Professional Documents
Culture Documents
KARBOHIDRAT
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Acara 1 Karbohidrat adalah:
1. Mengetahui pengaruh asam dan alkali terhadap sukrosa 5%.
2. Mengetahui pengaruh asam dan alkali terhadap glukosa 0,1 M.
3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap gelatinisasi pati.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Alat dan Bahan
Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam
pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan
kelapa kopyor. Untuk industri-industri makanan bisa digunakan sukrosa
dalam bentuk kristal halus atau kasar dan jumlah yang banyak dipergunakan
dalam bentuk cairan sukrosa (sirup) (Winarno, 2004).
Natrium bikarbonat (NaHCO3) merupakan senyawa kimia dalam
penyebutannya sering disingkat dengan bicnat. Senyawa ini termasuk
kedalam kelompok garam. Senyawa ini sering dikenal dengan nama sodium
bikarbonat atau hydrogen karbonat (Marlina, 2013).
Mikroskop adalah alat bantu yang digunakan untuk melihat dan
mengamati benda-benda yang berukuran sangat kecil yang tidak mampu
dilihat dengan mata telanjang. Kata mikroskop berasal dari bahasa latin,
yaitu mikro yang berarti kecil dan kata scopein yang berarti melihat.
Benda kecil dilihat dengan cara memperbesar ukuran bayangan benda
tersebut hinga berkali-kali lipat. Bayangan benda dapat dibesarkan 40 kali,
100 kali, 400 kali, bahkan 1000 kali, dan perbesaran yang mampu dijangkau
semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi
(Dwijoseputro, 1989).
Glukosa adalah monosakarida dengan rumus kimia C6H12O6
terdapat sebagai glikosida di dalam tubuh binatang, sebagai disakarida-
disakarida dan polisakarida-polisakarida di dalam tubuh tumbuh-tumbuhan.
Glukosa dapat dihasilkan melalui hidrolisis polisakarida atau disakarida,
baik dengan asam maupun dengan enzim. Glukosa dapat dibuat dari pati-
patian, dan proses pembuatannya dapat dihidrolisa dengan asam maupun
enzim. Dalam proses hidrolisa, karbohidrat diubah menjadi gula larut dalam
air dilakukan dengan penambahan air dan asam kemudian dilakukan proses
peruraian atau fermentasi gula menjadi etanol dengan menambahkan
yaest/ragi (Yusrin dan Ana, 2010).
Glukosa adalah suatu karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Analisa kualitatif glukosa
dapat dilakukan dengan uji Molisch, uji Barfoed, uji Benedict, uji
Seliwanoff dan uji Iodin. Sedangkan uji kuantitatif dengan metode Luff
Schoorl (Yusrin dan Ana, 2010).
Tabung reaksi adalah sebuah tabung yang terbuat dari sejenis kaca
atau plastik yang dapat menahan perubahan temperatur dan tahan terhadap
reaksi kimia. Tabung reaksi disebut juga test tube atau culture tube. Fungsi
tabung reaksi adalah sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia, untuk
melakukan reaksi kimia dalam skala kecil dan sebagai tempat
perkembangbiakan mikroba dalam media cair (Soemanto, 1990).
2. Tinjauan Teori
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton
yang mempunyai rumus molekul umum (CH2O)n yang pertama lebih
dikenal sebagai golongan aldosa dan yang yang kedua adalah ketosa. Dari
rumus umum dapat diketahui bahwa karbohidrat adalah suatu polimer.
Senyawa yang menyusunnya adalah monomer-monomer. Dari jumlah
monomer yang menyusun polimer tersebut, maka karbohidrat dibagi
menjadi tiga golongan yaitu, monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida
(Martoharsono, 1990).
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh
penduduk dunia, khususnya penduduk negara yang sedang berkembang.
Walaupun jumlah kalori yang dapat dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat
hanya 4 Kal (kkal) bila dibandingkan dengan protein dan lemak, karbohidrat
merupakan sumber kalori yang murah. Dalam tubuh karbohidrat berguna
untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan protein tubuh yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme
lemak dan protein (Winarno, 2004).
Uji Benedict digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat melalui
reaksi gula pereduksi. Larutan alkali dari tembaga direduksi oleh gula yang
mengandung gugus aldehida atau keton bebas dengan membentuk kupro
oksida berwarna. Laruan Benedict mengandung kupri sulfat, natrium
karbonat, dan natrium sitrat. Uji Benedict dilakukan pada suasana basa yang
menyebabkan terjadinya transformasi isomerik (Sudarmadji, 1989).
Pati merupakan bahan berharga untuk industri makanan, yang
banyak digunakan sebagai pengental, pembentuk gel dan air retensi (1).
Atas dasar amilosa dan amilopektin rasio, pati dapat dipisahkan menjadi
normal, lilin dan amilosa tinggi pati. Pati normal terdiri dari sekitar 25%
amilosa dan 75% fraksi amilopektin. Selama pengolahan pati banyak
perubahan terjadi pada sifat fisikokimia. Yang paling penting dapat
dianggap sebagai gelatinisasi. Granula pati tidak larut dalam air dingin,
tetapi mereka menyerap air dalam media berair reversibel. Ketika granula
pati yang dipanaskan dalam kelebihan air, pada suhu tertentu,
pembengkakan menjadi ireversibel dan struktur granula tersebut diubah
secara signifikan. Proses ini disebut gelatinisasi (Kibar, 2010).
Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokkan menjadi
monosakarida, disakarida dan polisakarida. Monosakarida dalam Ilmu Gizi
berarti glukosa, fruktosa dan galaktosa. Galaktosa adalah gula khusus yang
terdapat pada bahan hewani, yaitu air susu. Selain itu, dijumpai
monosakarida yang mengandung 3 atom karbon (triosa), atau 5 atom karbon
(pentosa), 6 atom karbon (heksosa) dan 7 atom karbon (heptulosa)
(Departemen Gizi UI, 2007).
Disakarida dalam bahan makanan yang penting ialah sukrosa,
maltosa dan laktosa. Laktosa hanya dijumpai pada susu hewan menyusui
dan air susu ibu (ASI). Dalam bahan makanan nabati terdapat dua jenis
polisakarida yang dapat dicerna (yaitu amilum dan dekstrin) dan tidak dapat
dicerna (seperti selulosa, pentosan, dan galaktan). Dalam bahan makanan
hewani terdapat polisakarida yang dapat dicerna yang disebut glikogen.
Satuan polisakarida adalah glukosa, sehingga bila polisakarida mengalami
hidrolisa akan diperoleh molekul glukosa (Departemen Gizi UI, 2007).
Karbohidrat adalah kelompok nutrien yang penting dalam susunan
makanan, sebagai sumber energi. Karbohidrat dikelompokkan menjadi tiga
menurut ukuran molekulnya, yaitu monosakarida serta disakarida yang
merupakan senyawa gula, dan polisakarida yang merupakan non-gula,
misalnya pati. Monosakarida yang umumnya terdapat dalam pangan
mengandung enam atom karbon dan mempunyai rumus umum C6H12O6,
tiga senyawa gula yang paling penting ialah glukosa, fruktosa dan galaktosa.
Disakarida mempunyai rumus umum C12H22O11, senyawa-senyawa ini
terbentuk jika dua molekul monosakarida bergabung dengan melepaskan
satu molekul air. Polisakarida adalah polimer hasil kondensasi
monosakarida dan tersusun dari banyak molekul monosakarida yang
berikatan satu sama lain, dengan melepaskan sebuah molekul air untuk
setiap ikatan yang terbentuk. Polisakarida mempunyai rumus utama
C6H10O5)n dimana n adalah bilangan yang besar (Gaman, 1981).
Pati memegang peranan penting dalam menentukan tekstur
makanan, dimana campuran granula pati dan air bila dipanaskan akan
membentuk gel. Pati yang berubah menjadi gel bersifat irreversible dimana
molekul-molekul pati saling melekat membentuk suatu gumpalan sehingga
viskositasnya semakin meningkat. Tepung tapioka juga dapat berfungsi
sebagai bahan perekat (Zulkarnain, 2013).
Struktur granula pati terdiri dari kristal dan bukan kristal, kristal
merupakan perubahan sejumlah besar rantai glukosa yang mengalami
pengikatan hidrogen untuk membentuk area yang sulit bagi air dan enzim
untuk menembus. Granula pati asli tidak dapat larut dalam air dingin, ketika
pati murni dipanaskan dalam air, granula akan mengembang dan
strukturnya hancur (gelatinisasi). Proses penghilangan kristal oleh panas
dan air tersebut disebut proses gelatinisasi, hilangnya kristal tersebut dapat
membantu terjadinya proses puffing agar lebih optimal, sehingga produk
akhir yang dihasilkan dapt lebih renyah/krispi. Granula pati yang
mengalami gelatinisasi dapat dibuat membengkak luar biasa dan bersifat
tidak dapat kembali pada kondisi semula. Suhu pada saat granula pati pecah
disebut suhu gelatinisasi (Winarno, 1992).
Gelatinisasi pati merupakan proses penggelembungan dan
disorganisasi granula pati. Peristiwa ini disebut sebagai retrogradasi
granula pati yang ditandai dengan pembentukan gel oleh amilopektin secara
lebih lambat dan gel yang terbentuk lebih lunak. Adapun satuan dasar dari
pati adalah anhidroglukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n. Besarnya
protein pembentuk gluten dalam tepung sangat menentukan sifat adonan
dan produk yang dihasilkan (Putera, 2013).
Proses gelatinisasi pati ditandai dengan adanya pemecahan struktur
granula pati yang menyebabkan molekul pati terdispersi dalam air. Proses
tersebut terbilang rumit. Energi yang diserap oleh granula pati dapat
mempermudah dalam penyusunan ikatan antar molekul pada suhu normal
(Ratnayake, 2006).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Gelas beaker
b. Gelas obyek
c. Gelas penutup
d. Mikroskop
e. Penangas air
f. Pengaduk
g. Penjepit kayu
h. pH universal
i. Pipet
j. Pipet tetes
k. Propipet
l. Rak tabung reaksi
m. Sendok
n. Tabung reaksi
o. Termometer
p. Timbangan
2. Bahan
a. Aquadest
b. Benedict
c. Glukosa 0,1 M
d. HCl 0,1 N
e. Iodine encer
f. Maizena
g. NaHCO3 kristal
h. NaOH 0,1 N
i. Sukrosa 5%
j. Tapioka
3. Cara Kerja
a. Pengaruh Asam dan Alkali terhadap Sukrosa
2 ml larutan
sukrosa 5%
Penambahan Penambahan
Penambahan
NaOH 0,1 N HCl 0,1 N
aquadest sebanyak
sebanyak 5 ml sebanyak 5 ml
5 ml pada tabung 3
pada tabung 1 pada tabung 2
Penambahan Penambahan
Penambahan
NaOH 0,1 N HCl 0,1 N
aquadest sebanyak
sebanyak 2 ml sebanyak 2 ml
2 ml pada tabung 3
pada tabung 1 pada tabung 2
Penambagan pada
Penambahan masing-masing
masing-masing
Aquadest
100 ml
Pemanasan suhu
Pemanasan suhu kamar, 40o, 50o,
kamar, 40o, 50o,
60o,65o,
60o, 65o, 70o,
70o, 75o,
75o, 80
80oo
dan
dan85 o
85o
Larutan
Penambahan
Iodine encer
Tepung
Belum terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu kamar
Tepung
Belum terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu 40oC
Tepung
Belum terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu 50oC
Tepung
Mulai terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu 60oC
Tepung
Terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu 65oC
Tepung
Sudah terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu 70oC
Tepung
Sudah terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu 75oC
Tepung
Sudah terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu 80oC
Tepung
Sudah terjadi
1 Tapioka pada
gelatinisasi
air suhu 85oC
Tepung
Belum terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu kamar
Tepung
Belum terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu 40oC
Tepung
Belum terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu 50oC
Tepung
Belum terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu 60oC
Tepung
Terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu 65oC
Tepung
Terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu 70oC
Tepung
Sudah terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu 75oC
Tepung
Sudah terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu 80oC
Tepung
Sudah terjadi
2 Maizena pada
gelatinisasi
air suhu 85oC
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Anggraeni, Dyah Ayu., Simon Bambang Widjanarko., dan Dian Widya Ningtyas.
2014. Proporsi Tepung Porang dan Maizena terhadap Karakteristik
Sosis Ayam. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No. 3 Hal. 220.
Asif, H.M, et.al. 2011. Carbohydrates. International Research Journal of
Biochemistry and Bioinformatics Vol. 1 No.1 Hal.1-5.
Belitz, H. D and W. Grosch. 1987. Food Chemistry. Springer Verlag Berlin:
Germany.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2007. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Dwijoseputro.1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan: Surabaya.
Gaman., dan Sherrington. 1992. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Hartono, Monica., dkk. 2013. Profil Gelatinisasi Pati Beras Organik Varietas
Lokal (Putih Varietas Cianjur, Merah Varietas Saoddah, Hitam
Varietas Jawa). Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
Hartono, Monica., dkk. 2013. Profil Gelatinisasi Pati Beras Organik Varietas
Lokal (Putih Varietas Cianjur, Merah Varietas Saoddah, Hitam
Varietas Jawa). Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
Imanningsih, Nelis. 2012. Profil Gelatinisasi Beberapa Formulasi Tepung-
Tepungan Untuk Pendugaan Sifat Pemasakan. Jurnal Penel Gizi Makan
2012 Vol.35 No.1 Hal. 7.
Indarti ,Dwi., dan Asnawati. 2011. Karakterisasi Film Nata De Coco-Benedict
secaraAdsorpsiuntuk Sensor Glukosadalam Urine. Jurnal Ilmu Dasar
Vol. 12 No. 2 Hal. 200.
Kibar, E. Aytunga Arik., Ilknur Gonenc dan Ferhunde. 2010. Gelatinization of
waxy, normal and high emylose corn starches. Department of Food
Engineering. Vol.35 No.4 Hal. 237-244.
Makfoeld, Djarir., dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta:
Kanisius.
Marlina, Ena., Slamet Wahyudi., dan Lilis Yuliati. 2013. Produksi Browns Gas
Hasil Elektrolis H2O dengan Katalis NaHCO3. Jurnal Rekayasa Mesin
Vol.4 No.1 Hal. 53-58.
Martoharsono, Suharsono. 1990. Biokimia. Yogyakarta: UGM-Press
Moorthy, S.N. 2004. Tropical sources of starch. Di dalam: Ann Charlotte Eliasson
(ed). Starch in Food: Structure, Function, and Application. CRC Press,
Baco Raton, Florida.
Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Pangan. Alfabeta: Bandung.
Putera, Feri Surya. 2013. Cara Praktis Pembuatan Pempek Palembang. Yogyakarta:
Kanisius.
Ratnayake, Wajira S. 2006. Gelatinization and Solubility of Corn Starch during
Heating in Excess Water: New Insight. Published in Journal of
Agriculture and Food Chemistry. Vol.54 No.10 Hal.3712-3716.
Sarma, D. Sai Koteswar. et all. 2011. Phytochemical Studies and Biological
Activities on Fruits of Momordica Cochinchinensis. Journal of
Chemical and Pharmaceutical Research. Vol. 3 No. 4 Hal 876.
Sarungallo, Zita Letviany., Budi Santoso., dan Eduard Fransisco Tethool. 2010.
Sifat Fisikokimia dan Fungsional Pati Buah Aibon (Brugueira
gymnorhiza L.). Jurnal Natur Indonesia Vol. 2 No. 2 Hal.159.
Soemanto, Imamkhasani. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia.
Penerbit PT. Gramedia: Jakarta.
Sriroth et al. 1999. Biodegradable Plastics from Cassava Starch in Thailand.
Department of Biotechnology. Kasetsart University
Sudarmadji, Slamet., Bambang Haryono., dan Suhardi. 1996. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta.
Tako, Masakuni. et all. 2014. The Principles of Starch Gelatinization and
Retrogradation. Food and Nutrition Sciences. Vol. 5 No.3 Hal. 280.
Uthumporn, U dkk. 2010. Hydrolysis of Granular Starch at Sub-gelatinization
Temperature using a Mixture of Amylolytic Enzymes. Food and
Bioproducts Processing. Vol.8 No.8 Hal.4754.
Winarni, Wisnu Sunarto., Sri Mantini. 2010. Penetralan dan Adsorbansi Minyak
Goreng Bekas Menjadi Minyak Goreng Layak Konsumsi. Jurnal
Tekhnik Kimia. Vol. 8 No. 1 Hal 46-56.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yusrin, dan Ana Hidayati Mukaromah. 2010. Proses Hidrolisis Onggok dengan
Variasi Asam pada Pembuatan Ethanol. Prosiding Seminar Nasional
UNIMUS. Hal. 20-26.
Zulkarnain, Juita., Liswarti Yusuf., dan Yuliana. 2013. Pengaruh Perbendaan
Komposisi Tepung Tapioka terhadap Kualitas Bakso Lele. Program
Studi Pendidikian Kesejahteraan Keluarga. Vol.3 No.1 Hal. 3.