You are on page 1of 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembedahan pada Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) telah


banyak dan menjadi operasi yang sering dilakukan. Dimana angka
kejadian pembedahan THT yang banyak dilakukan adalah tonsilektomy
dan polipectomy. Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi
pengangkatan tonsil palatina. Ia merupakan prosedur yang paling sering
dilakukan terutama pada anak-anak. Pada dekade terakhir ini,
tonsilektomi tidak hanya dilakukan untuk tonsilitis berulang, namun juga
untuk berbagai kondisi yang lebih luas termasuk kesulitan makan, tounge
thrust, halitosis, mendengkur, dan gangguan bicara (Hermani B, 2004).
Jumlah operasi tonsilektomi di Amerika Serikat meningkat pada
tahun 1959 yaitu sebanyak 1.4 juta operasi, dengan majoritas dilakukan
pada anak-anak. Jumlah operasi mengalami penurunan ke 500,000 pada
tahun 1979 dan menurun lagi ke 380,000 pada tahun1996. Kira-kira
130.000 operasi tonsilektomi yang dilakukan pada tahun 1996 adalah
pada individu yang berusia 15 tahun ke atas (Bisno A, 2009).
Di Indonesia data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi
belum ada. Namun data yang didapatkan dari RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSUPN-CM) di Jakarta selama 5 tahun terakhir (1993-
2003) menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah operasi
tonsiloadenoidektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275
kasus) dan terus menurun sampai tahun 2003 (152 kasus) (Wanri A,
2007).
Saat ini walau jumlah operasi tonsilektomi telah mengalami
penurunan bermakna, namun masih menjadi operasi yang paling sering
dilakukan. Di Indonesia, pengeluaran pelayanan medik untuk prosedur
ini diperkirakan adalah setengah triliun dolar pertahun (Hermani B,
2004).
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun
terdapat perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi
tonsilektomi pada saat ini. Dulu tonsilektomi diindikasikan untuk terapi
tonsilitis kronik dan berulang. Saat ini, indikasi yang lebih utama adalah
obstruksi saluran napas dan hipertrofi tonsil. Indikasi tonsilektomi juga
berbeda menurut negara. Selain itu, indikasi tonsilektomi pada pasien
anak dan dewasa juga berbeda. Kontroversi seputar tonsilektomi telah
lama terjadi. Tonsilektomi sebagai tindakan operasi terbanyak dan biasa
dilakukan di bidang THT belum mempunyai keseragaman indikasi
(Amarudin T, 2007).
Polip hidung adalah peradangan kronis selaput lendir dan sinus
paranasal yangditandai dengan pembengkakan massa mukosa yang
meradang dengan tangkai dasar luas atausempit. Kebanyakan polip
berasal dari celah osteomeatal yang menyebabkan obstruksi hidung.
Polip sering tumbuh pada sinus ethmoidalis danmaxillaris.
Polipantrokoanaladalah jenis polip yang berasal dari mukosa dinding pos
terior di daerah antrum maksila, yang kemudian keluar dari ostium sinus
dan meluas hingga ke belakang di daerah koana posterior. Polip ini juga
dikenal sebagai Killians polyps Karena ia pertama kali ditemukan oleh
Killian pada tahun 1753. Polip antrochoanal (ACP) terdiri dari 2 kompon
en yaitu komponen kistik dan padat.Polip antrokoanal adalah suatu lesi
polipoid jinak yang berasal dari mukosa antrumsinus maksila yang
inflamasi dan udematous dapat meluas ke koana. Terbanyak berasal dari
mukosa dinding antrum bagian posterior. Etiopatogenesis dengan gejala
utama hidung tersumbat unilateral dan rinore.
Banyak teknik polipektomi polip antrokoanal yang telah terkenal
akan tetapi dengan efek samping dan rekusrensi yang tinggi. Penyebab
dan mekanisme yang mendasari polip masih tidak dipahami dengan baik,
namun peradangan kronis merupakan faktor utama seperti peningkatan
sel inflamasi sepertieosinofil. Polip sering dikaitkan dengan rinosinusitis
kronis dan alergi. Namun peran alergi pada polip masih kontroversial.
Sebuah studi 3000 pasien atopik menunjukkan prevalensi 0,5%,
sedangkan studi di 300 pasien alergi menunjukkan prevalensi sebesar
4,5%. Polip antrochoanal hanya mewakili sekitar 3-6% dari polip nasal.
Etiologi yang tepattidak diketahui, tetapi diduga infeksi mungkin
merupakan penyebab umum. Namun Cook et al menemukan kejadian
yang lebih tinggi 10,4%. Sinusitis kronik ditemukan pada sekitar 25%
dari pasien. Tidak seperti polip lainnya, polip antrochoanal lebih sering
terjadi pada pasien non atopic (4,7 %) dari pada pasien rinitis atopik (1,5
%). Polip ini sering pada anak-anak dan remaja tetapi dapat
bermanisfestasi pada usia lebih tua dan lebih banyak mengenai laki-laki
dibandingkan perempuan. Pada anak-anak insidensi polip ini mencapai
33%. Dalam sejumlah studi perspektif pada tahun 2002, diketahui bahwa
usia rata-rata terjadinya poli pantrokoanal ini adalah 27 dan 50 tahun.
Polip nasal merupakan salah satu penyakit yang cukup sering
ditemukan di bagian THT. Keluhan pasien yang datang dapat berupa
sumbatan pada hidung yang makin lama semakin berat. Kemudian pasien
juga mengeluhkan adanya gangguan penciuman dan sakitkepala. Untuk
mengetahui massa di rongga hidung merupakan polip atau bukan selain
perludikuasai anatomi hidung juga perlu dikuasai cara pemeriksaan yang
dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosa lain.
Di dalam makalah ini juga kami membahas tentang pembedahan
AV Shunt karena akhir-akhir ini penyakit degeneratif kronis sering
muncul sebagai penyebab berbagai kematian. Gagal ginjal merupakan
salah satu penyakit yang terjadi akibat komplikasi kronis seperti dibates
mellitus ( DM ), Hipertensi dan banyak lagi penyakit kronis lain. Gagal
ginjal yang terjadi akibat komplikasi tersebut biasanya bersifat ringan ,
sedang dan berat, sekarang ini Gagal Ginjal Terminal ( GGT ) atau End
Stage Renal Diseas ( ESRD ) ramai di bicarakan karena bukan hanya
menyangkut soal bagian kesehatan saja tetapi juga melibatkan lintas
bidang kesehatan karena biaya penatalaksanaan yang tidak murah.
Data yang didapat dari Indonesiaan Renal Registry jumlah pasien
baru yang menjalani hemodialisis pada tahun 2007 sebanyak 2839 orang
dari 20 renal unit sedangkan pada tahun 2008 dari bulan januari sampai
juni sebanyak 1429 orang, data pada tahun 2008 ini tampaknya akan
semakin bertambah karena banyaknya renal unit yang belum memasukan
data.
Dengan banyaknya Pasien Gagal Ginjal Terminal ( GGT ) tersebut
kebutuhan akan perawat dialysis semakin meningkat. Untuk menjadi
perawat hemodialisis perawat perlu melakukan pendidikan khusus untuk
mempelajari berbagai tekhnik dialysis yang biasanya menggunakan alat
atau mesin dan cara yang khusus.
Dalam Terafi Ginjal Pengganti ( TGP ) tidak terlepas dengan akses
vaskuler terutama pada hemodialisis. Data lain yang didapat dari RSKG
Ny. R.A Habibie pada bulan September 2008 dengan jumlah total
ebanyak 300 pasien menunjukan bahwa penggunaan AV-Shunt sebagai
akses vascular sangat besar yaitu sekitar 96 % dan sisanya femoral dan
cateter double lumen.
Berbagai keadaan dan komplikasi penyakit dapat mempengaruhi
AV-Shunt baik sebelum maupun setelah operasi maka dengan itu
perawat hemodialisis berperan penting mulai dari menyarankan dan
memotivasi pasien untuk AV-Shunt, memberikan informasi yang
adequate tentang AV-Shunt, mengatasi dan mengobservasi berbagi
komplikasi Selama pengunaan AV-Shunt dan tentunya memelihara AV-
Shunt selama AV-Shunt digunakan.
AV-Shunt adalah Peroses penyambungan ( anstomosis ) pembuluh
darah vena dan arteri dengan tujuan untuk memperbesar aliran darah
vena supaya dapat digunakan untuk keperluan hemodialisis ( Ronco,
2004 ).
Melihat begitu besarnya kasus pembedahan Telinga Hidung dan
Tenggorokan (THT) dan Pembedahan pemasangan AV Shunt, kita
sebagai calon scrub nurse wajib mengetahui instrument-instrumen untuk
pembedahan pemasangan AV Shunt dan pembedahan THT khususnya
Polipectomy dan Tonsilektomy. Oleh karena itu dalam makalah ini kami
akan menjabarkan tentang definisi, indikasi, kontraindikasi, instrument
pembedahan yang digunakan dan lain sebagainya untuk menunjang
kemampuan dan pengetahuan kita di kamar operasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada masalah-masalah dalam pembedahan THT (tonsilektomi


dan polypektomy) dan AV Shunt?

C. TUJUAN

Mengetahui pembedahan AV Shunt dan THT yang terdiri dari


tonsilektomi dan polypectomy.

D. MANFAAT

Diharapkan berguna untuk mengembangkan teori-teori keperawatan di


kamar bedah dan menambah pengetahuan yang telah ada mengenai
pembedahan THT dan pembedahan pemasangan AV Shunt.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR AV SHUNT

1. Definisi AV Shunt

AV Shunt adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara

menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalika sehingga terjadi

fistula arteiomena sebagai abses dialysis.

2. Persyaratan pembuluh darah yang dapat disambung

a) Persayaratan pada pembuluh darah arteri :

- Perbedaan tekanan antara kedua lengan < 20 mmHg

- Cahaya arteri darah palmar pasien dalam kondisi baik dengan

melakukan tes Allen.

- Diameter lumen pembuluh arteri > 2.0 mm pada lokasi dimana

akan dilakukan anastomosis.

b) Persyaratan pada pembuluh darah vena :

- Diameter lumen pembuluh vena > 2.0 mm pada lokasi dimana

akan dilakukan anastomis.


- Tidak ada obstruksi atau stenosis

- Kanulasi dilakukan pada segmen yang lurus

3. Indikasi operasi

Pasien dengan End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan akses

vascular untuk dialysis berulang dan jangka panjang.

4. Kontraindikasi operasi :

a) Lokasi pada vena yang telah dilakukan penusukan untuk akses cairan

intravena, vena seksi atau trauma.

b) Pada vena yang telah mengalami kalsifikasi atau terdapat atheroma.

c) Tes allen menunjukkan aliran pembuluh arteri yang abnormal.

5. Tujuan tindakan operasi

Tujuan dilakukan operasi AV Shunt untuk membentuk distula arteriovena

sebagai akses dialysis.

6. Persiapan preoperative di ruangan :

a) Status pasien

Lembar status pasien harus diisi dengan lengkap meliputi berat badan,

riwayat pemberian anti tetanus, riwayat perkawinan, last meal.

b) Informed consent

Merupakan penjelasan kepada pasien sampai pasien mengerti.

Sebelum dilakukan tindakan operasi, keluarga pasien diminta

persetujuannya, sebaiknya dalam hal ini ada saksi, pasien dan petugas.
c) Barang-barang

Segala macam perhiasan yang menempel pada tubuh pasien harus

dilepas.

d) Darah

Transfuse darah pada pasien pre operasi harus disediakan terutama

pada kasus-kasus emergency dengan haemoglobin kurang dari 10.

7. Persiapan alat prosedur di ruang operasi

a) Persiapan meja operasi dan alat-alatnya

Persiapan meja operasi pada posisi datar.

b) Lampu

Cek lampu operasi, lampu operasi harus nyala semua. Perhatikan

dalam penggeseran lampu saat akan memfokuskan lampu pada daerah

operasi jangan sampai menyentuh daerah steril.

c) Kursi

Kursi jarus ada, kursi dibutuhkan untuk operasi yang membutuhkan

waktu lama

d) Meja instrument

Meja instrument harus disiapkan lengkap dengan set instrumentnya.

Yang harus diingat antara medan operasi dengan meja instrument

harus terpasang duk steril karena daerah ini harus daerah steril.

Siapkan juga yang akan dibutuhkan.

e) Suction apparatus

Terdiri dari dua tabung yaitu tabung penampung dan tabung vacuum
Alat ini berfungsi untuk menyedot cairan pada daerah operasi

misalnya setelah dilakukan pencucian dengan NaCl. Usahakan cairan

kotor hanya tertampung pada tabung penampungan. Bila suction tidak

berfungsi dengan baik cek dulu bagian tutup tabung, mungkin

tutupnya kurang kencang.

f) Electro couter

Cek alat dengan menyalakannya semua harus pada angka 30. Untuk

ground sebelum digunakan harus diolesi dengan jelly ultra sonic.

Ground jangan ditempatkan pada daerah yang menyeberangi jantung.

Tombol kuning berfungi sebagai pisau, tombol biru berfungsi untuk

menghentikan perdarahan. Bila elektro couter tidak berfungsi cek dulu

groundnya, jangan langsung menambah angka. Yang perlu

diperhatikan saat akan mematikan couter semua tombol harus pada

angka 30.

g) Anastesi set

Anastesi disiapkan oleh anestesiolog

h) Tempat limbah operasi

Tempat limbah harus dbedakan antara limbah medis dan nin medis.

i) Obat-obatan emergency

Obat-obat emergency harus disipakan dahulu.


8. Prosedur operasi AV Shunt

a) Persiapan perawat

- Mengekspresikan perasaan, memakai baju operasi, masker, topi

dan celemek dengan benar.

- Memberi pengalas pada meja operasi dan mengatur meja operasi

serta lampu.

- Mengatur meja instrument dan mengoleskan alkohol pada meja

instrument

- Menyiapkan minor set, duk streil dan baju operasi diatas meja

instrument

- Mengantar pasien memasuki kamar operasi

- Memasang ground couter dan menyiapkan alat suction serta

tempat sampah.

b) Persiapan alat dan ruang

- Alat steril

Jas operasi, kassa, duk, minor set, jarum, benang, com, infuse set,

bengkok, mess.

- Alat tidak steril

Lampu operasi, mesin couterm mesin anasteri, meja operasi, meja

instrument, tiang infuse, temapt samaph, bantal dan selimut.

- Bahan habis pakai


Kassa, betadin, mess no 11 dan 21, hypafix, benang etilon 7/0,

benang zyde 3/0, benang vicril 3/0, handscoon steril, jarum jahit

cutting, sufratulle, alcohol 70%, NaCl 0,9%.

- Set AV Shunt

No Nama & Gambar Kegunaan


1. Pinset Anatomis Penggunaannya adalah
untuk menjepit kassa
sewaktu menekan luka,
menjepit jaringan yang
tipis dan lunak.

2. Pinset Cillurgis Penggunaannya adalah


untuk menjepit jaringan
pada waktu diseksi dan
penjahitan luka, memberi
tanda pada kulit sebelum
memulai insisi

3. Nal Fudder / Needle holder Alat ini digunakan untuk


memegang jarum saat
menjahit luka operasi. Alat
ini dilengkapi dengan
pengunci, sehingga
operator tidak terlalu
mengeluarkan banyak
tenaga.
4. Towel clip Alat ini digunakan untuk
alokasi daerah
pembedahan/drapping

5. Kocher Alat ini digunakan untuk


menjepit jaringan keras
agar tidak mudah lepas.

6. Klem arteri / mosquito forceps Klem arteri / mosquito


forceps digunakan untuk
hemostatis untuk jaringan
tipis dan membantu
pengikatan pada pembuluh
darah.

7. Forceps Racheter Pean Alat ini digunakan untuk


hemostatis untuk jaringan
8. Pisau bedah / Mess no. 11 Pisau bedah (scaple)
dan Scalpel berfungsi untuk memotong
jaringan, terdiri dari
gagang dan mata pisau
mess/bistouri/blade) yang
dapat dibuka-pasang.

9. Bulldog clamps Alat yang digunakan untuk


menghentikan aliran darah
dan mencegah perdarahan
yang berlebihan pada
daerah yang dioperasi

Buldog vena Untuk menhentikan aliran


darah pada pembuluh
darah vena dan mencegah
pendarahan yang
berlebihan
Buldog Arteri Untuk menhentikan aliran
darah pada pembuluh
darah arteri dan mencegah
pendarahan yang
berlebihan

10. Gunting diseksi Gunting jaringan


(bedah) terdiri atas dua
bentuk. Pertama,
berbentuk ujung tumpul
dan berbentuk ujung
bengkok. Gunting dengan
ujung tumpul digunakan
untuk membentuk bidang
jaringan atau jaringan yang
lembut, yang juga dapat
dipotong secara tajam.
11. Gunting benang Alat ini digunakan untuk
menggunting benang

12. Gunting vaskuler Fungsinya untuk


memotong sistem
peredaran darah
13. Handpiece electrocouter dan Fungsinya mengontrol
mesinnya. perdarahan pada waktu
operasi

14. Kom Wadah cairan desinfektan

c) Prosedur tindakan operasi

1. Posisikan pasien supine.

2. Identifikasi vena yang baik

3. Atur posisi tangan pasien berada disamping dan letakkan di atas meja

mayo yang telah di beri alas kain.

4. Hidupkan mesin elektrocouter dan tempelkan groundpad pada tubuh

pasien.

5. Letakkan tempat sampah di bawah tangan pasien yang akan dilakukan

desinfeksi.

6. Ambil meja mayo untuk alas tangan dan lapisi dengan doek steril
7. Perawat circulator memegang lengan bagian atas pasien

8. Lakukan desinfeksi pada lokasi yang akan dilakukan av shunt dengan

alkohol 70 % dan dilanjutkan dengan betadine

9. Lakukan drapping dengan ujung tangan/jari-jari terbungkus

10. Operator,asisten,dan perawat duduk di kursi.

11. Siapkan handpiece elektrocouter.

12. Berdoa bersama sebelum operasi.

13. Operator melakukan anestesi lokal dengan lidocain 2%

14. Operator membuat irisan berbentuk lazy s atau bentuk yang lain.

15. Perdalam lapis demi lapis dengan pean sampai ketemu pembuluh darah

vena.

16. Pembuluh darah vena dibebaskan dari jaringan sekitarnya sampai cukup

panjangnya untuk disambungkan ke artery radialis.jika ada cabang pada

vena harus diligasi.

17. Pembuluh darah vena dikendali/di tegel dengan benang silk 3/0 pada

ujung proksimal dan ujung distal

18. Operator memperdalam lapis demi lapis untuk mencari pembuluh darah

artery.

19. Arteri dibebaskan dari jaringan sekitar sampai panjangnya cukup untuk

menempatkan buldog.

20. Pemb.darah vena diligasi bagian distal dengan benang silk 3/0.

21. Vena dipotong miring dengan sudut kemiringan 30 derajat dengan

gunting vaskuler..
22. Cek patensi lumen vena dengan memasukkan cairan nacl + heparin.

23. Jika ada darah aliran balik dari vena lakukan penjepitan pada ujung

vena dengan buldog vena.

24. Pasang buldog arteri pada bagian proksimal dan distal pemb.darah

artery.

25. Lakukan irisan/membuat lobang pada pemb.darah arteri dengan mess

no 11.

26. Lakukan anastomose vena ke arteri dengan menggunakan benang

prolene 7/0

27. Setelah anastomose selesai buka buldog artery bagian distal,kontrol

adakah kebocoran dari jahitan anastomose.

28. Jika tidak ada kebocoran dari jahitan buka buldog artery bagian

proksimal.

29. Lihat aliran darah dari artery ke vena.

30. Raba pembuluh darah vena dan rasakan adanya bunyi tril pada vena

proksimal.

31. Kontrol perdarahan.

32. Luka ditutup dengan plain 3/0.

33. Kulit dijahit dengan ethilon 3/0

34. Luka ditutup dengan kasa dan hipafik.

35. Dengarkan bunyi aliran vena dgn stetoskop

36. Operasi selesai,alat dibereskan.

d) Evaluasi
1) Operasi berjalan dengan baik dan tidak ada kendala

2) Denyut aliran darah dari arteri ke vena teraba keras

3) Pasien dalam keadaan baik

4) Perdarahan sedikit

2. Diagnosa Keperawatan

3. Perencanaan

4. Pelaksanaan

5. Evaluasi
B. KONSEP DASAR POLIPECHTOMY

1. Definisi Polipectomy

Pembedahan untuk polip hidung, yang dikenal sebagai polipektomi

hidung, biasanya dipertimbangkan saat bentuk pengobatan lain tidak

memberikan kelegaan apapun dari gejala. Operasi pengangkatan polip

hidung tidak menjamin pemberantasan permanen dan ada kemungkinan

polip dapat kambuh lagi.

Meskipun Anda mungkin tidak ingin menjalani operasi, penting

untuk diingat bahwa kualitas hidup Anda dapat meningkat secara

signifikan setelah pengangkatan jaringan yang sakit. Dengan metode

bedah modern, sebanyak jaringan normal yang melapisi rongga hidung

dipertahankan dan prosesnya, sementara invasif, biasanya tidak

mengakibatkan komplikasi parah.

2. Jenis Bedah Polip Nasal

Pembedahan untuk polip hidung biasanya dilakukan sebagai

prosedur rawat jalan di pusat operasi rawat jalan dan pasien

diperbolehkan pulang ke rumah pada hari yang sama. Idealnya harus

dilakukan oleh otolaryngologist (spesialis THT). Baik operasi sinus

polypectomy atau endoskopi dapat dilakukan, tergantung pada jumlah,

ukuran dan lokasi polip.


a. Polipektomi

Polipektomi biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan

biasanya dilakukan untuk menghilangkan polip kecil yang mudah

terlihat dan bisa dijangkau melalui lubang hidung tanpa kesulitan.

Spekulum hidung digunakan untuk menahan hidung dan polip

bisa dijepit dan kemudian dilepaskan dengan loop kawat atau tang.

Instrumen yang disebut microdebrider dapat digunakan untuk

memotong dan melepaskan polip atau perangkat hisap mekanis kecil

yang dapat digunakan.

Perdarahan dapat dikendalikan dengan electro-cauterization

atau packing dan pressure. Jelly dan kasa minyak yang dioleskan ke

area operasi dapat membantu mencegah perdarahan. Pembalutan

biasanya dikeluarkan 3 sampai 4 hari setelah operasi.

b. Operasi sinus endoskopik

Bedah sinus endoskopik fungsional (FESS) adalah teknik

invasif minimal dimana diperlukan penghapusan polip yang akurat

bersamaan dengan pembersihan sinus, sehingga memulihkan

ventilasi sinus dan fungsi normal. Prosedur ini dapat dilakukan

dengan anestesi lokal dengan sedasi, atau anestesi umum.

Endoskopi (tabung sempit dengan kamera mungil di ujungnya)

dimasukkan ke rongga sinus melalui lubang hidung. Dengan bantuan

endoskopi, pandangan yang lebih baik dimungkinkan bila polip


berada di atap hidung atau sinus. Instrumen kecil digunakan untuk

menghilangkan polip dan penghalang lainnya di dalam sinus.

3. Tujuan operasi

Setelah operasi, hidung tersumbat yang disebabkan oleh polip

memudahkan secara signifikan dan infeksi sinus lebih terkontrol. Gejala

lain yang terkait dengan polip hidung bisa sembuh total. Pemilihan

pasien yang tepat untuk operasi sangat penting untuk hasil jangka

panjang terbaik.

4. Indikasi untuk Bedah Polip Nasal

Pasien yang memenuhi syarat untuk operasi harus diberi tahu tentang hal

berikut:

a. Kekambuhan polip pada stadium lanjut mungkin terjadi bahkan

setelah operasi pengangkatan Pemulihan rasa penciuman tidak bisa

dijamin.Perlakuan medis lanjutan untuk alergi, asma dan kondisi

medis lainnya penting bahkan setelah operasi.

b. Pengobatan kronis rhinitis alergi dan kondisi nasal lainnya setelah

operasi diperlukan untuk pencegahan kekambuhan polip.

c. Polip hidung pada awalnya diobati dengan semprotan nasal steroid,

steroid oral atau kombinasi keduanya. Pada kasus yang parah,

suntikan steroid intranasal dipertimbangkan dan ini cukup efektif

dalam mengurangi ukuran polip sehingga mengurangi gejala yang

terkait.
d. Polipektomi hidung diindikasikan untuk gejala atau gejala yang tidak

terkontrol yang gagal dalam terapi medis maksimal. Dalam kasus di

mana polip hidung dikaitkan dengan kondisi lain seperti alergi, asma

atau sinusitis kronis, pengobatan harus diarahkan pada kondisi ini.

Jika tidak ada atau sedikit kelegaan gejala bersamaan dengan

penyumbatan dan infeksi parah dan polip masih berlanjut setelah

perawatan, maka pembedahan biasanya disarankan.

e. Sebagian kecil polip hidung mungkin bersifat kanker atau pra-kanker

dan karenanya mungkin perlu dikeluarkan tanpa mempertimbangkan

indikasi lain yang disebutkan di atas.

5. Kontraindikasi

a. Seorang pasien dengan asma yang tidak terkelola dengan baik,

penyakit jantung dan paru-paru (s) dan gangguan perdarahan

mungkin tidak sesuai untuk polipektomi. Namun, setiap kasus

dipertimbangkan secara individual sebelum keputusan akhir untuk

beroperasi atau tidak dibuat.

b. Polipektomi hidung dikontraindikasikan untuk penyakit asimtomatik

atau dengan komorbiditas pasien yang signifikan termasuk, namun

tidak terbatas pada, penyakit jantung dan paru, kelainan pendarahan

yang signifikan, atau diabetes atau asma yang tidak terkontrol

dengan baik.

c. Polip hidung bisa hidup berdampingan dengan kondisi seperti

sindrom Churg-Strauss dan fibrosis kistik. Pertimbangan khusus


harus dilakukan dalam setiap kasus namun karena polipektomi

bukanlah prosedur penting kecuali jaringan itu bersifat kanker,

mungkin tidak direkomendasikan dalam kondisi ini.

6. Persiapan sebelum Bedah Polip

a. CT scan dari sinus.

b. Endoskopi hidung dan sinus.

c. Tes lainnya hanya dilakukan jika diperlukan, seperti:

1) Studi alergi atau asma.

2) Cerat atau kultur hidung untuk jamur dan bakteri.

3) Pengujian olfactory

4) Tes untuk cystic fibrosis.

7. Komplikasi Bedah Polip

Terlepas dari komplikasi operasi apapun seperti perdarahan,

infeksi dan reaksi anestesi yang merugikan, komplikasi neurologis dan

orbital yang berpotensi berbahaya harus selalu diingat. Dari jumlah

tersebut, kebocoran CSF adalah komplikasi utama yang umum terjadi.

Komplikasi operasi polip nasal jarang dilakukan dengan metode bedah

modern.Beberapa kemungkinan komplikasi meliputi:

1) Epistaksis.

2) Meningitis

3) Perdarahan intrakranial.

4) Abses otak.

5) Herniasi otak
6) Cedera saraf optik.

7) Hematoma orbit.

8) Kerusakan otot mata mengarah pada diplopia (double vision).

Kerusakan saluran nasolakrimal menyebabkan epiphora

(meluapnya air mata).

Harus ditekankan bahwa operasi pengangkatan polip hidung di

tangan ahli otolaringologi yang tepat adalah prosedur yang aman

dengan komplikasi minimal atau tidak ada dalam kebanyakan

kasus, kecuali ada faktor predisposisi lainnya.

8. Polypectomy Instrument Set 1 Set

a. Hartmann-Halle Nasal Spec. 15.0cm. ..... 1 Pc

Hartman-Halle Nasal Speculum adalah alat yang berguna

dalam prosedur hidung endoskopik. Spekulum adalah salah satu

spekulum hidung Novo Surgical yang paling populer untuk

menarik dinding hidung dan memeriksa jalur hidung. Perputaran

rata-rata pisau memberi akses lebih mudah ke bukaan yang ketat.

Selain itu, spekulum Hartman-Halle tersedia dalam tiga ukuran

tergantung pada preferensi dokter.


b. Killian Nasal Speculum 50mm, 13.0 cm. .... 1 Pc

Species Killian Septum digunakan untuk menyusun septum

hidung untuk pemeriksaan atau pembedahan. Pola penahan sendiri

disesuaikan ke posisi menggunakan sekrup samping dan

memungkinkan kedua tangan ahli bedah bebas. Spesimen Killian

Septum Speculum ebonized (hitam-dilapisi) tersedia juga, tanpa

sekrup set penahan sendiri. Bilah spekulum panjang memungkinkan

instrumen mencapai jauh ke dalam rongga hidung.

c. Krause Nasal Snare with 1 Tip. ......... 1 Pc

Krause Nasal Snare adalah alat yang berguna dalam patologi

rongga hidung. Lingkaran snare pada ujung instrumen dimaksudkan

untuk mengelilingi dan mengeluarkan polipus hidung atau lesi

lainnya. Gaya alat bayonet meminimalkan penyumbatan yang


disebabkan oleh instrumen dan memperluas tampilan bedah. Selain

itu, kelengkungan poros memungkinkan akses lebih mudah.

d. Mayo Oper Scrisor Cvd Bl/Bl 17.0 cm Sc. ..... 2 Pcs

Gunting mayo adalah alat yang berguna dalam membuka atau

memotong jaringan yang di insisi.

e. Weill Blakesley Nasal Fcps Fig. 3, 4.2mm x 10mm, Straight Shaft

Legth : 120 mm. .... 1 Pc

Weil-Blakeley Nasal Forceps memotong forsep, dirancang

untuk membuka sinus dan menghilangkan polip. Forsep tersedia

dengan panjang poros 4-3 / 4 inci dan berbagai ukuran tip. Produk

ini miring 45 derajat ke atas dengan jins # 1 (3mm) dan panjang

keseluruhan 7-1 / 2 inci.


f. Gruenwald Nasal Tampon Fcps 20.0cm. ... 1 Pc

Gruenwald Nasal Forceps adalah alat yang umum digunakan

dalam prosedur bedah hidung. Forseps dapat digunakan untuk

menghilangkan jaringan lunak dan tulang rawan atau untuk

membuang potongan tulang berlebih. Forsep tersedia dalam tiga

ukuran gigitan yang berbeda tergantung pada preferensi bedah.

g. Hartmann Nasal Polypus Fcps. 20.0 cm. .. 1 Pc

Instrumen hidung ini memiliki fungsi penting baik pada OPD

maupun ruang operasi. Hal ini juga disebut forsep pengepakan atau

foring celup. Tidak ada operasi pembedahan hidung yang selesai

tanpa forceps ini. Digunakan untuk melakukan pengepakan hidung

anterior, membuang benda asing, remah atau bungkus dari hidung,


mengepak hidung dengan potongan kasa selama operasi hidung atau

operasi sinus dan untuk menghilangkan tulang rawan dan potongan

tulang selama septoplasty atau SMR

h. Lange-Wilde Nasal Snare with 1 Tip. .... 1 Pc

i. Universal wire Shears TC. 12.0 cm. ......... 1 Pc


j. Frazier Brain Suction Tube Charr 10/17cm. .1 Pc

Frazier Suction Tube adalah instrumen tipis yang digunakan

untuk menghilangkan cairan dan kotoran dari tempat pembedahan

terbatas seperti rongga hidung, daerah lumbar dan serviks atau

secara intrakranial. Suction dikontrol oleh lubang kecil pada

pegangan dan beberapa ujung ukuran yang tersedia. Ukuran tabung

isap ditunjukkan oleh skala pengukuran Prancis. Tabung hisap ini

juga dilengkapi dengan kawat tipis yang bisa dimasukkan ke dalam

tabung untuk mengangkat jaringan yang mungkin terjebak di seluruh

suction. Produk ini berukuran 6 Perancis, bersudut tabung dengan

keseluruhan 7-1 / 2 inci, panjang kerja 4 inci dari tikungan.

9. Prosedur Kerja
C. KONSEP DASAR TONSILEKTOMY

1. Pengertian
Tonsilektomi adalah operasi pengangkatan tonsil / mandel /
amandel. Operasi ini merupakan operasi THT yang paling sering
dilakukan pada anak-anak. Para ahli belum sepenuhnya sependapat
tentang indikasi tentang tonsilektomi, namun sebagian besar membagi
alasan (indikasi) tonsilektomi menjadi indikasi absolut dan indikasi
relatif.
Instrumentasi teknik tonsilektomi adalah suatu tata cara atau
tehnik yang menunjang tindakan pembedahan dimulai dari proses
persiapan alat, mengatur penataan alat secara sistematis dan penggunaan
alat/ instrument selama tindakan operasi pengangkatan tonsil
(tonsilektomi) berlangsung.
2. Indikasi
a. Indikasi Absolut :
Tonsil (amandel) yang besar hingga mengakibatkan gangguan
pernafasan, nyeri telan yang berat, gangguan tidur atau sudah
terjadi komplikasi penyakit-penyakit kardiopulmonal.
Abses peritonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan pengobatan Dan pembesaran tonsil yang
mengakibatkan gangguan pertumbuhan wajah atau mulut yang
terdokumentasi oleh dokter gigi bedah mulut.
Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam.
Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan untuk
menentukan gambaran patologis jaringan.
b. Indikasi Relatif:
Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan
tidak menunjukkan respon sesuai harapan dengan pengobatan
medikamentosa yang memadai.
Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada Tonsilitis
kronis yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan.
Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai
carrier kuman Streptokokus yang tidak menunjukkan repon
positif terhadap pengobatan dengan antibiotika.
Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai
berhubungan dengan keganasan (neoplastik).
3. Kontraindikasi
Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai
kontraindikasi, namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat
dilaksanakan dengan tetap memperhitungkan imbang manfaat dan
risiko. Keadaan tersebut adalah:
a. Gangguan perdarahan
b. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat
c. Anemia
d. Infeksi akut yang berat
4. Tujuan
a. Untuk mengatur alat secara sistematis di meja instrumen
b. Memperlancar handling instrumen
c. Mempertahankan kesterilan alat selama operasi berlangsung.
5. TEKNIK INSTRUMENTASI
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Kondisi fisik dan psikis
3) Kelengkapan alat instrumen
b. Persiapan pasien dan lingkungan
1) Persiapan Pasien
Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan
pakaian khusus masuk kamar operasi.
Pasien harus puasa.
Pasien telah menandatangani persetujuan tindakan
kedokteran.
Lepas gigi palsu dan semua perhiasan bila ada.
Vital sign dalam batas normal.
Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi supine di
meja operasi.
Pasien dilakukan tindakan pembiusan dengan SAB.
Memasang plat diatermi pada tungkai kaki kiri.
Foto rongen femur AP.
2) Persiapan Lingkungan
Mengatur dan mengecek fungsi mesin suction, mesin
couter, lampu operasi, meja mayo dan meja instrument.
Memasang U- Pad steril dan doek pada meja operasi.
Mempersiapkan linen dan instrument steril yang akan
dipergunakan.
Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis
agar mudah dijangkau.
Mengatur suhu ruangan
c. Persiapan alat:
Alat Steril
1. Di Meja Mayo
Desinfeksi klem : 1 buah
Canule suction : 1 buah
Cannula Suction adalah
isap neuro yang sempurna
untuk isap Stabil. Ujung
Bulbous di hisap
membantu dengan tidak
tumpul dan meminimalkan
kerusakan jaringan. Setetes
air mata atau lubang kunci
hisap memungkinkan isap
dikontrol.
Spatula lidah : 1 buah
Tongkat Lidah atau Tongue
Spatel adalah alat yang
digunakan untuk memeriksa
lidah pasien. Tongue Spatel
memiliki nama lain yaitu
Tongue Depressor atau
penekan lidah, di Inggris
sering juga disebut Tongue
Blade dan di Jerman disebut
Zungenspatel.

Duk klem : 1 buah


Tenaculum Forceps (duk
klem) digunakan dalam
operasi untuk mengambil
bagian penahan seperti
pembuluh darah, nodus
nimfa, saraf, dll.
Mouth gage no 2 (sesuai ukuran) : 1 buah
Perangkat bedah yang
pas antara rahang atas
dan bawah untuk
mencegah mulut
menutup saat operasi
prosedur mulut atau
tenggorokan.
Untuk muntah, atau
berusaha untuk muntah;
lihat juga refleks gag

Mess tonsil : 1 buah


Untuk memotong jaringan
tonsil yang akan di operasi

Tampon tang : 1 buah


Meiden Tampon Tang berupa
gunting tumpul dengan ujung
melengkung sebagai penjapit
dan berbahan dasar stainless
steel yang dapat
disterilisasikan, sehingga dapat
digunakan dalam keadaa
higienis. Tampon Tang adalah
peralatan medis yang berfungsi
untuk memasang atau
mengambil tampon dalam
saluran canal

Gunting Metzenboum : 1 buah


Mengunting jaringan

Gunting benang : 1 buah


Mengunting benang
Klem 30 : 2 buah

Klem 30 manis : 1 buah

Klem 90 : 2 buah
Klem 90 manis : 1 buah

Raspatorium : 1 buah
Bagian kerjanya
dibulatkan, rata dan rata.
Dengan raspatory, jaringan
lunak dapat didorong
menjauh dari tulang dan
mendorong periosteum
("pengikis tulang"). Ini
memperlihatkan bidang
bedah untuk penempatan.

Hal ini juga digunakan


dalam teknik pembedahan,
antara lain untuk
menghilangkan otot
dengan pendekatan yang
luas.
Snare tonsil : 1 buah
Alat THT bedah ini adalah
salah satu dari beberapa alat
lain yang digunakan oleh
spesialis operasi yang
melibatkan amandel.
Perangkap amandel sangat
ideal untuk digunakan,
sehingga infeksi amandel
tidak lagi menyebar di
bagian tubuh lainnya.

Needle holder : 1 buah


adalah alat bedah, mirip
dengan hemostat,
digunakan oleh dokter dan
ahli bedah untuk
memegang jarum penjahit
untuk menutup luka saat
menjahit dan prosedur
pembedahan.

Jarum Round Kecil : 2 buah


Menjahit luka setelah
operasi
2. Di Meja Instrumen
Gaun operasi : 5 buah

Duk Tebal : 2 buah

Duk sedang : 4 buah


Duk lubang : 1 buah

Duk kecil : 4 buah

Handuk kecil : 5 buah


Bengkok /kom berisi betadin : 2/2 buah

Selang suction : 1 buah


Aspirasi sekret
melalui sebuah kateter
yang disambungkan
ke mesin pengisap
atau saluran pengisap
yang ada di dinding.

Instrumen tonsil : 1 set


3. Bahan habis pakai
Handscoen : sesuai kebutuhan
Under pad on : 1 buah
Kassa : 10 buah
Deppers besar / sedang/ kecil : 10 / 10 / 30 buah

Catgut plain 2/0 : 2 buah

Betadin : secukupnya
NS 0,9 % 1 Liter : 1 flash
Selang Suction : 1 buah
Selang untuk
sedot dahak atau
benda asing yang
berbentuk cair

Suction Catheter no 10 : 1 buah


Kateter hisap adalah
perangkat medis
yang digunakan
untuk mengekstrak
sekresi tubuh, seperti
lendir atau air liur
dari saluran napas
bagian atas. Kateter
hisap terhubung ke
mesin pengisap atau
pengumpan
canister.needle,
adalah alat bedah,
mirip dengan
hemostat, yang
digunakan oleh
dokter dan ahli
bedah untuk
memegang jarum
jahit untuk menutup
luka saat menjahit
dan prosedur
pembedahan.
Alat non steril
Suhu ruangan 18-20 derajat celcius
Lampu operasi
Mesin suction
Tempat sampah medis dan non medis
Meja operasi
Meja linen
Meja mayo
Standart Waskom
Lampu kepala

d. Prosedur Instrumentasi Teknik


1) Menulis identitas pasien di buku register dan buku kegiatan
2) Bantu memindahkan pasien ke meja operasi yang sudah diberi
under pad on dibawah kepala.
3) Posisikan pasien supine
4) Tim anesthesi melakukan induksi (general anesthesi).
5) Tim mengatur posisi pasien dengan posisi supinasi dengan
kepala hiperextensi dengan bahu di ganjal, kepala di fiksasi
bantal cincin,berikan under pad di bawah kepala pasien.
6) Perawat instrument melakukan Scrubing, Gowning, Gloving
kemudian membantu operator dan asisten operator gowning dan
gloving.
7) Berikan desinfeksi klem, deppers dan betadhine dalam cucing
pada operator untuk melakukan desinfeksi pada area operasi.
8) Lakukan drapping dengan menggunakan:
- Duk kecil 2 buah di selipkan di bawah kepala dan di fixasi
dengan 2 duk klem
- Duk lubang untuk menutupi bagian kepala sampai bawah
- Duk sedang 1 lagi untuk menutup sampai extremitas bawah
9) Dekat kan meja mayo dan linen lalu pasang slang suction dan
fiksasi dengan duk klem. Cek kelayakan fungsi suction
10) Perawat sirkuler melakukan time out
11) Berikan spatula untuk mendorong lidah agar tidak jatuh
12) Berikan mouth gage no 2/ atau sesuai ukuran untuk membuka
mulut kemudian suction
13) Tonsil kiri di klem dengan klem tonsil
14) Berikan steal deppers kecil untuk membersihkan area yang akan
dilakukan insisi
15) Beri mess tonsil untuk insisi plica tringualis ,assisten membantu
membersihkan darah di sekitar area operasi
16) Beri tampon tang untuk memperluas daerah insisi kalau perlu
berikan gunting metzembaum. Tampak kapsul tonsil, pindah
klem tonsil lebih masuk kedalam jaringan tonsil agar pegangan
lebih kuat
17) Lepaskan pole atas tonsil dari fosa tonsilaris dengan bantuan
deppers kecil yang dipegang dengan klem 30
18) Jaringan tonsil diprepare dengan deppers yang lebih besar
sampai jaringan tonsil dapat dilepas dari fosa tonsilaris. Berikan
snar tonsil untuk memotong bagian pole bawah tonsil.
19) Setelah tonsil terlepas, berikan still deppers + pean 90 untuk
rawat perdarahan,bila masih ada perdarahan di lakukan heacting
dengan catgut plain no 2-0 dengan cara:
- Berikan klem 30 manis untuk menjepit bujung perdarahan
- Kemudian di double dibawah klem 30 dengan
menggunakan klem 90 manis dan dilakukan penjahitan.
20) Kemudian operasi di lanjutkan ke tonsil kanan dengan proses
yang sama, sebelumnya anasthesi memindahkan ETT ke bagian
yang sudah di operasi
21) Evaluasi perdarahan dengan
- Tampon di ambil
- Di lakukan suction dari hidung dengan suction hidung no 10
- Kepala di angkat ( fleksi ) untuk melihat adanya perdarahan.
22) Tim operasi (perawat sirkuler) melakukan sign out
23) Bila perdarahan tidak ada mouth gage di lepas, operasi selesai
24) Bersihkan alat,sambil inventarisasi,alat di set ulang dan diberi
keterangan dan indikator sterilitas
25) Rapikan pasien, bersihkan kamar operasi.
26) Jangan lupa jaringan tonsil D/S ditempatkan pada tempat dan
tidak dilakukan pemeriksaan PA, dan jangan lupa diberi etiket
27) Operasi selesai.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
AV Shunt adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
menghubungkan arteri radialis dengan vena cephalika sehingga terjadi fistula
arteiomena sebagai abses dialysis.
Pembedahan untuk polip hidung, yang dikenal sebagai polipektomi
hidung, biasanya dipertimbangkan saat bentuk pengobatan lain tidak
memberikan kelegaan apapun dari gejala. Operasi pengangkatan polip hidung
tidak menjamin pemberantasan permanen dan ada kemungkinan polip dapat
kambuh lagi.
Penatalaksanaan untuk polip nasal bisa secara konservatif maupun
operatif yang biasanya dipilih dengan melihat ukuran polip itu sendiri dan
keluhan dari pasien sendiri. Pada pasien dengan riwayat rhinitis alergi, polip
nasal mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk rekuren. Sehingga
kemungkinan pasien harus menjalani polipektomi beberapa kali dalam
hidupnya. Meskipun Anda mungkin tidak ingin menjalani operasi, penting
untuk diingat bahwa kualitas hidup Anda dapat meningkat secara signifikan
setelah pengangkatan jaringan yang sakit. Dengan metode bedah modern,
sebanyak jaringan normal yang melapisi rongga hidung dipertahankan dan
prosesnya, sementara invasif, biasanya tidak mengakibatkan komplikasi
parah.
Tonsilektomi adalah operasi pengangkatan tonsil / mandel / amandel.
Operasi ini merupakan operasi THT yang paling sering dilakukan pada anak-
anak. Para ahli belum sepenuhnya sependapat tentang indikasi tentang
tonsilektomi, namun sebagian besar membagi alasan (indikasi) tonsilektomi
menjadi indikasi absolut dan indikasi relatif.
Indikasi untuk tonsitektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun
terdapat perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsitektomi
pada saat ini. Terakhir dapat dicegah bila seorang pasien selalu menjaga
personal hygene dan pola makan.

B. SARAN
1. Diharapkan untuk masyarakat lebih memperhatikan kesehatan untuk
mencegah timbulnya masalah kesehatan dalam keluarga. Selain itu agar
meningkatkan mutu kesehatan dalam masyarakat melalui pelaksanaan
penyakit kesehatan dalam masyarakat atau keluarga.
2. Perawat dan tim medis perlu menyarankan pasien melakukan AV-Shunt
untuk menghindari kerusakan pembuluh darah lebih lanjut dari beberapa
komplikasi penyakit yang mennyertai gagal ginjal.
3. Perawat kamar operasi harus melaksanakan prinsip steril dengan sebenar-
benarnya untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya infeksi pada
saat pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif 2012 Asuhan Keperawatan perioperatif. Konsep,Proses, dan


Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika ECG.
Sjamsuhidajat R,2014 .Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media ECG.
Brunner and Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.

You might also like