You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
ENZIM

Nama : Dwita Rizqi Firamadhani


NIM : 1610211036
Tanggal Praktikum : 29 Maret 2017
Tanggal Penyerahan : 5 April 2017

PROGRAM STUGI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Memahami pengaruh suhu, pH, konsentrasi enzim,dan konsentrasi substrat terhadap
aktivitas enzim

1.2 Dasar Teori


Enzim merupakan biokatalis. Enzim meningkatkan ketepatan reaksi dengan cara
menyediakan menyediakan jalur reaksi alternatif yang memerlukan sedikit energi. Pada
awalnya semua enzim dianggap protein,namun penelitian terakhir menunjukkan bahwa
ribosom juga bertindak biokatalis. Ribosom adalah molekul asam ribonukleat (RNA)
yang mengkatalis reaksi pada ikatan fosfodiester dari RNA lainnya.
Enzim diklasifikasikan ke dalam 6 kelas berdasarkan jenis reaksi yang dikatalis :
1. Oksidoreduktase, enzim yang mengkatalis perpindahan atom hydrogen atau oksigen
atau elektron. Contohnya : Dehidrogenase, Oksigenase, Peroksidase, dll.
2. Transferase , enzim yang mengkatalis perpindahan gugus fungsi tertentu dari satu
molekul ke molekul lain. Contohnya : Transkarboksilase, Transaminase,
Transmetilase, dll
3. Hidrolase, enzim yang mengkatalisis reaksi selain hidrolisis dimana pemutusan
ikatan melibatkan penambahan molekul air. Contohnya : Esterase, Fosfatase,
Peptidase dll.
4. Lipase , enzim yang mengkatalisis reaksi (selain hidrolisis) dimana gugus (seperti
H2O, CO2, dan NH3) dihilangkan dan membentuk ikatan rangkap atau ditambahkan
ke ikatan rangkap. Contohnya : dekarboksilase, dehydratase, deaminase, dll
5. Isomerase, enzim yang megkatalis beberapa tipe reaksi yang terjadi dalam proses
penataan intramolekul. Contohnya: mutase, epimerase dll
6. Ligase enzim yang mengkatalis pembentukan ikatan antara dua molekul substrat.
Contonya : Sintetase, Karboksilase, dll

Aktivitas Enzim yang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ph dan suhu
1. PH, sangat sensitive terhadap perubahan ph optimum. Pengaruh dari ph adalah
Karena perubahan-perubahan ionik pada residu-residu asam amino dan enzim (pada
sisi aktif) dan pada molekul substrat . perubahan ini dapat mempengaruhi pengikatan
substrat dan kecepatan reaksi. Perubahan Ph yang drastic/ekstrim dapat menyebabkan
denaturasi atau kehilangan fungsi biologi
2. Suhu, semua proyeksi kimia dipengaruhi oleh suhu.kecepata reaksi meningkat
Karena banyak molekul memiliki energi yang cukup banyak untuk memasuki keadaan
transisi. Kecepatan reaksi yang dikatalis oleh enzim juga meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu, namun kenaikan suhu juga dapat meningkatkan kecepatan
denaturasi enzim. Setiap enzim memiliki suhu optimum, enzim juga dapat . enzim
juga merupakan protein, sehingga nilai suhu optimum bergantung pada ph dan
kekuatan ionik. Suhu optimum protein bergantung pada suhu dimana organisme itu
berada. Contohnya suhu optimum untuk enzim-enzim hewan/manusia berada pada
kisaran 37C, sedangkan organisme yang hidup pada daerah bersuhu tinggi (sumber
air panas atau kawah gunung berapi ) mempunyai suhu optimum di atas 50C.
Enzim dalam aktifitasnya bekerja secara spesifik terhadap substrat yang akan
dikatalisisnya dengan begitu kita akan dapat mengetahui berapa besar aktivitas yang
dilakukan. Seperti contoh adalah enzim yang bekerja untuk mendegrasi amilum adalah
amilase. Enzim ini banyak terdapat pada saliva, sehingga makanan yang dikunyah lama
akan terasa manis karena senyawa polisakarid akan terurai menjadi monosakarida.
(Anonim, 2011)
Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi dalam sel. Sebagai protein,
enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi seperti
konversi energi dan metabolisme pertahanan sel. Enzim amilase memiliki kemampuan
untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen. Molekul pati yang merupakan
polimer dari alfa-D-glikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa-1,4- dan alfa-
1,6-glikosida (Hart 2003).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa factor, terutama adalah substrat, suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah, diluar suhu atau pH yang
sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau struktur akan mengalami kerusakan.
Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga
dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan ativasi enzim,
sedangkan activator adalah yang meningkatkan aktifitas enzim hanya obat dan racun
adalah inhibitor enzim.(Hafiz Soewoto, 2000)
Produksi enzim amilase dapat menggunakan berbagai sumber karbon. Contoh-contoh
sumber karbon yang murah adalah sekam, molase, tepung jagung, jagung, limbah tapioka
dan sebagainya. Jika digunakan limbah sebagai substrat, maka limbah tadi dapat
diperkaya nutrisinya untuk mengoptimalkan produksi enzim. Sumber karbon yang dapat
digunakan sebagai suplemen antara laian: pati, sukrosa, laktosa, maltosa, dekstyrosa,
fruktosa, dan glukosa. Sumber nitrogen sebagai suplemen antara lain: pepton, tripton,
ekstrak daging, ekstrak khamir, amonium sulfat, tepung kedelai, urea dan natrium nitrat.
(Pujiyanti, 2007).
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah cirri
suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja
terhadap berbagai macam reaksi. Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses
biokimia yang terjadi didalam sel maupun diluar sel. Suatu enzim dapat mempercepat
reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dari pada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa
katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katlis yang sangat efisien, disamping itu
mempunyai derajar kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat
menurunkan energy aktivitas suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan
energy (energi endorgani) dan ada pula yang menghasilkan energy atau mengeluarkan
energy (eksorgonik). (Poedjadi, 2005).
Enzim adalah proses metabolisme berperan sebagai biokatalis dalam setiap reaksi
metabolism yang terjadi pada makhluk hidup. Dalam aktifitas enzim ini dipengaruhi oleh
berbagai factor seterti konsentrasi, suhu maupun pH. Pada kondisi yang sesuai enzim ini
dapat bekerja secara optimal dalam reaksi katabolisme maupun anabolisme (Tim Dosen
Biokimia, 2011).
Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim,
apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu
enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang
mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal
dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai
dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada
protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun
koenzim, keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat.
Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam maupun
diluar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Suatu enzim
dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan laju reaksi tanpa katalis.
Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara menurunkan energi aktifasi, sehingga laju
reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


1. Beaker glass
2. Gelas ukur
3. Statif dan Biuret
4. Erlenmeyer
5. Pipet volume
6. Pipet tetes
7. Gelatin 1%,2%,3%
8. HgCl2 ;0,1
9. NaOH
10. NH4OH
11. Na2CO3
12. Indicator pp
13. Papain
14. HCl
15. Formalin
16. Aquades
17.
2.2 Cara Kerja
ENZIM 1
1. Uji pengaruh suhu
a. menyiapkan 3 erlenmeyer 250 ml, masing-masing disi 3 ml. Gelatin 1%
b. Erlenmeyer A meletakkan pada suhu 0C, Erlenmeyer B diletakkan pada suhu
kamar (25C), Erlenmeyer C diletakkan pada suhu 40 , Erlenmeyer D
diletakkan pada suhu 75 . masing-masing Erlenmeyer mendapatkan perlakuan
selama 5 menit .
c. Masing-masing Erlenmeyer ditambah 1ml enzim Papain 0,01% dalam waktu 10
menit kemudian ditambahkan HgCl 10% beberapa tetes.
d. Menentukan kadar protein dengan metode Formol
2. Uji Pengaruh Keasaman
a. Menyiapkam 3 erlenmeyer 250 ml , masing-masing diisi 3 ml Gelatin 1%
b. Masing-masing Erlenmeyer metambahkan 1ml enzim papain 0,01%. Erlenmeyer
A Ditambahkan Air, Erlenmeyer B ditambahkan HCl 10% dan Erlenmeyer C
Ditambahkan Na2CO3 Sebanyak 1 ml
c. Digojag dan dibiarkan selama 10 menit
d. Menentukan kadar protein terlarut dengan Metode Formol
3. Uji pengaruh basa
a. Menyiapkan 3 erlenmeyer 250 ml , masing-masing diisi 3ml gelatin 1%
b. Masing -masing Erlenmeyer ditambahkan 1 ml enzim papain 0,01% kemudian
Erlenmeyer A ditambahkan air, Erlenmeyer B ditambahkan NaOH 10 10% dan
Erlenmeyer C ditambahkan dengan NH4OH sebanyak 1 ml
c. Digojag dan dibiarkan selama 10 menit
d. Menenrukan kadar protein terlarut dengan metode formol
4. Uji pengaruh konsentrasi enzim
a. Siapkan Erlenmeyer 250 ml , masing-masing diisim 3 ml gelatin 2% Erlenmeyer
A ditambahkan enzim Papain 0,01%, Erlenmeyer B ditambahkan enzim Papain
0,05% dan Erlenmeyer C ditambahkan enzim Papain 0,1 % sebanyak 1 ml
b. Digojag dan dibiarkan selama 15 menit
c. Menentukan kadar protein terlarut dengan metode Formol
5. Uji pengaruh konsentrasi Substrat
a. Siapkan Erlenmeyer 250 ml , Erlenmeyer A diisi gelatin 1% , Erlenmeyer B diisi
Gelatin 2% dan Erlenmeyer C diisi Gelatin 3%
b. Masing-masing Erlenmeyer ditambahkan enzim Papain0,01%
c. Menentukan kadar protein terlarut dengan metode Formol

ENZIM 2
1. Menyiapkan semua bahan seperti pada acara enzim 1
2. Masing-masing bahan dipindahkan dalam labu ukur 100 ml, diencerkan sampai tanda
batas, digojag sampai homogen
3. Mengambil 10 ml larutan dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml ,
menambahkan 2 tetes indicator pp, titrasi dengan 0,1% N NaOH sampai berwarna
merah jambu
4. Membuat blanko dari 10 ml aquades dan menambahkan 2 tetes pp, titrasi dengan 0,1
NaOH
BAB 3
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel pengamatan

A. ENZIM 1
1. Uji Pengaruh Suhu
Keterangan
Bahan Hasil
Sebelum Sesudah
A. suhu 25C A. Encer agak kekuningan A. Sedikit kental, tidak berbau,
B. Encer agak kekuningan bewarna kekuningan.
Gelatin 1% + B. suhu 40C
C. Encer agak kekuningan B. Sedikit kental, tidak berbau
papain 0,01% C.lebih kental, keruh,tidak
C. suhu 75C
berbau.

2. Uji Pengaruh Keasaman


Bahan Hasil Keterangan
Gelatin 1% + A. V=11Ml A. bewarna merah jambu
papain 0,01% B. V = 11Ml B. bewarna merah jambu
C. V= 11Ml C. bewarna merah jambu

3. Uji Pegaruh Basa


Keterangan
Bahan Hasil
Sebelum Sesudah
A. ditambah air 1mL Tidak bewarna dan A. Bertambah kental, bewarna keruh
B. ditambah NaOH 10% tidak berbau dan tidak berbau
Gelatin 1% + sebanyak 1 mL b. Tidak adaperubahan wara,berbau

papain 0,01% menyengat


C. diambah NH4OH 10%
C. Bertambah kental, bewarna
sebanyak 1 mL
keruh,tidak berbau.

4. Uji Pengaruh Kosenrasi Enzim


Bahan Hasil Keterangan
Gelatin 1% + papain 0,01% V= 10,1 mL Warna keruh kekuningan, lebih
kental, tidak berbau
Gelatin 1% + papain 0,05% V= 10,1 mL Warna keruh, kental, tidak berbau.
5. Uji Pengaruh Kosenrasi Enzim
Bahan Hasil Keterangan
Gelatin 1% + papain 0,01% V= 10,1 Warna kuning keruh, kental, tak berbau
Gelatin 2% + papain 0,01% V= 10,2 Warna bening, ecer, tak berbau
Gelatin 3% + papain 0,01% V= 9 Warna kuning keruh, kental, tak berbau

B. ENZIM 2
1. . Hasil Titrasi Pengaruh Suhu
Bahan Suhu kamar (25 C) 40 C 75C
Bewarna kuning terang Bewarna kuning Bewarna kuning
Tak berbau Tak berbau Tak berbau

Gelatin 1% + papain Terdapat endapan merah Erdapat endapan merah Tidak terdapat endapan
jambu jambu merah jambu
0,01%
V1=1,5 V1=1,5 V1=1,5
V2= 4,3 V2= 4,7 V2= 4,6

2. Hasil Titrasi Pengaruh Keasaman


Bahan Air HCl Na2CO3
Gelatin 1% + papain Ditambah 10 tetes NaOH Ditambah 10 tetes Ditambah 10 tetes
Berbau NaOH NaOH
0,01%
V1= 11 mL Berbau V1=11 Ml
V1= 11 mL
Ditambah 5 tetes NaOH Ditambah 24 tetes Ditambah 28 tetes
Berbau NaOH NaOH
V2= 16 mL Berbau V2= 17 Ml
V2= 18

3. Hasil Titrasi Pegaruh Basa


Bahan Air NaOH NH4OH
Gelatin 1% + papain Ditambah 6 tetes NaOH Ditambah 20 tetes NaOH
Ditambah 20 tetes NaOH
Tak berbau, bewarna Tak berbau, bewarna
0,01% Tak berbau, bewarna
merah jambu merah jambu
merah jambu
V1=10,5mL V1=13Ml
V1=13mL

Ditambah 10 tetesNaOH Ditambah 8 tetes NaOH Ditambah 9 tetes NaOH


Berbau menyengat Tak berbau berbau
V2= 15mL V2=15mL V1=15,5Ml
4. Hasil Titrasi Pengaruh Kosenrasi Enzim
Enzim papain Enzim papain
Bahan
0,01% 0,05%
Gelatin 2% V1= 10,1mL V1= 10,1
V2= 16 mL V2= 16,1

5. Hasil Titrasi Pengaruh Kosenrasi Enzim


Bahan Gelatin 1% Gelatin 2% Gelatin 3%
Enzim papain 0,01% V1= 10,1 mL V1= 10,2 mL V1= 9 mL
V2= 17 mL V2= 16 mL V2= 15 Ml

1. Perhitungan hasil titrasi Pengaruh suhu


( )0,114,008100
A. = 1000
(4,31,5)0,114,008100
= 11000

=0,392
%P = NxFk
= 0,39x6,25
=2,43%
( )0,114,008100
B. = 1000
(4,71,5)0,114,008100
= 11000

=0,448
%P = NxFk
= 0,44x6,25
= 2,75%
( )0,114,008100
C. = 1000
(4,61,5)0,114,008100
= 11000

=0,434
%P = NxFk
=0,43x6,25
=2,68%
2. Perhitungan hasil titrasi pengaruh keasaman
( )0,114,008100
A. = 1000
(51,5)0,114,008100
= 11000

= 0,4908
%P = NxFk
=0,4908x6,25
=3,08%
( )0,114,008100
B. = 1000
(71,5)0,114,008100
= 11000

=0,77044
%P = NxFk
=0,77044x6,25
=4,815%
( )0,114,008100
C. = 1000
(61,5)0,114,008100
= 11000

=0,63036
%P = NxFk
=0,6306x6,25
=3,93975%

3. Perhitungan hasil titrasi pengaruh basa


( )0,114,008100
A. = 1000
(2,41,5)0,114,008100
= 11000

= 0,596
%P = NxFk
=0,596x6,25
=3,72%
( )0,114,008100
B. = 1000
(4,51,5)0,114,008100
= 11000

=0,239
%P = NxFk
=0,239x6,25
=1,49%
( )0,114,008100
C. = 1000
(5,21,5)0,114,008100
= 11000

=0,518
%P = NxFk
=0,518x6,25
=3,23%
4. Perhitungan hasil titrasi Pengaruh kosentrasi enzim
( )0,114,008100
A. = 1000
(5,91,5)0,114,008100
= 11000

=0,617
%P = NxFk
= 0,617x6,25
= 3,85
( )0,114,008100
B. = 1000
(4,51,5)0,114,008100
= 11000

=0,63
%P = NxFk
= 0,63x6,25
= 3,93%
5. Perhitungan hasil titrasi Pengaruh kosentrasi subtrat
( )0,114,008100
A. =
1000
(6,91,5)0,114,008100
= 11000

= 0,76
%P = NxFk
= 0,76x6,25
= 4,75%
( )0,114,008100
B. = 1000
(5,81,5)0,114,008100
= 11000

= 0,60
%P = NxFk
=0,60x6,25
=3,75%
( )0,114,008100
C. = 1000
(61,5)0,114,008100
= 11000

=0,63
%P = NxFk
=0,63x6,25
=3,92%
BAB VI
PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini kami akan membahas tentang enzim, Enzim adalah
biomolekul berupa protein berbentuk bulat (globular), yang terdiri atas satu rantai polipeptida
atau lebih dari satu rantai polipeptida. Enzim berfungsi sebagai katalis atau senyawa yang
dapat mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi. Dengan adanya enzim, molekul awal
yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut
produk . Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat
dibandingkan dengan reaksi yang dilakukan tanpa katalis. Enzim bersifat efisien dan spesifik
dalam kerja katalitiknya, sehingga enzim dikatakan mempunyai sifat sangat khas karena
hanya bekerja pada substrat tertentu dan bentuk reaksi tertentu. Kespesifikannya disebabkan
oleh bentuknya yang unik dan adanya gugus-gugus polar (atau nonpolar) yang terdapat dalam
struktur enzim. Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis.
Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang sangat
spesifik yang disebut enzim merupakan katalis yang sedang dikembangkan dalam industri
kimia. Enzim dapat berupa untai protein tunggal atau berupa protein yang mengikat unsur
atau gugus tertentu. Enzim yang berupa protein saja dinamakan apoenzim sedang enzim yang
merupakan gabungan antara protein dengan unsure atau gugus non protein disebut
holoenzim. Bagian enzim yang berupa unsure dinamakan ko factor sedang yang berupa
senyawa organic disebut ko enzim. Bagian enzim non protein tersebut berperan penting
dalam reaksi katalisis dan disebut sebagai gugus prostetik. Ko-enzim pada umumnya berupa
senyawa kelopmpok vitamin larut dalam air.
F. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Enzim sebagai biokatalisator berstruktur protein, dalam mekanisme kerja aktivitasnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, konsentrasi substrat, konsentrasi
enzim, kehadiran aktivator atau inhibitor (Poedjiadi, 1994).
a. Suhu
Aktivitas kerja enzim dipengaruhi oleh temperatur lingkungan dimana enzim
bekerja. Biasanya suhu dapat mempercepat proses reaksi, namun pada titik suhu
tertentu kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan mulai menurun bahkan
aktivitasnya tidak lagi nampak. Kondisi suhu dimana enzim dapat menghasilkan
aktivitas tertinggi dinamakan suhu atau temperatur optimum.Enzim merupakan
senyawa protein yang sangat peka terhadap perubahan temperatur. Semakin tinggi
temperatur akan terjadi perubahan struktur enzim yang diikuti oleh hilangnya
aktivitas katalitik dari enzim tersebut. Setiap kenaikan suhu 10o C, kecepatan
enzim akan menjadi dua kali lipat, sampai batas suhu tertentu. Enzim dan protein
pada umumnya dinonaktifkan oleh suhu tinggi.Pada temperatur rendah, laju
inaktivasi enzim berjalan lambat dan sangat kecil, sehingga boleh diabaikan.

b. pH
Potensial Hidrogen (pH) merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan apabila bekerja dengan enzim, hal ini dikarenakan enzim hanya
mampu bekerja pada kondisi pH tertentu saja. Suatu kondisi pH dimana enzim
dapat bekerja dengan aktivitas tertinggi yang dapat dilakukannya dinamakan pH
optimum. Sebaliknya pada pH tertentu enzim sama sekali tidak aktif atau bahkan
rusak.Semua enzim peka terhadap perubahan pH, dan nonaktif pada lingkungan
pH sangat rendah (asam kuat) dan pH tinggi (basa kuat). Contoh, enzim pepsin
memiliki pH optimum 2, sedangkan enzim tripsin memiliki pH optimum 8,5. pH
(Derajat Keasaman) enzim pada umumnya bersifat amfolitik, yang berarti enzim
mempunyai konstanta disosiasi pada gugus asam maupun gugus basanya,
terutama pada gugus residu terminal karboksil dan gugus terminal amino.
Perubahan kereaktifan enzim diperkirakan merupakan akibat dari perubahan pH
lingkungan Perubahan pH dapat mempengaruhi asam amino kunci pada sisi aktif,
sehingga menghalangi sisi aktif enzim membentuk kompleks dengan substratnya

c. Konsentrasi enzim
Konsentrasi enzim secara langsung mempengaruhi kecepatan laju reaksi
enzimatik dimana laju reaksi meningkat dengan bertambahnya konsentrasi enzim
(Poedjiadi and Supriyatin, 2006). Laju reaksi tersebut meningkat secara linier
selama konsentrasi enzim jauh lebih sedikit daripada konsentrasi substrat. Hal ini
biasanya terjadi pada kondisi fisiologis .Reaksi enzimatik dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat dan enzim. Kecepatan rekasi enzimatik berbanding langsung
dengan konsentrasi enzim. Semakin tinggi konsentrasi enzim, kecepatan reaksi
semakin tinggi. Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada
konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan
reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Semakin tinggi
konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan meningkat hingga batas
konsentrasi tertentu. Namun, hasil hidrolisis substrat akan konstan dengan
naiknya konsentrasi enzim. Hal ini disebabkan penambahan enzim sudah tidak
efektif lagi .

d. Konsentrasi substrat
Kecepatan reaksi enzimatis pada umumnya tergantung pada konsentrasi
substrat. Kecepatan reaksi akan meningkat apabila konsentrasi substrat
meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil hingga tercapai
suatu titik batas yang pada akhirnya penambahan konsentrasi substrat hanya akan
sedikit meningkatkan kecepatan reaksi. Konsentrasi substrat hanya berpengaruh
pada peningkatan kecepata reaksi di awal saja pada konsentrasi enzim yang
konstatn, yaitu pada konsentrasi substrat yang rendah. Semakin tinggi konsentrasi
substrat kecepatan reaksi akan semakin tinggi hingga pada batas tertentu dan
mencapai maksimum. Bila konsentrasi substrat (S) bertambah, sedangkan keadaan
lainya tetap sama, kecepatan reaksi juga akan meningkat sampai suatu batas
maksimum V. Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan subtrat sehingga
reaksi berjalan konstan. Dengan penambahan konsentrasi enzim tingkat
kejuhannya akan naik sehingga akan meningkatkan kecepatan reaksinya.

e. Aktivitor dan inhibitor


Inhibitor digolongkan menjadi 2 jenis utama, yaitu: a) yang bekerja secara
tidak dapat balik (irreversible), b) yang bekerja secara dapat balik (reversible).
Penghambat yang irreversible adalah golongan yang bereaksi dengan, atau
merusakkan suatu gugus fungsional pada molekul enzim yang penting bagi
aktivitas katalitiknya. Sebagai contoh, adalah senyawa diisoprofilfluorofosfat
(DFP), yang menghambat enzim asetilkolinesterase, yaitu enzim yang penting di
dalam transmisi impuls syaraf. Zat penghambat yang bersaingan itu mempunyai
struktur mirip dengan struktur molekul substrat. Suatu penghambat kompetitif
berlomba dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, tetapi, sekali
terikat tidak dapat diubah oleh enzim tersebut. Sedangkan zat penghambat yang
tidak bersaingan (non kompetitif) dapat menempel pada enzim, pada sisi regulasi
enzim, sehingga mengubah konformasi molekul enzim, sehingga menyebabkan
inaktifasi enzim.

f. Pengaruh Kadar Garam


Kadar elektrolit yang tinggi umumnya mempengaruhi kelarutan protein.
Karena itu garam sering digunakan untuk melarutkan beberapa jenis protein.
Peristiwa tersebut sering disebut dengan istilah salting in. Sebaliknya beberapa
jenis larutan garam lain dapat digunakan untuk membuat protein atau enzim
menjadi tidak larut. Proses ini disebut dengan istilah salting out, yang dapat
dimanfaatkan untuk mengisolasi enzim. Garam ammonium sulfat sering
digunakan untuk fraksinasi dan isolasi enzim karena sifat kelarutannya dalam air
yang tinggi dan tidak mengganggu bentuk dan fungsi enzim
Dalam praktikum kali ini kami melakukan beberapa uji pada enzim 1 yaitu ,
uji pengaruh suhu,uji pengaruh keasaman , uji pengaruh basa , uji pengaruh
konsentrasi enzim , uji pengaruh konsentrasi substrat . dan pada enzim 2 , uji
titrasi pengaruh suhu, uji titrasi pengaruh keasaman , uji titrasi pengaruh
konsentrasi enzim, uji titrasi pengaruh konsentrasi substrat

A. Enzim 1
1. Uji pengaruh Suhu
reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu,maka reaksi yang menggunakan
katalis enzim yangdipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi
kimiaberlangsung lambat. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggireaksi kimia
berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karenaenzim itu adalah suatu protein,
maka kenaikan suhu dapatmenyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila
terjadiproses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggudan dengan
demikian konsentrasi efektif enzim menjadiberkurang dan kecepatan
reaksinya pun akan menurun. Suhu campuran reaksi juga berpengaruh terhadap
laju reaksi enzimatik. Jika reaksi tersebut dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva
hubungan tersebut akan menunjukkan suhu tertentu, yang menghasilkan laju reaksi
yang maksimum. Dengan demikian, dalam hal ini juga ada kondisi optimum yang
disebut sebagai suhu optimum laju reaksi.
Pada percobaan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan gelatin 1%
ditambah dengan papain 0,01 % ditambah dengan tetesan HgCl 10% dapat diketahui
bahwa pada percobaan pertama enzim pada suhu 25 C lebih lambat daripada enzim
yang terjadi pada suhu 400C dan 75 0C. hal tersebut dikarenakan suhu enzim
dibawah suhu optimum (<370C) . pada suhu 250C diketahui volume awal enzim
sebanyak 11 mL , pada suhu 40 0C volume awal enzim diketahui sebanyak 12 mL ,
dan pada suhu 75 0C volume awal enzim sebanyak 11 mL .
Perubahan yang terjadi pada enzim 1 yaitu pada enzim A berwarna bening dan tidak
berbau pada sampel B berwarna bening dan bau agak menyengat sedabgkan pada
sampel C warna bening dan bau agak menyengat .
Perubahan yang terjadi pada enzim 2 setelah enzim di titrasi dengan 2 tetes
indikator pp , dan dengan 0,1 N NaOH didapatkan volume akhir larutan pada sampel
A sebanyak 18 mL pada suhu 250C dengan tetesan 0,1 N NaOH sebanyak 2 tetes
mengalami perubahan warna menjadi abu-abu , sampel B 16mL pada suhu 400C
dengam tetesan 0,1 N NaOH sebanyak 2 tetes berubah warna menjadi abu-abu
kehitaman dan pada sampel C 16mL pada suhu 750C juga dengan NaOH sebanyak 2
tetes berubah warna menjadi abu-abu.

2. Uji pengaruh keasaman


Tingkat keasaman suatu zat dinyatakan dengan pH. Zat yang memiliki pH kurang
dari tujuh merupakan zat yang bersifat asam. Sementara zat yang memiliki pH lebih
dari tujuh adalah bersifat basa. Zat dengan nilai pH tujuh disebut netral. Tingkat
keasaman suatu zat berpengaruh besar terhadap kerja enzim. Pada umumnya enzim
tidak kuat bila berada dalam lingkungan yang terlalu asam atau terlalu basa. Namun
pada beberapa enzim justru bekeja optimum pada pH yang sangat asam, seperti
enzim-enzim dalam lambung. Sebenarnya enzim juga memiliki pH optimum tertentu,
pada umumnya sekitar 4.58 dan pada kisaran pH tersebut enzim mempunyai
kestabilan yang tinggi . Tingkat keasaman yang jauh dari pH optimum akan
menyebabkan enzim mengalami denaturasi. Denaturasi terjadi karena perubahan
muatan listrik pada enzim sehingga tidak mampu berikatan dengan substrat. Pengaruh
pH terhadap kerja enzim dapat terdeteksi karena enzim terdiri atas protein. Jumlah
muatan positif dan negatif yang terkandung didalam molekul protein serta bentuk
permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH. Enzim amilase pada rongga mulut
bekerja maksimum pada pH 6-7 .
pada percobaan yang dilakukan dengan menggunakan bahan Gelatin 1% + Papain
0,01% ditambah dengan air , HCl dan Na2CO3 . pada masing -masing erlenmeyer di
b2ebanyak 1mL , dan erlenmeyer C ditambah Na2CO3 1mL . hasil percobaan di
enzim 1 didapatkan volume pada sampel A sebanyak 11 mL , pada sampel B didapat
volume awalsebanyak 12 mL , dan pada sampel C didapat volume awal sebanyak
12mL .
Perubahan yang terjadi pada percobaan enzim 1 yaitu pada sampel A diketahui
bahwa perubahan warna menjadi keruh dan tidak berbau , pada sampel B tidak terjadi
perubahan warna yaitu bening dan bau tak sedap , dan pada sampel C tidak terjadi
perubahan warna yaitu Bening dan tidak berbau .
Pada percobaan enzim 2 diketahui bahwa sampel A (Air) diketahui volume
akhirnya sebanyak 18mL dengan 30 tetesan 0,1 N NaOH berubah warna menjadi
merah muda bening , pada sampel B (HCl) 18mL dengan 15 tetesan 0,1 N NaOH
berubah warna menjadi merah muda bening dan pada sampel C (Na2CO3) 18 mL
dengan 10 tetesan 0,1 N NaOH berubah warna menjadi merah jambu .
Sampel A ditambah dengan air pH normal (=7) sehingga tidak memoengaruhi
aktivitas kerja enzim , Sampel B menggunakan HCl yang merupakan asam kuat dan
pH keasamaan mengalami peningkatan sehingga dapat mempengaruhi kerja enzim
dan enzim mengalami denaturasi , sedangkan pada sampel C Na2CO3merupakan
asam lemah

3. Uji pengaruh basa


Pada umumnya enzim tidak kuat bila berada dalam lingkungan yang terlalu asam
dan terlalu basa. umumnya basa memiliki pH diatas 7 (>7) .setiap enzim
membutuhkan pH optimum agar bisa berfungsi optimal . pada tingkat pH optimum
enzim mampu mengkatalisis reaksi pada tingkat tercepat dibandingkan tingkat pH
lainnya
Pada percobaan yang dilakukan di enzim 1 dengan menggunakan Gelatin 1% ,
Papain 0,01% ditambah Air , NaOH dan NH4OH . masing-masing erlenmeyer diberi
sampel A,B,dan C . pada Sampel A Gelatin 1% + Papain 0,01% + Air perubahan yang
terjadi yaitu diketahui volume awal sebanyak 11 mL dan warna bening, tidak berbau
larutannya encer , pada sampel B Gelatin 1%+Papain 0,01%+ NaOH 10% didapat
volume awal sebanyak 11mL warna sedikit kekuningan , tidak berbau dan larutannya
encer , pada sampel C Gelatin 1% Papain 0,01% + NH4OH 10% didapat volume awal
11mL warna bening , bau menyengat , larutannya encer .
Percobaan yang dilakukan selanjutnya pada enzim 2 sampel A (Air) setelah
dititrasi didapat volume sebanyak 16mL berwarna ungu dengan 3 tetesan 0.0,1 N
NaOH , berbau menyengat , sampel B (NaOH) didapat volume 16mL dengan 3
tetesan 0,1 N NaOH perubahan warna menjadi Ungu bening dan bau menyengat ,
sampel C (NH4OH) didapat volume 16 mL dengan 3 tetesan 0,1 N NaOH warna
menjadi ungu dan bau menyengat .
Sampel A menggunakan Air pH normal sehingga tidak mempengaruhi aktivitas
enzim , pada Sampel B menggunakan NaOH , karena NaOH merupakan basa kuat
maka mengalami kenaikan pH (>7) sehingga enzim mengalami denaturasi , pada
sampel C menggunakan NH4OH yang bersifat basa lemah maka enzim bekerja
secara optimal tidak mengalami denaturasi .

4. Uji pengaruh konsentrasi enzim


Konsentrasi enzim secara langsung mempengaruhi kecepatan laju reaksi
enzimatik dimana laju reaksi meningkat dengan bertambahnya konsentrasi enzim
Laju reaksi tersebut meningkat secara linier selama konsentrasi enzim jauh lebih
sedikit daripada konsentrasi substrat. Hal ini biasanya terjadi pada kondisi fisiologis
.Reaksi enzimatik dipengaruhi oleh konsentrasi substrat dan enzim. Kecepatan rekasi
enzimatik berbanding langsung dengan konsentrasi enzim. Semakin tinggi konsentrasi
enzim, kecepatan reaksi semakin tinggi. Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan
enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat
tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan meningkat hingga
batas konsentrasi tertentu. Namun, hasil hidrolisis substrat akan konstan dengan
naiknya konsentrasi enzim. Hal ini disebabkan penambahan enzim sudah tidak
efektif lagi .
Pada percobaan yang pertama pada enzim 1 menggunakan Gelatin 2% dan Papain
0,01 % dan 0,05% . terdapat dua sampel yaitu sampel A dan B . diketahui sampel A
menggunakan Gelatin 2% + enzim Papain 0,01% didapatkan volume awal sebanyak
10,1 mL dengan warna keruh kekuningan lebih kental dan tidak berbau , dan sampel
B menggunakan Gelatin 2% + Papain 0,05% didapatkan volume awal sebanyakn10,1
mL dengan warna keruh , kental dan tidak berbau .
Percobaan enzim 2 setelah di titrasikan dengan menambah 2 tetes indikator pp dan
0,1 N NaOH pada sampel A didapat volume akhir sebanyak 16mL dengan warna
merah muda bening , pada sampel B didapat volume akhir sebanyak 16,1 mL dengan
warna merah muda bening .
Bahan yang digunakan yaitu dengan penambahan enzim papain yang
konsentrasinya berbeda yaitu 0,01 % dan 0,05 % hal ini berdasarkan dasar teori
bahwa semakin meningkat konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi enzim juga
semakin meningkat begitu juga sebaliknya jika konsentrasi enzim rendah maka
kecepatan reaksi enzim juga rendah . dari hasil percobaan diatas sudah diketahui
bahwa enzim yang reaksi cepat , dengan enzim yang menggunakan 0,05 % Papain .

5. Uji pengaruh konsentrasi substrat


Kecepatan reaksi enzimatis pada umumnya tergantung pada konsentrasi substrat.
Kecepatan reaksi akan meningkat apabila konsentrasi substrat meningkat.
Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil hingga tercapai suatu titik batas
yang pada akhirnya penambahan konsentrasi substrat hanya akan sedikit
meningkatkan kecepatan reaksi. Konsentrasi substrat hanya berpengaruh pada
peningkatan kecepata reaksi di awal saja pada konsentrasi enzim yang konstatn, yaitu
pada konsentrasi substrat yang rendah. Semakin tinggi konsentrasi substrat kecepatan
reaksi akan semakin tinggi hingga pada batas tertentu dan mencapai maksimum. Bila
konsentrasi substrat (S) bertambah, sedangkan keadaan lainya tetap sama, kecepatan
reaksi juga akan meningkat sampai suatu batas maksimum V. Pada titik maksimum
ini enzim telah jenuh dengan subtrat sehingga reaksi berjalan konstan. Dengan
penambahan konsentrasi enzim tingkat kejuhannya akan naik sehingga akan
meningkatkan kecepatan reaksinya.
Percobaan yang dilakukan pada enzim 1 dengan tersedianya masing-masing
sampel . sampel A menggunakan bahan Gelatin 1%+ enzim Papain 0,01% diketahui
volume awal sebanyak 10,1 mL , warna kuning keruh, kental , dan tidak berbau . pada
sampel B dengan menggunakan bahan Gelatin 2% + enzim Papain 0,01% diketahui
volume awal sebanyak 10,2 mL warna bening , encer dan tidak berbau . pada sampel
C dengan menggunakan bahan Gelatin 3%+enzim Papain 0,01% didapatkan volume
sebanyak 9mL warna kuning keruh , kental dan tidak berbau .
Pada pecobaan enzim 2 , setelah melakukan titrasi diketahui volume akhir dari
masing-masing sampel . pada sampel A volume akhir sebanyak 17 mL warna merah
muda bening , sampel B volume akhir sebanyak 16mL warna merah muda bening dan
, sampel C diketahui volume akhir sebanyak 15mL warna merah jambu .
Percobaan pada uji pengaruh kensentrasi substrat digunakan bahan Gelatin yang
berbeda-beda konsentrasinya yaitu Gelatin 1%, 2% , dan 3% , Gelatin disini berperan
sebagai substrat . pada dasar teori bahwa semakin meningkatnya konsentrasi substrat
maka kerja enzim juga semakin meningkat , dan apabila konsentrasi substrat rendah
maka kerja enzim juga akan rendah . dari hasil percobaan di atas bahwa kerja enzim
yang paling cepat yaitu pada enzim yang bersampel C karena menggunakan gelatin
dengan 3% , sedangkan kerja enzim yang paling rendah pada sampel A karena
menggunakan gelatin yang pling rendah yaitu dengan 1% .

Metode Formol
Prinsip dari titrasi formol adalah menetralkan larutan dengan basa NaOH membentuk
dimethilol dengan penambahan formaldehid yang mana gugus amino sudah terikat dan tidak
mempengaruhi reaksi asam basa NaOH. Indikator yang digunakan adalah PP. Reaksi akhir
yang terjadi perubahan warna pink.
Titrasi formol yang digunakan untuk meninjukkan kadar N-amino, selain itu juga dapt
digunakan untuk hidrolisis protein. Protein merupakan suatu senyawa polimer yang terbentuk
dari monomer monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptide antara asam
amino lainnya. Protein berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh makhluk hidup.
Membentuk jaringan atau bagian tubuh lain, untuk pertumbuhan, sebagai enzim, (meupakan
katalisator). Transport molekul didalam darah dan sel, sebagai hormone contohnya hormone
insulin sebagai pembentuk antibody. Molekul yang membentuk kontraksi otot, keseimbangan
cairan, transmisi otot. Phenolptalein atau biasa disebut PP adalah suatu senyawa organic
dengan rumus C2OH1404 dan biasa dipakai sebagai dipakai sebagai indicator untuk titrasi
asma basa.tidak berwarna dalam larutan asam dan berwarna fuksia (pink) bila dalam larutan
basa.
BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan
Dalam praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui Enzim
adalah protein yang berfungsi sebagai biokatalisator, senyawa yang meningkatkan
kecepatan reaksi kimia . Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu,
pH, aktivator (pengaktif), dan inhibitor (penghambat) serta konsentrasi substrat. Dan
Enzim dapat diketahui melalui beberapa uji yaitu, Uji pengaruh suhu , uji pengaruh
keasaman , uji pengaruh basa , uji pengaruh konsentrasi enzim dan uji pengaruh
konsentrasi substrat . pada pengaruh suhu dapat diketahui bahwa suhu optimum enzim
yaitu 37 C jika lebih dari suhu optimum enzim akan mengalami kerusakan atau
denaturasi enzim . pada uji pengaruh keasaman dan uji pengaruh basa berhubungan
dengan pH enzim jika pH enzim terlalu asam enzim juga cepat mengalami denaturasi
, begitu juga jika terlalu basa . pada oengaruh konsentrasi enzim dan subtrat , cara
kerja enzim dipengaruhi oleh meningkatnya konsentrasi enzim ataupun subtrat
semakin manigkat konsentrasi enzim ataupun konsentrasi substrat maka cara kerja
enzim juga meningkat begitu sebaliknya
DAFTAR PUSTAKA

Tim Mata Kuliah Biokimia. Petunjuk Praktikum Biokimia.


Univesitas Muhammadiyah Jember.2017
Internet.online.2017.https://www.academia.edu/11623078/LAPORAN_PRAKTIKU
M_BIOKIMIA_PENGARUH_PH_DAN_INHIBITOR (diakses 31 Maret 2017:
16.56)
Internet.online.2017.http://dhttps://www.academia.edu/9881330/laporan_enzim_bioki
mia(diakses 31 Maret 2017 : 18.37)
Internet.online.2017,dokumen.tips/documents/uji-
pengaruh_suhu.htmlR_TERHADAP_AKTIVITAS_ENZIM(diakses 01 April 2017 :
10.44)

You might also like