You are on page 1of 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR


ACARA II
IKLIM MIKRO

Disusun oleh:

1. Idayatul Hanifa (14468)


2. Elang Gegana F P (14498)
3. Niadiartha C.R (14502)
4. Samuel Perangin Angin (14508)
5. Siska Nur Anggraini (14509)
6. M.Syaiful Yahya (14520)

Gol/Kel : B5/1
Asisten : Sofiah Boru Pane

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
ACARA II
IKLIM MIKRO
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Klimatologi adalah kajian mengenai perubahan iklim di atmosfer dalam jangka waktu
yang panjang pada daerah tertentu. Iklim adalah keadaan hawa dan cuaca pada suatu
daerah. Iklim dibedakan menjadi iklim makro dan iklim mikro. Iklim makro berkaitan
dengan peristiwa meteorologis di atmosfer dan di permukaan bumi dalam lingkup daerah
yang luas, seperti di atas benua atau samudra. Iklim mikro adalah iklim di lapisan udara
dekat permukaan bumi dalam lingkup terbatas. Iklim mikro dapat dipengaruhi oleh iklim
makro, selain itu iklim mikro juga dipengaruhi oleh peristiwa alami di atas permukaan
bumi seperti radiasi pantulan dari permukaan bumi, dan gerakan angin akibat terhalang
benda-benda di bumi.
Iklim mikro memiliki peranan yang penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, dikarenaka iklim mikro berkontak langsung dengan tanaman.
Anasir iklim mikro diantaranya adalah radiasi matahari, suhu udara, suhu tanah,
kelembaban udara, penguapan (evapotranspirasi), dan kecepatan angin. Pengetahuan
mengenai iklim mikro sangat penting, hal ini dikarenakan manusia memiliki peluang
besar untuk memodifikasi iklim sesuai dengan yang dikehendaki. Praktikum ini
memberikan manfaat untuk mengetahui iklim mikro dan bagaimana cara
memodifikasinya. Diharapkan dengan adanya praktikum ini dapat membantu dalam
mendukung kelancaran usaha pertanian sehingga hasil yang diperoleh optimal
B. TUJUAN
1. Mengenal cara-cara mengukur anasir cuaca iklim mikro.
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cuaca mikro.
3. Mengetahui cuaca mikro pada berbagai ekosistem.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Cuaca merupakan salah satu variabel yang menentukan kondisi iklim. Cuaca adalah
keadaan rata-rata udara pada periode waktu sesaat. Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada
periode waktu tertentu. Salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap tipe atau
variasi iklim adalah curah hujan. Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresapdan tidak mengalir (Ramadhani et.al.,
2014).

Iklim merupakan susunan keadaan atmosferis dan cuaca dalam jangka waktu panjang
dan daerah tertentu. Iklim pada tempat tertentu dapat diterangkan berdasarkan urutan
terjadinya keadaan-keadaan tersebut. Sesuai dengan titik pandangan, maka bobot masing-
masing keadaan berbeda dan iklim biasanya digolongkan atas iklim makro dan iklim mikro.
Iklom makro merupakan iklim suatu negara, benua, atau daerah berdasakran sifat pokok
seperti letak geografis, tinggi wilayah, arah angin, dab sebagainya yang berhubungan dengan
suhu rata-rata, kelembaban udara, serta kemusiman. Iklim mikro adalah iklim di lapisan
udara dekat permukaan bumi yang tingginya kurang lebih 2 meter. Disini gerak udara lebih
kecil karena permukaan bumi yang kasar dan perbedaan suhu lebih besar (Frick and
Suskiyanto, 2007).

Iklim merupakan salah satu faktor yang menentukan keseimbangan populasi. Iklim
dikelompokkan menjadi iklim mikro dan iklim makro. Iklim makro menentukan distribusi
dan kepadatan populasi, sedangkan iklim mikro memengaruhi distribusi lokal atau pola
pencaran/sebaran suatu spesies hama dalam zona tertentu dalam iklim makro yang sama
(Sukowati, 2004 cit Karmawati, 2010).

Menurut Grey dan Deneke (1978), empat elemen utama iklim mikro yang dominan
mempengaruhi manusia yaitu radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara dan
pergerakan udara, dimana interaksi keempatnya membentuk zona kenyaman bagi manusia.
Perbedaan itu disebabkan karenaadanya pengendali iklim,yaitu ketinggian tempat, latitude
atau garis lintang, daerah tekanan dan arus laut serta permukaan tanah.

Radiasi matahari yang tiba di permukaan bumi per satuan luas dan waktu dikenal
sebagai insolasi (berasal dari insolation = incoming solar radiation), atau kadang-kadang
disebut sebagai radiasi global, yaitu radiasi langsung dari matahari dan radiasi yang tidak
langsung (dari langit) yang disebabkan oleh hamburan dari partikel atmosfer (Tjasyono, 2004
cit Hamdi, 2014).

Modifikasi iklim mikro bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih nyaman
bagi manusia dan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pendekatan lain untuk memodifikasi iklim mikro yang dilakukan
manusia diantaranya adalah dengan merubah kelembaban udara, dan temperatur (Nawawi,
2001). Menurut Reijntjes et al. (1999), pengelolaan iklim mikro yaitu dengan cara
memanipulasi radiasi surya, memanipulasi aliran panas dan/atau uap lembab, dan
memanipulasi dampak mekanis angin, hujan, dan hujan es. Contoh pengelolaan iklim mikro
dengan memanipulasi radiasi surya, yaitu budidaya bertingkat ganda untuk mengoptimalkan
pemanfaatan cahaya yang ada, penaungan, pemaparan pada radiasi matahari untuk
mengendalikan hama, pemulsaan untuk menurunkan suhu tanah, pengecatan batang pohon
dengan warna putih untuk mencegah pemanasan, dan irigasi. Contoh pengelolaan iklim
mikro dengan memanipulasi aliran panas dan/atau uap lembab adalah dengan pemulsaan
untuk mengatur suhu dan kelembapan tanah, pemecah angin, perlindungan angin untuk
pematang tanaman, pemberian udara hangat untuk pengeringan lahan. Sedangakan contoh
pengelolaan iklim mikro dengan memanipulasi dampak mekanis angin, hujan, dan hujan es
adalah dengan mengubah kecepatan dan arah angin, menanam di tempat-tempat yang lebih
rendah atau di dalam lubang dimana memungkinkan perakaran yang lebih dalam, dan
melindungi tanah terhadap aliran udara dan air yang erosif.
III. METODOLOGI

Praktikum Klimatologi Dasar Acara II dengan judul Iklim Mikro dilaksanakan pada
tanggal 20 Oktober 2017 yang dilaksanakan di Laboratorium Agroklimatologi, Departemen
Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Alat - alat yang digunakan
adalah termometer biasa dan statif. Pada praktikum acara II ini dilakukan di tiga tempat
berbeda: 1) Aspal tanpa naungan yaitu pada beton di sekitar Fakultas Pertanian UGM; 2) Air
tanpa naungan yaitu pada kolam di IMB Resto, Fakultas Pertanian, UGM; 3) Tempat yang
bernaungan yaitu pada taman IMB Resto, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Anasir iklim mikro yang diamati pada praktikum ini adalah suhu udara. Langkah
pertama yang dilakukan adalah dengan memasang thermometer pada statif dan menempatkan
statif pada masing-masing tempat yang telah ditentukan. Pengamatan dilakukan sebanyak 6
kali yang dimulai pukul 14:20 WIB pada masing-masing strata dengan selang waktu 10
menit. Hasil pengamatan dicatat dan saling bertukar data dengan golongan lain sehingga
didaptkan hasil dari hari Senin hingga Jumat. Setelah itu dibandingkan hasil yang diperoleh
pada masing-masing strata. Konsep tutupan awan pengamatannya menggunakan satelit yang
diakses pada web set.view.bom.gov.au kemudian pengolahan datanya menggunakan data
semua golongan tersbut. Pengamatan konsep tutupan awan ini ditentukan suhu maksimum
dan suhu minimumnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Hari, tanggal : Jumat, 20 Oktober 2017

Golongan : B5

Kelompok : 1

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Iklim Mikro Variabel Suhu Udara

Senin Selasa
Waktu TN rumput TN aspal TN air Naungan TN rumput TN aspal TN air Naungan
(0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
14:20 26 27 26 27 29 29.5 28.5 27.5
14:30 27 27 26.5 26.5 28.5 29.25 27.9 27.5
14:40 27 27 27 27 28 28 27.5 27
14:50 27 27 27 27 27.5 28 27.1 26.7
15:00 27 27 26 27 27.5 28 27.1 27
15:10 26.5 27 26.5 26.5 27.5 28 27 27

Rabu Kamis
Waktu TN rumput TN aspal TN air Naungan TN rumput TN aspal TN air Naungan
(0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C) (0C)
14:20 32.5 33 31 30 29 29 29.5 29
14:30 30 32 30.5 30 28.9 29.5 29.5 28.5
14:40 29 30 29 28.5 29.5 30 29.5 28.8
14:50 28.5 30 28.5 28 31 31 31 29
15:00 28 29.5 28.5 28 29.1 30 30 29.2
15:10 29 30 29 28.5 28.9 30 29 28.5
Waktu Jumat
TN rumput TN aspal TN air Naungan
(0C) (0C) (0C) (0C)
14:20 33 34 33 31
14:30 32.5 33.5 33 31
14:40 32 32.25 32.5 30.5
14:50 32 33 31.5 30.5
15:00 31.5 31.5 31 30
15:10 31 32 31 30
B. PEMBAHASAN
Albedo adalah besaran yang menggambarkan perbandingan sinaran matahari yang
datang dan dipantulkan balik oleh suatu permukaan benda dengan terjadi perubahan
panjang gelombang (Wirjohamidjojo dan Swarinoto, 2013). Sebagian pancaran surya
yang mencapai atmosfer dan permukaan bumi dapat dipantulkan kembali ke ruang
angkasa dengan mengalami perubahan panjang gelombang, sehingga memberikan efek
lain terhadap permukaan bumi dan lingkungannya. Reflektivitas ditujukan bagi
pemantulan sinar dari suatu kisaran panjang gelombang. Pada umumnya nilai albedo pada
kisaran panjang gelombang yang dapat dilihat 0.4-0.7 m sekitar 5-10%, panjang
gelombang 0.7-1.5 m sekitar 30-50% dan menurun pada panjang gelombang sekitar 1.5-
4.0m. Prinsip albedo ini banyak diterapkan pada pemotretan udara untuk menentukan
penggunaan lahan dari suatu daerah dan keadaan pertanaman apakah terjadi kekeringan
atau serangan hama penyakit, dan luas serangan.
Konsep albedo diterapkan dalam bidang pertanian untuk mengetahui keadaan suhu
tanah untuk perkembangan akar dan keadaan suhu di atas kerak bumi untuk
perkembangan organ tanaman yang berada di atas tanah. Kaitannya dengan suhu tanah
dan udara maka faktor yang mempengaruhi albedo dalam hal ini adalah awan dan bumi,
adapula bahasan dalam klimatologi albedo bumi dan albedo awan. Konsep awan yang
dibicarakan adalah albedo awan bergantung pada banyak faktor, terutama radiasi yang
datang, sifat, dan ketebalan awan. Albedo dari lapisan awan dapat berubah antara 40
sampai 90 %.
Berdasarkan hasil pengukuran, maka tinggi rendahnya albedo suatu permukaan
ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu :
a) Kisaran panjang gelombang
b) Tipe/macam permukaan, terutama ditentukan oleh warna dan kekerasan permukaan.
Makin terang warna atau makin kasar permukaan semakin tinggi albedonya.
c) Kandungan air permukaan, makin kering permukaan makin tinggi albedonya
d) Sudut jatuh sinar atau elevasi surya, makin besar sudut elevasi sebaliknya makin kecil
albedonya.
Suhu Terendah Suhu Tertinggi
14.20 14.20
270C (Senin) 340C (Jumat)

14.30 14.30
270C (Senin) 33.50C (Jumat)

14.40 14.40
270C (Senin) 32.250C (Jumat)
14.50 14.50
270C (Senin) 330C (Jumat)

15.00 15.00
270C (Senin) 31.50C (Jumat)

15.10 15.10
270C (Senin) 320C (Jumat)
Berdasarkan data hasil satview yang didapat hari Senin di D.I Yogyakartaawan yang
terbentuk sangat tebal, kemudian setelah dilakukan pengamatan suhu udara didapatkan suhu
udara dari jam 14.20-15.10 konstan disuhu 340C, Kekonstanan suhu udara bisa disebabkan
karena awan tidak banyak bergerak sehingga tidak ada perubahan intensitas sinar matahari
yang jatuh kebumi. Hari Jumat dilakukan pengamatan suhu udara didapatkan hasil msuhu
udara berfluktuasi dalam rentan 31.50C 340C, fluktuasi ini bisa diseabkan karena
pergerakan awan yang besar yang menutupi pada suatu waktu dan bergerak pada suatu waktu
di D.I Yogyakarta.
Bila dibandingkan antara suhu udara hari Senin dan Jumat maka terjadi perbedaan
yang cukup jauh. Dari gambar satview diatas dapat dilihat awan yang menutupi langit D.I
Yogyakarta pada hari Senin jauh lebih tebal daripada hari jumat, ini berarti ketebalan awan
berpengaruh terhadap suhu udara. Kemungkinan pada hari Senin keadaan awan sejak pagi
tidak jauh berbeda pada saat waktu pengamatan, sehingga sinar matahari sedikit yang
menembus awan yang mengakibatkan suhu udara cukup rendah. Sedangkan pada hari jumat
dapat dilihat pada gambar diatas awan yang terbentuk sangat sedikit kemudian diikuti dengan
suhu yang cukup tinggi, korelasi antara awan dan suhu udara pada hari jumat karena awan
yang terbentuk sangat sedikit sehingga sinar matahari masuk ke bumi tanpa halangan
sehingga sinar yang diterima bumi banyak sehingga suhu udara lebih tinggi dari pada hari
senin yang awannya terbentuk sangat tebal.
Pada praktikum ini dilakukan empat pengukuran suhu udara, diantaranya suhu udara
di tempat beraspal/beton, suhu udara di TN rumput , suhu udara di TN air , suhu udara di
naungan. Suhu udara berperan penting dalam proses biofisika dan biokimia. Suhu udara
maksimum rata-rata di Indonesia umumnya tidak melebihi 32 . Hal ini terjadi karena
wilayah Indonesia sebagian besar merupakan wilayah lautan, Permukaan air yang luas akan
berperan penting dalam memperkecil fluktuasi suhu, karena sebagian besar radiasi matahari
terpakai untuk penguapan air (evaporasi).
35

30

25
suh (derajat celcius )

20 senin
selasa
15 rabu
kamis
10
jumat
5

0
14:20 14:30 14:40 14:50 15:00 15:10
waktu pengamatan

Grafik 2.1 Perbandingan suhu di TN rumput pada hari senin sampai jumat

Pada grafik 2.1 tersebut dapat kita lihat bahwa suhu maksimum pada daerah rumput
pukul 14:20 suhu maksimum terjadi pada hari jumat sedangkan suhu minimum terjadi pada
hari senin pukul 14:20. Pada hari jumat mendominasi suhu maksimum tn aspal, hal tersebut
dikarenakan cuaca pada hari jumat cerah dan sedikit awan sehingga radiasi matahari sampai
ke permukaan bumi dengan maksimal. Pada hari kamis juga kondisi awan terlihat lebih cerah
sehingga suhu yang sampai permukaan bumi dan dipantulkan kembali ke atmosfer cukup
tinggi. Sedangkan pada hari senin,selasa,dan rabu permukaan langit cenderung tertutup oleh
awan sehingga suhu udara yang terukur lebih kecil.
40
35
30
suhu (derajat celcius)

senin
25 selasa
20 rabu

15 kamis

10 jumat

5
0
14:20 14:30 14:40 14:50 15:00 15:10
Waktu pengamatan

Grafik 2.2 Perbandingan suhu udara di tn aspal pada hari senin sampai dengan jumat

Pada grafik 2.2 tersebut dapat kita lihat bahwa suhu maksimum pada daerah aspal
pukul 14:20 suhu maksimum terjadi pada hari jumat sedangkan suhu minimum terjadi pada
hari selasa. Pada pukul 14:40-15:10, suhu maksimum terjadi pada hari jumat sedangkan suhu
minimum terjadi pada hari selasa. Pada pukul 14:20 suhu maksimum terjadi pada hari jumat
sedangkan suhu minimum terjadi pada hari senin. Pada hari jumat mendominasi suhu
maksimum tn aspal, hal tersebut dikarenakan cuaca pada hari jumat cerah dan sedikit awan
sehingga radiasi matahari sampai ke permukaan bumi dengan maksimal. Pada hari kamis
juga kondisi awan terlihat lebih cerah sehingga suhu yang sampai permukaan bumi dan
dipantulkan kembali ke atmosfer cukup tinggi. Sedangkan pada hari senin dan selasa
permukaan langit cenderung tertutup oleh awan sehingga suhu udara yang terukur lebih kecil.
Sinar kosmik mempengaruhi proses pertumbuhan awan berdasarkan
mekanisme ion-aerosol clear-air (Yu, 2002) dan ion-aerosol near-cloud (Carslaw dkk., 2002)
melalui ionisasi aerosol oleh sinar kosmik yang mengakibatkan percepatan pembentukan inti
kondensasi awan. Hasil kajian Marsh dan Svensmark (2000) menyimpulkan bahwa sinar
kosmik mempengaruhi proses pertumbuhan awan rendah (1000 mb hingga 680 mb) yang
ditunjukkan oleh korelasi positif antara sinar kosmik terhadap tutupan awan rendah. Indikator
tutupan awan bisa diketahui secara tidak langsung dari tingginya curah hujan. Semakin
banyak curah hujan maka tutupan awan semakin tinggi Apabila curah hujan meningkat akan
mempengaruhi suhu yg semakin rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tutupan awan akan menyebabkan suhu semakin rendah.

35

30

25
suhu (derajat celcius)

20 senin
selasa
15 rabu
kamis
10
jumat
5

0
14:20 14:30 14:40 14:50 15:00 15:10
Waktu pengamatan

Grafik 2.3 Perbandingan suhu udara di tn air pada hari senin sampai dengan jumat

Pada grafik 2.3 tersebut dapat kita lihat bahwa suhu maksimum pada tn air pukul 14:20
suhu maksimum terjadi pada hari jumat sedangkan suhu minimum terjadi pada hari senin
pukul 15:10. Pada hari jumat mendominasi suhu maksimum tn air, sedangkan pada hari senin
permukaan langit cenderung tertutup oleh awan sehingga suhu udara yang terukur lebih kecil
atau suhu minimum.
32

31

30
suhu (derajat celcius)

29
senin
28 selasa
rabu
27
kamis
26
jumat
25

24
14:20 14:30 14:40 14:50 15:00 15:10
waktu pengamatan

Grafik 2.4 Perbandingan suhu udara di naungan pada hari senin sampai dengan jumat
Pada grafik 2.4 tersebut dapat kita lihat bahwa suhu maksimum pada daerah naungan
pukul 14:20 suhu maksimum terjadi pada hari jumat sedangkan suhu minimum terjadi pada
hari senin pukul 15:10. Pada hari jumat mendominasi suhu maksimum, sedangkan pada senin
selasa terjadi suhu minimum. Hal ini dikarenakan pada saat suhu maksimum terjadi, tutupan
awan pada saat itu rendah sehingga radiasi matahari yang sampai tinggi sedangkan pada saat
suhu minimum terjadi tutupan awan sangat banyak sehingga menghalangi radiasi sinar
matahari dan suhu menjadi menurun.
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa pada suhu kolam air tanpa naungan
memiliki suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan pada suhu pada dibawah naungan. Hal
tersebut terjadi karena adanya naungan menghalangi ruang cahaya matahari atau radiasi
matahari untuk masuk kedalam lingkungan yang menyebabkan daerah sekitar naungan
berada pada suhu lebih rendah dibandingkan diluar naungan. Sebaliknya, pada suhu tanpa
naungan berada pada suhu yang relatif lebih tinggi karena cahaya matahari langsung
mengenai daerah sekitar tanpa adanya penghalang menyebabkan panas dari radiasi matahari
diserap oleh udara sekitar sehingga suhunya relatif tinggi. Hal tersebut sesuai dengan konsep
naungan dari Sapariyanto, dkk. (2016) sebagai pengontrol radiasi sinar matahari dan suhu,
vegetasi atau sebuah naungan menyerap panas dari pancaran sinar matahari sehingga
menurunkan suhu dan iklim mikro. Pada dasarnya konsep naungan tersebut sesuai dengan
teori menurut Alvim (1977) menyatakan tanaman penaung dapat mengurangi beban panas
pada siang hari dan dapat dijadikan penyangga suhu pada malam hari sehingga suhu udara
lebih stabil. Pada pengamatan ini dilakukan pengukuran suhu setiap selang 10 menit sekali
dari pukul 14.20 WIB sampai pukul 15.10 WIB.
V. KESIMPULAN

1. Pengukuran anasir cuaca iklim mikro berupa suhu dapat dilakukan menggunakan
thermometer.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi cuaca mikro adalah radiasi matahari, suhu udara, suhu
tanah, kelembaban udara, penguapan (evapotranspirasi), dan kecepatan angin.
3. Cuaca mikro yang diamati pada praktikum ini, adalah suhu udara. Pengamatan dilakukan
pada ekosistem TN Beton, TN Air, dan Naungan. Suhu udara rata-rata tertinggi terdapat
pada ekosistem TN Beton, dan suhu udara rata-rata terendah terdapat pada ekosistem
Naungan.
DAFTAR PUSTAKA
Alvim,P.de.T.1977.Cacao, Ecophysiology of Tropical Crops. New York :
Acad.Press.

Carslaw, K.S., Harrison, R.G., dan Kirkby, J. (2002) : Cosmic rays, clouds, and climate,
Science, 298, 1732-1737.

Frick, H. and B. Suskiyanto. 2007. Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Kanisius, Yogyakarta

Grey, GW dan Deneke, FJ. 1978. Urban Forestry. John Wiley and Sons Inc, New York.

Hamdi, S. 2014. Mengenal lama penyinaran matahari sebagai salah satu parameter
klimatologi. Dirgantara. 15:7-16

Karmawati, E. 2010. Pengendalian hama Helopeltis spp. pada jambu mete berdasarkan
ekologi: strategi dan implementasi. Pengembangan Inovasi Pertanian. 3 :102-109.

Marsh, N.D. dan Svensmark, H. (2000) : Low cloud properties influenced by cosmic rays,
Phys. Rev. Lett., 85, 5004-5007.

Nawawi, G. 2001. Pengendalian Iklim Mikro. <http://psbtik.smkn1cms.net/pertanian


/agroindustri/agroindustri_non_pangan/pengendalian_iklim_mikro.pdf>. Diakses
pada 29 Oktober 2017.

Ramadhani, A., A. Farmadi, I. Budiman. 2014. Clustering data cuaca untuk pengenalan pola
perioditas iklim wilayah peralihan dengan motode Fuzzy C- Means. Jurnal Teknologi
& Industri. 3(1): 57-64

Reijntjes, C., Haverkort, B., dan Waters-Bayer, A. 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisisus,
Yogyakarta.

Sapariyanto., Yuwono, S.B dan Riniarti, M. 2016. Kajian iklim mikro di bawah tegakan
Ruang Terbuka Hijau Universitas Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 4 (3) : 114 123.

Wirjohamidjojo, S., dan Y.S., Swarinoto. 2013. Meteorologi Sinoptik : Analisis dan
Penaksiran Hasil Analisis Cuaca Sinoptik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.
Yu, F. (2002) : Altitude variations of cosmic ray induced production of aerosol: Implication
for global cloudiness and climate, Geophys. Res. Lett, 107, 1-10.

You might also like