You are on page 1of 2

APA PENTINGNYA BUKU TEORI NEGARA ARIEF BUDIMAN?

Pada awalnya saya mengetahui buku ini agak malas seperti kebiasaan saya yang selama
ini agak kurang menyukai buku-buku teori. Nah ini jangan ditiru. Karena membaca itu membantu
kita tidak sesat pikir, tidak mengidolakan pemikiran kita yang terkadang sempit. Pemikiran
sempit terkadang membuat kita berargumen terhadap hal-hal yang ada secara konyol bahkan asal
nyeletuk seperti burung kutilng pagi hari yang kelaparan karena kebun pisang jadi kebun sawit.
Saya memulai membaca buku ini dari bagian pengantar yang ditulis Arief Budiman. Pada
bagian ini beliau memaparkan pengalamannya bagaimana mempunyai ide menulis buku tentang
teori Negara. Pandangan dia tentang Negara pada awalnya sama halnya dengan pemikiran saya
bahwa Negara adalah institusi ternetral yag ada. Organisasi yang bergerak untuk kepentingan
banyak orang. Arief Budiman dibagian awal menyimpulkan bahwa Negara merupakan lembaga
yang memiliki kekuasaan yang sangat besar di dalam sebuah masyarakat. Negara dapat
memaksakan kehendaknya kepada warga atau kelompok yang ada di masyrakat. Bahkan kalau
perlu, Negara memiliki keabsahan untuk menggunakan kekerasan fisik dalam memaksakan
kepatuhan masyarakat terhadap perintah-perintah yang dikeluarkannya. Menurut Arief Budiman
kekuasaan yang sangat besar ini diperoleh karena Negara merupakan pelembagaan dari
kepentingan uum. Sebagai lembaga yang mewakili kepentingan umum, Negara dapat
memaksakan kehendaknya melawan kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok di
masyrakat yang lebih kecil jumlahnya.
Bagian kedua buku ini mencoba menguraikan makna kekuasaan Negara dari berbagai
pemikir. Weber misalnya mengatakan bahwa Negara adalah satu-satunya lembagayang memiliki
keabsahan untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap warganya. Plato dan Aristoteles
menyatakan bahwa Negara memerlukan kekuasaan yang mutlak. Kekuasaan ini diperlukan untuk
mendidik warga dengan niai-nilai moral yang rasional. Kekuasan pada Negara merupakan hal
yang besar pada Negara merupakan hal yang sepatutnya. Individu akan menjadi liar, tak dapat
dikendalikan, bila Negara tidak memiliki kekuasaan yang besar. Negara harus menjinakan
mereka dan mengajarkan nilai-nilai moral yang rasional. Seperti yang dikatakan oleh plato. Bagi
plato neagara harus dipimpin oleh filsuf. Anya filsuflah yang dapat melihat persoalan yang
sebenarnya dalam kehidupan yang dapat membedakan mana yang baik dam yang buruk.
Seanjutnya bagaimana agama Kristen memahami kekuasan Negara. Pasca kemapannya di
baawah kekuasaan raja Konstantin Agung posisi gereja kemudian menjadi lebih tinggi dari pada
kekuasaan Negara. Gerejalah yang memberikan keabsahan bagi raja-raja. Seakan-akan gereja
memberikan jaminan bahwa Negara yang di pimpin oleh raja akan mengarahkan warga kearah
jalan yang baik dan benar.
Masuk kejaman pencerahan. Dengan pemikiran Grotius dan Hobbes. Keduanya
sebenarnya mengrtik kekuasan Negara yang disambaikan Plato, Aristoteles maupun gereja. Bagi
Grotius dan Hobbes kekuasaan Negara mutlak diperoleh bukan karena Negara dianggap sebagai
wakil tuhan di dunia, tetapi karena hal ini sebenarnya menguntungkan rakyat. Sebelum ada
Negara, kehidupan rakyat pada suku suku primitive misalnya, sangat kacau. Hal ini disebabkan
karena setiap orang bebas untuk melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya. Negara terjadi
karena suatu persetujuan, karena tanpa Negara orang tak dapat menyelamatkan dirinya dengan
cukup. Pemikiran Grotius dekembangkan Hobbes, Hobbes berpendapat perlunya diangkat
seorang raja dengan kekuasaan yang utlak. Kekuasaan ini harus bersifat mutlak, karena raja
berdiri di atas kepentingan-kepentingan warganya. Individu harus rela haknya supaya
kepentingannya, keamanannya dan perdamaian jangka panjang dapat dijamin.

You might also like