Professional Documents
Culture Documents
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama, didirikan oleh Malik As-Saleh.
Kerajaan ini terletak di Lhok Seumawe Aceh Utara di daerah Selat Malaka yang merupakan jalur
perdagangan dan pelayaran internasional. Pada masa pemerintahan Malik As-Saleh, Kerajaan
Samudra Pasai berkembang menjadi bandar pelabuhan besar yang banyak didatangi oleh
pedagang dari berbagai daerah, seperti India, Gujarat, Arab, dan Cina. Dalam perkembangannya
setelah Malik As-Saleh wafat pada 1927, kegiatan pemerintahan dilanjutkan oleh putranya, yaitu
Sultan Muhamad Malik Al-Taher (1927 1326), Sultan Ahmad, dan Sultan Zainul Abidin.
2. Kerajaan Malaka
Pendiri Kerajaan Malaka adalah Iskandar Syah. Kerajaan ini letaknya berhadapan dengan Selat
Malaka sehingga sangat strategis karena letaknya tersebut, kerajaan ini sering kali menjadi
tempat persinggahan para pedagang Islam yang berasal dari berbagai negara. Selain Iskandar
Syah, terdapat beberapa raja yang sempat memimpin Kerajaan Malaka, di antaranya sebagai
berikut.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah
(1478). Raden Patah adalah putra Raja Majapahit Brawijaya, dengan ibu keturunan Champa
(perbatasan dengan Kamboja dan Vietnam). Kebudayaan masyarakat Demak bercorak Islam
yang terlihat dari banyaknya masjid, makam-makam, kitab suci Al-Quran, ukir-ukiran
berlanggam (bercorak) Islam, dan sebagainya. Sampai-sampai sekarang Demak dikenal sebagai
pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Bahkan, dalam sejarah
Indonesia, Demak dikenal sebagai pusat daerah budaya Islam di Pulau Jawa.
Kerajaan Mataram Islam berdiri berkat perjuangan dari Ki Ageng Pemanahan yang meninggal
pada 1575. Setelah meninggal, digantikan oleh anaknya Sutawijaya (Senopati Ing Alaga Sayidin
Panatagama Khalifatullah). Pada masanya, Kerajaan Mataram terus berkembang dan menjadi
kerajaan terbesar di Jawa. Wilayahnya berkembang seputar Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon,
dan sebagian Priangan.
Setelah meninggal pada tahun 1601, Sutawijaya digantikan oleh Mas Jolang atau Panembahan
Seda Ing Krapyak (1601-1613). Selanjutnya, diteruskan oleh anak Mas Jolang yaitu Raden Mas
Martapura karena sering sakit-sakitan, Raden Mas Martapura digantikan oleh anak Mas Jolang
yang lain, yaitu Raden Mas Rangsang yang dikenal dengan nama Sultan Agung (1613-1645).
Pada masa Sultan Agung inilah Mataram mengalami puncak kejayaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Mataram terpecah belah sehingga berubah menjadi
kerajaan kecil. Perpecahan disebabkan adanya gejolak politik di daerah-daerah kekuasaan
Mataram dan peran serta VOC dan penguasa Belanda yang menginginkan menguasai tanah
Jawa.
Dalam Perjanjian Giyanti (1755) disebutkan bahwa wilayah Mataram dibagi menjadi dua
wilayah kerajaan sebagai berikut.
a. Daerah Kesultanan Yogyakarta yang disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi
sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.
b. Daerah Kasuhunan Surakarta yang diperintah oleh Pakubuwono.
Akibat Perjanjian Salatiga peranan Belanda dalam pemerintahan Mataram semakin jauh
sehingga pada 1913 Mataram akhirnya terpecah menjadi empat keluarga raja yang masing-
masing memiliki kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Pakualaman
dan Mangkunegaran.
5. Kerajaan Cirebon
Kerajaan ini lahir pada abad ke-16. Pada abad tersebut, daerah Cirebon berkembang menjadi
pelabuhan ramai dan menjadi pusat perdagangan di pantai utara Jawa Barat. Majunya kegiatan
perdagangan juga mendorong proses islamisasi semakin berkembang sehingga Sunan Gunung
Jati membentuk kerajaan Islam Cirebon. Dengan terbentuknya kerajaan Islam Cirebon, maka
Cirebon menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Jawa Barat.
6. Kerajaan Banten
Pendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati dan raja pertamanya adalah Hasanuddin yang
merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Semula wilayah ini termasuk bagian dari Kerajaan
Pajajaran. Kerajaan Banten memiliki hubungan dengan kerajaan Demak. Hasanuddin menikah
dengan putri Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak, yaitu Maulana Yusuf dan
Pangeran Jepara.
Dalam perkembangan selanjutnya, Maulana Yusuf (1570) menggantikan ayahnya untuk menjadi
raja Kerajaan Banten yang kedua sampai dengan tahun 1580. Setelah itu, dilanjutkan oleh anak
Maulana Yusuf (1580-1605), kemudian Abdul Mufakhir, Abu Mali Ahmad Rahmatullah (1640-
1651) dan Abu Fatah Abdulfatah yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-
1582). Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan.
7. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh muncul setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis. Masa kejayaan Kerajaan Aceh
tercapai dalam pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Seni sastranya dalam kebudayaan
masyarakat Aceh dipengaruhi oleh budaya agama Islam. Rakyat Aceh terutama kaum ulamanya
gemar menulis buku kesusastraan. Misalnya, Nuruddin ar-Raniri menulis buku Bustanus Salatin
dan Hamzah Fansuri menulis Syair Perahu, Syair Burung Pingai, dan Asrar al Arifin. Selain itu,
hasil-hasil kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh lingkungan alamnya, yaitu sungai dan
lautan.Rakyat Aceh pandai membuat perahu dan kapal-kapal layar. Dengan demikian, tampaklah
bahwa masyarakat kerajaan Aceh dipengaruhi oleh budaya Islam
8. Kerajaan Gowa-Tallo
Hasil kebudayaan masyarakat Makasar dipengaruhi oleh lingkungannya yang dikelilingi lautan.
Hasil budaya rakyat Makasar yang paling terkenal adalah perahu bercadik, yang disebut
Korakora. Ciri pertahanan dari kerajaan Makasar adalah adanya benteng-benteng pertahanan.
Sampai sekarang di Makasar masih terdapat benteng-benteng pertahanan, yaitu benteng
Sombaopu dan View Rotterdam. Jadi, aspek kehidupan budaya rakyat Makkasar lebih bersifat
aqraris dan bahari.
Pengaruh agama dan budaya Islam di Maluku (Ternate dan Tidore) belum meluas ke seluruh
daerah. Sebabnya, masih banyak 89 rakyat Maluku yang mempertahankan kepercayaan nenek
moyangnya. Hal tersebut terbukti dari bekas peninggalan-peninggalannya, yakni masjid, buku-
buku tentang Islam, makam-makam yang berpolakan Islam yang ada di Maluku tidak begitu
banyak jumlah- nya. Dengan kata lain hasil-hasil kebudayaan rakyat Maluku merupakan
campuran antara budaya Islam dan pra islam
2. PERKAWINAN
Pedagang pada saat itu merupakan orang yang dihormati dan memiliki kedudukan yang tinggi di
tengah masyarakat. Kondisi ini mengakibatkan penduduk pribumi menginginkan untuk
menikahkan putri-putrinya dengan para pedagang tersebut, dengan terlebih dahulu mereka
diislamkan. Cara ini merupakan langkah efektif, karena dengan pernikahan ini akan terlahir
seorang anak yang muslim juga. Harapan lainnya, dengan pernikahan akan terbentuk masyarakat
sehingga suatu saat dapat terbentuk kerajaan dan pemerintahan Islam.
Contoh peristiwa pernikahan antara pedagang Islam dengan penduduk pribumi adalah
perkawinan Raden Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nya Manila, perkawinan Sunan Gunung
Djati dengan putri Kawungaten, perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri Jeumpa yang
bergama Islam yang kemudian berputra Raden Patah yang menjadi Raja Demak.
3. POLITIK
Islamisasi jalur politik dilakukan secara berkesinambungan antara penguasa dan pemerintahan.
Setelah penguasa atau raja masuk Islam, hampir dapat dipastikan bahwa rakyatnya juga masuk
Islam. Misalnya yang terjadi di Maluku dan Sulawesi. Hal itu terjadi karena masyarakat
memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap pemerintah, dan seorang raja akan menjadi panutan
bahkan menjadi contoh bagi rakyatnya.
Di Jawa proses perkaninan para wali dan juru dakwah dengan putri-putri keturunan kerajaan,
membuat status dakwah dan penyebaran Islam mendapatkan perlindungan dan berkembang lebih
cepat. Setelah raja dan rakyat memeluk Islam, kepentingan politik dilakukan dengan cara
perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam. Misalnya Sultan
Demak yang mengirimkan pasukan di bawah komandi Fatahillah untuk menguasai wilayah Jawa
Barat dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut.
4. PENDIDIKAN
Islamisasi jalur pendidikan dilakukan melalui pendidikan pesantren oleh para guru agama, kiyai
dan ulama. Bahkan banyak diantara para santri itu yang mendirikan dan memiliki pondok
pesantren sendiri.
Tujuan pendidikan di pondok pesantren adalah untuk mempermudah penyebaran dan
pemahaman agama Islam. Contoh pesantren perintis penyebaran Islam seperti pesantren yang
didirikan oleh Raden Rakhmat di Ample Denta-Surabaya, Pesantren Sunan Giti di Giri. Santri
yang belajar di pesantren tersebut bukan hanya berasal dari lingkungan sekitar, akan tetapi
banyak yang datang dari jauh bahkan dari luar pulau jawa semisal Kalimantan, Maluku, Makasar
dan Sumatera.
5. TASAWUF
Para sufi mengajarkan tasawuf yang diramu dengan ajaran yang suda h dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Seorang sufi biasa dikenal dengan gaya hidup yang penuh kesederhanaan. Seorang
sufi biasa menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah
masyarakat. Para sufi terbiasa membantu masyarakat, diantara mereka ada yang ahli dalam
menyembuhkan penyakit. Selain itu juga aktif menyiarkan dan mengajarkan ajaran Islam.
Diantara para sufi itu yang melakukan islamisasi dengan pendekatan tasawuf adalah Hamzah
Fansuri dari Aceh dan Ki Ageng Pengging di Jawa.
6. KESENIAN
Islamisasi jalur kesenian yang paling terkenal adalah dengan cara mengadakan pertunjukan seni
gamelan dan wayang. Cara ini banyak ditemukan di kawasan Yogyakarta, Solo, Cirebon. Seni
wayang, adalah kesenian yang memiliki banyak penggemar pada saat itu. Dengan mengemas
cerita wayang, para ulama menyisipkan ajaran Islam ke dalamnya sehingga masyarakat dapat
dengan mudah menangkap dan memahami ajaran Islam. Contoh pertunjukan wayang yang
dilaskanakan oleh Sunan Kalijaga, dimana dalam pertunjukannya masyarakat dapat menonton
dengan karcis membaca dua kalimat syahadat.
Kesenian lainnya yang juga berkembang dan menjadi jalur dalam penyebaran Islam adalah seni
bangunan, seni rupa (kaligrafi), seni tarik suara, permainan anak-anak.
Selain beberapa cara di atas, ada beberapa faktor yang menjadi sebab kenapa Islam mudah
berkembang di tanah air, yaitu:
Agama Islam bersifat terbuka sehingga penyiaran dan pengajaran agama Islam dapat dilakukan
oleh setiap orang Islam;
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara damai;
Islam tidak mengenal diskriminasi dan tidak membedakan kedudukan seseorang dalam
masyarakat;
Perayaan-perayaan dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana;
Dalam Islam dikenal adanya kewajiban bagi orang yang mampu untuk mengeluarkan zakat.
Zakat ini bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan kepedulian hidup di masyarakat