Professional Documents
Culture Documents
Avian Encephalomyelitis
NIM. 1402101010123
BANDA ACEH
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. Salawat beriring salam penulis
sampaikan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah mengarahkan manusia kejalan yang benar.
Penulisan karya ilmiah yang berjudul Avian Encephalomyelitis ini merupakan tugas
yang diajukan dosen untuk mata kuliah Ilmu Penyakit Infeksius II
Penulis tentunya menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga tulisan ini akan
sempurna nantinya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
Avian encephalomyelitis (AE) adalah penyakit virus yang dapat menginfeksi ayam,
terutama pada ayam muda, burung, dan kalkun yang ditandai dengan terganggunya sistem saraf
pusat. Partikel virus AE memiliki diameter 24-32 nm, dan tidak beramplop. Masa inkubasi virus
ini lebih dari 10 hari sejak virus itu masuk ke dalam tubuh ayam.Angka morbiditas penyakit ini
termasuk tinggi, yaitu dapat mencapi 60%, sedangkan angka mortalitasnya secara keseluruha
dapat mencapai 25-50%.
Penyakit AE di lapangan masih belum tinggi, bisa dilihat pada Tabel. Wilayah yang
dilaporkan pernah terjadi serangan pun baru meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan. Meski begitu kita tetap harus waspada karena dari data
ini kita tahu bahwa ayam umur muda sangat rentan terserang AE.
AE menghadirkan sindrom yang menarik. Secara alami terjadi Ring wabah, saat anak
ayam berumur 1-2 minggu, meski anak ayam yang terkena telah diamati pada saat bersamaan
menetas. Anak ayam yang terkena dampak, pertama-tama menunjukkan ekspresi mata yang agak
kusam, diikuti oleh ataksia progresif dari inkoordinasi otot, yang dapat dideteksi dengan mudah
dengan melatih anak-anak ayam. Sebagian ataksia tumbuh lebih jelas, dan anak ayam
menunjukkan kecenderungan untuk duduk di atas hocks mereka. Beberapa mungkin menolak
untuk bergerak atau mungkin berjalan di atas hocks dan shanks mereka. Guncangan halus kepala
dan leher bisa menjadi nyata, yang membedakannya yaitu besarnya frekuensi guncangannya.
Gejala lainnya yaitu dapat menyebabkan tremor, yang mungkin berlanjut untuk periode
variabel dan berulang pada interval tidak teratur. Ataksia biasanya berlangsung lama karena anak
ayam tidak mampu bergerak, dan akhirnya dapa menyebabkan kematian. Beberapa anak ayam
dengan tanda AE yang pasti dapat bertahan dan tumbuh hingga dewasa, dan dalam beberapa
kasus, tanda-tanda dapat hilang secara perlahan. Korban selamat kemudian dapat
mengembangkan kebutaan dari kegelapan yang menyebabkan perubahan warna kebiru-biruan ke
lensa mata.
Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari AE yaitu Newcastle (ND), Marek, Ricketsia, kekurangan vitamin
B1 dan B2, Aspergillosis, Salmonellosis, Coccidiosis. , Omphalitis, dan Mycoplasmosis.
Diagnosa
Diagnosis penyakit ini masih membingungkan, dan tes serologis tidak menunjukkan
perbedaan antara berbagai jenis isolat AE. Berbagai metode diagnostik telah dikembangkan
untuk mendiagnosis AE, yang mencakup isolasi AE dengan menggunakan inokulasi intraserebral
ke ayam umur tua, inokulasi dan perambatan ke dalam telur unggas embrio (kantung kuning
telur).
Diagnosis serologis juga telah dikembangkan seperti uji hemaglutinasi (HA), fisi
komplemen pelengkap (CF), antibodi fluoresensi tidak langsung, ELISA, VN, dan presipitasi gel
agar-agar (AGP). Uji serologis ELISA untuk mendeteksi antibodi terhadap AE pada serum ayam
rentan terhadap kesalahan akibat kesalahan penanganan sampel darah, seperti penanganan panas,
pembekuan berulang dan pencairan dan tingkat keparahan hemolisis sehingga dapat
mempengaruhi hasil ELISA. Pada umumnya penyakit unggas yang umum dan berpengaruh
secara ekonomi, seperti bronchitis menular, anemia ayam dan AE, ELISA yang tersedia secara
komersial secara rutin digunakan sebagai alat diagnostik untuk menentukan apakah seekor
burung atau kawanan telah terkena PPP, CAV, atau AEV. Selain itu, probe DNA digoksigenin
non-radioaktif yang cepat digunakan untuk mendeteksi AEV Probe ini dihibridkan secara khusus
dengan fragmen DNA gen VP-1 dengan tingkat sensitivitas sekecil 10 pg fragmen DNA yang
ditargetkan. Namun, diagnostik ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan, yaitu
membutuhkan waktu yang lama dan tenaga laboratorium yang terampil, cross-reaction, false
positive atau false negative, kurang sensitif dan mahal.
Meskipun uji serologis dan isolasi virus dari telur ayam embrio memiliki spesifisitas dan
sensitivitas yang tinggi, mereka memiliki beberapa kekurangan, seperti membutuhkan waktu
lama, membutuhkan fasilitas laboratorium modern, membutuhkan sumber daya manusia yang
terampil, dan biaya tinggi. Metode diagnostik berbasis molekuler memiliki beberapa keunggulan
dalam hal cepat, sensitivitas dan spesifisitas untuk mendiagnosis penyakit virus.
Patologi Anatomi
Dilihat dari perubahan patologi anatomi tidak ditemukan adanya perubahan yang khas.
Hanya saja terdapat warna atau area keputihan pada dinding otot ventrikulus akibat infiltrasi sel
limfosit.
Ingram, D. R., D. L. Miller, C. A. Baldwin, J. Turco, and J. M. Lockhart. 2015. Serologic Survey
Of Wild Turkeys (Meleagris Gallopavo) And Evidence Of Exposure To Avian
Encephalomyelitis Virus In Georgia And Florida, USA. Journal of Wildlife Diseases,
51(2), 2015, pp. 374379
Liu, D. 2016. Molecular Detection Of Animal Viral Pathogens. Francies: CRC Press