You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rendahnya utilitas (penggunaan) fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Rumah

Sakit, dan sebagainya, kesalahan atau penyebabnya sering dilemparkan kepada jarak antara

fasilitas tersebut dengan masyarakat terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun jarak secara

total), tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Kita sering

melupakan faktor persepsi atau konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit.

Pada kenyataannya, di dalam masyarakat itu sendiri terdapat beraneka ragam konsep

sehat-sakit, yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang

diberikan oleh pihak provider atau penyelengaraan pelayanan kesehatan. Timbulnya

perbedaan konsep sehat-sakit yang dianut oleh masyarakat dengan konsep sehat-sakit yang

diberikan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan disebabkan karena persepsi sakit yang

berbeda antara masyarakat dan kita sebagai provider. Dengan kata lain adanya perbedaan

yang berkisar antara penyakit (disease) dengan illness (rasa sakit).

Sehat dan sakit seseorang berhubungan dengan perilaku manusia. Oleh karena itu

sebelum membahas tentang perilaku kesehatan, maka kita harus mengetahui definisi tentang

perilaku manusia itu sendiri. Menurut Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan

bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan

respons. Ia membedakan adanya dua respons, yakni :

1. Respondent respons (reflexive respons), ialah respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu.

2. Operant respons (instrumental respons), ialah respons yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.

1
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan

lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup. Definisi ini

memberikan pengertian bahwa manusia merupakan kesatuan jiwa raga yang tidak

terpisahkan, memiliki dorongan yang bersumber dari kebutuhan dasarnya sebagai daya

penggerak untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan berinteraksi dengan

lingkungan dimana terdapat sumber-sumber yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Ada berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan perilaku manusia, yaitu : psikologi, sosiologi,

dan antropologi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perilaku sehat ?

2. Bagaimana perilaku sakit ?

3. Bagaimana relevansi sehat dan sakit bagi studi kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku sehat

2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku sakit

3. Untuk mengetahui bagaimana relevansi sehat dan sakit bagi studi kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perilaku Kesehatan

Menurut sebagian psikolog perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam

diri manusia dan dorongan ini merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang

ada dalam diri manusia dan dengan adanya dorongan tersebut menimbulkan seseorang

melakukan sebuah tindakan atau perilaku khusus yang mengarah pada tujuan (Notoatmodjo,

2007). Perilaku kesehatan yaitu suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Dari definisi tersebut kemudian dirumuskan

bahwa perilaku kesehatan terkait dengan :

1. Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta pemulihan dari penyakit.

2. Perilaku peningkatan kesehatan.

3. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

Menurut Karl dan Cobb yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) membuat perbedaan

di antara tiga tipe yang berkaitan dengan perilaku kesehatan, yaitu :

1. Perilaku kesehatan yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu yang

meyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendektesinya

dalam tahap asimptomatik.

2. Perilaku sakit yaitu aktivitas apapun yang dilakukan oleh individu yang merasa

sakit, untuk mendefinisikan keadaan kesehatannya dan untuk menemukan

pengobatan mandiri yang tepat.

3
3. Perilaku peran-sakit yaitu aktivitas yang dilakukan untuk tujuan mendapatkan

kesejahteraan oleh individu yang mempertimbangkan diri mereka sendiri sakit,

hal ini mencakup mendapatkan pengobatan dari ahli terapi yang tepat.

2.1 Persepsi Tentang Sehat dan Sakit

2.1.1 Perilaku Sehat

Kesehatan adalah suatu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk

dijelaskan artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefenisikan kesehatan,

kesakitan dan penyakit. Meskipun demikian, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa

defenisi kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan

sosiokultural (Sari, 2008).

Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidaklah selalu

objektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektivitasnya dalam menentukan kondisi tubuh

seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur

pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan

berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan simptom

yang nampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara

masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah dalam

melaksanakan program kesehatan. Namun pengertian sehat yang sering digunakan adalah

definisi sehat menurut WHO yakni sehat adalah Keadaan sejahtera fisik, mental, dan spiritual

tidak hanya bebas sakit, cacat dan kelemahan tetapi juga harus berproduktifitas (Sarwono,

2005).

Menurut Elwes dan Sinmett (1994) gagasan orang tentang sehat dan sakit

sangatlah bervariasi. Gagasan ini dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan-

harapan, di samping juga pandangan mereka tentang apa yang akan mereka lakukan dalam

4
kehidupan sehari-hari dan kebugaran yang mereka perlukan untuk menjalankan peran mereka

(Sari, 2008).

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan

dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat

menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab

sakit, yaitu personalistik dan naturalistik. Personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit

disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk

supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh

leluhur, atau roh jahat) maupun manusia (tukang sihir atau tukang tenung). (Anderson, 2009).

Berlawanan dengan personalistik, naturalistik menjelaskan tentang penyakit dalam

istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi, di sini agen yang aktif tidak menjalankan

peranannya. Dalam sistem ini keadaan sehat sesuai dengan model keseimbangan : apabila

unsur-unsur dasar dalam tubuh humor, yin dan yang, serta dosha dalam Ayurveda berada

dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah kondisi sehat.

Apabila keseimbangan ini terganggu dari luar maupun dalam oleh kekuatan-kekuatan alam

seperti panas, dingin, atau kadang-kadang emosi yang kuat, maka terjadilah penyakit

(Anderson, 2009).

Menurut Jordan dan Sudarti yang dikutip Sarwono (2005), mengatakan bahwa

persepsi masyarakat tentang sehat-sakit dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di

samping unsur sosial budaya. Pada penelitian penggunaan pelayanan kesehatan di propinsi

Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat pada tahun 1990, hasil diskusi kelompok di

Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan

berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa,

seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak

badan, panas-dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil

5
diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari

keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas,

batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut

bengkak (Syafrina, 2007).

Menurut Sudarti dalam Sarwono (2005) menggambarkan secara deskriptif persepsi

masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat

menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik

yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel,

sering menangis dan tidak ada nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak

dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang).

Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia

2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.

3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).

Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat

digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga

kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan

lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan

mereka terhadap penyebab sakit. (Syafrina, 2007).

2.1.2 Perilaku Sakit

Secara ilmiah penyakit (desease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari

suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu

bersifat objektif. Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman

menderita suatu penyakit. Menurut Von Mering, studi yang benar mengenai makhluk

6
manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun

konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, medikal dan sosialnya. Dalam

usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian proses

pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik spesifik maupun non

spesifik (Anderson, 2009).

Tingkah laku sakit, yakni istilah yang paling umum, didefinisikan sebagai cara-cara

dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi, dan diperankan oleh seorang individu yang

mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik

(Anderson, 2009).

Tingkah laku sakit dapat terjadi tanpa adanya peranan sakit. Misalnya seorang

dewasa yang bangun dari tidurnya dengan leher sakit menjalankan peranan sakit, ia harus

memutuskan, apakah ia akan minum aspirin dan mengharapkan kesembuhan, atau memanggil

dokter. Namun hal ini bukanlah tingkah laku sakit, hanya apabila penyakit itu telah

didefenisikan secara cukup serius sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan

sebagian atau seluruh peranan normalnya, yang berarti mengurangi dan memberikan tuntutan

tambahan atas tingkah laku peranan orang-orang di sekelilingnya, maka barulah dikatakan

bahwa seseorang itu melakukan peranan sakit. Sebagaimana dikatakan Jaco, ketika tingkah

laku yang berhubungan dengan penyakit disusun dalam suatu peranan sosial, maka peranan

sakit menjadi suatu cara yang berarti untuk bereaksi dan untuk mengatasi eksistensi dan

bahaya-bahaya potensial penyakit oleh suatu masyarakat (Anderson, 2009).

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu

yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Dalam hal ini bila seseorang sakit maka ia

akan mengalami beberapa tahapan yang dimulai dari timbulnya gejala-gejala yang

menunjukkan suatu kondisi sakit hingga si sakit mencari pengobatan. Sedangkan perilaku

sehat adalah segala tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan

7
kesehatannya termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan

kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat ini dipertunjukkan oleh

individu-individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu mereka

betul-betul sehat (Sarwono, 2005).

Menurut Mechanic yang dijabarkan oleh Sarwono (2005), menjelaskan bahwa

terjadi proses dalam diri individu sebelum dia menentukan untuk mencari upaya pengobatan.

Banyak faktor yang menyebabkan orang bereaksi terhadap penyakit, antara lain :

1. Dikenalinya atau dirasakannnya gejala-gejala atau tanda-tanda yang

menyimpang dari keadaan biasa

2. Banyaknya gejala yang dianggap serius dan diperkirakan menimbulkan bahaya.

3. Dampak gejala itu terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja, dan

dalam kegiatan sosial lainnya.

4. Frekuensi dari gejala dan tanda-tanda yang tampak dan persistensinya.

5. Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu atau kemungkinan individu

untuk diserang penyakit itu.

6. Informasi, pengetahuan, dan asumsi budaya tentang penyakit itu.

7. Perbedaan interperetasi terhadap gejala yang dikenalnya.

8. Adanya kebutuhan untuk bertindak/berperilaku untuk mengatasi gejala sakit

tersebut.

9. Tersedianya sarana kesehatan, kemudahan mencapai Sarana tersebut,

tersedianya biaya dan kemampuan untuk mengatasi stigma dan jarak sosial (rasa

malu, takut, dan sebagainya).

8
2.3 Relevansi atau Keterkaitan Sehat dan Sakit bagi Studi Kesehatan

Sebagian besar persepsi masyarakat tentang sehat dan sakit ini sangatlah dipengaruhi

oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya, tenaga

kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif. Perbedaan

persepsi inilah yang sering menimbulkan masalah dalam pendefinisian antara konsep sehat

dan sakit menurut ilmu kesehatan dengan konsep sehat dan sakit menurut budaya ataupun

kepercayaan masyarakat Terkadang orang tidak segera menggunakan sarana kesehatan yang

tersedia sebab dia tidak merasa mengidap penyakit. Atau jika si individu merasa bahwa

penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk halus, maka ia akan memilih untuk berobat pada

orang pandai yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari tubuhnya

sehingga penyakitnya itu akan hilang (Sarwono, 1997).

Perbedaan konsep sehat dan sakit ini antara orang sakit dengan petugas kesehatan

merupakan tantangan utama bagi petugas kesehatan. Maka diperlukannya pembekalan sejak

dini tentang pemahaman tentang sehat-sakit bagi para calon tenaga kesehatan, baik perawat,

bidan, dokter, rekam medis, dan lain-lain melalui proses pembelajaran di kampus, sehingga

mereka dapat meminimalkan kesalahpahaman masyarakat dalam pendefinisian sehat dan

sakit.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sehat adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan bekerja

sesuai fungsinya dan sebagaimana mestinya baik kondisi fisik, mental, sosial,dan spiritual.

Sakit (illness) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit tersebut dalam arti penganlaman

dia langsung. Konsep sehat-sakit sangat keterkaitan/ relevansi bagi studi kesehatan, karena

banyak masyarakat masih memiliki persepsi yang salah tentang sehat-sakit, maka ini adalah

tugas kita sebagai calon tenaga kesehatan agar dapat menjelaskan konsep sehat-sakit yang

benar kepada masyarakat, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman lagi tentang konsep sehat-

sakit. Perilaku sehat dan perilaku sakit manusia juga sangat penting kita lakukan supaya kita

dapat tetap hidup sehat dan ketika sakit dapat menyikapinya dengan baik. Seseorang yang

berpenyakit belum tentu akan mengakibatkan berubahnya peranan orang tersebut dalam

masyarakat. Sedangkan orang yang sakit akan menyebabkan perubahan peranannya di dalam

masyarakat maupun di dalam lingkungan keluarganya dan memasuki posisi baru.

3.2 Saran

Sebaiknya kita sebagai manusia yang diciptakan Tuhan pada dasarnya diberikan

kesehatan dan kesempuranaan dibanding makhluk ciptaanNya yang lain supaya dapat

menjaga kesehatan kita, karena sehat itu sangatlah mahal harganya.

10

You might also like