You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2013
bab I pasal 1 ayat 2 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Tenaga kerja dalam setiap pekerjaannya harus selalu
memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja. Pekerjaan yang tidak
mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja akan menyebabkan beban
kerja baik secara fisik maupun mental. Beban kerja pada tenaga kerja ini dapat
menyebabkan pekerja mengalami kelelahan dan mempengaruhi kinerja.
Tenaga kerja di Indonesia dapat dikatagorikan cukup banyak. Salah satu
tenaga kerja di Indonesia ialah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
merupakan tenaga kerja formal yang biasanya bekerja di instansi kesehatan
salah satunya adalah rumah sakit.
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien. Rumah sakit
merupakan salah satu sistem pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, rehabilitasi dan juga
pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat
darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap (Muninjaya, 2004). Rumah sakit
merupakan tempat dimana tenaga kesehatan dapat melakukan tugasnya.
Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit juga banyak macamnya. Salah
satu tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit adalah perawat.
Data dari World Health Organization (WHO) 2009, menyebutkan
bahwa terdapat 7,8 juta perawat di 198 negara di dunia. Data Badan PPSDM
Kesehatan tahun 2014 juga menyatakan terdapat sebanyak 302.406 jumlah
tenaga kesehatan dengan posisi terbanyak adalah perawat yaitu 122.689 orang
yang bekerja di rumah sakit di Indonesia (Kemenkes RI, 2015). Perawat
merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang memiliki fungsi penting
dalam penyelenggaraan kesehatan. Menurut (Sukmono, 2013) Tugas pokok

1
2

seorang perawat adalah merawat pasien untuk mempercepat proses


penyembuhan. Perawat memiliki kerja yang dinamis, perlu memiliki kondisi
tubuh yang baik, sehat, dan mempunyai energi yang cukup. Kondisi tubuh
yang kurang baik ini akan berakibat seorang perawat mudah patah semangat,
mengalami kelelahan fisik, kelelahan emosional, dan kelelahan mental. Hal ini
juga didukung oleh (Setiyana, 2013) bahwa banyak fenomena mengenai
perawat yang tidak sabar, suka marah, berbicara ketus dengan pasien dan
keluarga pasien, bahkan terjadi kelalaian dalam bekerja seperti kesalahan
dalam pemberian obat, dan keterlambatan dalam melakukan injeksi. Hal ini
tentu sangat berlawanan dengan tugas dan kewajiban sebagai seorang perawat
yang harus memberikan pelayanan prima pada pasien. Selain bertentangan
dengan tugas dan kewajiban seorang perawat, gejala yang sering dialami
perawat ini merupakan gejala dari kelelahan.
Kelelahan merupakan aneka keadaan yang di sertai penurunan
efisiensi dan ketahanan dalam bekerja (Sumakmur, 2009). Kelelahan adalah
kondisi seseorang yang terkuras habis dan kehilangan energi psikis maupun
fisik. Biasanya kelelahan dialami dalam bentuk kelelahan fisik, metal, dan
emosional yang terus menerus (Poerwandari, 2010). Data yang didapat,
banyak hasil yang menunjukan bahwa banyak perawat di Indonesia yang
mengalami kelelahan baik secara fisik maupun mental.
Penelitian (Kurniawati, 2012) menyebutkan bahwa tingkat kelelahan
perawat di bangsal rawat inap Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap sebesar
63,8% dan tergolong dalam tingkat kelelahan yang tinggi. Penelitian (Susanti,
2017) menyebutkan bahwa 84,4% perawat wanita di RSUD Dr. R. Goeteng
Taroeadibrata mengalami kelelahan pada katagori sedang. Dengan penjabaran
53,3% responden mengalami kelelahan emosional pada katagori sedang, 77%
mengalami depersonalisasi katagori ringan, dan 47,5% mengalami penurunan
pencapaian prestasi pribadi katagori sangat berat.
Penelitian (Riyanto, 2014) menyebutkan bahwa beban kerja perawat
di Bangsal Bedah RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata sebagian besar pada
kategori sedang sebanyak 24 orang (77,4%) dan stres kerja sebagian besar
pada kategori sedang sebanyak 24 orang (77,4%). Hal ini menunjukan bahwa
3

terdapat kejadian kelelahan pada perawat bangsal bedah dikarenakan beban


kerja dan stress kerja yang terjadi. Penelitian (Liarucha, dkk, 2016)
menyebutkan bahwa perawat dengan 3 shift/hari memiliki nilai rerata 5,740
yaitu pada kategori lelah sedang dan nilai terendah 3,0 yaitu kategori lelah
berat serta nilai tertinggi 7,5 yaitu kategori lelah ringan. Hal ini menunjukan
bahwa shift kerja berhubungan terhadap kelelahan pada perawat.
Penelitian (Perwitasari, 2014) menyebutkan bahwa sebagian perawat
mengalami kelelahan sedang yang dipengaruhi oleh status gizi. Hal ini
menunjukan bahwa kelelahan pada perawat juga bisa terjadi karena faktor
internal dari seorang perawat itu sendiri seperti usia, jenis kelamin, status gizi,
dll. Penelitian (Tawale, 2011) mengatakan bahwa korelasi antara motivasi
kerja perawat dengan kecenderungan mengalami kelelahan pada taraf
signifikan. Yang menunjukan adanya hubungan negatif antara kedua variabel.
Dengan demikian diperoleh kesimpulan jika motivasi kerja perawat rendah,
maka kecenderungan mengalami kelelahan akan tinggi. Kelelahan yang terjadi
pada perawat ini dapat menimbulkan dampak-dampak negatif salah satunya
adalah kecelakaan kerja.
Data dari International Labour Organitation (2013), menyebutkan
sebanyak dua juta pekerja menjadi korban setiap tahun karena kecelakaan
kerja akibat faktor kelelahan. Penelitian yang dilakukan International Labour
Organitation (2013), menjelaskan bahwa sebanyak 58.118 sampel dari 18.828
sampel (32,8%) di antaranya mengalami kelelahan. Data yang didapatkan dari
BPS Ketenagakerjaan, tingkat kecelakaan kerja mengalami kenaikan dan
penurunan dari tahun 2011-2014 dengan tingkat tertinggi pada tahun 2013
yaitu terjadi 35.9177 kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi pada siapa saja termasuk tenaga
kesehatan. Data WHO (2004) Dari 35 juta pekerja kesehatan bahwa 3 juta
terpajan patogen akibat tertusuk jarum. Penelitian (Kurniawati, 2013)
menyebutkan bahwa dalam satu tahun terakhir perawat perinatologi di RSUD
Tugurejo Semarang mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum dengan
jumlah tertinggi yaitu 14 kali. Kejadian ini merupakan salah satu resiko dari
terjadinya kelelahan pada perawat.
4

RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga merupakan


rumah sakit yang telah berdiri sejak tahun 1986. Rumah sakit ini memiliki 282
perawat secara keseluruhan dengan jumlah perawat rawat inap sebanyak 147
perawat yang terdiri dari 103 orang (70%) perawat wanita dan 44 orang (30%)
perawat laki-laki. Instalasi rawat inap ini terbagi menjadi 4 bangsal yaitu
bangsal bedah, bangsal anak, bangsal penyakit dalam dan bangsal penyakit
syaraf. Dengan populasi bangsal bedah sebanyak 42 perawat yang terdiri dari
20 orang (47,6%) perawat wanita dan 22 orang (52,3%) perawat laki-laki.
Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan menggunakan
KAUPK2 pada perawat di ruangg rawat inap bangsal bedah sebanyak 10
orang didapatkan hasil bahwa 6 dari 10 perawat (60%) mengalami kelelahan
mental. Selain itu, menurut wawancara yang dilakukan, perawat mengaku
merasa bosan saat melakukan pekerjaan pada shift malam, walaupun aktivitas
yang dilakukan tidak banyak, namun pada shift malam perawat kehilangan
waktu istirahatnya. Hal ini juga mendukung adanya kelelahan mental yang
dirasakan oleh perawat rawat inap di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata.
Atas dasar tersebut penulis ingin melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan mental pada perawat di
ruang rawat inap bangsal bedah RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kelelahan mental
pada perawat di ruang rawat inap bangsal bedah RSUD Dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan
mental pada perawat di ruang rawat inap bangsal bedah RUSD Dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
2. Tujuan Khusus
5

a. Mendeskrisipsikan karakteristik responden berupa (umur, jenis


kelamin, masa kerja, shift kerja, status gizi, dan motivasi).
b. Mengetahui hubungan umur dengan kelelahan mental pada perawat
rawat inap bangsal bedah.
c. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kelelahan mental pada
perawat rawat inap bangsal bedah.
d. Mengetahui hubungan status gizi dengan kelelahan mental pada
perawat rawat inap bangsal bedah.
e. Mengetahui hubungan masa kerja dengan kelelahan mental pada
perawat rawat inap bangsal bedah.
f. Mengetahui hubungan motivasi dengan kelelahan mental pada
perawat rawat inap bangsal bedah.
g. Mengetahui hubungan shift kerja dengan kelelahan mental pada
perawat rawat inap bangsal bedah.
h. Mengetahui hubungan pencahayaan dengan kelelahan mental pada
perawat rawat inap bangsal bedah.
i. Mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan kelelahan
mental pada perawat rawat inap bangsal bedah.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penulisan ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi terutama dalam bidang K3 mengenai kelelahan mental
tenaga perawat.
2. Manfaat Praktis
a. Perawat RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Dapat diperoleh gambaran kelelahan mental pada perawat di ruang
rawat inap bangsal bedah RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
b. RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Digunakan sebagai bahan tambahan informasi tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kelelahan mental pada perawat di ruang rawat
inap bangsal bedah RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata.
6

c. Jurusan Kesehatan Masyarakat


Dijadikan sebagai tambahan kepustakaan dan informasi untuk jurusan
Kesehatan Masyarakat khususnya dibagian peminatan K3.
d. Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa dalam
penulisan skripsi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
kelelahan mental pada perawat di ruang rawat inap bangsal bedah
RUSD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No. Penelitian Terdahulu Perbandingan
1. a. Judul: Perbedaan Kelelahan a. Persamaan
Perawat Ruang Rawat Inap 2 1) Variabel terikat: kelelahan
Shift/Hari Dengan 3 Shift/Hari Di 2) Jenis Penelitian: Crossectional
RS Baladhika Husada Dan RSD b. Perbedaan
Kalisat Kabupaten Jember 1) Penulisan terdahulu
b. Penulis: Ria Aridya Liarucha a) Tempat penelitian: RS
c. Tahun: 2016 Valadhika Husada dan RSD
d. Hasil Penelitian: ada kelelahan Kalisat jember
kerja yang terjadi pada perawat 2) Penulis sekarang
dengan 3 shift/hari. a) Tempat Penelitian: RSUD dr.
R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga
2. a. Judul: Hubungan antara Motivasi a. Persamaan
kerja perawat dengan 1) Variabel terikat: Kelelahan
kecenderungan mengalami 2) Sasaran: Perawat
burnout pada perawat di RSUD
Serui-Papua. b. Perbedaan
b. Penulis: Eva Nofita Tawale 1) Penulis terdahulu
c. Tahun: 2011 a) Tempat Penelitian: RSUD
d. Hasil Penelitian: korelasi antara Serui-Papua.
motivasi kerja perawat dengan b) Jenis penelitian: korelasional
kecenderungan mengalami 2) Penulis sekarang
kelelahan pada taraf signifikan a) Tempat Penelitian: RSUD dr.
R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga
b) Jenis Penelitian: Crossectional
3. a. Judul: faktor yang berhubungan a. Persamaan
dengan kelelahan pada perawat di 1) Variabel Terikat: Kelelahan
RSUD dr. Mohamad Soewandhie 2) Jenis Penelitian: Crossectional
Surabaya b. Perbedaan
b. Penulis: Dita Perwatasari 1) Penulis terdahulu
c. Tahun: 2014 a) Tempat: RSUD dr. Mohamad
d. Hasil Penelitian: ada hubungan Soewandhie Surabaya
status gizi dengan kelelahan pada 2) Penulis sekarang
perawat di RSUD dr. Mohamad a) Tempat: RSUD dr. R. Goeteng
Soewandhie Surabaya Taroenadibrata Purbalingga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelelahan
1. Pengertian Kelelahan
Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat
subyektif. Lelah adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan
tubuh agar tubuh menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan
demikian terjadilah pemulihan (Sumamur, 2009).
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
terhindar dari kerusakan sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda beda dari
setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2013).
2. Jenis-jenis kelelahan
(Silaban, 1998) menyebutkan bahwa jenis-jenis kelelahan terbagi
menjadi 3 yaitu, berdasarkan proses, waktu terjadi kelelahan, dan
penyebabnya.
a. Berdasarkan proses
(Sumamur, 2009) menyebutkan terdapat dua jenis kelelahan
berdasarkan proses, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.
Kelelahan otot ditandai antara lain oleh tremor atau rasa nyeri yang
terdapat pada otot. Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya
kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persarafan
sentral atau kondisi psikis-psikologis.
b. Berdasarkan waktu terjadinya
(Silaban, 1998) menyebutkan terdapat dua jenis kelelahan
berdasarkan waktu terjadinya yaitu:
1) Kelelahan akut
Disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara
berlebihan.

7
8

2) Kelelahan kronis
Terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan
bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu
pekerjaan.
c. Berdasarkan Penyebab
(Soetomo, 2000) menyebutkan bahwa klasifikasi kelelahan
berdasarkan faktor penyebab diantaranya:
1) Kelelahan fisik
Kelelahan ini disebabkan oleh kelemahan otot. Kontraksi otot
yang kuat mengakibatkan tekanan pada otot dan dapat
menghentikan aliran darah. Gangguan pada aliran darah dapat
menyebabkan kelelahan otot yang berakibat otot tidak dapat
berkontraksi.
2) Kelelahan psikologi
Kelelahan psikologi berkaitan dengan depresi, gugup, dan
kondisi psikologi lainnya. Kelelahan psikologi biasanya diperburuk
dengan adanya stress.
3) Kelelahan mental
Kelelahan metal disebabkan karena faktor psikis. Pekerja
memiliki persoalan kejiwaan yang belum terselesaikan dan
menyebabkan stress psikis.
4) Kelelahan keterampilan
Kelelahan ini terjadi karena tugas-tugas yang memerlukan
ketelitian dan penyelesaian permasalahan yang cukup sulit.
B. Kelelahan Mental
1. Pengertian Kelelahan Mental
Kelelahan mental merupakan cabang dari kelelahan yang dapat
menyerang siapapun dalam melakukan pekerjaan. Kelelahan ini dapat
dikatakan kelelahan palsu, yang timbul dalam perasaan orang yang
bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya atau pendapatnya tidak
konsekuen lagi, serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan
9

walaupun dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya sendiri


(Hasibuan, 2011).
Menurut (Soetomo, 2000) kelelahan ini disebabkan karena faktor
psikis dikarenakan adanya persoalan kejiwaan yang belum terselesaikan
dan menyebabkan stress secara psikis. Jadi hal ini menyangkut perubahan
yang bersangkutan dengan moril seseorang, karena kelelahan ini dapat
diakibatkan oleh beberapa hal, seperti: tanggung jawab, kekhawatiran dan
konflik. Pengaruh tersebut seakan-akan terkumpul dalam tubuh dan
menimbulkan rasa lelah (Hasibuan, 2011).
2. Gejala Kelelahan Mental
Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat
terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah
bekerja, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya.
Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala.
Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan yang anti sosial
dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya
tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai
kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan
pencernaan, tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan klinis terutama
terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau
kesulitan-kesulitan psikologis (Sumamur, 2009).
3. Dampak Kelelahan Mental
Dampak bagi pekerja yang mengalami kelelahan mental antara lain
menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan
sukar berfikir, penurunan motivasi untuk bekerja, penurunan
kewaspadaan, menurunnya konsentrasi dan ketelitian, performa kerja
rendah, kualitas kerja rendah, dan menurunnya kecepatan reaksi. Hal-hal
tersebut menyebabkan banyak terjadi kesalahan, sehingga pekerja
mengalami cidera, stress kerja, penyakit akibat kerja, kecelakan kerja, dan
pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas menjadi berkurang
(Tarwaka, 2013).
10

4. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mental


Penyebab kelelahan mental biasanya disebabkan oleh beban kerja
baik berupa beban kerja internal maupun eksternal. Beban kerja internal
biasanya berasal dari dalam tubuh itu sendiri berupa faktor somatis (umur,
jenis kelamin, dan status gizi) dan faktor psikis (motivasi, kepuasan kerja
dll). Sedangkan beban kerja eksternal berupa (masa kerja, istirahat, shift
kerja, kerja malam). Dan lingkungan kerja (fisika, kimia, biologi dan
psikologis) (Akoso, 2009).
a) Umur
Kapasitas kerja meliputi kapasitas fungsional, mental, dan sosial
akan menurun menjelang usia 45 tahun dan kapasitas untuk beberapa
pekerjaan menurun menjelang usia 50 sampai 55 tahun. Seseorang
yang berusia muda dapat melakukan pekerjaan berat sekalipun lama
kelamaan akan menurun. Semakin bertambahnya usia, tingkat
kelelahan akan semakin cepat terjadi yang akan mempengaruhi
kinerjanya (Putri, 2008).
Penelitian (Atiqoh, 2014) menyebutkan bahwa usia responden
pada katagori usia produktif, namun dalam hal kelelahan mental
maupun fisik, pada katagori usia >40 kapasitas kerja seseorang mulai
berkurang hingga 80% dibanding dengan kapasitas seseorang berusia
25 tahun.
b) Jenis Kelamin
Secara umum wanita mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari
kemampuan yang dimiliki oleh laki-laki. Laki-laki akan lebih tahan
terhadap kelelahan dibandingkan pada wanita. Tetapi dalam beberapa
pekerjaan wanita lebih fleksibel dalam melakukan pekerjannya.
Prevalensi kelelahan wanita lebih tinggi dari pada pria di masyarakat
(Buchwald, 1995 dalam Putri, 2008).
Penelitian (Perwitasari, 2014) menyebutkan bahwa mayoritas
responden adalah yang berjenis kelamin perempuan dimana sebagian
besar mengalami tingkat kelelahan sedang sebanyak 32 orang (44,4%)
dari total sample 112 perawat.
11

c) Kondisi kesehatan
Faktor tenaga kerja seperti kondisi kesehatan juga berpengaruh
kepada tingkat kelelahan yang terjadi pada pekerja. Tingkat kesehatan
ini terbagi menjadi 2, tingkat kesehatan fisik dan tingkat kesehatan
mental. Kesehatan mental juga berpengaruh kepada kelelahan kerja.
Pikiran yang mengganggu adalah kekhawatiran yang bisa meningkat
dan menjadi tegangan pikiran yang mengakibatkan pekerja yang
bersangkutan menjadi sakit. Tekanan hidup juga tercermin dalam
pekerjaannnya misalnya pelambatan kerja atau kerusakan alat (Putri,
2008). Kondisi kesehatan fisik dapat dipengaruhi dari beban kerja fisik
yang diterima pada tubuh. Beban kerja fisik yang berlebih dapat
mempengaruhi kelelahan pada seseorang.
Penelitain (Wulandari, 2016) didapatkan hasil bahwa diperoleh
nilai p-value sebesar 0,001 (<0,05) yang dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara beban kerja fisik dengan kelelahan.
d) Status gizi
Menurut penelitian (Wiegand, 2009) dalam (Ariani, 2009)
menyimpulkan bahwa adanya hubungan status gizi dengan obesitas
terhadap tingkat kelelahan yang di derita karena berkaitan adanya
gangguan tidur penyakit degeneratif seperti diabetes pada seseorang
yang memiliki BMI obesitas. Seseorang dengan BMI obesitas
memiliki resiko mengalami kelelahan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan orang yang memiliki BMI nonbesitas.
Pada penelitian (Syahlefi, 2014) didapatkan hasil bahwa status
gizi/IMT dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,016
dimana p > 0,05 artinya ada hubungan status gizi/IMT dengan kejadian
kelelahan.
e) Motivasi
Dalam dimensi psikologis, kelelahan dapat dipengaruhi hal-hal
meliputi keperibadian individu, motivasi, kemampuan, pelatihan,
kebiasaan, kebosanan dll (Dwivedi, 1981). Selain itu, kemampuan
12

untuk performa uji psikomotor bergantung dari faktor seperti motivasi


yang menjadi penyebab dari kelelahan (Ariani, 2009).
Pada penelitian (Tawale, 2011) didapatkan hasil sebesar -0,526
pada taraf signifikan, yang menunjukan adanya hubungan negatif
antara kedua variabel. Dengan demikian, didapat kesimpulan bahwa
motivasi perawat rendah, maka kecenderungan mengalami kelelahan
pada perawat akan tinggi, begitu pula sebaliknya.
f) Masa kerja
Kelelahan berkaitan dengan tekanan yang terjadi pada satu
bekerja yang berasal dari tugas kerja, kondisi lingkungan kerja dan
bertambahnya masa kerja seiring proses adaptasi. Kelelahan ini akan
menyebabkan pengurangan fungsi psikologi dan fisiologi yang dapat
dihilangkan dengan upaya pemulihan (Putri, 2008).
Penelitian (Atiqoh, 2014) didapatkan hasil bahwa ada hubungan
antara masa kerja dengan kelelahan kerja, dalam hasil dijelaskan
bahwa sebagian besar pekerja (71%) sudah bekerja lebih dari 10 tahun.
Peneliti menghubungkan dengan pendapat (Sedarmayanti, 1996)
bahwa kelelahan terjadi karena lamanya bekerja yang akan
mempengaruhi mekanisme tubuh.
g) Istirahat
Menurut (Ferguson, 1983) dalam (Ariani, 2009) faktor kelelahan
antara lain adalah akumulasi dari ketidakcukupan waktu yang
disediakan untuk beristirahat dan pemulihan. Selain itu, waktu untuk
melakukan istirahat secara keseluruhan dalam satu hari tidak boleh
kurang dari 8 jam berturut-turut (Beaulieu, 2005).
Menurut penelitian (Pramasari, 2017) analisis resiko kelelahan
berdasarkan waktu istirahat dapat disimpulkan bahwa resiko kelelahan
tertinggi diakibatkan karena waktu istirahat yang kurang.
h) Shift kerja
Pekerja shift memiliki waktu tidur yang lebih sedikit dan
memiliki gangguan dalam tidurnya bila dibandingkan dengan pekerja
non shift. Dan hal ini mempengaruhi terhadap gejala kelelahan karena
13

gangguan siklus circadian yaitu kurangnya perhatian dan performa


kerja serta menurunnya respon tubuh seseorang (ROSPA, 2001).
Penelitian (Juniar, 2017) dengan menggunakan metode Bourdon
Wiersma Test yaitu pengukuran pada kecepatan, ketelitian, dan
konstan didapatkan hasil kecepatan 1.7385, ketelitian dengan hasil
16,25 dan konstan dengan hasil 4.368 pada perawat shift sore yang
berarti tingkat kelelahan tertinggi terjadi pada saat shift sore.
i) Kerja malam
Menurut (Silaban, 1998) suatu penelitian menunjukan bahwa
1/3 dari pekerja ketika bekerja pada giliran malam tidak dapat
menyesuaikan diri dan tidak menyukai kerja pada malam hari
dikarenakan hal ini mempengaruhi kondisi kesehatan yang
menyebabkan kelelahan.
Penelitian (Mayasari, 2011) didapatkan hasil bahwa perawat
yang bekerja pada shift malam diperoleh hasil nilai p sebesar 0,0001,
oleh karena nilai p < 0,05 maka Ho ditolak, yang artinya ada
perbedaan antara tingkat kelelahan antara perawat wanita shift pagi
dan shift malam di bagian ra-wat inap RSUD Sunan Kalijaga Demak.
Tingkat kelelahan perawat wanita setelah bekerja pada shift malam
relatif lebih tinggi dari pada shift pagi.
j) Fisika, kimia, biologi
Menurut (Barnes, 1980) dalam (Putri, 2008) faktor lingkungan
kerja seperti suhu, kebisingan, getaran, pecahayaan, dan ventilasi dapat
mempengaruhi kenyamanan fisik, sikap mental, output dan kelelahan
pekerja. Lingkungan kimiawi seperti debu, gas-gas pencemar udara,
uap logam, fume dalam udara dapat mempengaruhi tingkat kelelahan
pekerja dalam melakukan pekerjaan. Serta lingkungan biologis seperti
bakteri, virus, parasit, jamur, serangga dan lainnya juga berpengaruh
dalam kelelahan apabila terjadi interaksi didalamnya (Silaban, 1998).
Penelitian (Nisa, 2013) menyebutkan bahwa analisis uji statistik
dengan menggunakan regresi logistik didapatkan nilai P value = 0,044,
maka P value < 0,05 sehingga pencahayaan berpengaruh terhadap
14

keluhan kelelahan. Hal ini juga didukung (Budiono, 2003) pencahayaan


yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata, kerusakan indera
mata, kelelahan metal, dan menimbulkaan kecelakaan.
k) Psikologis
Lingkungan kerja psikologis seperti pemilihan dan penempatan
tenaga kerja, hubungan antar pekerja, hubungan pekerja dengan atasan,
hubungan pekerja dengan keluarga. Hal ini dapat mempengaruhi
kelelahan yang dialami pekerja apabila performa pekerja menurun
(Ariani, 2009). Selain itu, pekerjaan yang monoton dan konflik kerja
juga termasuk dalam hal psikologis yang dapat menyebabkan
kelelahan mental.
Penelitian (Setyowati, 2014) dengan menggunakan uji validitas
discriminant didapatkan hasil bahwa monoton kerja dinyatakan valid
karena nilai cross loading > 0,60 dan konstruk dinyatakan reliabel
karena composite reliablity > 0,70 dan nilai average variance
extracted (AVE) > 0,50.
5. Pencegahan Kelelahan Mental
Menurut (Tarwaka, 2013) ada berbagai cara mengatasi kelelahan,
diantaranya:
a) Pekerjaan sesuai dengan kapasitas fisik dan mental
Kapasitas suatu individu dapat dibagi menjadi kapasitas fisik
dan mental untuk melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan
tertentu. Dimana kapasitas individu pada hakekatnya tersusun dari dua
faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dalam hal
ini pekerjaan yang melampaui batas kapasitas fisik dan mental maka
akan berpengaruh terhadap kondisi suatu individu tersebut salah
satunya adalah mengalami kelelahan (Robins, 2006).
b) Sikap kerja
Menurut (Mangkunegara, 2011) dalam (Casmiati, 2015) Sikap
merupakan kesiapan mental untuk merespon sesuatu baik negatif
maupun positif. Meliputi sikap terhadap lingkungan, maupun terhadap
orang lain dalam pekerjaan juga kerja sama. Oleh karena itu, dengan
15

memiliki sikap kerja yang baik akan mempengaruhi kelelahan dalam


bekerja.
c) Istirahat setiap dua jam kerja
Lamanya jam kerja berlebih dapat meningkatkan human error
atau kesalahan kerja karena kelelahan yang meningkat dan jam
istirahat yang berkurang (Wulandari, 2016). Oleh karena itu dengan
adanya jumlah jam istirahat yang konsisten akan mencegah terjadinya
kelelahan.
6. Pengukuran Kelelahan Mental
Secara subjektif, perasaan lelah dapat di ukur dengan
menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)
yang disusun oleh Setyawati (1994) yang terdiri dari 17 pertanyaan
tentang keluhan subjektif pada tenaga kerja. Bentuk pengukuran dengan
menggunakan metode ini seringkali dilakukan sebelum, selama, sesudah
melakukan aktivitas suatu pekerjaan dan sumber kelelahan dapat
disimpulkan dari hasil pengujian tersebut. Pengisian kuesioner dilakukan
oleh peneliti dengan tanya jawab langsung kepada responden.

C. Kerangka Teori
Gejala:
1. Anti sosial
2. Depresi
Faktor penyebab 3. Kehilangan
kelelahan: inisiatif
a. Internal
1. Umur
2. Jenis kelamin Kelelahan mental
3. Kondisi
kesehatan
4. Status gizi
b. Psikis
1. Motivasi Tidak
2. Masa kerja Dikendalikan
Dikendalikan
c. Eksternal
1. Istirahat
2. Shift kerja
3. Kerja malam Menimbulkan dampak:
Tidak terjadi
d. Lingkungan 1. Hambatan
kelelahan mental
1. fisik persepsi
2. kimia 2. Sukar berfikir
3. biologi 3. Penurunan
4. psikologis motivasi
4. Performa kerja
Gambar 2.1 kerangka Teori
rendah.
Sumber: Modifikasi Teori Akoso (2009), Putri (2008), Ariani (2009),
Beaulieu (2005), RSOPA (2001), Silaban (1998), Tarwaka (2014)
16

D. Kerangka Konsep
Umur

Jenis Kelamin

Status Gizi

Kelelahan Mental
Masa Kerja

Motivasi

Shift Kerja

Pencahayaan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan kelelahan mental
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kelelahan mental
3. Ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan mental
4. Ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan mental
5. Ada hubungan antara motivasi dengan kelelahan mental
6. Ada hubungan antara shift kerja dengan kelelahan mental
7. Ada hubungan antara pencahayaan dengan kelelahan mental
8. Ada hubungan secara bersama-sama antara variabel umur, jenis
kelamin, status gizi, masa kerja, motivasi, shift kerja, dan pencahayaan
dengan kelelahan mental.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga selama 5 bulan dari bulan Januari hingga bulan Mei 2018.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap
bangsal bedah RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yaitu
sebanyak 42 orang. Bangsal bedah meliputi: ruang menur, ruang edelweis,
dan ruang dahlia.
2. Sampel
Penelitian ini menggunakan metode total sampling dari populasi.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, status gizi,
masa kerja, motivasi, dan shift kerja perawat rawat inap bangsal bedah
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelelahan mental pada perawat
di ruang rawat inap bangsal bedah RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Katagori Skala
1. Kelelahan Kelelahan yang KAUPK2 Data berdistribusi Ordinal
mental dirasakan normal:
responden 1. > mean (tidak
disebabkan oleh lelah)
faktor psikis dan 2. mean (lelah)
persoalan
kejiwaan yang Data berdistribusi
belum tidak normal

17
18

terselesaikan.. 1. median (tidak


lelah)
2. < median (lelah)
2. Umur Lama hidup Kuesioner 1. 40 tahun (tidak Ordinal
responden mulai beresiko)
dari lahir hingga 2. 40 tahun
dilakukan (beresiko) (Atiqoh,
penelitian. 2014)
Dinyatakan dalam
hitungan tahun.
3. Jenis Kelamin Tanda biologis Kuesioner 1. laki-laki Nominal
responden. 2. perempuan
Dinyatakan dalam
laki-laki dan
perempuan.
4. Status Gizi Pengukuran Pengukuran IMT: Ordinal
Indeks Masa tinggi badan 1. 17,0-18,5 (kurus)
Tubuh (IMT) dan berat badan 2. > 18,5-25,0
responden dengan (normal)
cara mengukur 3. 25,0-27,0 (gemuk)
tinggi badan dan 4. > 27,0 (gemuk
berat badan berlebih)
responden dan (Depkes RI, 1994).
dimasukan ke
rumus
5. Masa Kerja Lama responden Kuesioner 1. < 10 tahun (tidak Ordinal
bekerja sejak awal beresiko)
hingga dilakukan 2. 10 tahun
penelitian. (beresiko)
(Atiqoh, 2014)
6. Motivasi Dorongan dari Kuesioner Data berdistribusi Ordinal
dalam diri normal:
responden 1. > mean (motivasi
(internal) dan dari baik)
luar diri 2. mean (motivasi
responden tidak baik)
(eksternal) yang
membangkitkan Data berdistribusi
semangat untuk tidak normal
bekerja 1. median
(motivasi baik)
2. < median
(motivasi tidak baik)
7. Shift Kerja Pola waktu kerja Kuesioner 1. Shift pagi (07.00- Rasio
yang diberikan 14.00)
pada responden 2. Shift sore (14.00-
untuk 21.00)
melaksanakan 3. Shift malam
tugas dalam (21.00-07.00)
waktu tertentu (Standar Rumah
Sakit, 2017)
8 Pencahayaan Intensitas cahaya Lux meter 1. 100-200 (cahaya Nominal
yang dibutuhkan baik)
ditempat kerja 2. < 200 (cahaya
tidak baik)
(Kepmenkes No.
1204 Tahun 2004).
19

F. Alur Penelitian

Persiapan Pelaksanaan Penyelesaian


1. Survei Pendahuluan 1.Melakukan wawancara 1. Melakukan pengolahan
2. Pembuatan proposal 2.Melakukan pengukuran data
3. Pembuatan surat izin kelelahan mental responden 2. Melakukan analisis data
penelitian 3. Penyusunan laporan skripsi

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

G. Instrumen Penelitian
Jenis instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi:
1. KAUPK2 digunakan untuk mengumpulkan data responden meliputi
faktor-faktor penyebab kelelahan mental.
2. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data responden meliputi
umur, jenis kelamin, masa kerja, motivasi, dan shift kerja.
3. Timbangan Berat Badan digunakan untuk mengukur berat badan
responden.
4. Microtoice digunakan untuk mengukur tinggi badan responden.
5. Kamera Digital digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian
H. Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer meliputi variabel umur,
jenis kelamin, status gizi, masa kerja, motivasi, shift kerja, dan pencahayaan
yang diperoleh dari kegiatan wawancara dan pengukuran. Data sekunder
diperoleh dari rumah sakit berupa data jumlah perawat, jumlah perawat rawat
inap, dan jumlah perawat rawat inap bangsal bedah.
I. Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas pada penelitian ini yaitu melakukan
pengukuran dengan KAUPK2 pada perawat rawat inap di RS Wijayakusuma
Purwokerto sebanyak 30 orang.
J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui karakteristik dari
masing-masing variabel yang diteliti. Analisis ini dilakukan untuk melihat
20

gambaran dari setiap variabel bebas dan terikat. Variabel tersebut meliputi
umur, jenis kelamin, status gizi, motivasi, shift kerja, dan masa kerja.
2. Analisis Bivariat
Analisis yang digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas
(umur, jenis kelamin, status gizi, masa kerja, motivasi, shift kerja,
pencahayaan) dan variabel terikat (kelelahan mental) dengan uji statistik
yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan
adalah Chi Square untuk menghubungkan variabel kategorik dengan
kategorik. Uji Chi Square menggunakan derajat kepercayaan 95%. Jika p-
value 0,05, maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika p-
value > 0,05, maka perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3. Analisis Multivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan beberapa
variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis multivariat
bertujuan untuk mengetahui salah satu variabel independen yang paling
berpengaruh terhadap variabel dependen (Notoatmodjo, 2010). Uji yang
digunakan dalam analisis multivariat ini adalah regresi logistik.
K. Etika Penelitian
Subjek yang bersedia menjadi responden sebelumnya diberikan
kesempatan untuk mengisi dan menandatangai inform consent. Etika
penelitian ini adalah (respect),(confidentiality),(an inclusiveness), dan (justice)
yaitu dengan memperlakukan responden secara sama rata.
L. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2. Jadwal Penelitian

Bulan
No. Kegiatan
1 2 3 4 5
Perizinan dan survey
1.
pendahulaun
2. Penyusunan proposal
3. Pengambilan data
4. Penyusunan laporan akhir
5. Seminar penelitian akhir
21

DAFTAR PUSTAKA

A.A. Gde Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.
Adindha Lili Pramasari. 2017. Analisis Tingkat Risiko Kelelahan Pada Masinis
Comuter Line Rute Bogor-Jakarta Kota. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.5
No.2. Universitas Diponegoro.
Agustina Zahrotun Nisa. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Kelulahan Kelelahan
Pada Teknisi Gigi di laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health. Vol. 1 No. 2. Universitas Airlangga.
Anita Mayasari. 2011. Perbedaan Tingkat Kelelahan Perawat Wanita. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol. 1. Hal:28-34. Universitas Negeri Semarang.
Beaulieu. 2005. The Issue of Fatigue And Working Time In The Road Transpor
Sector. Journal. International Labour Office. Geneva : 09-23.
Budiono, S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Budi Tri Akoso. 2009. Bebas Kelelahan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Casmiati. 2015. Pengaruh Job Demand dan Kecerdasan Emosional terhadap
Kinerja dengan Burnout sebagai Variabel Moderating pada Karyawan Rumah
Sakit Banyumanik Semarang. Jurnal Manajemen. Hal 1-12.
Depkes RI. 1994. Pedoman Pencatatan Kegiatan Pelayanani Rumah Sakit Di
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Diah Nova Ariani. 2009. Tinjauan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fatigue PT.
BCS Subkontraktor PT. Holcim Indonesia Tbk Narogong. Thesis. Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
Dian Kurniawati. 2012. Hubungan Kelelahan Dengan Kinerja Perawat di Bangsal
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Vol 06, No. 02.
Dina Lusiana Setyowati. 2014. Penyebab Kelelahan Kerja Pada Pekerja Mebel.
National Public Health Journal. Vol. 8 No.8. Universitas Indonesia.
Dita Perwitasari. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
Subyektif pada Perawat Di RSUD DR. Mohamad Soewandhie Surabaya. The
Indonesian Journal of Occupational Safety Health and Environment. Vol. 1
No. 1. Universitas Airlangga.
Duhita Putri. 2008. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Pekerja Terhadapat
Fatigue Operator PT. Indonesia Power Unit Bisnis. Thesis. Program Sarjana
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.
22

Dwivedi. 1981. Dynamics of Human Behaviour at Work. New Delhi:


Oxford&IBH Publishing Co.
Eva Novita Tawale. 2011. Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan
Kecenderungan mengalami Burnout pada Perawat di RSUD SeruiPapua.
Jurnal INSAN. Vol. 13 No. 02. Universitas Hang-tuah Surabaya.
Helma Hayu Juniar. 2017. Analisis Sistem Kerja Shift Terhadap Tingkat
Kelelahan Dan Pengukuran Beban Kerja Fisik Perawat RSUD Karanganyar.
Jurnal Performa. Vol. 16 No. 1. Universitas Sebelas Maret.
ILO. 2013. Health and Safety in Work Place for Productivity. Geneva:
International Labour Office.
Indri Heri Susanti. 2017. Analisis Work Family Conflict Dan Burnout Perawat
Wanita Di Rsud Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Jurnal
Teknologi dan Kesehatan. Vol 08, No. 02
Januar Atiqoh. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada
Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka Garment Gunungpati
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal). Vol. 2 No.2.
Universitas Diponegoro.
Kartika Wulandari. 2016. Hubungan Beban Kerja Fisik Manual Dan Iklim Kerja
Terhadap Kelelahan Pekerja Konstruksi Bagian Project Renovasi Workshop
Mekanik. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4 No. 3. Universitas
Diponegoro.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta: Departemen Kesehatan.
Malayu Hasibuan. 2011. Manajemen Sumber daya Manusia Edisi Revisi. Bumi
Aksara, Jakarta.
Meutia Reza Syahlefi. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan
Pengemudi Bus Di CV. Makmur Medan Tahun 2014. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nanang Riyanto. 2014. Hubungan antara Beban Kerja Perawat dengan Stres
Kerja Perawat di Bangsal Bedah Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Goeteng
Tarunadibrata Purbalingga. Electronic Thesis or Dissertation. Retrieved from
https://repository.shb.ac.id
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Poerwandari. 2010. Mengatasi Burnout di Tempat Kerja.
http://www.portalhr.com/tips/2id223.html. diakses pada 10 november 2017.
23

Ria Aridya Liarucha. 2016. Perbedaan Kelelahan Perawat Ruang Rawat Inap 2
Shift/Hari Di RS Baladhika Husada dan RSD Kalisat Kabupaten Jember. e-
Jurnal Pustaka Kesehatan. Vol.4 no.2. Universitas Jember, Jember.
Robins. 2006. Perilaku Organisasi. Salemba Empat, Jakarta.
Setyawati, L. 1994. Kelelahan Kerja Kronis, Kajian terhadap Kelelahan Kerja,
Penyusunan Alat Ukur, serta Hubungannya dengan Waktu Reaksi dan
Produktivitas Kerja. Disertasi. Program Doktor. UGM. Yogyakarta.
Silaban. 1998. Kelelahan kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun
XXVI No. 539-543, Jakarta.
Soetomo, DR. 2000. Fatigue dalam Dunia Penerbangan. Cerimin Dunia
Kedokteran, Jakarta.
Sukmono, T. 2013. Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Tingkat Stres
Kerja Perawat Indonesia yang Bekerja di Qatar. Universitas Muhammadiyah
Semarah.
Sumamur. 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. CV Sagung
Seto, Jakarta.
Tarwaka. 2013. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta:
Harapan Press.
The Royal Society for Prevention of Accident (ROSPA). 2001. A literature
Review: Driver Fatigue and Road Accidents.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Th 2013 tentang ketenagakerjaan.
2013.
Vita Yustiya Setiyana. 2013. Forgiveness dan Stres Kerja Terhadap Perawat.
Jurnal ilmiah Psikologi terapan Vol. 01No. 02. Universitas Muhammadiyah
Malang.
Wijayanti Kurniawati. 2013. Hubungan Praktik Penerapan Standart Operating
Prosedure (SOP) Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Dengan
Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Perawat Unit Perinatologi Di Rsud Tugurejo
Semarang. Jurnal Fakultas Kesehatan. Universitas Dian Nuswantoro
Semarang
World Health Organization. 2004. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems Tenth Revision Volume 2 second
edition. Geneva: World Health Organization.
World Health Organization. 2009. Global Strategy on Diet, Physical Activity and
Health.
24

Lampiran 1.

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI

Kepada Yth.
Bapak/Ibu selaku responden
Di tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Jurusan
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman,
Nama: Maghfira Maulani
NIM : G1B014101
Akan mengadakan penelitian tentang Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan
Kelelahan Mental Pada Perawat di Ruang Rawat Inap Bangsal Bedah RSUD Dr.
R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Untuk itu saya mohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini. Segala hal
yang bersifat rahasia akan saya rahasiakan dan saya gunakan hanya untuk
kepentingan penelitian ini.
Atas Perhatian dan ketersediaan serta kerjasama yang baik dari Bapak/Ibu
saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

Maghfira Maulani
25

Lampiran 2.

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI REPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama :
Usia :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami peelitian
yang dilakukan berjudul :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN


MENTAL PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP BANGSAL
BEDAH RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Yang dilakukan oleh:


Nama : Maghfira Maulani
NIM : G1B014101
Dengan ini saya memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian
ini, dengan memberi jawaban yang sejujur-jujurnya dan tanpa dipengaruhi orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat degan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.

Purwokerto,

Responden

( )
26

Lampiran 3.
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN


MENTAL PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP
BANGSAL BEDAH RSUD DR R GOETENG TAROENADIBRATA
PURBALINGGA

No. Responden :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan*

Alamat :

Masa Kerja : tahun

Shift kerja :

Berat badan : kg

Tinggi badan : cm

Keterangan: *coret yang tidak perlu


27

Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK2)

Tidak
NO Pertanyaan Sering Jarang
pernah
Apakah Anda sering merasa sukar
1.
berpikir?
Apakah Anda sering merasa lelah
2.
berbicara?
Apakah Anda sering merasa gugup
3.
menghadapi sesuatu?
Apakah Anda sering merasa tidak pernah
4. berkonsentrasi dalam menghadapi
sesuatu pekerjaan?
Apakah Anda sering merasa tidak
5.
mempunyai perhatian terhadap sesuatu?
Apakah Anda cenderung sering lupa
6.
terhadap sesuatu?
Apakah Anda sering merasa kurang
7.
percaya terhadap diri sendiri?
Apakah Anda sering merasa tidak tekun
8.
dalam melaksanakan pekerjaan Anda?
Apakah Anda sering merasa enggan
9.
bekerja cekatan?
Apakah Anda sering merasa enggan
10.
menatap mata orang?
Apakah Anda sering merasa tidak tenang
11.
dalam bekerja?
Apakah Anda sering merasa lelah
12.
seluruh tubuh?
Apakah Anda sering merasa bertindak
13.
lamban?
Apakah Anda sering merasa tidak kuat
14.
berjalan?
Apakah Anda sering merasa sebelum
15.
kerja sudah lelah?
Apakah Anda sering merasa daya pikir
16.
menurun?
Apakah Anda sering merasa cemas
17.
terhadap sesuatu hal?
28

Kuesioner Motivasi Kerja

Alternatif Jawaban
No. Pertanyaan
SS S KS TS STS
Saya merasa prestasi yang
1. saya capai saat ini sudah
sangat memuaskan
Saya merasa penghasilan
2. yang saya terima sudah
sangat memuaskan
Saya merasa jabatan saya
3. sebagai perawat sudah
sangat memuaskan
Saya merasa dapat
4. bersosialisasi dengan
karyawan lain
Saya menganggap rekan
5.
kerja saya adalah keluarga
Saya merasa atasan saya
6. selalu memberikan
perhatian kepada karyawan
Saya merasa tugas dan
tanggung jawab yang
7. diberikan sesuai dengan
pendidikan dan kemampuan
saya
Saya merasa gaji yang saya
8. dapat memberikan drongan
untuk bekerja lebih baik
Saya merasa masalah
keluarga yang saya hadapi
9.
tidak berpengaruh pada
pekerjaan saya
Saya merasa keluarga saya
sangat mendukung
10.
pekerjaan saya sebagai
perawat

Keterangan:
SS = sangat setuju
S = setuju
KS = kurang setuju
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju

You might also like