You are on page 1of 3

Awal Mula Lagu Bura Sendana

Tersebutlah Arayang atau kerajaan dari Pamboang yang rakyatnya hidup damai di bawah
pimpinan Maradia yang arif dan bijaksana. Maradia ini mempunyai dua anak. Putra pertama
terbilang gagah namun sejak kecil ia terjangkit penyakit kulit yang aneh dan tak bisa disembuhkan
oleh para dukun, hingga ia dewasa dan putra kedua Maradia selain gagah pemberani juga memiliki
sifat kemuliaan.
Ia begitu sayang kepada kakaknya, jika kakaknya merasa tersisi karena penyakitnya, sang
adik yang datang menghiburnya, menguatkan kakaknya. Kedua putra maradia ini memiliki
kesamaan kegemaran, yaitu sama-sama suka memancing ikan. Hampir setiap hari mereka pergi
memancing di laut. Maradia merasa kesepian karena putra-putranya sibuk dengan dunianya.
Maka pada malam hari maradia mengingatkan putra-putranya untuk tidak kemana-mana
besok pagi karena akan ada pesta di istana.
Keesokan harinya sang adik bangun mendahului kakaknya yang masih mendengkur di
ranjangnya. Lalu sang adik membangunkannya.
Kakak, bangun kak. Hari sudah pagi, ayo segera mandi kita ke pesta bersama! Kata adiknya
dan sang kakak pun segera terbangun.
Tapi adikku apa pesta itu akan ramai? Aku malu untuk hadir di pesta. Bagaimana kalau
orang-orang yang hadir menertawai aku karena penyakit kulitku ini. Dengan sedih sang kakak
menolak untuk ke pesta.
Siapa yang akan menertawai putra maradia kak. Ayolah kak, kenapa kakak jadi cengeng
begini? Kalau kakak tak mau hadir adikmu juga tidak akan hadir. Lanjut sang adik. Karena tak
mau mengecewakan adiknya sang kakakpun bersiap untuk ke pesta.
Singkat cerita.
Maka para putra raja pun akhirnya hadir dalam pesta, dimana dalam pesta itu juga dihadiri
para pembesar kerajaan yang juga diundang Maradia. Dalam pesta itu banyak makanan yang lezat-
lezat yang disediakan untuk jamuan para tamu. Dengan berbisik-bisik sang adik mengusik
kakaknya yang sedang menunduk seolah ingin sembunyi dari keramaian pesta.
Kak..kakak.. bisik sang adik
Ada apa, dik? Sang kakak menjawab dengan berbisik pula
Coba lihat siapa gadis itu yang disamping ayahanda, begitu rupawan. Sang adik terkesima
dengan kehadiran gadis jelita dalam pesta yang baru kali ini dilihatnya.
Lalu sang kakakpun menoleh dimana tepatnya gadis yang dimaksud adiknya. Setelah sang
kakak melihat matanya jadi berbinar. Sang kakak sangat kagum dengan kecantikan gadis itu.
Hari ini saya sengaja kumpulkan para kerabat untuk menyampaikan kabar gembira, bahwa
sebentar lagi saya akan menjodohkan salah satu putraku denga putri cantik nan jelita ini, yang akan
melanjutkan keturunanku. Kata maradia, yang membuat putra-putranya menjadi pusat perhatian
para tamu, dan mereka menundukkan kepala.
Alangkah terkejut sang kakak saat mendengar keputusan mara'dia bahwa yang menjadi
pendamping hidup sang putri adalah adiknya. Hancur perasaan sang kakak mendengar keputusan
yang dianggapnya tidak adil.
Setelah pesta usai sang kakakpun menemui maradia dengan penuh kekecewaan tanpa
sepengetahuan sang adik. Puang.. Saya tidak menyesal, orang-orang mengucilkan aku karena
penyakit kulitku ini, tapi yang aku sesali bahwa puang juga tidak bisa menerima aku sebagai anak
yang punya penyakit. Puang tahu bahwa akupun ingin mempunyai keturunan. Puang tahu bahwa
aku ingin mempunyai istri, tapi apa dayaku Puang.. Tidak akan ada wanita di dunia ini yang mau
menerima lelaki yang penuh cacar di tubuhnya. Sang kakak masih mau melanjutkan perkataannya
tetapi Maradia memotongnya.
Cukup anakku, cukup! Aku sama menyayangi kalian, bukankah Puangmu sudah berjanji
untuk menyembuhkanmu? Puangmu tak pernah malu mengakuimu sebagai anakku, hanya karena
penyakitmu. Perjodohan kemarin bukan semata keputusanku. Maradia mendekati putranya.
Puang bohong! Puang memang tidak pernah mau punya anak sepertiku yang penyakitan.
Usai berkata begitu, sang kakakpun meninggalkan Maradia.
Sang kakak sejak saat itu semakin kehilangan akal sehat, Ia selalu mencari cara untuk dapat
menyingkirkan adiknya sendiri dan sang putri menjadi miliknya. Malam itu sang kakak hendak
mencari cara untuk menyingkirkan sang adik. Ia ingin tenangkan dulu pikirannya dengan
menghibur diri dengan memancing. Sang kakak mengingat bahwa adiknya juga suka memancing,
maka sang kakak dapat cara untuk menyingkirkannya.
Maka sang kakakpun mengajak adiknya untuk ikut memancing. Setelah dibujuk sedemikian
rupa akhirnya sang adikpun ikut dengan kakaknya memancing di lautan. Merekapun mendayung
sampannya, hingga ke tengah lautan.
Merekapun membuang umpan ke laut, tak berselang lama ikan-ikan cukup banyak didapat,
hingga sang adik merasa bahwa sudah cukup tangkapan hari ini, sang adik sudah merasa lelah.
Kak, mari kita pulang,Ini sudah banyak kita dapat ikannya Pinta sang adik.
Sebentar lagi adikku. Ini kesempatan yang baik untuk memancing, ikan mau makan umpan
kita, kalau adik mengantuk, tidurlah dulu, nanti aku bangunkan kalau sudah mau pulang Kata sang
kakak kepada adiknya.
Hingga sang adikpun menuruti kakaknya untuk tidur. Setelah tahu adiknya benar-benar
tertidur pulas, akhirnya sang kakakpun melaksanakan rencana jahatnya. Sang kakak mengambil
tali yang ada di perahu dan mengikat kaki dan tangan adiknya, lalu ia menarik batu labuh, kemudian
dilemparkannya adiknya ke laut. Di dalam laut adiknya berteriak-teriak minta tolong dan batu
labuh menenggelamkan adiknya.
Setelah melakukan kejahatannya, sang kakak menangis di sampannya.
Maafkan aku adikku, aku sudah tak sanggup lagi menahan cemburuku. Maafkan aku adikku,
ini kulakukan untuk menjaga harga diriku sebagai kakakmu. Semoga kau memaafkan perbuatan
kakakmu ini. Sang kakak terus menangis.
Singkat cerita,
Setelah tiba di Arayang sang kakak langsung menghadap ke Maradia, mengabarkan bahwa
adiknya tiba-tiba hilang di sampan saat pergi memancing. Ia pun tak tahu kemana adiknya karena
waktu itu ia tertidur. Saat terbangun, adiknya sudah tidak ada.
Alangkah sedih hati Maradia mendengar berita itu dari putra sulungnya. Dikerahkanlah
pasukannya untuk mencari ke laut anak bungsunya yang hilang.
Selama lima hari pencarian tak juga membuahkan hasil. Maka Maradia memanggil putra
sulungnya untuk menggantikan adiknya menikahi putri. Begitu bahagia si Putra sulung yang
mendapat restu dari Puangnya untk menikah dengan tambatan hatinya.
Singkat cerita, Hari pernikahan pun tiba. Para pemangku adat, para penghulu dan kedua
mempelai telah hadir serta para undangan pun ikut bahagia di hari itu. Sang putra sulung tak lagi
minder dengan penyakitnya, Ia begitu percaya diri di tengah keramaian, disambut sebagai
pengantin. Tetapi baru saja akan disahkan untuk menikah, tiba-tiba didepan pintu Arayang muncul
lelaki tampan yang tak lain adalah putra bungsu.
Putra bungsu langsung menghentikan jalannya ritual pernikahan dan menceritakan semua
atas apa yang telah terjadi padanya. Ia menjelaskan bahwa itu semua adalah perbuatan kakaknya
sendiri. Untung saja ia diselamatkan oleh ikan paus di lautan dan membawanya ke tepi pantai.
Mendengar pengakuan putra bungsu. Maradia begitu garang, anak sulungnya tega berbuat jahat
pada adiknya sendiri.
Pesta pun bubar, dengan penuh rasa malu, putra sulung pamit untuk meninggalkan Arayang,
setelah mendapatkan maaf dari Maradia dan adik bungsunya. Setelah putra sulung meninggalkan
istana maka sang putri menikah dengan putra bungsu. Mereka hidup bahagia, tapi sang adik tetap
saja mengingat kakak satu-satunya, walaupun pernah berbuat jahat padanya.
Sang putra bungsu selalu terbayang masa kecil bersama kakaknya. Hingga di suatu waktu
sang putra bungsu mendengar kabar bahwa kakaknya ada di taah Kaili. Bertambah kerinduannya
pada sang kakak dan akhirnya menyanyikan lagu yang sekarang kita kenal Bura Sendana

You might also like