You are on page 1of 19

ACARA I

PENETAPAN KADAR CoCl2 DENGAN MENGGUNAKAN ALAT


SPEKTROFOTOMETRI ABSORPSI SINAR TAMPAK

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa terampil mengoperasikan alatspektrofotometer absorpsidengan cara
dan urutan langkah-langkah yang benar.
b. Terampil menentukan tabung-tabung kuvet yang saling berpadan (matched).
c. Terampil untuk membuat larutan dengan volume tertentu dan konsentrasi (ppm)
tertentu untuk :
1. Membuat spektrum absorpsi larutan CoCl2.
2. Membuat kurva kalibrasi untuk CoCl2.
3. Menetapkan konsentrasi larutan CoCl2yang tidak diketahui.
2. Waktu Praktikum
Rabu, 6 Desember 2017
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan
panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator,
sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2010 :
215).
Spektroskopi UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang
menggunakan radiasi elektromagnetik UV dekat (190-380 nm) dan sinar tampak 380-
780 nm dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Dari spektrum absorpsi
dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau
senyawa. Pada prinsipnya spektroskopi UV-Vis menggunakan cahaya sebagai tenaga
yang mempengaruhi substansi senyawa kimia sehingga menimbulkan cahaya. Panjang
gelombang lazim disajikan dalam satuan nm di mana 1 m = 10-9 nm. Pada table berikut
ini ditampilkan klasifikasi sinar tampak beserta warna komplementernya (bila
dicampurkan jadi tidak berwarna) (Sitorus, 2009:7)
Teknik spektrofotometri ultraviolet tampak digunakan secara umum di
laboratorium analisis kimia, baik untuk tujuan analisis kualitatif maupun untuk analisis
kuantitatif. Popularitas teknik spektrofotometri ultraviolet tampak (UV-Vis) disebabkan
oleh cara penggunaannya yang mudah dan cara analisisnya yang cepat. Hampir semua
laboratorium yang terlibat dengan pengujian kimia mempunyai alat atau instrument
ini.Konsentrasi sampel dapat dihitung dari data absorbansi spektra UV-Vis
menggunakan hukum Lambert-Beer. Percobaan-percobaan secara spektrofotmetri UV-
Vis sangat mudah untuk dilakukan. Meskipun demikian, seorang analisis harus paham
pentingnya kinerja spektrofotometri UV-Vis sehingga dihasilkan data yang dapat
dipercaya. Persyaratan-persyaratan kinerja spektrofotometri bervariasi tergantung pada
sifat uji dan desain instrument. Karakteristik suatu kinerja tertentu akan memengaruhi
kinerja instrument secara keseluruhan. Suatu instrumen dengan desain berkas sinar
ganda pada umumnya akan memberikan resolusi dan stabilitas yang lebih baik
dibanding instrument dengan desain berkas sinar tunggal (Rohman, 2014 : 159).
Sebuah metode sederhana yang cepat dan reproducible adalah spektrofotometri
UV untuk penentuan kuantitatif kafein dalam formulasi tablet yang dikembangkan dan
divalidasi dalam penelitian ini. Larutan standar kafein dibuat dengan melarutkan 100mg
kafein dalam 100 mL air suling yang menjadikan konsentrasi sebesar 1.000 g/mL. Dari
larutan standar 10mL dipindahkan ke labu ukur 100mL dan volume dibuat sampai tanda
batas dengan air suling untuk membuat 100g/mL. Kemudian sampel dianalisis dengan
UV-Vis Spektrofotometer pada kisaran 200-400nm terhadap air suling sebagai blanko
dan panjang gelombang yang sesuai dengan absorbansi maksimum tercatat -max yaitu
270nm. Obat dianalisis pada 270 nm dalam air suling menggunakan spektrofotometer
UV-Visible. Karakteristik optik seperti batas hukum Beer, intercept dan slope telah
dihitung menggunakan persamaan regresi, yang telah disajikan. Presisi ditentukan
dengan menganalisis obat pada konsentrasi tertentu selama lima kali pada hari yang
sama. Diluar hari tersebut presisi ditentukan secara sama, menganalisis sampel harian,
selama tiga hari berturut-turut. Untuk memastikan metode akurasi, studi pemulihan
dilakukan dengan metode penambahan standar pada 80%, 100% dan 120% tingkat dari
konsentrasi obat, dengan sampel pra-analisis dan nilai pemulihan persen dihitung.
Percobaan pemulihan menunjukkan tidak adanya gangguan dari aditif farmasi yang
sering ditemui dan eksipien. Studi linearitas dilakukan dengan memplot konsentrasi
yang berbeda dari larutan standar terhadap absorbansi masing-masing. Kafein yang
ditemukan linear pada rentang konsentrasi 10- 50g / mL. Nilai koefisien korelasi yang
ditemukan 0.999, kurva kalibrasi menunjukkan bahwa mematuhi batas hukum Beer
dalam rentang konsentrasi. Metode yang diusulkan ditemukan dapat menjadi metode
yang sederhana, akurat, tepat, sederhana, sensitif, kuat dan hemat biaya. Hasil tes
validasi yang ditemukan memuaskan dan oleh karena itu metode ini dapat diterapkan
dengan sukses untuk estimasi kafein dalam bentuk tablet (Sethuraman, 2013).
Mengetahui kandungan kafein dalam kopi mentah, kopi bubuk murni, dan kopi
bubuk campuran dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis sedangkan penentuan
kadar air pada kopi menggunakan metode oven. Pembuatan larutan standar didahului
dengan mengambil: 0,1; 0,3; 0,6;0,9; 1,2; 1,4 mL dari larutan standar kafein 100 ppm
dan diencerkan menjadi 10 mL sehingga konsentrasilarutan standar yang diperoleh
berturut-turut adalah : 1; 3; 6; 9; 12; 15 mg/L. Larutan standar kafein diukur dengan
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis sehingga diperoleh max. Kurva kalibrasi
merupakan plot antarakosentrasi (ppm) dengan absorbansi yang dibuatdari larutan
standar yang mengandung kafein. Perhitungan hasil pengukuran larutan standar
diperoleh kurva kalibrasi dengan variasi konsentrasi (1 ppm; 3 ppm; 6 ppm; 9 ppm;
12ppm; 15 ppm) sehingg hasil dari persamaan garis regresi dari kafein adalah y =
0,04943x+0,01862 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,99714. Hasil
pengukuran larutan baku kafein dengan menggunakan instrument spektrofotometri UV-
Vis pada panjang gelombang 275 nm. Berdasarkan hasil analisis kandungan kafein pada
kopi yakni diperoleh kadar kafein rata-rata pada sampel kopi mentah adalah sebesar
1,280,82, sampel bubuk kopi murni sebesar 1,630,13, dan sampel bubuk kopi
campuran sebesar 0,870,01. Kadar kafein kopi murni lebih tinggi dari pada kopi
mentah. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan kadar air dan kafein dalam kopi
mentah masih dalam bentuk ikatan dengan senyawa lain berupa senyawa organik yang
akan mempengaruhi metabolit skunder sedangakan kadar kafein bubuk kopi campuran
lebih rendah daripada kopi mentah yang disebabkan oleh proses pengeringan dan
penyangraian dari biji kopi mentah menjadi bubuk kopi campuran (Arwangga, 2016).
Konsentrasi besi secara spektrofotometri UV-Vis ditentukan berdasarkan kurva
kalibrasi yang dibuatdengan mengukur absorbansi larutan standar besi dengan variasi 0-
5 ppm. Pada penelitian ini didapatkan persamaan regresi sederhana y = 0,061x-0,004
dan koefisien regresi (R2) sebesar 0,998 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,999.
Koefisien regresi (R2) sebesar 0,998 menyatakan bahwaterdapat korelasi yang erat dan
linearitas yang baik antarakonsentrasi larutan besi dengan absorbansinya. Hal ini
dikarenakan nilai kisaran R2 berada pada rentang 0,9 < R2 <1. Nilai r sebesar 0,999
menyatakan semua titik terletakpada garis lurus yang lerengnya positif karena nilai
beradapada -1 r 1. Dengan persamaan regresi ini, konsentrasi besi didalam sampel
dapat diketahui dengan memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam nilai y. Akan
tetapi, nilai konsentrasi yang dihasilkan tidak boleh melebihi konsentrasi maksimum
yang terdapat dalam kurva kalibrasi karena diluar kurva kalibrasi linearitas antara
sumbu-x dan sumbu-y belum teruji. Jika ternyata konsentrasi sampel melebihi
konsentrasi maksimum, maka perlu dilakukan pengenceran lebih lanjut (Harisman,
2014).
Jumlah tembaga (II) telah ditentukan dengan teknik spektrofotometri
menggunakan 1- (2-pyridylazo) - 2-naphthal (PAN), sebagai reagen spektrofotometri
baru yang tidak larut dalam air. PAN bereaksi dalam larutan sangat asam pada pH 2,40-
2,50 dengan Cu (II) untuk memberikan kelat merah muda yang memiliki serapan
maksimum (max) pada 550nm. Reaksi spontan dan absorbansi tetap stabil selama lebih
dari 48 jam. Rata-rata koefisien absorpsi molar () didapatkan sejumlah 2,05 104 L
mol-1 cm-1 dan sensitivitas Sandell sebesar 3.23 10-4 g cm-2. Grafik kalibrasi linier
diperoleh untuk 0,1-4,0 g L -1 dari Cu (II) dan RSD (%) 1.16. Komposisi stoikiometri
dari kelat adalah 1: 2 (Cu: PAN). Keuntungan besar lebih dari 50 kation, anion, dan
beberapa agen pengompleks umum (misal; oksalat, fosfat, tartrate, tio-urea) tidak ikut
bercampur dalam penentuan. Metode ini berhasil digunakan dalam penentuan Cu (II) di
beberapa sampel standar material serta di beberapa air limbah lingkungan dan industri.
Metode ini memiliki presisi dan akurasi yang tinggi (Sarker, 2013).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alatPraktikum
a. Alat Spektrofotometer UV-Vis
b. Gelas kimia 10 mL
c. Gelas kimia 600 mL
d. Kertas label
e. Kuvet
f. Labu takar 10 mL
g. Pipet gondok 10 mL
h. Pipet volume 1 mL
i. Pipet volume 10 mL
j. Pipet tetes
k. Ruber bulb
l. Tissue
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O(l))
b. Larutan asam klorida (HCL) 0,1 %
c. Larutan CoCl2.6H2O 0,1MdalamHCl 0,1 %

D. SKEMA KERJA
1. Memilih Tabung-Tabung Kuvet yang Saling Berpadan atau Matched

CoCl2.6H2O 0,1M dalam HCl 0,1 %


Dimasukkan dalam labu takar 10 mL dengan
masing-masing volume 0,5; 1,0; 2,5 dan 5,0
Diencerkan sampai tanda batas

Hasil

Dimasukkan ke dalam kuvet


Di analisis dalam UV-Vis (sebelumnya UV-Vis
dikalibrasi dengan larutan HCl 0,1 % (blanko)
sehingga nilai absorbannya nol)

Hasil
Diukur % T
Diulangi langkah-langkah diatas sebanyak 4
kali dengan kuvet yang berbeda
Dicatat nilai % T
Dihitung nilai selisih % T untuk keempat kuvet
tersebut

Hasil
2. Menentukkan Panjang Gelombang CoCl2.6H2O
CoCl2.6H2O 0,1M dalam HCl 0,1 %

Diambil sebanyak 2,5 ml.


Diencerkan hingga volume 10 ml

Hasil
Dimasukkan ke dalam kuvet
Dimasukkan ke dalam UV-Vis
(sebelumnya UV-Vis dikalibrasi
dengan larutan HCl 0,1 %
Hasil
Dipasang pada panjang gelombang 450 nm
Diukur nilai absorbannya
Diulangi langkah-langkah diatas sebanyak 10
kali untuk panjang gelombang yang berbeda
dengan interval 10 (450-540 nm)
Ditentukan panjang gelombang maksimumnya

Hasil

3. Membuat Kurva Kalibrasi CoCl2.6H2O

CoCl2.6H2O 0,1M dalam HCl 0,1 %

Diambil sebanyak 0,5 ml; 1 ml; 2,5 ml; 5 ml


Masing-masing
Diencerkan hingga volumenya 10 ml
Hasil

Diambil salah satu larutan yang sudah


diencerkan (0,5 ml)
Dimasukkan kedalam kuvet
Dimasukkan ke dalam UV-Vis (sebelumnya
UV-Vis dikalibrasi dengan larutan HCl 0,1
% (blanko) sehingga nilai absorbansinya
(nol) )
Hasil
. Dipasang pada panjang gelombang
maksimum yang telah ditentukan dari
percobaan 2
Diukur nilai absorbannya
Diulangi langkah-langkah diatas untuk
larutan 1 ml; 2,5 ml; 5 ml yang telah
diencerkan

Hasil

4. Menentukan Konsentrasi Larutan Sampel

Sampel/Cuplikan
Dimasukkan ke dalam kuvet
Diukur nilai absorbansinya Ditentukan
konsentrasi dengan metode kurva
kalibrasi

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Memilih Tabung Kuvet yang Saling Berpadan/ matched
Larutan yang Dipakai Pengukuran Ke- %T
1 96,68
2 97,62
CoCl2.6H2O
3 97,35
4 82,39

2. Menentukan panjang gelombang maksimum (maks) larutan CoCl2.6H2O


Pengukuran Ke- Panjang Gelombang (nm) Absorbans
1 450 -0,12
2 460 -0,10
3 470 -0,09
4 480 -0,09
5 490 -0,08
6 500 -0,07
7 510 -0,07
8 520 -0,06
9 530 -0,07
10 540 -0,09

3. Membuat kurva kalibrasi CoCl2


Volume Larutan CoCl2 Panjang Gelombang () Absorbans (A)
(mL)
0,5 520 -0,01
1,0 0,00
2,5 0,07
5,0 0,16

4. Menentukan konsentrasi larutan sampel/cuplikan


Panjang Gelombang () Absorbans (A)
520 0,08

F. ANALISIS DATA
1. Memilih Tabung Kuvet yang Saling Berpadan/ matched
Larutan yang Dipakai Pengukuran Ke- %T
1 98,68
2 97,62
CoCl2.6H2O
3 97,35
4 82,39

Selisih % Transmitan
a. Kuvet 1 dan Kuvet 2
%T = %T1- %T2
= 98.68-97.62
= 1.06%
b. Kuvet 1 dan Kuvet 3
%T = %T1- %T3

=98.68- 97.35%

= 1.33%

c. Kuvet 1 dan Kuvet 4


%T = %T1- %T4

= 98.68-82.39%

= 16.29%

d. Kuvet 2 dan Kuvet 3


%T = %T2- %T3

=97.62-97.35 %
= 0.27%

e. Kuvet 2 dan Kuvet 4


%T = %T2- %T4
= 97.62%-82.39%
= 15.23%

f. Kuvet 3 dan Kuvet 4


%T = %T3- %T4
= 97.35%-82.39%
=14.96%

Dari perhitungan hasil selisih % transmitan, kuvet yang matched adalah kuvet 2 dan
kuvet 3 karena memiliki nilai selisih % transmitan yang paling kecil yaitu 0,27%.

2. Menentukan panjang gelombang maksimum (maks) larutan CoCl2.6H2O


Pengukuran Ke- Panjang Gelombang (nm) Absorbans
1 450 -0,12
2 460 -0,10
3 470 -0,09
4 480 -0,09
5 490 -0,08
6 500 -0,07
7 510 -0,07
8 520 -0,06
9 530 -0,07
10 540 -0,09

0
450 460 470 480 490 500 510 520 530 540
-0.02
y = 0.0042x - 0.1073
-0.04 R = 0.5228
Absorbans (A)

-0.06 -0.06
-0.07 -0.07 -0.07
-0.08 -0.08
-0.09 -0.09 -0.09
-0.1 -0.1

-0.12 -0.12

-0.14 Panjang Gelombang (nm)

Dari kurva terlihat bahwa maks = 520 nm

3. Membuat kurva kalibrasi CoCl2.6H2O


Kurva kalibrasi merupakan hubungan antara Absorban dengan konsentrasi larutan
standar.
Dengan rumus M1 .V1= M2 .V2
Maka :
Dimana : M1 = 0,1 M
V2 = 10 ml
Maka didapat nilai M2 seperti pada tabel berikut ini:
Volume Larutan CoCl2 Panjang Gelombang () Absorbans (A)
(mL)
0,5 520 -0,01
1,0 0,00
2,5 0,07
5,0 0,16

Konsentrasi setelah pengenceran


a. Untuk V1 = 0.5 ml
M1 .V1= M2 .V2
0.1 M x 0.5 ml = M2.10 ml
M2 = 0.1 M. 0.5 ml
10 ml
= 0.005 M

b. Untuk V1 = 1.0 ml
M1 .V1= M2 .V2
0.1 M x 1.0 ml = M2.10 ml
M2 = 0.1 M. 1.0 ml
10 ml
= 0.01 M

c. Untuk V1 = 2.5 ml
M1 .V1= M2 .V2
0.1 M x 2.5 ml = M2.10 ml
M2 = 0.1 M. 2.5 ml
10 ml
= 0.025 M

d. Untuk V1 = 5.0 ml
M1 .V1= M2 .V2
0.1 M x 5.0 ml = M2.10 ml
M2 = 0.1 M. 5.0 ml
10 ml
= 0.05 M
Konsentrasi Panjang Gelombang () Absorbans (A)
0,005 -0,01
0,01 0,00
520
0,025 0,07
0,05 0,16

Sehingga didapat kurva kalibrasi sebagai berikut:

0.2

0.15 y = 0.058x - 0.09


R = 0.9092
ABSORBANS (A)

0.1

0.05

0
0.005 0.01 0.025 0.05
-0.05
Konsentrasi (m)

4. Menentukan Konsentrasi Larutan Cuplikan


Diketahui : A cuplikan = 0.08 pada = 520 nm

Persamaan linear dari kurva kalibrasi: y = 2.877x 0.058

Dengan mensubtitusikan nilai absorbansi cuplikan pada persamaan linearitas kurva


kalibrasi sebagai nilai y makaakan di dapat nilai konsentrasi cuplikan sebagai nilai x:

y = 0.058x 0.09
0.08 = 0.058x 0.09
0.08 + 0.09 = 0.058x
x = 2.931 M
Jadi konsentrasi cuplikan adalah 2.931 M

G. PEMBAHASAN
Spektrofotometer adalah alat untuk menukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri UV-Vis merupakan
gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah
sumber cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible.
Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur serapan baik di daerah tampak
(sinar tampak) dengan daerah panjang gelombang antara 380-750 nm, di daerah ultra
lembayung (sinar UV/ ultraviolet) dengan panjang gelombang antara 200- 380 nm.
Penggunaan spektrofotometri UV-Vis pada praktikum ini didasari oleh prinsip dasar
dari alat ini yaitu yang dapat mengabsorpsi pada panjang gelombang yang berkisar
antara 200-750 nm untuk sampel yang berwarna seperti halnya CoCl.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu : (a).
Sumber cahaya, sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki
pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa
untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar
dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola
lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l) adalah 350 2200 nanometer (nm). Di
bawah kira-kira 350 nm, keluaran lampu wolfram itu tidak memadai untuk
spektrofotometer dan harus digunakan sumber yang berbeda. Paling lazim adalah lampu
tabung tidak bermuatan (discas) hidrogen (atau deuterium) 175 ke 375atau 400 nm.
Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber pada daerah ultraviolet
(UV). (b) Monokromator, monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan
cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu
(monokromatis) yang bebeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu
monokromator Prisma dan monokromator Grating (kisi difraksi). (c) Cuvet, cuvet
spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat sampel atau cuplikan
yang akan dianalisis. Cuvet harus memenuhi syarat- syaratsebagai berikut : Tidak
berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya, permukaannya secara optis
harus benar- benar sejajar, harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia,
tidak boleh rapuh dan mempunyai bentuk (design) yang sederhana. Cuvet biasanya
terbuat dari kwars, plexiglass, kaca, plastic dengan bentuk tabung empat persegi
panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran didaerah UV dipakai cuvet kwarsa
atau plexiglass, sedangkan cuvet dari kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi
sinar UV. Semua macam cuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak
(visible). (d) Detektor, peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya padaberbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi
sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum
penunjuk atau angka digital. Syarat-syarat ideal sebuah detektor : Kepekan yang tinggi,
perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi, Respon konstan pada berbagai
panjang gelombang, waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi, dan signal
listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Berdasarkan sistem optiknya, spektrometer UV-Vis dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a) Sistem optik radiasi berkas tunggal, keuntungannya adalah lebih tepat danteliti, b)
Sistem optik radiasi berkas ganda, keuntungannya adalah pengukuran yangdilakukan
tidak akan terpengaruh penurunan intensitas radiasi dari sumber radiasi semula. c)
System optic radiasi berkas terpisah, prinsipnya sama dengan system opticberkas
tunggal, hanya saja peralatan optiknya lebih rumit sehinggamemungkinkan terjadinya
penurunan intensitas radiasi setelah melalui rangkaiansystem optic yang rumit dan
panjang.
Pada praktikum kali ini mengenai penetapan kadar CoCl2 dengan menggunakan
alat spektrofotometri absorpsi sinar tampak yang bertujuan untuk mahasiswa terampil
dalam mengoperasikan alat spektrofotometer absorpsi dengan cara dan urutan yang
benar, terampil dalam menentukan tabung-tabung kuvet yang saling berpadan
(matched), dan terampil membuat larutan dengan volume dan konsentrasi (ppm)
tertentu untuk membuat spektrum absorpsi larutan CoCl2, membuat kurva kalibrasi
untuk CoCl2 dan menetapkan konsentrasi larutan CoCl2 yang tidak diketahui. Terdapat
empat percobaan yang dilakukan. Berdasarkan tujuan praktikum pada percobaan ini,
maka sebelum sample diukur terlebih dahulu ditentukan panjang gelombang yang akan
digunakan, Pada percobaan ini panjang gelombang yang digunakan adalah panjang
gelombang maksimal pada suatu sample yang akan diukur %T ataupun absorbannya
yaitu 510 nm. Lalu pada percobaan ini nilai absorbannya dinolkan dulu ,tujuannya
adalah untuk menstandarkan alat yang akan digunakan. Percoban yang pertama kali
dilakukan adalah menentukan larutan blanko. Yang menjadi larutan blanko pada
percobaan ini adalah larutan HCl dengan konsentrasi 0,1 %. Kegunaan dari larutan
blanko adalah untuk menstandarisasikan alat spektrofotometer UV-Vis yang digunakan
sehingga dapat ditentukan nilai %T . Alat spektrofotometer secara umum melibatkan
proses penyerapan cahaya, pengukuran, dan penterjemahan spektra yang terbentuk dari
interaksi radiasi elektromagnet. Salah satu jenis spektrofotometer ini yaitu
spektrofotometer absorbsi yang merupakan sebuah instrumen untuk mengukur absorbsi
atau penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh suatu atom
atau molekul. Proses absorbsi yang terjadi yaitu absorbsi cahaya oleh suatu molekul
yang merupakan suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan
atom/molekul. Selanjutnya energi cahaya diserap oleh atom atau molekul dan
digunakan oleh elektron di dalam atom atau molekul tersebut untuk bertransisi ke
tingkat energi elektronik yang lebih tinggi. Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi
pada daerah UV-Vis karena mengandung elektron, baik dalam senyawa maupun
menyendiri yang dapat dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang
gelombang dimana absorbsi itu terjadi, bergabung dengan beberapa electron yang
terikat kuat di dalam molekul tersebut. Elektron dalam suatu ikatan kovalen terikat
dengan kuat, dimana diperlukan energi radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang
pendek untuk eksitasinya.
Percobaan pertama, yaitu memilih tabung-tabung kuvet yang saling berpadanan /
matched. Kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menampung sampel yang
akan diukur absorbansinya. Kuvet haruslah dapat meneruskan sinar namun tidak
menyerap sinar pada panjang gelombang yang digunakan. Pengertian kuvet yang
matched ialah kuvet tersebut harus memiliki sifat optis yang sama, seperti harus
memiliki ketebalan dinding yang sama, terbuat dari bahan yang sama, memiliki sifat
pemantulan dan penerusan sinar yang sama. Tujuan pemilihan kuvet yang berpadanan
ini adalah untuk mempermudah proses analisis dalam menentukan tingkat absorbansi
dari suatu sampel pada panjang gelombang maksimum. Kuvet cuplikan dan blanko
harus berpadanan artinya harus sejauh mungkin identik satu sama lain. Larutan blanko
yang digunakan adalah larutan HCl 0,1 %. Fungsi dari blanko adalah sebagai
pembanding cuplikan sampel. Pada percobaan kali ini digunakan larutan CoCl 2.6H2O
0,1 M dalam HCl 0,1 % dengan volume masing-masing 0,5 mL; 1,0 mL; 2,5 mL; dan
5,0 mL yang diencerkan hingga tanda batas pada labu takar tersebut (volume 10 mL),
didapatkan larutan berwarna bening kemerah muda-an. Semakin tinggi volume larutan
CoCl2.6H2O 0,1 M dalam HCl 0,1 % yang digunakan warna larutan yang dihasilkan
semakin pekat (semakin berwarna merah muda). Sebelum alat spektrofotometer UV-Vis
digunakan terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan HCL 0,1 %
(blanko). Karena dalam percobaan ini yang akan dihitung adalah nilai %T maka proses
kalibrasi dengan larutan blanko (HCl 0,1 %) harus sampai nilai %T yang dihasilkan
sama dengan 100%. Tujuan pengkalibrasian ini adalah agar alat dapat digunakan
dengan baik sehingga menghasilkan data yang akurat. Blanko berguna untuk
menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau intensitas cahaya awal dari sumber
cahaya. Kemudian larutan CoCl2 dimasukkan ke dalam kuvet yang selanjutnya akan
diukur nilai %T nya. Dalam hal ini digunakan empat kuvet yang berbeda. Didapatkan
nilai %T dari keempat kuvet sebesar 96,68%, 97,62%, 97,35%, dan 82,39%. Kemudian
untuk menentukan kuvet yang saling berpadanan, dicari selisih % transmitans terkecil
pada keempat kuvet tersebut. Berdasarkan analisis data kuvet 2 dan 3 merupakan kuvet
yang berpadanan, karena memiliki selisih %T terkecil, yaitu sebesar 0,27%.
Percobaan kedua, adalah menentukan panjang gelombang maksimum pada larutan
CoCl2.6H2O. Panjang gelombang yang digunakan adalah 450-540 nm, dengan interval
10. Sehingga pada percobaan dilakukan 10 kali pengukuran absorbansi. Panjang
gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang
mempunyai absorbansi maksimum.Panjang gelombang maksimum adalah panjang
gelombang dimana contoh memberikan serapan (absorbansi) maksimum. Adapun
tujuan ditentukannya panjang gelombang maksimum ini adalah sebagai berikut : 1)
Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang
gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar. 2) Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva
absorbani datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi. 3) Jika
dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang
panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal.
Persiapan larutan sampel dilakukan dengan cara yang sama pada percobaan pertama.
Pada pengukuran ini digunakan dua kuvet yaitu kuvet yang berisi sampel dan kuvet
lainnya berisi blanko.Sebelum larutan sampel diukur absorbansinya, terlebih dahulu
kuvet larutan blanko dimasukkan ke dalam spektofotometer UV-Vis dengan absorbansi
nol (alat dikalibrasi). Hal ini berarti larutan blanko tidak menyerap radiasi dari sinar.
Larutan blanko yang digunakan adalah HCl 1% karena dapat meneruskan sinar di
daerah panjang gelombang yang dipakai tetapi tidak menyerap sinar. Panjang
gelombang maksimum dapat ditetapkan dengan mengalurkan A (absorbansi) terhadap
(panjang gelombang) dari suatu larutan dalam deret standar. Dari hasil pengamatan
untuk panjang gelombang 450-540 nm, diperoleh nilai absorbansi yang terus meningkat
sampai pada titik panjang gelomang maksimum, kemudian nilai absoransi akan turun
kembali. Panjang gelombang yang diperoleh sebesar -0,12, -0,10, -0,09, -0,09, -0,08, -
0,07, -0,07, -0,06, -0,07, dan -0,09. Berdasarkan analisis data didapatkan panjang
gelombang maksimum pada 520 nm karena memiliki absorbans yang paling tinggi yaitu
-0,06. Pada percobaan ini nilai absorbansi yang didapatkan adalah min, hal ini tidak
sesuai dengan teori yang ada. Ini dapat terjadi karena ketidak hati-hatian praktikan pada
saat melakukan pengenceran larutan.
Percobaan ketiga, yaitu membuat kurva kalibrasi CoCl2. Kurva kalibrasi menurut
Lambert Beer seharusnya linier tapi berdasarkan analisis data diperoleh kurva yang
tidak linear, namun hampir mendekati bentuk linier. Hal ini berarti terdapat kesalahan
ketika mengencerkan sehingga konsentrasi yang diinginkan tidak sesuai yang paada
akhirnya mempengaruhi nilai absorbansi larutan tersebut. Hasil pengukuran dibuat
kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi.
Selanjutnya konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat ditentukan dari kurva
tersebut. Pembuatan kurva ini bertujuan untuk mendapat nilai a yang nantinya dapat
digunakan untuk mencari konsentrasi larutan yang belum diketahui. Pada percobaan ini
dilakukan pengukuran absorbansi larutan CoCl2 yang telah diencerkan. Dengan
konsentrasi bervariasi yaitu 0,005; 0,010; 0,025 dan 0,050 M. Nilai dari konsentrasi ini
diperoleh dari hasil perhitungan pada proses pengenceran masing-masing sampel
sebesar 0,5; 1,0; 2,5 dan 5,0 mL sampel dalam 10 mL aquades. Tujuan dari pengenceran
ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi yang bervariasi sehingga dapat diperoleh juga
nilai absorbansi yang bervariasi. Dengan demikian, data-data yang bervariasi tersebut
dapat dialurkan dalam bentuk kurva kalibrasi yang menghubungkan antara absorbansi
dari larutan CoCl2 dengan berbagai konsentrasi yang ada. Berdasarkan hasil pengukuran
diperoleh nilai absorbansi dari masing-masing konsentrasi larutan CoCl2 adalah sebesar
-0,01; 0,00; 0,07 dan 0,16. Dari nilai absorbansi ini maka dapat dibuat kurva kalibrasi.
Berdasarkan kurva kalibrasi yang telah dibuat, diperoleh nilai konsentrasi sampel
dengan mensubtitusikan nilai absorbansi cuplikan pada persamaan linearitas kurva
kalibrasi sebagai nilai y,maka akan di dapat nilai konsentrasi cuplikan sebagai nilai x
dimana persamaanya adalah :
y = 0.058x 0.09
Percobaan keempat atau terakhir yaitu menentukan konsentrasi larutan. Pada
percobaan ini larutan sampel diukur nilai absorbansinya dan didapatkan nilai A = 0,08
dengan = 520 nm. Pada percobaan sebelumnya telah dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi dengan absorbans (kurva kalibrasi) sehingga didapatkan persamaan linear y
= 0.058x 0.09. Dengan mensubtitusikan nilai absorbansi cuplikan pada persamaan
linearitas kurva kalibrasi sebagai nilai y, maka akan di dapat nilai konsentrasi cuplikan
sebagai nilai x. Nilai x atau konsentrasi cuplikan yang didapat adalah 2,931 M.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. UV-Vis merupaka alat spektrofotometer pada daerah ultra violet atau sinar tampak
oleh suatu materi dalam bentuk larutan.Adapun prinsip dari UV-Vis yaitu
penyerapan cahaya oleh molekul-molekul sehingga dapat tereksitasi ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Dalam mengoperasikan alat spektrofotometer absorpsi
dilakukan dengan cara dan urutan yang benar. Sebelum digunakan alat dikalibrasi
terlebih dahulu agar dalam pengoperasiannya spektrofotometer dapat berjalan
dengan baik sehingga didapatkan hasil yang akurat. Kuvet yang digunakan juga
dibersihkan terlebih dahulu agar tidak menggangu proses penyerapan sinar terhadap
larutan. Hal tersebut dilakukan agar alat tidak mudah rusak.
2. Kuvet yang digunakan harus matched yaitu kuvet yang terbuat dari bahan yang
sama, dan memiliki sifat optis yang sama yaitu memiliki sifat memantulkan dan
meneruskan cahayayang sama. Dalam menentukan tabung-tabung kuvet yang
berpadanan / matched dapat dilakukan dengan menghitung selisih nilai %T diantara
empat kuvet. Didapatkan kuvet yang saling berpadanan / matched adalah kuvet 2
dan kuvet 3 dimana memiliki selisih %T terkecil 0,27%. Tujuan pemilihan kuvet
yang berpadanan ini adalah untuk mempermudah proses analisis dalam menentukan
tingkat absorbansi dari suatu sampel pada panjang gelombang maksimum.
3. Larutan sampel CoCl2.6H2O yang telah diencerkan dengan volume yang berbeda-
beda dan diukur dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis, didapatkan nilai
absorbansi dengan pengulangan pengukuran sebanyak sepuluh kali dengan panjang
gelombang 450-540 nm yaitu -0,12, -0,10, -0,09, -0,09, -0,08, -0,07, -0,07, -0,06, -
0,07, dan -0,09. Selanjutnya didapatkan maks pada 520 nm karena memiliki nilai
absorbansi paling besar yaitu -0,06. Dengan data yang didapat kita dapat mencari
konsentrasi larutan sampel yang belum diketahui sebelumnya dengan menggunakan
kurva kalibrasidan pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan menghubungkan
nilai konsentrasi dengan nilai absorbansi, kurva menurut hukum Lambert-Beer
harusnya berbentuk linier. Berdasarkan percobaan diperoleh nilai konsentrasi
larutan sampel sebesar 2,931 M dengan persamaan garis y = 0.058x 0.09.
DAFTAR PUSTAKA

Arwangga, A.F., I.A.R.A. Asih, dan I.W. Sudiarta. 2016. Analisis Kandungan Kafein pada
Kopi di Desa Sesaot Narmada Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Bukit
Jimbaran, Bali : Universitas Udayana.
Harisman, F.R., D. Sugiarso. 2014. Pengaruh Waktu Penggilingan Terhadap Kadar Zat Besi
dalam Ampas Sari Kedelai Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Surabaya :
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Rohman, A. 2014.Validasi dan Penjamin Mutu Metode Analisis Kimia.Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.
Sarker,K.C., M.R. Ullaha. 2013. Determination of Trace Amount of Cu (II) Using UV-Vis.
Spectrophotometric Method. Dhaka : Bangladesh Universityof Engineeringand
Technology.
Sethuraman, S., K.Radhakrishnan, dan T.A. Solomon. 2013. Analytical Method Development
and Validation of Caffeinein Tablet Dosage Form By Using UV-
Spectroscopy.Kanchipuram : SCSVMV University.
Sitorus, M. 2009. Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

You might also like