You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM I

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH (SISTEM ABO)

OLEH:
KELOMPOK 4B
NAMA NIM
DINDA PRAMESWARI 1607025017
THERESIA M. MANURUNG 1607025057
YUDHA SYAHPUTRA 1607025015
OKTA MARISA FITRIANI 1607025050
GUSTHI AYU PERMATASARI 1607025031
NEKHOLAS EDOM 1607025045

LABORATORIUM FISIOLOGI PERKEMBANGAN DAN MOLEKULAR HEWAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia selalu memiliki keterikatan dengan
darah karena darah merupakan cairan yang ada didalam tubuh. Darah manusia terbagi atas
4 golongan, yaitu golongan darah A, golongan darah B, golongan darah AB, dan golongan
darah O.
Darah merupakan suatu jaringan yang bersifat cair. Dimana darah terdiri atas sel-sel
yang terdapat secara bebas dalam medium yang memiliki sifat air dimana bisa disebut
dengan plasma. Sel-sel dan juga fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang
mana disebut dengan unsur jadi ukuran dari sel-sel ini cukup besar sehingga dapat
diamati dengan menggunakan mikroskop pada umumnya. Terdapat 3 unsur, yaitu sel darah
merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan juga keeping-keping darah atau
trambosit (Kimball, 1991).
Darah merupakan suatu jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan interseluler
merupakan cairan yang mana biasa disebut dengan plasma dimana didalam plasma ini
terdapat unsur-unsur yang berwujud padat, yaitu sel darah. Jumlah keseluruhan dari volume
darah adalah kira-kira satu per duabelas dari berat badan suatu individu atau dapat
dinyatakan bahwa volume darah berkisar 5 liter. Sebanyak 55% dari bagian ini merupakan
cairan, sementara 45% lainnya merupakan sel darah (Pearce, 2008).
Penentuan untuk golongan darah dan tes untuk penentuannya atau kecocokannya
dilakukan pada saat belum dilakukan transfuse untuk dapat meyakini keamanan dari proses
transfuse tersebut. Menurut Landsteiner, penggunaan sistem ABO dapat didasarkan atas
ada atau tidaknya agglutinin didalam darah. Empat golongan utama yang dapat ditemukan
adalah sebagai berikut:
Golongan darah AB terdapat pada 3.0%
Golongan darah A terdapat pada 42.0%
Golongan darah B terdapat pada 8.5%
Golongan darah O terdapat pada 46.55%
Apabila dipandang dari donor darah maka:
Golongan darah O merupakan pendonor darah umum yang dapat diterima
oleh semua golongan
Golongan darah A dapat mendonorkan darah kepada golongan darah A dan
golongan darah AB
Golongan darah B dapat mendonorkan darah kepada golongan darah B dan
juga golongan darah AB
Golongan darah AB hanya dapat mendonorkan darah kepada golongan
darah AB.
Apabila dipandang dari resipien maka :
Golongan darah B merupakan resipien dari golongan darah B dan golongan
darah O
Golongan darah AB merupakan resipien dari golongan darah umum atau
dapat pula dikatakan bahwa golongan darah AB dapat menerima semua
donor darah baik itu dari golongan darah A, golongan darah B, golongan
darah AB, dan juga golongan darah O
Golongan darah A merupakan resipien dari golongan darah A dan golongan
darah O
Golongan darah O hanya dapat menjadi resipien dari golongan darah O saja
(Pearce, 2008).
Pada dasarnya, transfusi darah akan lebih baik apabila dilakukan dengan golongan yang
sama. Apabila dalam kondisi yang darurat dan terpaksa maka dapat diberikan darah dari
donor yang universal (Pearce, 2008)
Oleh karena itu, dilakukan praktikum mengenai pemeriksaan golongan darah (sistem
ABO) untuk mengetahui jenis-jenis golongan darah yang ada dan dapat melihat variasi dari
masing-masing golongan darah tersebut dengan alat dan bahan berupa probandus untuk
diambil sampel darahnya, kit testerum (serum anti A dan serum anti B), gelas benda,
mikroskop, jarum Francke atau Autoklik, kapas dan alkohol 70%. Dengan metode yaitu
menusuk probandus dengan jarum penusuk dan mengalirkan darah pada gelas benda lalu
ditetesi dengan antiserum yang berbeda dan amatilah apakah terjadi agglutinasi atau tidak
kemudian diamati di bawah mikroskop dan tentukan golongan darah dari probandus
tersebut. Sehingga dapat diketahui jenis golongan darah dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui jenis golongan darah yang memiliki jumlah paling banyak didalam
praktikum. Untuk mengetahui apakah terjadi agglutinasi pada golongan darah B apabila
ditetesi dengan serum Anti A dan serum Anti B. Untuk mengetahui apakah terjadi
agglutinasi pada golongan darah AB apabila ditetesi dengan serum Anti A dan serum Anti
B.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Darah
Darah merupakan suatu jaringan yang bersifat cair. Dimana darah terdiri atas sel-sel
yang terdapat secara bebas dalam medium yang memiliki sifat air dimana bisa disebut
dengan plasma. Sel-sel dan juga fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang
mana disebut dengan unsur jadi ukuran dari sel-sel ini cukup besar sehingga dapat
diamati dengan menggunakan mikroskop pada umumnya. Terdapat 3 unsur, yaitu sel darah
merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan juga keeping-keping darah atau
trambosit (Kimball, 1991).
Darah merupakan suatu jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan interseluler
merupakan cairan yang mana biasa disebut dengan plasma dimana didalam plasma ini
terdapat unsur-unsur yang berwujud padat, yaitu sel darah. Jumlah keseluruhan dari volume
darah adalah kira-kira satu per duabelas dari berat badan suatu individu atau dapat
dinyatakan bahwa volume darah berkisar 5 liter. Sebanyak 55% dari bagian ini merupakan
cairan, sementara 45% lainnya merupakan sel darah (Pearce, 2008).
Darah merupakan bagian yang dapat diambil untuk keperluan transfusi darah atau
bagian-bagiannya yang mana dapat diambil dan diolah secara khusus dengan tujuan yaitu
pengobatan atau darah ini dapat pula digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemulihan
kesehatan (Utomo, 2010).

2.2 Sel Darah Merah


Sel darah merah atau disebut juga dengan eritrosit dimana sel darah merah ini memiliki
bentuk bikonkaf yang berarti memiliki bagian tengah yang lebih tipis daripada bagian
tepinya. Sel darah merah merupakan satu satunya sel pada tubuh yang tidak memiliki
nukleus atau inti sel. Nukleus pada sel darah merah mengalami proses disintegrasi selama
proses pematangan pada sel darah merah, sehingga hal ini menyebabkan nukleus pada sel
darah merah menjadi tidak lagi dibutuhkan dalam proses menjalankan fungsinya (Scalon,
2006).
Eritrosit atau biasa disebut dengan sel darah merah berbentuk cairan bikonkaf, yaitu
memiliki bentuk yang cekung pada kedua sisinya, sehingga apabila sel darah merah ini
dilihat dari arah samping akan nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak
belakang (Pearce, 2008).
Sel darah merah untuk pembuatannya memerlukan protein dikarenakan strukturnya
yang terbentuk dari asam amino. Sel darah merah ini juga memerlukan zat besi sehingga
untuk dapat membentuk penggatinya makan diperlukan diit yang seimbang dimana diit ini
mengandung zat besi. Pada wanita diperlukan lebih banyak zat besi dikarenakan beberapa
diantara zat besinya akan dibuang sewaktu wanita tersebut mengalami menstruasi (Pearce,
2008).
Sel darah merah dapat berubah dengan jelas sewaktu sel tersebut melewati kapiler.
Sebenarnya, karena suatu sel normal adalah sebuah kantong yang mana sel ini dapat
berubah bentuk menjadi hampir semua bentuk. Selanjutnya, dikarenakan sel normal
memiliki membran sel yang mana sangat berlebihan bagi jumlah zat yang ada didalamnya,
perubahan dari bentuk ini tidak akan merenggangkan membran, dan hal ini mengakibatkan
tidak akan robeknya sel seperti yang terjadi pada sel-sel yang lainnya. Pada laki-laki
normal, jumlah rata-rata dari sel darah merah per millimeter kubik adalah sebanyak
5.200.000 dan pada wanita yang normal adalah sebanyak 4.700.000. ketinggian dari tempat
hidup dapat mempengaruhi dari jumlah sel darah merah (Guyton, 1990).
Fungsi utama dari sel darah merah adalah alat transport untuk mentransportasikan
hemoglobin, yang selanjutnya akan berfungsi sebagai alat transport dari oksigen dari paru-
paru ke jaringan. Sel darah merah yang normal adalah merupakan cakram bikonkaf yang
mana mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8 mikron dan juga memiliki ketebalan yang
diukur dari bagian yang paling tebal yaitu 2 mikron dan juga ditengahnya memiliki
ketebalan 1 mikron atau dapat juga kurang dari 1 mikron (Guyton, 1990).

2.3 Penggolongan Darah


Jenis darah manusia dapat ditentukan berdasarkan atas jenis antigen dan juga antibodi
yang terkandung di dalam darahnya, sebagai berikut:
1. Individu dengan jenis darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan dapat menghasilkan antibodi terhadap antigen
B dalam serum darahnya.
2. Individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B pada permukaan sel
darah merahnya dan mengasilkan antibodi terhadap antigen A di dalam serum
darahnya.
3. Individu dengan jenis darah AB mempunyai sel darah merah dengan antigen A
dan antigen B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun
antigen B.
4. Individu dengan jenis golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tetapi
memproduksi antibodi terhadap antigen A dan antigen B (Tofan, 2007).
Perpindahan atas individu atau atas sekelompok individu ke dalam sebuah populasi
akan menyebabkan terjadinya aliran gen dari suatu populasi ke populasi yang lainnya.
Dampak yang terjadi dari aliran gen ini adalah frekuensi alel dan genotip yang asli akan
mengalamin perubahan. Salah satu sifat yang menurun adalah tipe dari golongan darah
ABO yang mana ditentukan oleh alel ganda. Pemeriksaan tipe golongan darah ini dapat
dilakukan dengan mudah, cepat dan juga murah (Khoiriyah, 2014).
Apabila darah yang berasal dari golongan yang bertentangan ditransfusikan maka hal
ini dapat mengakibatkan bahan dari plasma yang bernama agglutinin akan mengalami
penggumpalan dan juga akan mengakibatkan terjadinya hemolisis atau memecahnya sel
darah merah (Pearce, 2008)
Empat golongan utama yang dapat ditemukan ditemukan didalam darah adalah sebagai
berikut:
Golongan darah AB terdapat pada 3.0%
Golongan darah A terdapat pada 42.0%
Golongan darah B terdapat pada 8.5%
Golongan darah O terdapat pada 46.55%
Apabila dipandang dari donor darah maka:
Golongan darah O merupakan pendonor darah umum yang dapat diterima
oleh semua golongan atau dapat pula dikatakan bahwa golongan darah O
merupakan donor universal.
Golongan darah A dapat mendonorkan darah kepada golongan darah A dan
golongan darah AB
Golongan darah B dapat mendonorkan darah kepada golongan darah B dan
juga golongan darah AB
Golongan darah AB hanya dapat mendonorkan darah kepada golongan
darah AB.
Apabila dipandang dari resipien maka :
Golongan darah B merupakan resipien dari golongan darah B dan golongan
darah O
Golongan darah AB merupakan resipien dari golongan darah umum atau
dapat pula dikatakan bahwa golongan darah AB dapat menerima semua
donor darah baik itu dari golongan darah A, golongan darah B, golongan
darah AB, dan juga golongan darah O atau dapat pula dikatakan bahwa
golongan darah AB merupakan resipien universal
Golongan darah A merupakan resipien dari golongan darah A dan golongan
darah O
Golongan darah O hanya dapat menjadi resipien dari golongan darah O saja.
Pada dasarnya, transfusi darah akan lebih baik apabila dilakukan dengan golongan yang
sama. Apabila dalam kondisi yang darurat dan terpaksa maka dapat diberikan darah dari
donor yang universal (Pearce, 2008).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Percobaan
Praktikum Fisiologi Hewan yang berjudul Pemeriksaan Golongan Darah (Sistem
ABO) dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Oktober 2017 pada jam 15.00-17.00 WITA
bertempat di Laboratorium Fisiologi, Perkembangan & Molekuler Hewan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman. Samarinda,
Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Pada percobaan ini menggunakan alat-alat sebagai berikut: Blood Lancets Autoclik
(One Med Health Care), Autoclik (One Med Health Care), dan Gelas benda (Sail Brand).
3.2.2 Bahan
Pada percobaan ini menggunakan bahan-bahan sebagai berikut : Probandus untuk
diambil darahnya sebanyak 2 tetes, alkohol 70% (One Med Health Care), Anti serum A
(Eryclone), Anti serum B (Eryclone), Tissue (Nice).

3.3 Cara Kerja


Mula-mula ujung jari probandus dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%,
kemudian setelah agak kering ditusuk dengan jarum penusuk atau dengan autoklik.
Kemudian diteteskan darah yang mengalir pada gelas benda. Hanya dibutuhkan 2 tetes
pada setiap gelas benda. Segera ditetesi dengan antiserum yang berbeda pada masing-
masing tetes. Setelah itu digoyangkan gelas benda dengan membuat gerakan memutar. Lalu
diamati apakah terjadi agglutinasi atau tidak. Terakhir, Ditentukan golongan darah
probandus berdasarkan uji.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.4 Data Pengamatan


Berdasarkan percobaan yang dilakukan dengan 10 probandus, di sajikan dalam table:
Tabel 4.1 Jenis Golongan Darah 10 Probandus dalam percobaan Pemeriksaan Golongan
Darah Sistem ABO.
No Probandus Golongan Darah
A B AB O
1. Aluna Sagita Nainggolan
2. Laela Safitri
3. Rina Dayanti
4. Jenrike Vebeday
5. Nur Rahmah Rizki Maulida
6. Fahmi Baihaqqi
7. Rani Mardayanti
8. Gusthi Ayu P
9. Fachri Rizki
10. Nekholas Edom
Total 10 2 5 1 2
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perbandingan yang didapatkan yaitu
paling banyak probandus dengan golongan darah B sebanyak 5 probandus dan yang paling
sedikit yaitu sebanyak 1 probandus.

3.5 Pembahasan
Darah merupakan suatu jaringan yang bersifat cair. Dimana darah terdiri atas sel-sel
yang terdapat secara bebas dalam medium yang memiliki sifat air dimana bisa disebut
dengan plasma. Sel-sel dan juga fragmen-fragmen sel merupakan unsur-unsur darah yang
mana disebut dengan unsur jadi ukuran dari sel-sel ini cukup besar sehingga dapat
diamati dengan menggunakan mikroskop pada umumnya. Terdapat 3 unsur, yaitu sel darah
merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan juga keeping-keping darah atau
trambosit (Kimball, 1991).
Darah merupakan suatu jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan interseluler
merupakan cairan yang mana biasa disebut dengan plasma dimana didalam plasma ini
terdapat unsur-unsur yang berwujud padat, yaitu sel darah. Jumlah keseluruhan dari volume
darah adalah kira-kira satu per duabelas dari berat badan suatu individu atau dapat
dinyatakan bahwa volume darah berkisar 5 liter. Sebanyak 55% dari bagian ini merupakan
cairan, sementara 45% lainnya merupakan sel darah (Pearce, 2008).
Berikut merupakan fungsi dari darah:
1. Bekerja sebagai system alat transportasi pada tubuh memiliki fungsi untuk
menghantarkan semua bahan kimia yang dibutuhkan oleh tubuh serta oksigen serta
zat makanan agar fungsinya yang normal dapat dijalankan, serta untuk
menyingkirkan adanya karbon dioksida dan hasil buangan yang lainnya.
2. Sel darah merah juga memiliki fungsi untuk menghantarkan oksigen kepada
jaringan serta menyingkirkan karbon dioksida
3. Sel darah putih memiliki banyak bahan pelindung dan karena gerakan fagositosit
dari beberapa sel, maka sel darah putih memiliki fungsi sebagai pelindung tubuh
dari serangan bakteri
4. Pada plasma darah memiliki peran untuk membagikan protein yang diperlukan oleh
tubuh untuk proses pembentukan jaringan.
5. Sebagai perantara dari darah, hormone dan enzim diantarkan dari satu orang ke
organ lainnya melalui darah (Pearce, 2008).
Antigen adalah merupakan penanda kimiawi yang dapat melakukan proses
pengidentifikasian sel. Sel manusia memiliki antigen sendiri yang mampu mengidentifikasi
semua sel pada diri seseorang. Apabila antigen tersebut asing, maka antigen tersebut dapat
dikenali dan dibunuh (Guyton, 1990).
Antibodi adalah merupakan protein yang dihasilkan oleh sel-sel plasma yang berfungsi
sebagai respon pada antigen asing. Antibodi tidak dapat membuhun sendiri antigen
asingnya, tetapi antibodi dapat melabeli antigen asing tersebut sehingga antigen tersebut
bisa diserang untuk dimusnahkan oleh antigen. Setiap antibodi yang diproduksi
dikhususkan hanya untuk satu antigen saja (Guyton, 1990).
Perbedaan antara agglutinin dan aglutinogen adalah pada aglutinogen atau disebut
dengan antigen adalah merupakan protein yang terkandung didalam eritrosit biasanya
antigen ini disebut dengan protein asing. Sedangkan agglutinin atau disebut dengan
antibodi merupakan protein yang terdapat didalam plasma darah. Protein inilah yang dapat
menyebabkan penggumpalan darah karena adanya zat penolak.
Suatu cairan tempat sel tubuh normal dapat dimasukkan tanpa menyebabkan
pembengkakan atau penyusutan sel disebut dengan isotonik dengan sel tersebut. suatu
larutan yang menyebabkan sel membengkak disebut dengan hipotonik. Lalu suatu larutan
yang dapat mengakibatkan sel menyusut disebut dengan hipertonik (Guyton, 1990).
Penyakit-penyakit pada darah ada banyak diantaranya adalah anemia karena kekurangn
zat besi dapat disebabkan oleh adanya pendarahan yang parah yang mana hal ini dapat
terjadi karena luka atau karena penyakit. Dalam berbagai bentuk anemia dapat mengurangi
jumlah hemoglobin dalam darah. Pada anemia parah, kadar hemoglobin dalam tubuh dapat
berkurang sampai dengan dibawah 30%. Dikarenakan hemoglobin memiliki kandungan
besi yang mana besi ini diperlukan untuk bergabung dengan oksigen (Pearce, 2008).
Hemophilia adalah suatu kelainan yang berasal dari keturunan dengan tidak mampunya
darah untuk membekukan diri agar pendarahan berhenti, hal ini mengakibatkan
penderitanya akan mengalami pendarahan yang parah sesudah terjadi luka yang kecil
(Pearce, 2008).
Hipertensi berarti tekanan darah yang dimiliki seseorang naik dari batas normal. Tetapi,
pada dasarnya sulit untuk dapat menentukan nilai rata-rata dari tekanan darah yang normal
untuk suatu golongan. Umumnya terdapat perbedaan antara 40 sampai dengan 50 Hg antara
tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Sementara itu, kebalikan dari hipertensi adalah
hipotensi atau sering juga dikenal dengan tekanan darah rendah dapat nampak pada saat
istirahat sehabis lelah dan pada beberapa orang tua (Pearce, 2008).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil yaitu dari 10 orang
probandus yang diambil secara acak didapatkan hasil yaitu sebanyak 2 probandus memiliki
golongan darah A, 5 probandus memiliki golongan darah B, 1 probandus memiliki
golongan darah AB dan 2 probandus memiliki golongan darah O. diketahui bahwa
golongan darah terbanyak yang didapatkan adalah golongan darah B sebanyak 5 orang atau
dengan presentase 50% dari jumlah probandus. Dimana hal ini sesuai dengan Suryo
didalam Khoiriyah (2014) yang mana menyatakan bahwa pada umumnya golongan darah
orang Indonesia adalah B. kejadian ini dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan dalam
karakter susunan genetik dan persebaran alel pada setiap populasi. Menurut hasil penelitian
oleh Darmawati dkk didalam Khoiriyah (2014) juga mendapatkan hasil yang sesuai dengan
percobaan yang telah kita lakukan yaitu sebanyak 48,76% warga memiliki golongan darah
B yaitu sebanyak 59 warga. Dari literatur tersebut dapat kita ketahui bahwa percobaan yang
telah dilakukan sesuai dengan literatur yang ada.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa golongan darah
yang paling banyak dari 10 orang probandus adalah golongan darah B dimana
sebanyak 5 orang probandus atau 50% dari probandus memiliki golongan darah B.
- Berdasarkan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada golongan darah B ketika
ditetesi dengan serum Anti A tidak mengalami penggumpalan, tetapi ketika ditetesi
dengan serum Anti B maka terjadi penggumpalan sehingga diketahui golongan
darah probandus adalah B.
- Berdasarkan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa pada golongan darah AB
ketika ditetesi dengan serum Anti A akan menggumpal dan penggumpalan inipun
terjadi ketikan darah ditetesi dengan Anti serum B. Maka dapat diketahui bahwa
golongan darah probandus tersebut adalah AB.

5.2 Saran
Pada percobaan mengenai pemeriksaan golongan darah dengan sistem ABO
selanjutnya, sebaiknya digunakan lebih banyak probandus agar dapat diketahui lebih
banyak lagi variasi.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.

Khoiriyah, N. 2014. Karakteristik Genetik Populasi Bedeng 61B Desa Wonokarto


Kabupaten Lampung Timur Pasca Program Kolonisasi Pemerintah Belanda. Jurnal Ilmiah
Biologi Genesis. Vol 2, No. 2, Desember 2014, hal 132-137.

Kimball, John W. 1990. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Pearce, C. Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit
Gramedia Pustaka Utama.

Scanlon C. Valerie. Buku Ajar Anatomi dan Fisologi Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.

Tofan, Sofiansyah. 2007. Sistem Informasi Donor Darah Di Unit Donor Darah Palang
Merah Indonesia Kota Bandung Berbasis Web. Jurnal Ilmiah Komputer dan Informasi.
Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia : Bandung.

Utomo Karya B. 2010. Perancangan Sistem Informasi Bank Darah Hidup Untuk
Mempercepat Penyediaan Calon Penyumbang Darah Dengan Ketepatan Yang Tinggi
(Studi di PMI Kota Samarinda). Jurnal Informatika Mulawarman. Vol 5 No. 2 Juli 2010
Hal 23.
LAMPIRAN

Laporan Sementara
Cara Kerja

Mula-mula ujung jari tangan probandus diurut secara perlahan

Bersihkan ujung jari probandus menggunakan kapas yang diberi alkohol 70%

Setelah kering, tusuklah ujung jari dengan mengunakan auto klik


Kemudian, darah diteteskan sebanyak 2 tetes ke kaca preparat

Diteteskan anti serum A dan Anti serum B

Kemudian sampel darah yang telah diberi anti serum A dan B diaduk dengan
menggunakan ujung jarum, kemudian diamati apakah terjadi aglutinasi atau tidak
Terjadi aglutinasi pada golongan darah AB dan pada golongan darah O tidak
mengalami aglutinasi

Lampiran alat dan bahan

You might also like