilisasi yang harus diubah posisi,
dipindahkan dari tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke
45
a. Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk
mencegah pasien jatuh dari tempat tidur.
c. Kaji mobilisasi dan kekuatan pasien untuk menentukan bantuan pasien yang dapat digunakan
saat memindahkan.
f. Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Pasien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengangkat dari tempat
tidur, menggerakkan ke posisi miring, atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda
dan sehat membutuhkan sedikit dukungan untuk duduk pertama kali di sisi tempat tidur
setelah melahirkan, sedangkan laki tua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih
perawat untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendiktomi.
Untuk menentukan apakah pasien mampu melakukan sendiri dan berapa banyak orang
yang dibutuhkan untuk membantu dan mengangkat pasien di atas tempat tidur, perawat
mengkaji pasien untuk menentukan apakah penyakit pasien ada kontraindikasi dalam
pengerahan tenaga (seperti kardiovaskular). Kemudian, perawat menentukan apakah pasien
memahami apa yang di harapkan. Contohnya, pasien yang baru saja mendapatkan
pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi, sehingga untuk
menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan pasien.
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan bantuan
pasien dan tidak dilakukan pada pasien yang tidak dapat membantu. Perawat menjelaskan
prosedur pada pasien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan
memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung
kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat
berputar dengan pasien dan memindahkan berat badan pasien dengan cepat. Pemindahan
yang aman adalah prioritas utama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun
kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan
menjuntaikan kakinya di sisi tempat tidur sebentar sebelum berdiri. Kemudian klien harus
berdiri di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan cepat
menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan.
Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus
menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerja sama diperoleh
sebanyak mungkin dari klien.
Pasien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat
tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Teknik ini bagus dilakukan jika orang-orang
yang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka
mengangkat sebagai satu tim. Cara lain memindahkan pasien adalah dengan menggunakan
kain pengangkat yang ditempatkan di bawah pasien. kain pengangkat berguna sebagai
ayunan ketika pasien dipindahkan ke brankar. Pada teknik ini, perawat perlu berada di sisi
berlawanan dari tempat tidur dan berpegang pada kain pengangkat ketika memindahkan
pasien ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga pasien
dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat.
Hati-hati saat menggunakannya pada klien yang mengalami trauma medula spinalis.
Jika klien harus dipindahkan maka papan pemindah harus ditempatkan dibawah klien untuk
mempertahankan kesejajaran spinal sebelum memindahkan ke brankar. Klien harus
dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan. Contoh, dengan
47
melipat lengan di atas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang tidak
dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus ditempatkan sudut kanan
tempat tidur sehingga pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan klien
dengan cepat.
REFERENSI :
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner&
Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.