Professional Documents
Culture Documents
Search
Main menu
Home
About
Post navigation
Previous
ASUHAN KEPERAWATAN
MAKALAH
Disusun oleh:
SITI NURJANAH
RISMA NOVALIA
RINA FADILAH
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur kehadirat allah SWT. Atas karunia dan nikmatnya sehingga makalah yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.U DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULAR: HIPERTENSI DI RUANG MELATI YARSI dapat diselesaikan.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok praktek kerja lapangan pada
program keahlian ilmu keperawatan.
1. Bapak Eddi supriadi, SIP., SKM., M.Mkes., selaku ketua yayasan SMK BHAKTI
KENCANA Ciawi;
2. Drs. Dadang Somantri, selaku kepala sekolah SMK BHAKTI KENCANA Ciawi;
3. Ibu Juanita F.Z, S.kep.Ners., selaku kepala program pendidikan (KAPRODI)
keperawatan SMK KESEHATAN BHAKTI KENCANA Ciawi;
4. Bapak Deden Muhamad A.MD,Kep., selaku pembimbing akademis dari SMK
KESEHATAN BHAKTI KENCANA Ciawi;
5. Bapak E. Permana selaku pembimbing lapangan YARSI;
6. Ibu Mimin Mintarsih, AMK., selaku kepala ruangan melati YARSI Tasikmalaya;
7. Seluruh rekan-rekan siswa program keahlian ilmu keperawatan SMK KESEHATAN
BHAKTI KENCANA C iawi yang telah memberikan bantuan dan masukannya dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena
itu, kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.
1. Latar Belakang..
2. Ruang Lingkup
3. Tujuan Penulisan.
4. Metode Penulisan
5. Sistematika Penulisan..
BAB II TINJAUAN TEORITIS.
1. Pengertian
2. Anatomi dan Fisiologi.
3. Klasifikasi
4. Etiologi
5. Patofisiologi.
6. Factor predisposisi
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan
9. Konsep dasar asuhan keperawatan
10. Analisa data..
11. Diagnose keperawatan
12. Perencanaan
13. Implementasi
14. Evaluasi
1. Pengakajian..
2. Pemeriksaan fisik.
3. Pola aktivitas.
4. Pemeriksaan penunjang
5. Analisa data
6. Diagnose keperawatan.
7. Perencanaan..
8. Implementasi
9. Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana
stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%, kedua hipertensi 6,8%, penyakit jantung
iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6% (Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007 juga
disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit
kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki (48%).
Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis berpendapat bahwa hipertensi masih
memerlukan berbagai penanganan secara konprehensif dan keikutsertaan klien dan keluarga
sangat membantu dalam upaya memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk itu, penulis
ingin mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang penanganan/asuhan terhadap klien dengan
hipertensi yang tersusun sebagai karya tulis/makalah dengan judul Asuhan keperawatan
pada klien Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruangan Melati
YARSI Daerah Kabupaten Tasikmalaya.
1. B. Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan keperawatan pada klien
Ny. U dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI tasikmalaya
meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi, dan evaluasi.
1. C. Tujuan Penulisan
2. 1. Tujuan umum
Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan terhadap klien dengan gangguan sistem
kardiovaskular : hipertensi, secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual
1. 2. Tujuan khusus
Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual diharapkan siswa mampu:
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memberikan
gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang berlangsung melalui proses
keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi
dengan cara:
1. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas kesehatan lain untuk
mendapatkan data subjektif dari klien.
1. Studi Dokumentasi
Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti catatan keperawatan,
catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
1. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep dasar penyakit maupun
konsep asuhan keperawatan.
1. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan mengamati langsung
perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data serat mencatat hal-hal penting
termasuk pemeriksaan fisik
Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat luka,
ada tidaknya hematom, dan lain-lain.
Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah ada masa
atau tidak.
Perkusi adalah pemeiksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan menggunakan
reflek hammer.
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan dengan
menggunakan stetoskop.
1. E. Sistematika Penulisan
Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 5 Bab, yang terdiri dari:
Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar yang terdiri dari definisi, anatomi
dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan medis, dan konsep dasar
asuhan keperawatan.
Bab III : Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari
pengakajian, dignosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan, yaitu berisi tentang kesenjanagn dari hasil yang didapatkan di
lapangan dengan teori yang ada, meliputi pengakajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Bab V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan keperawatan
pada klien Ny. U dengan gangguansistem kardiovaskular : hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah
diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison 1997)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi
sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).
Berdasarkan definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah
diastolik 90 mmHg atau lebih.
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat pada
sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas- : pembuluh darah besar
Bawah- : diafragma
Setiap sisi : paru-
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
1. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
1. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat
berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat
lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke
venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
1. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venul.
Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
1. 2. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung oksigen dalam sistem
arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk mengumpulkan darah deoksigenasi (darah
yang kadar oksigennya kurang) dari sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk
reoksigenasi (Black, 1997)
Selain itu manifestasi klinik pada penderita hipertensi adalah sebagia berikut:
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.
1. D. Etiologi
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai
respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
o Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.
o Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan
darah meningkat.
o Stress Lingkungan.
Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar
adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau
garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan
yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
1. E. Patofisiologi
1. F. Faktor Predisposisi
2. Factor yang tidak dapat diubah
Usia, jenis kelmin, RAS, riwayat TIA dan stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi
atrium, heterozygote atau homozygote untuk homositinuria.
1. G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laborat
1. i. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
2. ii. BUN / kreatinin : memberikan informasi
tentang perfusi / fungsi ginjal.
3. iii. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4. iv. Urinalisa : darah, protein, glukosa,
mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
5. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
8. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area
katup,pembesaran jantung.
1. H. Penatalaksanaan
Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan diuretic,
golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi rennin
angitensin.
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan. Hal ini
disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien baik sebagai
individu, keluarga maupun mayarakat (Nursalam, 2001). Iyer et all (1996) mengemukakan dalam
proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).
1) Biodata
Mencakup identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, no.
medrek, Dx medis, tanggal masuk, dan tanggal pengkajian.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
Riwayat penyakit sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang sedang dijabarkan dari keluhan
utama dengan menggunakan PQRST, yaitu:
Pada kasus hipertensi, ditemukan adanya rasa pusing. Keluhan dirasakan semakin berat bila
melakukan aktivitas yang berat.
Pada kasus hipertensi ditemukan adanya pusing yang tak tertahankan di seluruh bagian kepala
S = savety; yaitu intensitas dari keluhan utama, apakah sampai mengganggu aktivitas atau
tidak, seperti bargantug pada derajat beratnya.
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner, merokok,
penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang beraktivitas.
Riwayat penyakit kronis/generative keluarga yang ada hubungannya dengan adanya penyakit
jantung, stroke, dan lain-lain.
e) Aspek psikologis
Pada aspek psikologis, ditemukan adanya tingkat stress yang tinggi pada klien, emosi yang labil.
f) Aspek Sosial
Pada aspek social tidak ditemukan hubungan ketergantungan karena klien masih bisa melakukan
aktifitasnya namun agak sedikit terganggu.
g) Aspek spiritual
1. 2. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus I-XII
)gangguan penlihatan, gangguan ingatan
Mengkaji tanda-tanda vital
Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran kehilangan sensasi,
susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan ingatan, tonus otot menurun dan
kehilangan reflek tonus, BB biasanya mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi
batas normal.
Respon membuka:
Spontan 4
Berdasarkan perintah verbal 3
Berdasarka rangsangan nyeri 2
Tidak member respon 1
Respon motorik:
Menurut perintah 6
Melikalisir rangsangan nyeri 5
Menarik/berlawanan rangsangan nyeri 4
Fleksi abnormal (terhadap nyeri) 3
Ekstensi (terhadap nyeri) 2
Tidak member respon 1
Respon verbal:
Orientasi baik 5
Konversi kacau (bicara bingung) 4
Kata-kata kacau (tidak sesuai) 3
Bersuara inkomprehensif (suara tidak ada kata) 2
Tidak memberikan respon 1
NILAI:
15 : Compos mentis
12-14 : Somnolen
8-11 : Soporus
3-7 : Coma
Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan menurun, buta total,
kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan
yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah yang
pernah dikenali dengan baik.
1. System penciuman
1. System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi sekresi)
1. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau kondisi jantung),
perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung
vaskuler.
1. System pencernaan
1. System persarafan
1. System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien merasa kesulitan
untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau kebas.
1. System integument
1. J. Analisa data
Perpirasi
DO:
Kenaikan TD
2. DS: Peningkatan CO Intoleransi
aktivitas
Kelemahan Peningkatan afterload
Frekuensi jantung
meningkat
Perubahan irama
jantung
Takipnea
3. DS: Saraf simpatis Gangguan rasa
nyaman:
Keluhan Ach nyeri(sakit) kepala
pusing/pening, berdenyut
Saraf pasca ganglion
Sakit kepala
suboksipital Aorepinefrine
Gangguan Konriksi
penglihatan
Sakit kepala
DO:
Perubahan
keterjagaan
Afek
Orientasi
Proses piker
4. DS: Ginjal/rennin Potensial
perubahan perfusi
Angiotention I jaringan
Gangguan ginjal
(infeksi/obstruksi atau Angiotension II
riwayat penyakit gnjal
sebelumnnya) Aldosteron
1. K. Diagnosa keperawatan
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi
1. L. Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan 1. :
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapatditerima,
memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentangnormal pasien.
Intervensi :
o Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
o Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
o Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
o Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
o Catat edema umum.
o Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
o Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
o Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
o Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
o Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
o Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
o Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
o Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan,melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi :
Diagnosa Keperawatan 3. :
Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman.
Intervensi :
1. M. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari aapa yang sudah direncanakan dari setiap diagnose yang
muncul.
1. N. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, proses yang continue yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketetapan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau
respon pasien untuk menentukan keaktifan rencana perawatan dan memenuhi kebutuhan pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. A. Pengkajian
2. a. Identitas klien
Nama : Ny. U
Umur : 60 tahun
Agama : islam
Ruangan : cempaka
Nama : Tn. E
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
1. c. Keluhan utama
Pusing / sakit kepala
Pada tanggal 07 April 2011 jam 11.00 WIB klien sedang beraktivitas seperti biasa, beberapa saat
kemudian klien merasakan sakit kepala, pada saat yang bersamaan klien sedang flu. Kemudian
sakit kepala yang dirasakan semakin berat setelah klien mandi dengan mengguanakan air dingin.
Kemudia pada tanggal 08 April 2011 jam 08.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke UGD
YARSI Tasikmalaya dan dirawat di Ruang melati jam 09.00 WIB, pada saat dikaji jam 10.00
WIB keluarga klien mengatakan pada malam harinya klien tidak bias tidur karena sakit kepala
yang dirasakannya, ditambah juga klien merasa sakit perut. Selama dirawat klien agak terbatas
memenuhi ADL sehingga untuk memenuhinya dibantu sebagian oleh keluarga.
Keluarga klien mengatakan klien mempunyai riwayat hiperteni 5 tahun yang lalu sejak usia klien
55 tahun, klien rutin mengontrol tekanan darahnya karena klien mempumyai alat pengukur
tekanan darah sendiri dirumahnya, terakhir sebelum dibawa ke rumah sakit tekanan darahnya
170/100 mmHg. Klien juga mempunyai penyakit maag karena pola makan yang tidak teratur.
Keluarga klien mengatakan di keluarga hanay klien yang mempunyai riwayat hipertensi, dan di
keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit kronis lainnya, seperti TBC, DM, asma dan
lain-lain.
1. g. Aspek psikologis
keluarga klien mengatakan klien mudah panic dan gelisah jika mendengar sesuatu yang
mengejutkan dan setelah itu tekanan darahnya akan naik.
1. h. Aspek social
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti anaknya bergantian menjaganya selama di
Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang
menjenguknya,
1. i. Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah,
begitu juga selama dirawat di rumah sakit.
1. B. Pemeriksaan fisik
2. a. Pemeriksaan umum
Nilai GCS : 15
Respon membuka :4
Respon motorik :6
Repon verbal :5
TD : 180/100 mmHg
R : 25x/menit
N : 85x/menit
S : 36oC
1. b. System pengindraan
1) Sistem penglihatan
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan
cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
2) System pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien
mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
3) System penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan
tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
4) System pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan
garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
5) System integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik
karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit
bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
6) System pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi tidak utuh beberapa sudah tanggal, jumlah gigi sudah tanggal, jumlah
gigi susu dan gigi taring 4, geraham premolar 2, gerakan motor 12, jumlah gigi 26, mukosa bibir
kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.
7) System pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada
negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor
pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8) System kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis,
tidak ada bunyi tambahan.
9) System perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra
pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena
cahaya)
N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.
Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada luka.
1. C. Kebiasaan sehari-hari
1. Minum
Frekuensi
Jumlah
2. Eliminasi 1-2 x/hari 1 x/hari
Frekuensi 1
/2 -1 cc/kg berat badan/jam Tidak tentu
Warna
Terpasang kateter
3. Istirahat Tidur 21.00 05.00 WIB 21.00 05.00 WIB
Siang
Masalah tidur
4. Personal Hygiene 2x sehari 2x sehari
1. Mandi Ya Ya
1. Pemeliharaan sendiri
Rambut
Frekuensi
Penggunaan
shampoo
Cara melakukan
1. Pemeliharaan
Kuku
Frekuensi
Cara melakukan
5. Aktivitas Klien mengatakan mulai Klien melakukan
beraktivitas pada jam 05.30 aktivitasnya
16.30 WIB sebagai Petani Sendiri
1. D. Pemeriksaan penunjang
2. a. Laboratorium 08-04-2011
Ht = 30 % (40 48 %)
1. b. Terapi 08-04-2011
Clorotiazid 21
Ctm 31
Antasida doen 31
Pct 31
B1 31
1. E. Analisa data
TD: 170/100
mmHg
Peristaltik usus
12x/menit
Terpasang infus
1. G. Perencanaan
Keluarga
klien
mengatakan
sakit kepala
yang
dirasakna
klien
berkurang
1. Membantu
untuk
menurunkan
rangsangan
simpatis;
meningkatkan
relaksasi.
1. Tiazid mungkin
digunakan
sendiri atau
dicampur
dengan obat
lain untuk
menurunkan
TD pada pasien
dengan fungsi
ginjal relative
normal.
Tupan:
Keluarga klien 1. Memenuhi
mengatakan Nutrisi 1. Berikan makanan sesuai kebutuhan
klien merasa terpenuhu dengan diet yang disarankan nutrisi klien
sakit perut sehingga 2. Menirmalkan kadar asam
karena klien metabolism lambung sehingga dapat
tidak makan tubuh mengurangi kembung dan mual
apapun dan kembali
hanya minum normal
saja sejak sakit
kepala
dirasakan.
Tupen:
DO:
Keluarga
Peristaltik usus klien
12x/menit mengatakan
klien sudah
Terpasang mau makan
infuse kembali
sesuai diet
yang
disarankan
1. H. Implementasi
R = klien kooperatif
08.00 WIB III T = memberikan kompres hangat di perut
klien
R = klien kooperatif
13.00 WIB I T = mengaji TTV klien
R = klien kooperatif
16.00 WIB I T = menyarankan pada klien untuk
membatasi jumlah pengunjung dan
lamanya tinggal
R = klien kooperatif
18.30 WIB I T = mengkaji TTV klien
R = klien kooperatif
20.00 WIB IV T = menganjurkan keluarga untuk
membacakan ayat suci al-quran kepada
klien
R = keluarga kooperatif
2. Selasa, I T = mengkaji TTV klien
R = klien kooperatif
10.00 WIB I T = memberikan penyuluhan kepada klien
dan keluarga sebelum pulang
1. I. Evaluasi
P:
I:
A : masalah teratasi
P:
I:
A : masalah teratasi
P:
I:
A : masalah teratasi
P:
I:
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam pemabhasan makalah mengenai asuhan keperawatan pada klien Ny. U dengan
gangguan sisem kardiovaskular: hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya pada tanggal 8-
9 April 2011 melalui pendekatan studi kasus didapatkan kesenjangan antara teori dan kenyataan
di lapangan, pembahasan dibahas melalui langkah-langkah keperawatan sebagai berikut:
1. A. Pengkajian
Pada waktu pengkajian pada kenyataannya lebih mudah melaksanakan pengkajian secara head
tu-toe daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengakaji riwayat kesehatan klien,
peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, perankeluarga sangatkooperatif dalam
memberikan berbagai informasi yang dibutuhka untuk menegakkan diagnosa, disamping itu
berbagai dukungan penulis dikatakan baik dari perawat ruangan, dokter, maupun petugas
kesehatan yang lainya yang bekerja di Ruang Melati.
1. B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan menurut Doenges, 1999 tentang cardiovascular/ hipertensi adalah sebagai
berikut:
Sedangkan beberapa diagnose yang ada di lapangan tetapi tidak terdapat di buku acuan penulis
antara lain:
Patokan penulis dalam tahap perencananan adalah sesuai teori Doenges pada tahun 1999.
1. D. Implementasi
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
1. E. Evaluasi
Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan,
hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada di lapangan.
BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawaan yang penulis laksanakan pada Ny, U dengan gangguan
sistem kardiovaskular : hipertensi di Ruang Melati YARSI Tasikmalaya diperoleh kesimpulan
bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskular : hipertensi
dibutuhkan suatu koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah satu
koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter, staf ruangan, demi
peningakatan status kesehatan klien disertai dengan dukungan penuh dari keluarga.
1. B. Saran
2. Untuk Klien dan Keluarga
Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup yang menuju ke arah
berulangnya hipertensi, misalnya hinadri konsumsi garam berlebih, hindari stress, jangan
banyak pikiran, dan olah raga teratur. Anjurkan untuk selalu cek status kesehatan ke
tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien demi peningakat status
kesehatan klien dan diharapkan keluarga ikut waspada terhadap resiko pada keluarga
klien sendiri.
1. Untuk Siswa
Diharapkan siswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, amupun
mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi
peningkatan status kesehatan klien.
Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek
bio-psiko-sosio-spiritual
http://www.wikipedia.com
Share this:
Twitter
Facebook1
Leave a Reply
Follow