You are on page 1of 12

VI.

SUHU

6.1. Tinjauan Pustaka

6.1.1. Stres pada ikan

Racun, suhu ekstrim, tekanan osmotik, dan infeksi dapat mengakibatkan

stres. Keadaan stres dapat memengaruhi aktivitas fisiologis dan kadar hemoglobin

pada ikan. Keadaan fisiologis darah ikan sangat bervariasi, tergantung pada

kondisi lingkungan seperti kelembaban, suhu, dan pH. Stres merupakan respons

bertahan pada hewan terhadap penyebab stres (stressor). Berbagai sumber stres

baik berupa faktor lingkungan (suhu, cahaya, pemeliharaan, penangkapan, dan

transport) maupun faktor biotik seperti infeksi mikroorganisme akan mempunyai

dampak negatif terhadap perubahan fisiologis tubuh hewan ( Safitri et al., 2013).

Pemuasaan pada ikan merupakan salah satu faktor lingkungan yang

memicu perubahan fisiologis pada ikan. Dalam kondisi puasa ikan umumnya

mengalami kondisi stres, sehingga berpengaruh terhadap aktifitas fisiologis

hewan. Stres merupakan respon bertahan pada hewan terhadap penyebab stres

(stressor). Berbagai sumber stres baik berupa faktor lingkungan maupun faktor

biotik seperti infeksi mikroorganisme akan mempunyai dampak negatif terhadap

perubahan fisiologis tubuh hewan. Perubahan tersebut meliputi gangguan

pertumbuhan, produktivitas, dan semua aktivitas yang merupakan akibat dari

mekanisme homeostatis dalam tubuh yang terganggu (Rachmawati et al., 2010).

Respons ikan terhadap stres dapat dibagi atas tiga fase yaitu primer,

sekunder, dan tertier. Pada fase primer terjadi respon umum neuroendokrin yang

mengakibatkan dilepaskannya katekolamin dan kortisol dari kromafin dan sel


interrenal. Tingginya hormon katekolamin dan kortisol dalam sirkulasi akan

memicu respons sekunder yang melibatkan metabolisme fisiologi. Kedua fase

tersebut bersifat adaptif yaitu ikan mampu menyesuaikan dirinya terhadap stresor

dan mampu mempertahankan homeostasis. Sebaliknya, respon tertier melibatkan

perubahan sistemik yang menyebabkan ikan tidak dapat beradaptasi terhadap

stresor, bahkan menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti gangguan

pertumbuhan, perubahan tampilan, gangguan reproduksi, dan perubahan perilaku

Perubahan perilaku ikan dapat berupa cepatnya gerakan operkulum, ikan

mengambil udara dipermukaan air, dan ikan menjadi tidak aktif (Reebs, 2009).

6.1.2. Tingkah laku ikan terhadap suhu panas

Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting di dalam air

karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan

menentukan massa jenis air, densitas air, kejenuhan air, mempercepat reaksi kimia

air, dan memengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air. Suhu tinggi yang

masih dapat ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan pada ikan

tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang,

misalnya stres yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku

abnormal. Perubahan suhu sebesar 5C di atas normal dapat menyebabkan stres

pada ikan bahkan kerusakan jaringan dan kematian (Aliza et al., 2013).

Efek kenaikan suhu air pada 34C selama 2 jam dapat menyebabkan stres

pada ikan. Stres merupakan respons fisiologi yang disebabkan kondisi eksternal

berupa panas. Pada beberapa hewan, stres panas berdampak terhadap kondisi

kesehatan. Pada ikan, keadaan suhu rendah atau suhu tinggi dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan nila. Ikan nila akan mati bila suhu air berada pada

suhu 6C atau 42C (Safitri et al., 2013).

6.1.3. Tingkah laku ikan terhadap suhu dingin

Pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini

disebabkan karena kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas

biologis-fisiologis di dalam ekosistem air sangat dipengaruhi oleh temperatur.

Organisme air mempunyai nilai temperatur lethal, baik yang bersifat maksimum

maupun minimum, yaitu temperatur yang menyebabkan organisme tersebut

mengalami pingsan bahkan kematian. Temperatur lethal minimum umumnya

terdapat pada temperatur sekitar titik beku (0oC), bahkan untuk organisme air di

perairan tropis nilai minimum tersebut sangat mungkin terdapat pada kisaran

temperatur yang lebih besar dari 0oC (Barus, 2002).

Perubahan suhu lingkungan akan menyebabkan stres yang menginduksi

pada tingginya tingkat glukosa darah, selanjutnya menganggu pertumbuhan

bahkan mematikan. Perubahan suhu dingin secara mendadak (cold shock)

menghasilkan peningkatan kadar glukosa darah pada ikan gurami. Terjadinya

peningkatan kadar glukosa darah tersebut disebabkan oleh stres akibat perlakuan

yang diberikan. Hiperglisemia merupakan indikator terjadinya stres awal, karena

tingkat glukosa darah sangat sensitif terhadap hormon stres (Hastuti et al., 2003).

Perubahan suhu sebesar 5C di atas normal dapat menyebabkan stres pada

ikan bahkan kerusakan jaringan dan kematian. Respons ikan terhadap stres dapat

dibagi atas tiga fase yaitu primer, sekunder, dan tertier. Pada fase primer terjadi

respon umum neuroendokrin yang mengakibatkan dilepaskannya katekolamin dan

kortisol dari kromafin dan sel interrenal. Tingginya hormon katekolamin dan
kortisol akan memicu respons sekunder yang melibatkan metabolisme fisiologi.

Kedua fase tersebut bersifat adaptif yaitu ikan mampu menyesuaikan dirinya

terhadap stresor dan mampu mempertahankan homeostasis (Aliza et al., 2013).

6.2. Materi dan Metode

6.2.1. Materi

a. alat

Alat yang digunakan pada praktikum Tingkah Laku Ikan topik Stres Ikan

tersaji pada tabel .

Tabel . Alat yang Digunakan dalam Praktikum Tingkah Laku Ikan


No Alat Ketelitian Kegunaan
1. Akuarium - Sebagai tempat pengamatan ikan
2. Stopwatch - Sebagai penghitung waktu
3. Handy counter - Sebagai penghitung manual
4. Termometer 1C Sebagai pengukur suhu
5. Heater - Sebagai pemanas air
6. Alat tulis - Sebagai pencatat data
7. Kamera - Sebagai dokumentasi
Sumber: Praktikum Tingkah Laku Ikan 2014
b. bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Tingkah Laku Ikan topik Stres

Ikan tersaji pada tabel .

Tabel . Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Tingkah Laku Ikan


No Bahan Kegunaan
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Sebagai objek pengamatan
2. Air panas Sebagai media suhu panas
3. Es batu Sebagai media suhu dingin
Sumber : Praktikum Tingkah Laku Ikan 2014
6.2.2. Metode

Metode yang dilakukan berdasarkan praktikum Tingkah Laku Ikan topik

stres pada ikan adalah sebagai berikut :

1. Ikan diaklimatisasi selama 2 hari untuk diadaptasi di akuarium kaca

praktikum.

2. Selama masa aklimatisasi, jumlah bukaan operculum dihitung dalam 1

menit (kontrol) dengan asumsi bahwa kondisi akuarium dalam keadaan

normal.

3. Pada saat perlakuan :

a. Suhu dingin

masukan 3 liter air dingin/es (0 5) oC kedalam akuarium kaca yang

berisi ikan dari dinding kaca secara perlahan;

melihat respons dan tingkah laku ikan;

menghitung jumlah bukaan operculum dalam 1 menit; dan

menghitung jumlah kibasan sirip dada dalam 1 menit;

b. Suhu panas

masukan 3 liter air panas (90 100) oC kedalam akuarium kaca yang berisi

ikan dari dinding kaca secara perlahan;

melihat respons dan tingkah laku ikan;

menghitung jumlah bukaan operculum dalam 1 menit; dan

menghitung jumlah kibasan sirip dada dalam 1 menit;


Aklimatisasi

ikan


Pengamatan sebelum ada
perubahan suhu


Pemberian es batu/air panas


Pengamatan dan perhitungan
jumlah gerakan operculum


Pengamatan tingkat stres

Gambar . Skema Prosedur dalam Perlakuan terhadap Pengaruh Suhu

6.3. Hasil dan Pembahasan

6.3.1. Tingkah laku ikan setelah diberi rangsang suhu panas

Berikut jumlah bukaan operculum saat diberi rangsang suhu panas pada

Gambar .

140

120
Bukaan Operculum

100

80
Sebelum
60
Suhu Panas
40

20

0
1 2 3 4 5
Menit Ke-
Gambar . Grafik Pengaruh Suhu Panas terhadap Bukaan Operculum
e-
Tingkah laku ikan setelah diberi rangsang suhu panas terjadi peningkatan

bukaan operculum. Suhu yang diberikan pada media air adalah 39 41 oC.

Bukaan operculum terendah yang terjadi setelah diberi perlakuan suhu panas

adalah 83 kali dan yang tertinggi sebesar 119 kali. Peningkatan bukaan operculum

pada ikan terjadi secara berkala, dengan grafik yang selalu meningkat.

Peningkatan operculum pada ikan diakibatkan oleh meningkatnya proses

metabolisme, sehingga konsumsi oksigen oleh ikan meningkat. Pengaruh yang

lain, suhu panas juga menyebabkan pergerakan ikan lebih cenderung berada di

bagian permukaan air untuk mengambil oksigen dari permukaan. Hal ini

diperkuat oleh Aliza et al.(2013), perubahan perilaku ikan dapat berupa cepatnya

gerakan operkulum, ikan mengambil udara dipermukaan air, dan ikan menjadi

tidak aktif.

Ikan mempunyai nilai toleransi terhadap suhu. Suhu yang terlalu panas

akan membuat jaringan pada tubuh ikan rusak. Jika ikan mampu bertahan, ikan

tersebut akan menunjukan aktifitas yang tidak normal. Tingkah laku ikan yang

tidak normal menandakan bahwa ikan telah dalam kondisi stress. Berdasarkan

hasil pengamatan pada perlakuan dengan suhu panas didapatkan hasil ikan

tersebut bergerak memutar di dalam akuarium serta menabrak dinding kaca

akuarium. Hal ini diperkuat oleh Aliza et al.(2013), suhu tinggi yang masih dapat

ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan pada ikan tetapi dapat

menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres

yang menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Perubahan

suhu sebesar 5C di atas normal dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan

kerusakan jaringan dan kematian.


Berikut jumlah kibasan sirip dada saat diberi rangsang suhu panas pada

gambar .

120

100
Kibasan Sirip Dada

80

60 Sebelum
Suhu Panas
40

20

0
1 2 3 4 5
Menit Ke-
Gambar . Grafik Pengaruh Suhu Panas terhadap Kibasan Sirip Dada
e-
Berdasarkan grafik pengaruh suhu panas terhadap kibasan sirip dada

menunjukan terjadinya penurunan kibasan sirip dada. Penurunan kibasan sirip

dada diawali dengan kenaikan jumlah kibasan yang selanjutnya terjadi penurunan

yang signifikan. Kibasan sirip dada setelah mendapat suhu panas dengan nilai

tertinggi 113 kali dan terendah sebanyak 4 kali. Penurunan pergerakan tersebut

diakibatkan oleh meningkatnya metabolisme, sehingga energi yang dimiliki ikan

lebih dimanfaatkan untuk proses metabolisme dan tidak aktif bergerak. Hal ini

diperkuat oleh Aliza et al. (2013), perubahan perilaku ikan dapat berupa cepatnya

gerakan operkulum, ikan mengambil udara dipermukaan air, dan ikan menjadi

tidak aktif.

Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara

28 32 oC. Nilai suhu yang terlalu panas membuat keadaan ikan menjadi lemas
dan dapat membuat jaringan dalam tubuh ikan Nila menjadi rusak. Perubahan

pergerakan ikan Nila yang semula aktif bergerak menjadi lebih pasif (pendiam)

berkorelasi dengan semakin tingginya suhu air, semakin tinggi suhu air semakin

cepat terjadi perubahan gerak ikan menjadi pasif. Peningkatan temperatur air

menyebabkan perubahan perilaku ikan Nila berupa pergerakan pasif serta

menurunnya refleks. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan suhu yang ekstrim

membuat sistem metabolism ikan Nila terganggu . Kibasan sirip dada pada ikan

Nila yang tidak normal menandakan bahwa kondisi ikan mulai stres. Hal ini

diperkuat oleh Safitri et al. (2013), efek kenaikan suhu air pada 34oC selama 2

jam dapat menyebabkan stres pada ikan. Stres merupakan respons fisiologi yang

disebabkan kondisi eksternal berupa panas. Keadaan stres dapat mempengaruhi

aktifitas fisiologis dan kadar hemoglobin pada ikan. Pada beberapa hewan, stres

panas berdampak terhadap kondisi kesehatan.

6.3.2. Tingkah laku ikan setelah diberi rangsang suhu dingin

Berikut jumlah bukaan operculum saat diberi rangsang suhu dingin pada

gambar :

90
80
70
Bukaan Operculum

60
50
40 Sebelum
30 Suhu Dingin
20
10
0
1 2 3 4 5
Menit Ke-
Gambar . Grafik Pengaruh Suhu Dingin terhadap Bukaan Operculum
e-
Tingkah laku ikan setelah diberi rangsangan suhu dingin terjadi penurunan

pergerakan operculum. Suhu yang diberikan pada media hidup ikan adalah 13

14 oC. Bukaan operculum ikan terendah adalah 27 kali pada menit terahir dan

tertinggi 45 kali pada menit pertama. Pergerakan ikan setelah diberikan suhu

dingin menjadi lebih pasif dan lebih suka berada di daerah dasar. Pergerakan

tersebut diakibatkan oleh menurunnya pergerakan organ dalam pada ikan yang

mengakibatkan penurunan proses metabolisme, sehingga konsumsi oksigen oleh

ikan menurun. Hal ini diperkuat oleh Ghufran dan Kordi (2012) yang

menyatakan, pada suhu 18 25 oC ikan masih bertahan hidup tetapi nafsu

makannya mulai menurun. Suhu air 12 18 oC mulai berbahaya bagi ikan,

sedangkan pada suhu dibawah 12 oC ikan tropis mati kedinginan.

Proses pingsan pada ikan akibat suhu dingin bermula dari viskositas darah

yang semakin tinggi sehingga memperlambat aliran darah. Hal itu membuat

distibusi oksigen didalam tubuh semakin lambat ditambah lagi proses respirasi

yang juga ikut melambat. Ciri yang ditunjukan sebelum ikan mengalami pingsan

yaitu pergerakan operculum ikan melambat dan mulai kehilangan keseimbangan.

Hal ini diperkuat oleh Wijayanti et al. (2011), semakin dingin suhu darah tingkat

viskositas darah akan mengental dan mengakibatkan aliran darah yang lebih

lambat. Penurunan suhu berdampak pada penurunan konsumsi oksigen dan

menurunnya produk metabolisme yang dapat bersifat racun baik dalam bentuk gas

CO2 maupun ammonia dalam bentuk NH3. Hal tersebut dicirikan dari pergerakan

operculum insang ikan mulai berjalan lambat dan ikan mulai kehilangan

keseimbangan.
Berikut jumlah kibasan sirip dada saat diberi rangsang suhu dingin pada

gambar .

120

100
Kibasan Sirip Dada

80

60 Sebelum
Suhu Dingin
40

20

0
1 2 3 4 5
Menit Ke-
Gambar . Grafik Pengaruh Suhu Dingin terhadap Kibasan Sirip Dada
e-
Berdasarkan grafik pengaruh suhu dingin terhadap kibasan sirip dada

menunjukan terjadinya penurunan kibasan sirip dada. Kibasan sirip dada tertinggi

terjadi pada menit pertama sebanyak 112 kali, kibasan sirip dada terendah terjadi

pada menit keempat sebanyak 30 kali. Penurunan suhu pada ikan dapat

mengakibatkan menurunnya juga pergerakan dari ikan yang diakibatkan oleh

penurunan proses metabolisme. Hal ini diperkuat oleh Wijayanti et al. (2011),

semakin dingin suhu darah tingkat viskositas darah akan mengental dan

mengakibatkan aliran darah yang lebih lambat. Penurunan suhu berdampak pada

penurunan konsumsi oksigen dan menurunnya produk metabolisme yang dapat

bersifat racun baik dalam bentuk gas CO2 maupun ammonia dalam bentuk NH3.

Hal tersebut dicirikan dari pergerakan operculum insang ikan mulai berjalan

lambat dan ikan mulai kehilangan keseimbangan.


Kondisi suhu yang menurun membuat ikan menjadi stres. Kondisi stres

akibat kedinginan membuat insulin pada ikan menjadi tidak aktif. Keberhasilan

pasokan glukosa di dalam sel ditentukan oleh kinerja insulin. Perubahan suhu

secara mendadak membuat kadar glukosa dalam darah ikan meningkat. Tingkat

kadar glukosa dalam darah sangat sensitif terhadap stres. Hal ini diperkuat oleh

Hastuti et al. (2003), kebutuhan energi dari glukosa untuk menangani stres dapat

terpenuhi apabila glukosa dalam darah dapat segera masuk ke dalam sel target.

Keberhasilan pasok glukosa ke dalam sel ditentukan oleh kinerja insulin.

Sedangkan selama stres terjadi inaktivasi insulin sehingga menutup penggunaan

glukosa oleh sel. Perubahan suhu dingin secara mendadak (cold shock)

menghasilkan peningkatan kadar glukosa darah ikan. Terjadinya peningkatan

kadar glukosa darah tersebut disebabkan oleh stres akibat perlakuan yang

diberikan.

You might also like