You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia kefarmasian, kita akan di pertemukan dengan berbagai
macam larutan, dan salah satu dari sekian banyak larutan tersebut adalah
alkohol dan fenol. Dalam kehidupan sehari-hari juga, alkohol biasa di
gunakan sebagai pemati rasa (Anestetik), sebagai bakterisid, dan masih
banyak senyawa alkohol lainnya. Sedangkan fenol merupakan aktivator kuat
dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik.
Alkohol dan fenol merupakan dua senyawa organik yang mempunyai
struktur yang serupa, tetapi gugus fungsi pada fenol melekat langsung pada
cincin aromatik. Alkohol merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki
rumus R-OH, dapat dianggap sebagai turunan hidroksi dari alkana R H,
maupun sebagai turunan alkil dari air H OH. Sedangkan fenol memiliki
rumus Ar-OH (Fessenden, 1986)
Fenol merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan dengan
keasaman alkohol karena fenol mampu melepaskan ion H+ daru gugus
hidroksil sehingga membuat fenol menjadi anion feroksida. Anion (muatan
negatif) ini akan disebar oleh cincin aromatik (dekalokasi), sedangkan pada
alkohol tidak terjadi (Ulya, 2012).
Kekuatan asam fenol kira-kira ditengah antara etanol dan asam asetat.
Reaksi alkohol dengan asam kuat menghasilkan pemindahan (eliminasi
gugus fungsi OH), alkohol dan fenol adalah asam-asam lemah, tentang
keasaman ini dapat diketahui dengan penambahan karbonat dan bikarbonat
membentuk CO2.
Meskipun memiliki persamaan dengan alkohol, namun secara kimiawi
fenol berbeda dengan alkohol. Maka berdasarkan hal tersebut, untuk
mengetahui perbedaan dari alkohol dan fenol sehingga dilakukan beberapa
uji reaksi kimia diantaranya, dengan uji Lucas, uji Asam kromat, uji
keasaman Fenol, dan uji Besi (III) klorida.

1
2

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum


1.2.1 Maksud Praktikum
Maksud dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat membedakan
sifat-sifat senyawa alkohol dan fenol serta jenis-jenis pereaksi untuk
membedakan senyawa alkohol dan fenol
1.2.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan sifat-sifat senyawa alkohol dan
fenol
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang jenis-jenis pereaksi untuk
membedakan senyawa alkohol dan fenol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
1. Alkohol dan Fenol
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil
yang terikat pada atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum
ROH, dimana R merupakan alkil, alkil tersubstitusi, atau hidrokarbon
siklik. alkohol disini tidak termasuk fenol (gugus hidroksil berikatan
dengan cincin aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan dengan karbon
vinilik) karena sifatnya kadang berbeda. Alkohol dapat dianggap
merupakan turunan dari air (HOH), di mana satu atom hidrogennya
diganti dengan gugus alkil (Riswiyanto, 2009 : 95).
Alkohol digolongkan ke dalam alkohol primer (1o), sekunder (2o),
atau tersier (3o), bergantung apakah satu, dua, atau tiga gugus organik
yang berhubungan dengan atom karbon pembawa hidroksil.

Metil alkohol, yang tidak secara ketat disebut dalam penggolongan


ini, biasanya dikelompokkan sebagai alkohol primer. Penggolongan ini
serupa dengan penggolongan pada karbokation. Akan dilihat bagaimana
sifat kimiawi alkohol kadang-kadang bergantung pada golongannya
(Hart, dkk., 2003 : 255).
Fenol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil terikat
langsung ke benzen atau cincin benzenoid. Induk senyawa kelompok ini,
C6H5OH, disebut fenol, merupakan bahan kimia industri yang penting.
Banyak sifat fenol yang serupa dengan alkohol, tapi kesamaan ini
adalah sesuatu penyederhanaan yang berlebihan. Seperti arylamines,
fenol adalah senyawa difungsi; gugus hidroksil dan cincin aromatik
berinteraksi kuat, mempengaruhi reaktivitas masing-masing. Interaksi ini

3
4

menyebabkan beberapa sifat dan kegunaan baru dari fenol. Sebuah


langkah penting dalam sintesis aspirin, misalnya, tanpa paralel dalam
reaksi baik alkohol atau arena (Carey, 2000 : 76).
Seperti halnya air, alkohol dan fenol merupakan asam lemah.
Gugus hidroksil dapat bertindak sebagai pendonor proton, dan disosiasi
terjadi mirip seperti pada air:

Basa konjugat suatu alkohol ialah ion alkoksida (contohnya, ion


metoksida dari metanol, ion etoksida dari etanol dan seterusnya) (Hart,
dkk., 2003 : 256).
Metanol dan etanol memiliki keasaman yang hamper sama dengan
air; alkohol meruah seperti t-butil alkohol sedikit lebih lemah karena
keruahannya membuatnya sukar disolvasi, tidak seperti ion alkoksidanya
(Hart, dkk., 2003 : 257).
Fenol ialah asam yang lebih kuat daripada alkohol terutama karena
ion fenoksidanya distabilkan oleh resonansi. Muatan negatif pada ion
alkoksida terkonsentrasi pada atom oksigen, tetapi muatan negatif pada
ion fenoksida dapat didelokalisasi pada posisi cincin orto dan para
melalui resonansi (Hart, dkk., 2003 : 259).
Untuk memahami mengapa fenol lebih asam dari alkohol, yaitu
melihat perbandingkan kesetimbangan ionisasi untuk fenol dan etanol.
Secara khusus, perbedaan muatan delokalisasi dalam ion etoksida dan
ion fenoksida. Muatan negatif dalam ion etoksida terlokalisir pada
oksigen dan distabilkan hanya dengan kekuatan solvasi.
5

Muatan negatif dalam ion fenoksida distabilkan baik oleh solvasi


dan dengan elektron delokalisasi ke dalam cincin.

Delokalisasi elektron dalam fenoksida diwakili oleh resonansi


antara struktur:

Muatan negatif dalam ion fenoksida dibagi oleh oksigen dan


karbon yang orto dan para untuk itu. Delokalisasi muatan negatif kuat
menstabilkan ion fenoksida (Carey, 2000 : 79).
Alkoksida, yaitu basa konjugat dari alkohol, merupakan basa kuat
seperti halnya ion hidroksida. Alkoksida ialah senyawa ionik yang sering
digunakan sebagai basa kuat dalam kimia orgaik. Ion ini dapat dibuat
melalui reaksi alkohol dengan logam natrium atau kalium atau dengan
hidrida logam. Reaksi ini berlangsung tak reversible (tidak dapat balik),
menghasilkan alkoksida logam yang sering kali dapat diisolasi berupa
padatan putih (Hart, dkk., 2003 : 256).

Biasanya, pengolahan alkohol dengan natrium hidroksida tidak


mengonversinya menjadi alkoksidanya. Ini karena alkoksida merupakan
basa yang lebih kuat daripada ion hidroksida, sehingga reaksi berjalan
ke arah yang berlawanan. Akan tetapi, fenol dapat dikonversi menjadi
ion fenoksida dengan cara ini (Hart, dkk., 2003 : 259).
6

Gugus fungsi alkohol (dan fenol) tidak saja berfungsi sebagai asam
lemah melainkan juga sebagai basa lemah. Golongan tersebut memiliki
pasangan elektron bebas pada oksigen dan dengan demikian merupakan
basa lewis. Golongan ini dapat diprotonasi oleh asam kuat. Produknya,
analog dengan ion oksonium, H3O+, yaitu ion alkiloksonium (Hart, dkk.,
2003 : 260).
2. Reaksi kimia
a) Uji lucas
Reagen lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat
dan seng klorida. Uji Lucas dalam alkohol adalah tes untuk
membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier. Hal ini
didasarkan pada perbedaan reaktivitas dari tiga kelas alkohol dengan
hidrogen halida. Alkohol tersier bereaksi dengan reagen Lucas untuk
menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa pemanasan, sementara
alkohol sekunder melakukannya dengan pemanasan. Alkohol primer
tidak bereaksi dengan reagen Lucas (Ghalib, 2010 : 15).
b) Uji besi (III) klorida
Besi (III) klorida, atau feri klorida adalah suatu senyawa
kimia yang merupakan komoditas skala industri, dengan rumus
kimia FeCl3. Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah,
produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun
di laboratorium. Warnanya kristal tergantung pada sudut pandang, jika
terkena refleksi cahaya, kristal berwarna hijau gelap, tapi dengan
transimsi kristal berwarna ungu-merah. Prinsip analisa tes Ferri
Klorida adalah dengan senyawa aromatik, dimana FeCl3 akan beraksi
jika terdapat gugus aromatik yang akan menghasilkan warna hitam,
7

sehingga uji Ferri Klorida hanya ditemukan pada senyawa fenol dan
tidak ada pada alkohol (Ghalib, 2010 : 16).
c) Uji asam kromat
Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan
adanya asam kromat. Bilangan oksidasi Cr +6 pada asam kromat, yang
berwarna merah kecoklatan, tereduksi menjadi Cr +3, yang berwarna
hijau. Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat.
Alkohol tersier tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat. Oleh karena
itu reaksi ini di satu sisi dapat membedakan alkohol primer dan
sekunder, dan di sisi lain membedakan alkohol primer dan sekunder
dengan alkohol tersier. Sedangkan fenol biasanya teroksidasi menjadi
tar berwarna coklat oleh asam kromat
d) Keasaman fenol
Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah daripada asam
karboksilat dan asam yang lebih kuat daripada alkohol. Ketika fenol
bereaksi dengan suatu basa, fenol akan diubah menjadi anion
fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa (sebagai
garam fenoksida). Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat
merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat melarutkan hampir
ssemua fenol yang tak larut dalam air, tetapi larutan natriumbikarbonat
tidak dapat. Tidak satu pun basa basa tersebut yang cukup kuat untuk
mengubah sejumlah alkohol tersebut menjadi ion alkoksida (yang akan
dapat melarutkan alkohol yang tak larut dalam air dalam bentuk anion
alkoksida)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat

Nama Gambar Fungsi Kategori

Sebagai tempat
Tabung
mereaksikan I
Reaksi
larutan/senyawa

Gelas Sebagai tempat untuk


I
ukur mengukur larutan

Sebagai wadah untuk


Gelas
menyimpan atau I
kimia
membuat larutan

Pipet Untuk mengambil


I
tetes larutan

8
9

Rak Untuk meletakkan


tabung tabung reaksi supaya I
reaksi tersusun rapi

Penangas
Untuk memanaskan air II
air

Untuk menyimpan zat


Lemari
kimia yang bersifat II
asam
asam

Untuk mengukur pH
pH meter II
sampel
10

3.1.2 Bahan

Nama bahan Sifat fisik Sifat kimia

- Massa molar 58,089 g/ml


- Berat molekul 60 g/ml
- Bobot jenis 0,74 g/cm3 - Reduktor yang lemah
- Titik leleh -94,9C dibanding aldehid
Aseton - Titik didih 56,53C - Dapat menghasilkan alkohol
- Tidak berwarna sekunder
- Bau tajam - Apabila dengan hydrogen
- Mudah menguap sianida dalam kondisi basa
dibanding alkohol dan akan menghasilkan aseton
asam karboksilat sanohidrin
- Mudah larut dalam
pelarut polar
- Massa molar 118,01 g/ml
- Densitas 1,201 g/cm3
- Titik lebur 197C
Asam
- Titik didih 250C - Sebagai katalis atau oksidator
kromat - Berwarna merah kuat
kecoklatan, jingga atau
kuning
- Kristal
- Massa molar 119,58 g/ml
- Density 1,48 g/cm3
- Titik didih 61,2C
- Titik leleh -63,5C - Beracun
Kloroform - Cairan tidak berwarna - Tidak mudah terbakar
- Mudah menguap - Merupakan asam lemah
- Berbau khas
- Tidak bercampur dengan
air
- Hijau-hitam oleh pantulan
- Bereaksi dengan garam
cahaya; ungu-merah oleh
Besi (III) klorida lainnya membentuk
tranmisi cahaya
klorida ion tetrahedral
- Titik lebur 306C
- Bereaksi dengan cepat
- Struktur kristal
dengan oksalat [Fe(C2O4)3]3-
heksagonal
- Berat molekul 18,02
g/mol - Tidak dapat terbakar
Aquadest - Densitas 1000 kg/m3, cair - Tidak beracun
- Titik didih 100C - Memiliki pH 7
- Berbentuk cairan tidak - Tidak menyebabkan iritasi
berwarna
11

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Uji Asam Kromat

Sampel dan larutan


standar

Memasukan sampel dan larutan standar ke dalam masing


masing tabung reaksi
Menambahkan aseton, dan asam kromat sebanyak 5 tetes
ke dalam masing masing tabung reaksi
Menutup tabung reaksi
Mengocok tabung reaksi dengan perlahan
Membuka tutup tabung reaksi dan memasukkan ke dalam
penangas air yang bersuhu 60oC selama 5 menit
Mengamati perubahan warna yang terjadi

Penambahan 5 tetes Penambahan 2 tetes asam Pemanasan dipenangas


aseton kromat air pada 600 C

Sampel A = Bening Sampel A: orange tua Sampel A: warna


Sampel B = Bening Sampel B: orange kuning
Sampel C = Bening Sampel C: kuning Sampel B: warna
Fenol = Bening Fenol: merah kecoklatan bening, endaoan
N-Butanol = Bening Sekunder butanol: hijau
Sekunder Butanol = bening, endapan hitam Sampel C: kuning
Bening N-butanol: kuning, Fenol: coklat
Tersier Butanol = endapan Sekunder butanol:
Bening Tersier butanol: orange, bening, endapan
endapan coklat hijau
N-butanol: bening,
endapan hijau
Tersier butanol:
larutan bening,
endapan sedikit
warna hijau tua
12

3.2.2 Uji Besi (III) Klorida

Sampel dan larutan


standar

Memasukan sampel dan larutan standar ke dalam masing


masing tabung reaksi
Menambahkan kloroform, FeCl3 dan piridin sebanyak 5
tetes ke dalam masing masing tabung reaksi
Menutup tabung reaksi
Mengocok tabung reaksi dengan perlahan
Mengamati perubahan warna yang terjadi

Penambahan 5 tetes Penambahan 5 tetes FeCl3 Penambahan 5 tetes


kloroform piridin
Sampel A: kuning
Sampel A = Bening Sampel B: orange Sampel A: kuning,
Sampel B = Bening Sampel C: kuning tidak ada endapan,
Sampel C = Bening Fenol: ungu gelap terbagi dua fase.
Fenol = Bening Sekunder butanol: Sampel B: kuning,
N-Butanol = Bening kuning endapan orange
Sekunder Butanol = N-butanol: kuning Sampel C: orange,
Bening Tersier butanol: kuning tidak ada endapan
Tersier Butanol = Fenol: bening,
Bening endpan kuning
pucat, keruh
Sekunder butanol:
bening, endapan
orange, terbagi dua
fase
N-butanol: bening,
endapan orange.
Tersier butanol:
bening, endapan
orange.
13

3.2.3 Uji Keasaman

Sampel dan larutan


standar

- Memasukkan masing-masing sampel ke dalam gelas kimia


- Mengukur keasaman tiap larutan menggunakan pH meter
- Mencatat pH sampel berdasarkan hasil yang ditunjukkan
pada pH meter

Sampel A: 1,8
Sampel B: 7,1
Sampel C: 2,5
Fenol: 5,2
Sekunder butanol: 8,2
N-butanol: 7,1
Tersier butanol: 7,8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Asam Kromat

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Sampel dan larutan standar - Sampel A: Bening


ditambahkan aseton 5 tetes - Sampel B: Bening
- Sampel C Bening
- Fenol: Bening
- N-Butanol: Bening
- Sekunder Butanol: Bening
- Tersier Butanol: Bening
2 Sampel dan larutan standar - Sampel A: Orange Tua
ditambahkan aseton 5 tetes dan - Sampel B: Orange
asam kromat 5 tetes - Sampel C: Kuning
- Fenol: Merah Kecoklatan
- N-Butanol: Larutan kuning
membentuk endapan
- Sekunder Butanol: Orange,
endapan coklat
- Tersier Butanol: Larutan bening
dengan endapan warna hitam
3 Sampel dan larutan standar - Sampel A: larutan warna kuning
ditambahkan aseton 5 tetes dan - Sampel B: Larutan bening
asam kromat 5 tetes lalu endapan warna hijau
- Sampel C: larutan warna kuning
dipanaskan
- Fenol: Larutan warna coklat
- N-Butanol: larutan bening dengan
endapan warna hijau
- Sekunder Butanol: larutan bening
dengan endapan warna hijau
- Tersier Butanol: larutan bening
dengan endapan warna hijau

4.1.2 Uji FeCl3

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Sampel dan larutan standar - Sampel A: Bening


ditambahkan kloroform 5 tetes - Sampel B: Bening
- Sampel C Bening
- Fenol: Bening
- N-Butanol: Bening

14
15

- Sekunder Butanol: Bening


- Tersier Butanol: Bening
2 Sampel dan larutan standar Sampel A: berwarna kuning
ditambahkan kloroform dan Sampel B: berwarna orange
FeCl3 5 tetes Sampel C: berwarna kuning
Fenol: ungu gelap
Sekunder butanol: kuning
N-butanol: kuning
Tersier butanol: kuning
3 Sampel dan larutan standar Sampel A: berwarna kuning,
ditambahkan kloroform, FeCl3 tidak ada endapan, terbagi dua
dan piridin 5 tetes fase.
Sampel B: berwarna kuning,
endapan orange
Sampel C: berwarna orange, tidak
ada endapan
Fenol: warna bening, endpan
kuning pucat, keruh
Sekunder butanol: warna bening,
endapan orange, terbagi dua fase
N-butanol: warna bening,
endapan orange.
- Tersier butanol: warna bening,
endapan orange.

4.1.3 Uji Keasaman

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Pengukuran dengan pH meter Sampel A: 1,8


Sampel B: 7,1
Sampel C: 2,5
Fenol: 5,2
Sekunder butanol: 8,2
N-butanol: 7,1
- Tersier butanol: 7,8

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini pada percobaan uji reaksi kimia pada alkohol
dan fenol. Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
larutan yang terdiri dari larutan sampel dan larutan standar. Larutan sampel
ditandai dengan sampel A, B dan C. Sedangkan larutan standar terdiri dari
16

fenol, n-butanol, sekunder butanol, dan tersier butanol. Uji yang dilakukan
untuk mengetahui perbedaan sifat-sifat senyawa dari fenol dan alkohol
yaitu uji FeCl3, uji asam kromat, dan uji keasaman.
4.2.1 Uji FeCl3
1. Sampel dan larutan standar ditambah kloroform 5 tetes
Pada uji FeCl3 untuk pereaksi pertama masing-masing larutan sampel dan
larutan standar direaksikan dengan kloroform sebanyak 5 tetes.
a. Sampel A

Asam Asam Karboksilat


setelah ditetesi
Karboksilat kloroform

Dari praktikum yang telah dilakukan hasil yang diperoleh yaitu ketika
sampel A diteteskan kloroform tidak menunjukkan perubahan warna.
b. Sampel B

Etanol Etanol setelah


diteteskan kloroform

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel B setelah diteteskan kloroform


tidak menunjukkan perubahan warna. Etanol dan kloroform merupakan
cairan yang tak berwarna. Jika kedua larutan ini direaksikan tidak akan
menunjukkan perubahan warna. Menurut Bahl A (2011), kloroform
dapat dihasilkan dari reaksi oksidasi, reaksi klorinasi dan reaksi
hidrolisis.
17

c. Sampel C

Asam Asetat Asam Asetat setelah


ditambahkan kloroform

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel C setelah diteteskan kloroform


tidak menunjukkan perubahan warna.
d. Fenol

Fenol Fenol setelah


ditambahkan kloroform

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel D setelah diteteskan kloroform


tidak menunjukkan perubahan warna
e. N-butanol

N-butanol N-butanol setelah


ditambahkan koroform

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel E setelah diteteskan kloroform


tidak menunjukkan perubahan warna.
18

f. Sekunder butanol

Sec butanol Sec butanol setelah


ditambahkan kloroform

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel F setelah diteteskan kloroform


tidak menunjukkan perubahan warna.
g. Tersier butanol

Tersier butanol Tersier butanol setelah


ditambahkan kloroform

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel C setelah diteteskan kloroform


tidak menunjukkan perubahan warna.
2. Sampel dan larutan standar ditambahkan kloroform dan FeCl3
a. Sampel A

Sampel A Sampel A setelah


diberi perlakuan

Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh sampel A


terjadi perubahan warna menjadi kuning
19

b. Sampel B

Sampel B Sampel B setelah


diberi perlakuan

Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh sampel B


terjadi perubahan warna menjadi orange.
c. Sampel C

Sampel C Sampel C setelah


diberi perlakuan

Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh sampel C


terjadi perubahan warna menjadi kuning.
d. Fenol

Fenol Fenol

Dari praktikum yang telah dilakukan, fenol yang ditambahkan


kloroform dan FeCl3 menghasilkan warna ungu gelap. Menurut
Sudarmo (2006) bahwa alkohol tidak bereaksi dengan uji feri klorida.
Reaksi uji feri klorida dimana H+ dalam fenol digantikan Fe3+ dengan
reagen feri klorida. Sedangkan H+ yang lepas berikatan dengan Cl-
20

membentuk FeO yang dapat mengubah warna dari kuning transparan


menjadi ungu, yang menandakan hasil uji positif. Menurut Bettelheim
(2005) fenol memiliki substituent OH, sehingga perubahan warna yang
terjadi adalah ungu. FeCl3 akan bereaksi jika terdapat gugus aromatik
yang akan menghasilkan warna ungu, sehingga uji feri klorida hanya
diditemukan pada senyawa fenol dan tidak ada pada alkohol.
e. N-butanol

N-butanol N-butanol

Berdasarkan hasil yang diperoleh, N-butanol setelah diteteskan


kloroform dan FeCl3 diperoleh menunjukkan perubahan warna dari
bening menjadi kuning
f. Sekunder butanol

Sec butanol Sec butanol

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sekunder butanol setelah diteteskan


kloroform dan FeCl3 diperoleh menunjukkan perubahan warna dari
bening menjadi kuning.
21

g. Tersier butanol

Tersier butanol Tersier butanol

Berdasarkan hasil yang diperoleh, tersier butanol setelah diteteskan


kloroform dan FeCl3 diperoleh menunjukkan perubahan warna dari
bening menjadi kuning.
3. Sampel dan larutan standar ditambahkan kloroform, FeCl3 dan piridin
a. Sampel A

Kuning, tidak ada


Sampel A endapan, terbagi 2 fase

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel A setelah diteteskan


kloroform, FeCl3 dan piridin diperoleh menunjukkan perubahan warna
menjadi kuning, tidak ada endapan dan terbagi 2 fase
b. Sampel B

Sampel B Warna bening


endapan orange
22

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel B setelah diteteskan


kloroform, FeCl3 dan piridin diperoleh menunjukkan perubahan
warna menjadi bening, dan ada endapan warna orange.
c. Sampel C

Sampel C Warna orange

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel C setelah diteteskan


kloroform, FeCl3 dan piridin diperoleh menunjukkan perubahan
warna menjadi orange
d. Fenol

Warna bening
Fenol
endapan keruh

Berdasarkan hasil yang diperoleh, fenol setelah diteteskan kloroform,


FeCl3 dan piridin diperoleh menunjukkan perubahan warna menjadi
bening dan ada endapan keruh.
e. N-butanol

N-butanol Bening, endapan


orange
23

Berdasarkan hasil yang diperoleh, N-butanol setelah diteteskan


kloroform, FeCl3 dan piridin diperoleh menunjukkan perubahan
warna menjadi bening, dan endapan orange.
f. Sekunder butanol

Bening, endapan
Sekunder butanol
orange

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sekunder butanol setelah


diteteskan kloroform, FeCl3 dan piridin diperoleh menunjukkan
perubahan warna menjadi bening, dan endapan orange.
g. Tersier butanol

Tersier butanol Bening, endapan


orange

Berdasarkan hasil yang diperoleh, tersier butanol setelah diteteskan


kloroform, FeCl3 dan piridin diperoleh menunjukkan perubahan warna
menjadi bening, dan endapan orange.
24

4.2.2 Uji Asam Kromat


1. Sampel dan larutan standar ditambahkan aseton 5 tetes
a. Sampel A

Sampel A Sampel A

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel A yang diteteskan aseton


sebanyak 5 tetes tidak menghasilkan perubahan warna. Sampel A yang
merupakan asam karboksilat ini mengalami perubahan secara kimia
yaitu atom H+ terlepas dari gugus karboksilat dan mengikat atom OH-
pada gugus molekul aseton.
b. Sampel B

Sampel B Sampel B

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel B yang diteteskan aseton


sebanyak 5 tetes tidak menghasilkan perubahan warna
c. Sampel C

Sampel C Sampel C

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel A yang diteteskan aseton


sebanyak 5 tetes tidak menghasilkan perubahan warna. Sampel C yang
telah diketahui merupakan asam asetat dimana merupakan bagian asam
25

karboksilat sehingga pada uji ini sampel C menunjukkan sifat fisik yang
sama dengan sampel A.
d. Fenol

Fenol Fenol

Dari praktikum yang telah dilakukan, fenol yang diteteskan aseton


sebanyak 5 tetes tidak menghasilkan perubahan warna
e. N-butanol

N-butanol N-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel A yang diteteskan aseton


sebanyak 5 tetes tidak menghasilkan perubahan warna. N-butanol
merupakan alkohol primer, dengan jumlah atom C ada 4 buah. Alkohol
primer jika ditambahkan aseton akan dioksidasi menjadi aldehid. Reaksi
ini disebut reaksi yang kurang stabil.
f. Sec-butanol

Sec-butanol Sec-butanol
26

Dari praktikum yang telah dilakukan, sekunder butanol yang


diteteskan aseton sebanyak 5 tetes tidak menghasilkan perubahan
warna.
g. Tert-butanol

Tert-butanol Tert-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, tersier butanol yang diteteskan


aseton sebanyak 5 tetes tidak menghasilkan perubahan warna.
2. Sampel dan larutan standar ditambah aseton 5 tetes dan asam kromat 5
tetes
a. Sampel A

Sampel A Sampel A

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel A yang diteteskan aseton


dan asam kromat sebanyak 5 tetes menghasilkan perubahan warna
menjadi orange tua.
b. Sampel B

Sampel B Sampel B
27

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel B yang diteteskan aseton


dan asam kromat sebanyak 5 tetes menghasilkan perubahan warna
menjadi orange.
c. Sampel C

Sampel C Sampel C

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel C yang diteteskan aseton


dan asam kromat sebanyak 5 tetes menghasilkan perubahan warna
menjadi kuning.
d. Fenol

Fenol Fenol

Dari praktikum yang telah dilakukan, fenol yang diteteskan aseton dan
asam kromat sebanyak 5 tetes menghasilkan perubahan warna menjadi
merah kecoklatan.
e. N-butanol

N-butanol N-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, N-butanol yang diteteskan aseton


dan asam kromat sebanyak 5 tetes menghasilkan perubahan warna
menjadi kuning dan ada endapan.
28

f. Sec-butanol

Sek-butanol Sek-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, sekunder butanol yang


diteteskan aseton dan asam kromat sebanyak 5 tetes menghasilkan
perubahan warna menjadi bening dan endapan hitam.
g. Tert-butanol

Tert-butanol Tert-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, tersier butanol yang diteteskan


aseton dan asam kromat sebanyak 5 tetes menghasilkan perubahan warna
menjadi orange dan endapan coklat.
3. Sampel dan larutan standar ditambah aseton 5 tetes, asam kromat 5 tetes
dan telah dipanaskan
a. Sampel A

Sampel A Sampel A

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel A yang diteteskan aseton dan
asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan, menghasilkan
perubahan warna menjadi kuning.
29

b. Sampel B

Sampel B Sampel B

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel B yang diteteskan aseton


dan asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan, menghasilkan
perubahan warna menjadi bening dan endapan hijau.
c. Sampel C

Sampel C Sampel C

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel C yang diteteskan aseton


dan asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan, menghasilkan
perubahan warna menjadi kuning.
d. Fenol

Fenol Fenol

Dari praktikum yang telah dilakukan, fenol yang diteteskan aseton dan
asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan, menghasilkan
perubahan warna menjadi coklat. Menurut Carey (2000), fenol biasanya
teroksidasi menjadi tar berwarna coklat oleh asam kromat.
30

e. N-butanol

N-butanol N-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, N-butanol yang diteteskan aseton


dan asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan, menghasilkan
perubahan warna menjadi bening dan endapan hijau. N-butanol
merupakan alkohol primer. Menurut Carey (2000), yang menyatakan
bahwa alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan
adanya asam kromat. Bilangan oksidasi Cr 6+ pada asam kromat, yang
berwarna merah kecoklatan, tereduksi menjadi Cr 3+, yang berwarna
hijau.
f. Sec-butanol

Sek-butanol Sek-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, sekunder butanol yang diteteskan


aseton dan asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan,
menghasilkan perubahan warna menjadi bening dan endapan hijau.
Menurut Carey (2000) alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh
asam kromat.
31

g. Tert-butanol

Tert-butanol Tert-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, sekunder butanol yang diteteskan


aseton dan asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan,
menghasilkan perubahan warna menjadi bening dan endapan hijau.
Menurut Carey (2000) alkohol tersier tidak dapat teroksidasi oleh asam
kromat. Oleh karena itu reaksi ini di satu sisi dapat membedakan alkohol
primer dan sekunder, dan di sisi lain membedakan alkohol primer dan
sekunder dengan alkohol tersier.
Alkohol primer dan sekunder akan bereaksi dan membentuk larutan
berwarna hijau, sementara alkohol tersier tidak bereaksi.
32

4.2.3 Uji Keasaman


Selanjutnya uji keasaman dengan menggunakan pH meter. Menurut
Shmaefsky (2006), pH meter merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
menentukan kadar keasaman atau dapat juga disebut sebagai alat untuk
menentukan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Semua sampel dan
larutan standar dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian diukur pH
masing-masing larutan menggunakan pH meter. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa sampel A, B, C, fenol, N-
butanol, sekunder butanol, tersier butanol berturut-turut yaitu 1,8; 7,1; 2,5;
5,2; 8,2; 7,1; dan 7,8.
1. Sampel A

Gambar 1
(asam karboksilat)

Berdasarkan hasil, sampel A merupakan asam karboksilat.


Menurut Wilbraham,A.C dan Matta, M.S (1992), asam karboksilat
adalah salah satu grup senyawa organik oleh grup karboksil yang berasal
dari dua kata yaitu karbonil dan hidroksil. Menurut Haynes (2011), asuk
dalam asam lemah, yang artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi
kation H+ dan anion RCOO- dalam larutan. Sebagai contoh, pada suhu
ruangan, 1 molar asam asetat hanya terdisosiasi 0,4% saja. Adanya
subtituen elektronegatifan (seperti halogen) menambah sifat keasaman..
Saat dilakukan uji organoleptik dengan mencium aroma dari asam
karboksilat yaitu, asam karboksilat mempunyai aroma yang kurang
sedap.
33

2. Sampel B

Gambar 2.
(Etanol)

Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel B merupakan etanol


dengan pH yang diperoleh 7,1. Menurut Streitweiser (1976), etanol
netral dalam air, dengan pH 100% etanol adalah 7,33.
3. Sampel C

Gambar 3
(Asam asetat)

Dari praktikum yang telah dilakukan, pH yang diperoleh pada


sampel C sebesar 2,5. Sampel C merupakan asam asetat. Menurut
Lennen (2002), asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada
cuka rumah) memiliki pH sekitar 2,4 menandakan bahwa sekitar 0,4%
molekul asam asetat terdisosiasi.
34

4. Fenol

Gambar 4
(Fenol)

Dari praktikum ini, pH yang diperoleh dari fenol yaitu 5,2.


Menurut Sutrisno, dkk (2006), fenol memiliki pH sebesar 5.
5. Alkohol

N-butanol Sec-butanol Tert-butanol

Dari praktikum yang telah dilakukan, pH yang diperoleh dari


ketiga larutan ini yaitu berturut 8.2, 7.1, dan 7.8. Ketiga larutan
merupakan larutan standar alkohol berupa N-butanol, sec-butanol dan
tert-butanol. Alkohol adalah suatu cairan transparan, mudah terbakar,
tidak berwarna, mudah menguap, dengan rumus kimia C2H5OH, dapat
bercampur dengan air, eter, dan kloroform, yang diperoleh melalui
fermentasi karbohidrat dari ragi yang disebut juga dengan etil alkohol
(Bender, 1982). Menurut Nisba, N (2013), alkohol memiliki pH antara
7-9.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
senyawa yang terdapat pada tabung reaksi A merupakan asam karboksilat,
tabung reaksi B merupakan etanol dan tabung reaksi C merupakan asam
asetat. Hal ini dapat diketahui dengan uji organoleptik dimana sampel A
memiliki bau yang menyengat, sampel B memiliki bau seperti etanol dan
sampel C memiliki bau asam yang pekat. Berdasarkan warna yang
dihasilkan pada masing-masing uji serta pengujian keasaman berdasarkan
sifat alkohol dan fenol yang asam.
5.2 Saran
5.2.1 Praktikan
Diharapkan agar praktikan senantiasa memperhatikan serta
mengerjakan praktikum sesuai prosedur
5.2.2 Asisten
Memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk
melakukan percobaan serta senantiasa mendampingi praktikan sehingga
tidak terjadi kesalahan saat praktikum

35

You might also like