Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia kefarmasian, kita akan di pertemukan dengan berbagai
macam larutan, dan salah satu dari sekian banyak larutan tersebut adalah
alkohol dan fenol. Dalam kehidupan sehari-hari juga, alkohol biasa di
gunakan sebagai pemati rasa (Anestetik), sebagai bakterisid, dan masih
banyak senyawa alkohol lainnya. Sedangkan fenol merupakan aktivator kuat
dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik.
Alkohol dan fenol merupakan dua senyawa organik yang mempunyai
struktur yang serupa, tetapi gugus fungsi pada fenol melekat langsung pada
cincin aromatik. Alkohol merupakan senyawa hidrokarbon yang memiliki
rumus R-OH, dapat dianggap sebagai turunan hidroksi dari alkana R H,
maupun sebagai turunan alkil dari air H OH. Sedangkan fenol memiliki
rumus Ar-OH (Fessenden, 1986)
Fenol merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan dengan
keasaman alkohol karena fenol mampu melepaskan ion H+ daru gugus
hidroksil sehingga membuat fenol menjadi anion feroksida. Anion (muatan
negatif) ini akan disebar oleh cincin aromatik (dekalokasi), sedangkan pada
alkohol tidak terjadi (Ulya, 2012).
Kekuatan asam fenol kira-kira ditengah antara etanol dan asam asetat.
Reaksi alkohol dengan asam kuat menghasilkan pemindahan (eliminasi
gugus fungsi OH), alkohol dan fenol adalah asam-asam lemah, tentang
keasaman ini dapat diketahui dengan penambahan karbonat dan bikarbonat
membentuk CO2.
Meskipun memiliki persamaan dengan alkohol, namun secara kimiawi
fenol berbeda dengan alkohol. Maka berdasarkan hal tersebut, untuk
mengetahui perbedaan dari alkohol dan fenol sehingga dilakukan beberapa
uji reaksi kimia diantaranya, dengan uji Lucas, uji Asam kromat, uji
keasaman Fenol, dan uji Besi (III) klorida.
1
2
3
4
Gugus fungsi alkohol (dan fenol) tidak saja berfungsi sebagai asam
lemah melainkan juga sebagai basa lemah. Golongan tersebut memiliki
pasangan elektron bebas pada oksigen dan dengan demikian merupakan
basa lewis. Golongan ini dapat diprotonasi oleh asam kuat. Produknya,
analog dengan ion oksonium, H3O+, yaitu ion alkiloksonium (Hart, dkk.,
2003 : 260).
2. Reaksi kimia
a) Uji lucas
Reagen lucas merupakan suatu campuran asam klorida pekat
dan seng klorida. Uji Lucas dalam alkohol adalah tes untuk
membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier. Hal ini
didasarkan pada perbedaan reaktivitas dari tiga kelas alkohol dengan
hidrogen halida. Alkohol tersier bereaksi dengan reagen Lucas untuk
menghasilkan kekeruhan walaupun tanpa pemanasan, sementara
alkohol sekunder melakukannya dengan pemanasan. Alkohol primer
tidak bereaksi dengan reagen Lucas (Ghalib, 2010 : 15).
b) Uji besi (III) klorida
Besi (III) klorida, atau feri klorida adalah suatu senyawa
kimia yang merupakan komoditas skala industri, dengan rumus
kimia FeCl3. Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah,
produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun
di laboratorium. Warnanya kristal tergantung pada sudut pandang, jika
terkena refleksi cahaya, kristal berwarna hijau gelap, tapi dengan
transimsi kristal berwarna ungu-merah. Prinsip analisa tes Ferri
Klorida adalah dengan senyawa aromatik, dimana FeCl3 akan beraksi
jika terdapat gugus aromatik yang akan menghasilkan warna hitam,
7
sehingga uji Ferri Klorida hanya ditemukan pada senyawa fenol dan
tidak ada pada alkohol (Ghalib, 2010 : 16).
c) Uji asam kromat
Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan
adanya asam kromat. Bilangan oksidasi Cr +6 pada asam kromat, yang
berwarna merah kecoklatan, tereduksi menjadi Cr +3, yang berwarna
hijau. Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat.
Alkohol tersier tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat. Oleh karena
itu reaksi ini di satu sisi dapat membedakan alkohol primer dan
sekunder, dan di sisi lain membedakan alkohol primer dan sekunder
dengan alkohol tersier. Sedangkan fenol biasanya teroksidasi menjadi
tar berwarna coklat oleh asam kromat
d) Keasaman fenol
Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah daripada asam
karboksilat dan asam yang lebih kuat daripada alkohol. Ketika fenol
bereaksi dengan suatu basa, fenol akan diubah menjadi anion
fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa (sebagai
garam fenoksida). Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat
merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat melarutkan hampir
ssemua fenol yang tak larut dalam air, tetapi larutan natriumbikarbonat
tidak dapat. Tidak satu pun basa basa tersebut yang cukup kuat untuk
mengubah sejumlah alkohol tersebut menjadi ion alkoksida (yang akan
dapat melarutkan alkohol yang tak larut dalam air dalam bentuk anion
alkoksida)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Sebagai tempat
Tabung
mereaksikan I
Reaksi
larutan/senyawa
8
9
Penangas
Untuk memanaskan air II
air
Untuk mengukur pH
pH meter II
sampel
10
3.1.2 Bahan
Sampel A: 1,8
Sampel B: 7,1
Sampel C: 2,5
Fenol: 5,2
Sekunder butanol: 8,2
N-butanol: 7,1
Tersier butanol: 7,8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Uji Asam Kromat
14
15
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini pada percobaan uji reaksi kimia pada alkohol
dan fenol. Pada percobaan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
larutan yang terdiri dari larutan sampel dan larutan standar. Larutan sampel
ditandai dengan sampel A, B dan C. Sedangkan larutan standar terdiri dari
16
fenol, n-butanol, sekunder butanol, dan tersier butanol. Uji yang dilakukan
untuk mengetahui perbedaan sifat-sifat senyawa dari fenol dan alkohol
yaitu uji FeCl3, uji asam kromat, dan uji keasaman.
4.2.1 Uji FeCl3
1. Sampel dan larutan standar ditambah kloroform 5 tetes
Pada uji FeCl3 untuk pereaksi pertama masing-masing larutan sampel dan
larutan standar direaksikan dengan kloroform sebanyak 5 tetes.
a. Sampel A
Dari praktikum yang telah dilakukan hasil yang diperoleh yaitu ketika
sampel A diteteskan kloroform tidak menunjukkan perubahan warna.
b. Sampel B
c. Sampel C
f. Sekunder butanol
b. Sampel B
Fenol Fenol
N-butanol N-butanol
g. Tersier butanol
Warna bening
Fenol
endapan keruh
Bening, endapan
Sekunder butanol
orange
Sampel A Sampel A
Sampel B Sampel B
Sampel C Sampel C
karboksilat sehingga pada uji ini sampel C menunjukkan sifat fisik yang
sama dengan sampel A.
d. Fenol
Fenol Fenol
N-butanol N-butanol
Sec-butanol Sec-butanol
26
Tert-butanol Tert-butanol
Sampel A Sampel A
Sampel B Sampel B
27
Sampel C Sampel C
Fenol Fenol
Dari praktikum yang telah dilakukan, fenol yang diteteskan aseton dan
asam kromat sebanyak 5 tetes menghasilkan perubahan warna menjadi
merah kecoklatan.
e. N-butanol
N-butanol N-butanol
f. Sec-butanol
Sek-butanol Sek-butanol
Tert-butanol Tert-butanol
Sampel A Sampel A
Dari praktikum yang telah dilakukan, sampel A yang diteteskan aseton dan
asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan, menghasilkan
perubahan warna menjadi kuning.
29
b. Sampel B
Sampel B Sampel B
Sampel C Sampel C
Fenol Fenol
Dari praktikum yang telah dilakukan, fenol yang diteteskan aseton dan
asam kromat sebanyak 5 tetes dan telah dipanaskan, menghasilkan
perubahan warna menjadi coklat. Menurut Carey (2000), fenol biasanya
teroksidasi menjadi tar berwarna coklat oleh asam kromat.
30
e. N-butanol
N-butanol N-butanol
Sek-butanol Sek-butanol
g. Tert-butanol
Tert-butanol Tert-butanol
Gambar 1
(asam karboksilat)
2. Sampel B
Gambar 2.
(Etanol)
Gambar 3
(Asam asetat)
4. Fenol
Gambar 4
(Fenol)
35