You are on page 1of 14

Bab 6 - Pelat Kulit B 6-1

Bab 6

Pelat kulit

A. Umum, definisi tB1 = 1,9 @ nf @ a pB @ k % tK [mm]


1. Umum
Pada 0,1 L didepan ujung belakang panjang L dan 0,05 L
1.1 Penggunaan rumus rancangan pada B.1.2 dan C.1.2 dibelakang garis tegak depan (FP), tebal pelat tidak boleh
untuk panjang kapal dibawah 90 m dapat disetujui BKI, kurang dari tB2 sesuai 1.2.
jika bukti perhitungan kekuatan memanjang telah
dilaksanakan. 1.2 Kapal dengan panjang L >
90 m
1.2 Ketebalan pelat harus ditiruskan secara bertahap, Tebal pelat alas tidak boleh kurang dari yang lebih besar
jika ketebalannya berbeda. Penirusan secara bertahap harus diantara dua nilai berikut:
juga dilakukan antara tebal pelat yang disyaratkan untuk
penguatan alas bagian depan sesuai dengan E.2. dan tebal pB
pelat yang didekatnya. tB1 = 18,3 @ nf @ a % tK [mm]
pR
2. Definisi tB2 = 1,21 @ a pB @ k % tK [mm]
k = faktor bahan sesuai Bab 2, B.2.
2 2
PB = beban alas [ kN/m2] sesuai Bab 4, B.3. PR = perm & 3 @ L & 0,89 @ LB [N/mm2]
ps = beban sisi [kN/m2] sesuai Bab 4, B.2.1
Catatan:
pe = tekanan rancang pada daerah haluan [kN/m2]
sesuai Bab 4, B.2.2 atau sesuai Bab 4, B.2.3 Untuk pendekatan awal, LB dan L dapat diperoleh dari
untuk daerah buritan sesuai kasusnya rumus berikut:
pSL = tekanan hempas rancang [kN/m2] sesuai Bab 4,
1 2 ,6 L
B.4. LB = [N/mm2] untuk L < 90 m
k
= 0.83 untuk sistem gading-gading memanjang
120
LB = tegangan lengkung rancang lambung maksimum = [N/mm2] untuk L $ 90 m
pada alas [N/mm2] sesuai Bab 5, D.1. k
LS = tegangan lengkung rancang lambung maksimum L = 0
pada sisi, sesuai Bab 5, D.1. [N/mm2]
2. Ketebalan pelat kritis, kekuatan tekuk
L = tegangan geser rancang maksimum akibat
lengkung memanjang [N/mm2] sesuai Bab 5,
2.1 Nilai acuan untuk tebal pelat kritis
D.1.
Untuk kapal yang perhitungan kekuatan memanjang
perm = tegangan rancang yang diizinkan [N/mm2]
disyaratkan atau telah dilaksanakan, maka dianjurkan
L 230 menggunakan nilai acuan tebal pelat kritis berikut:
= 0,8 % [N/mm2] untuk L < 90 m
450 k
untuk LB # 0,6 @ ReH:
230
= [N/mm2] untuk L >
90 m
k tcrit = c @ 2,32 @ a LB % tK [mm]
tK = marjin korosi sesuai Bab 3, K.1.
untuk LB > 0,6 @ ReH:
ReH
tcrit = c @ 1,57 @ a % tK [mm]
B. Pelat Alas LB
1,474 !
1. Tebal pelat berdasarkan kriteria beban tegangan ReH

1.1 Kapal dengan panjang L < 90 m c = 0,5 untuk gading-gading memanjang


1
Tebal pelat alas pada 0,4 L tengah kapal tidak boleh kurang = untuk gading-gading melintang
dari: 1 % 2 F1
6-2 Bab 6 - Pelat Kulit B

= perbandingan sisi a/b dari panel pelat yang


ditinjau (lihat Bab 3, F.1.)
LB = tegangan tekan terbesar pada alas akibat
lengkung memanjang lambung
Fl lihat Bab 3, F.1 (Tabel 3.2)
= 1,0 untuk gading-gading memanjang.

2.2 Kekuatan tekuk

Nilai yang didapat dari 2.1 harus diverifikasi sesuai


Bab 3, F. Bab 5, C.6. berlaku apabila hanya tegangan
lengkung bujur yang perlu dipertimbangkan. Bab 8, B.8.
dipakai apabila kombinasi tegangan lengkung bujur dan
beban lokal harus dipertimbangkan.

3. Tebal minimum dengan mempertimbangkan tegangan sesuai Bab 5, C.6.5


dan tegangan tekan
3.1 Dimanapun tebal pelat alas tidak boleh kurang dari:
p @ R
q = [N/mm2]
tmin = 1,5 & 0,01 @ L L @ k [mm] t @ 103

untuk L < 50 m yang bekerja secara bersamaan pada arah melintang.


= L @ k [mm] Tebal bidang pelat ini tidak boleh kurang dari tebal yang
didapat masing-masing dari 1., 3. dan C.1.
untuk L >
50 m
Untuk jarak antara gading-gading a dan panjang bidang R,
atau 16 mm, diambil yang lebih kecil. R
maka aL dan bL + harus diambil dengan cara yang sama,
L tidak perlu diambil lebih dari 12 H. 4
lihat sketsa.
Untuk kapal curah lihat Bab 23, B.5.3, untuk kapal tangki
lihat Bab 24, A.13.3. aL = jarak antara wrang atau penegar melintang [mm]

4. Lajur bilga bL = jarak penegar bujur dari ujung sudut radius [mm]
R = radius bilga [ mm]
4.1 Tebal pelat lajur bilga dihitung seperti yang
disyaratkan untuk pelat alas sesuai butir 1. p = ps, pB pada ujung sudut radius bilga atau pSL
sesuai Bab 4, B.4.1 sesuai kasusnya [kN/m2]
Tebal yang diperoleh harus diverifikasi atas kecukupan
kekuatan tekuknya sesuai dengan persyaratan Bab 5, C.6. t = tebal pelat [ mm]
dan Bab 3, F., lihat Tabel 3.4, kasus beban 1a, 1b, 2 dan 4.
Jika tebal pelat yang diperoleh untuk bidang pelat rata lebih
Jika hasil verifikasi menunjukan mungkinnya ketebalan besar dari lajur bilga lengkung sesuai 4.1, maka penguatan
pelat lebih kecil dari pelat alas, maka ketebalan yang lebih harus diperluas sampai ke daerah radius dengan minimum
kecil dapat disetujui. R/6.

4.2 Bila sesuai Bab 2, B. disyaratkan mutu baja yang 5. Pelat lunas rata dan pelat pengapit lunas
lebih tinggi dari A/AH untuk lajur bilga, maka lebar lajur
bilga tidak boleh kurang dari: 5.1 Lebar pelat lunas rata tidak boleh kurang dari:

b = 800 + 5 @ L [mm] b = 800 + 5 L [mm]

4.3 Pada ujung lajur bilga lengkung harus dipasang Tebal pelat lunas rata tidak boleh kurang dari:
penegar atau penumpu bujur. Bila penegar dipasang diluar tFK = tB + 2,0 [mm]
radius bilga, maka ketahanan tekuk yang cukup sesuai
Bab 3, F. harus dibuktikan untuk bidang pelat yang rata untuk 0,7 L bagian tengah kapal dan di
daerah dudukan mesin
R = tB [mm] di bagian lainnya
aL @ bL %
4 tB = tebal pelat alas [mm] sesuai 1. 3.
Bab 6 - Pelat Kulit C 6-3

5.2 Untuk kapal dengan panjang diatas 100 m, yang kecil dari tmin dapat disetujui jika tingkat tegangan
alasnya diperkuat secara membujur, maka pelat lunas rata memungkinkan pengurangan tersebut.
harus diperkuat dengan penegar intercostal tambahan
Untuk c0 lihat Bab 4. A.2.2.
dengan jarak 500 mm dari garis tengah. Luas penampang
dari satu penegar bujur tidak boleh kurang dari 0,2 L [cm2].
3. Pelat lajur atas
5.3 Bila dipasang lunas batang, maka pelat pengapit
3.1 Lebar pelat lajur atas tidak boleh kurang dari:
lunas yang berdekatan harus mempunyai tebal yang sama
dengan pelat lunas rata. b = 800 + 5 L [mm]
bmax = l800 [mm]

3.2 Tebal pelat lajur atas, pada umumnya, tidak boleh


C. Pelat Kulit Sisi
kurang dari yang terbesar dari 2 nilai berikut:
1. Tebal pelat berdasarkan kriteria beban tegangan t = 0,5 (tD + tS) [mm]
= tS [mm]
1.1 Kapal dengan panjang L < 90 m
tD = tebal pelat geladak kekuatan yang disyaratkan
Tebal pelat kulit sisi pada 0,4 L bagian tengah kapal tidak
boleh kurang dari: tS = tebal pelat sisi yang disyaratkan.

tS1 = 1,9 @ nf @ a ps @ k % tK [mm] 3.3 Bila hubungan pelat lajur sisi geladak dengan pelat
lajur atas dibundarkan, maka radiusnya tidak boleh kurang
Pada 0,1 L didepan ujung belakang panjang L dan 0,05 L dari 15 kali tebal pelat.
dibelakang garis tegak depan (FP), tebal pelat tidak boleh
kurang dari tS2 sesuai 1.2. 3.4 Pengelasan pada tepi atas pelat lajur atas harus
dengan persetujuan khusus.
1.2 Kapal dengan panjang L $ 90 m Pengelasan antara pelat lajur atas dengan pelat lajur sisi
geladak lihat Bab 7, A.2.
Tebal pelat kulit sisi tidak boleh kurang dari yang lebih
besar diantara dua nilai berikut: Lubang untuk pembuangan dan bukaan-bukaan lainnya
harus dibundarkan dengan hati-hati, takik harus dihindari.
ps
tS1 = 18,3 @ nf @ a % tK [mm] 4. Kekuatan tekuk
pR
Untuk kapal yang disyaratkan adanya pembuktian kekuatan
tS2 = 1,21 @ a p @ k % tK [mm] memanjang atau perhitungan memanjang dilakukan, maka
pembuktian kekuatan tekuk sisi kapal harus dilakukan sesuai
pR = 2perm S 3 @ 2L S 0,89 @ LS [N/mm2] Bab 5, C.6. dan Bab 3, F.

p = ps atau pe disesuaikan dengan kasusnya 5. Penguatan untuk olah gerak di pelabuhan dan
penundaan
Catatan :
5.1 Untuk daerah kulit sisi yang mungkin mengalami
Sebagai perkiraan awal Ls dan L bisa didapat dengan beban terpusat akibat olah gerak di pelabuhan, maka tebal
rumus berikut: pelat tidak boleh kurang dari yang disyaratkan oleh 5.2.
LS = 0,76 @ LB Daerah ini terutama adalah pelat pada bahu depan dan bahu
belakang kapal. Lokasi yang tepat dimana kapal tunda
55
L = [N/mm2] mendorong harus ditetapkan dengan persetujuan pemilik.
k Lokasi tersebut harus ditunjukkan pada gambar bukaan
LB = lihat 1.2. kulit. Panjang daerah penguatan tidak boleh kurang dari
5 m. Tinggi daerah penguatan harus mencakup dari sekitar
0,5 m diatas garis air balas sampai sekitar 1,5 m diatas garis
1.3 Didaerah dengan gaya geser yang besar, tegangan
air muat penuh.
geser harus diperiksa sesuai Bab 5, D.
Untuk kapal dengan panjang 100 m atau lebih paling sedikit
2. Tebal minimum satu daerah penguatan harus diadakan pada bagian tengah
kapal sebagai tambahan terhadap dua daerah penguatan
Untuk tebal minimum pelat sisi berlaku juga B.3. pada daerah bahu kapal.
Di atas T + c0/2 di atas garis dasar tebal pelat yang lebih Bila tebal pelat sisi yang diperoleh dengan cara tersebut
6-4 Bab 6 - Pelat Kulit F

diatas melebihi tebal yang disyaratkan oleh C.1. - 3, maka 1.2 Untuk sistem gading-gading melintang, wrang pelat
dianjurkan untuk menandai daerah tersebut secara khusus. harus dipasang pada tiap gading-gading. Bila menggunakan
sistem gading-gading memanjang atau sistem penumpu
5.2 Tebal pelat pada daerah penguatan ditentukan memanjang, maka jarak antara wrang pelat boleh sama
dengan rumus berikut: dengan 3 jarak gading-gading.

t = 0,65 @ pf @ k % tK [mm] 1.3 Untuk sistem gading melintang, jarak penumpu


samping tidak boleh melebihi L/250 + 0,9 [m], maksimum
Pf = gaya kejut rancang [kN] sampai 1,4 m.
= D/100 [kN] dengan minimum 200 kN dan Untuk sistem gading-gading memanjang, penumpu samping
maksimum 1000 kN harus dipasang tidak lebih dari 2 jarak antara pembujur.
D = pemindahan air kapal [t].
1.4 Jarak yang menyimpang dari yang ditentukan pada
Pengurangan tebal untuk daerah pelayaran yang dibatasi 1.2 dan 1.3 bisa disetujui berdasarkan perhitungan langsung.
tidak diperbolehkan.
1.5 Dalam daerah yang didefinisikan pada 1.1, skalop
5.3 Pada daerah penguatan, modulus penampang dibatasi hanya untuk lubang pengelasan dan lubang air.
pembujur sisi tidak boleh kurang dari:
x
3 2. Pelat alas didepan = 0,5
W = 0,35 @ Pf @ R @ k [cm ] L

R = panjang yang tidak ditumpu dari pembujur [m]. 2.1 Tebal pelat alas untuk bagian rata dari alas kapal
sampai dengan tinggi 0,05 @ Tb atau 0,3 m , diambil nilai
5.4 Geladak antara, sekat lintang, senta dan dinding yang lebih kecil, dari garis dasar tidak boleh kurang dari:
melintang harus diperiksa atas kekuatan tekuk yang cukup
t = 0,9 @ f2 @ a pSL . k + tK [mm]
terhadap beban yang bekerja pada arah melintang kapal.
Untuk ukuran pelintang sisi yang menumpu pembujur sisi
lihat Bab 9, B.4.4. Tb = sarat balas rancang terkecil pada garis tegak
depan [m].
f2 lihat Bab 3, A.3.
D. Pelat Sisi Bangunan Atas 2.2 Diatas 0,05 Tb atau 0,3 m diatas garis dasar, tebal
pelat boleh dikurangi secara bertahap sampai tebal menurut
1. Pelat sisi bangunan atas efektif ditentukan sesuai C. peraturan yang ditentukan sesuai B. Untuk kapal dengan
alas miring, pelat yang diperkuat paling sedikit harus sampai
2. Pelat sisi bangunan atas tidak efektif ditentukan ke lengkung bilga.
sesuai Bab 16.
x
3. Untuk definisi bangunan atas efektif dan tidak efektif 3. Penegar didepan ' 0,5
L
lihat Bab 16, A.1.
3.1 Modulus penampang penegar lintang atau penegar
Untuk penguatan pada ujung bangunan atas lihat Bab 16,
bujur tidak boleh kurang dari:
A.3.
W = 0,155 @ pSL @ a @ R2 @ k [cm3].

3.2 Luas geser penegar tidak boleh kurang dari:


E. Penguatan Alas Depan
A = 0,028 @ pSL @ a (R - 0,5 @ a) k [cm2].
1. Pengaturan wrang dan penumpu
Luas sambungan las paling sedikit 2 kali nilai diatas.
1.1 Untuk tujuan pengaturan wrang dan penumpu maka
daerah berikut didefinisikan:
x F. Penguatan di Daerah Buritan, Penyangga Baling-
S depan ' 0,7 untuk L # 100 m
L Baling dan Lunas Bilga

x
S depan ' 0,6 % 0,001 L untuk 100 < L # 150 m 1. Penguatan di daerah baling-baling dan
L penyangga baling-baling
x
S depan ' 0,75 untuk L > 150 m 1.1 Di daerah penyangga baling-baling dan bos poros,
L tebal pelat sisi sama dengan yang disyaratkan untuk 0,4
Bab 6 - Pelat Kulit H 6-5

L bagian tengah kapal. Di daerah tempat penyangga, pelat sudut-sudut yang dibundarkan dengan baik. Jika lebar
kulit harus pelat yang dipertebal dengan ketebalan 1,5 kali bukaan melebihi 500 mm untuk kapal dengan panjang L
tebal pelat bagian tengah kapal. sampai 70 m, dan 700 mm untuk kapal dengan panjang
L lebih dari 70 m, bukaan harus dikelilingi dengan penegar,
Sehubungan dengan hal ini, Bab 19, B.4.3 harus
pelat yang dipertebal atau pelat rangkap.
diperhatikan.
1.2 Diatas bukaan pada pelat lajur atas didaerah 0,4 L
1.2 Jika putaran baling-baling melebihi 300 rpm, maka
bagian tengah kapal, biasanya dipasang pelat yang dipertebal
carling putus-putus harus dipasang diatas atau didepan
atau pelat rangkap untuk mengkompensasi luas penampang
baling-baling untuk mengurangi ukuran panel pelat alas
pelat yang hilang. Untuk pintu lambung atau bukaan sejenis
(lihat Bab 8, A.1.2.3.4).
yang besar lihat J. Penguatan khusus diperlukan pada daerah
bukaan pada ujung bangunan atas.
2. Lunas Bilga
1.3 Pelat kulit didaerah ulup jangkar harus diperkuat.
2.1 Jika dipasang lunas bilga, maka lunas tersebut harus
dilas menerus dengan pelat bilah rata yang harus
2. Hubungan pipa pada pelat kulit
dihubungkan pada pelat kulit dengan sambungan las
menerus kedap air, lihat Gb. 6.1-(c), (d). Pipa dan katup buang harus dihubungkan ke pelat kulit
dengan flens las. Sebagai pengganti flens las, soket pendek
berflens dengan ketebalan yang cukup dapat digunakan
jika soket tersebut dilaskan ke pelat kulit dengan cara yang
layak. Untuk acuan lihat Bab 21, D.
Gambar konstruksi harus diserahkan ke BKI untuk
persetujuan.

H. Pintu Haluan dan Pintu Dalam


1. Umum, definisi
1.1 Penerapan

1.1.1 Persyaratan ini berlaku untuk pengaturan, kekuatan


dan pengamanan pintu haluan dan pintu dalam yang menuju
ke ruangan bangunan atas komplit atau bangunan atas depan
panjang yang tertutup.

1.1.2 Persyaratan berikut mencakup 2 jenis pintu haluan:


S Pintu visor dibuka dengan memutar arah keatas
dan arah keluar disekeliling sumbu horizontal
melalui dua atau lebih engsel yang ditempatkan
didekat bagian atas pintu dan dihubungkan ke
konstruksi utama pintu dengan lengan angkat yang
Gb. 6.1 Daerah peralihan yang tirus pada ujung ditempatkan pada arah memanjang.
lunas bilga
S Pintu membuka kesamping dibuka dengan
2.2 Ujung lunas bilga harus mempunyai daerah peralihan memutar arah keluar disekeliling sumbu vertikal
yang tirus sesuai Gb. 6.1-(a), (b). Ujung lunas bilga harus melalui dua atau lebih engsel yang ditempatkan
berhenti diatas elemen penegar dalam. dekat tepi luar atau oleh perpindahan horizontal
dengan lengan penghubung yang dihubungkan pada
2.3 Skalop atau lubang pada lunas bilga harus dihindari. titik putar pada pintu dan lambung kapal. Harus
diantisipasi bahwa pintu haluan yang membuka
kesamping dibuat secara berpasangan.
Pintu haluan jenis lain akan dipertimbangkan secara khusus
G. Bukaan pada Pelat Kulit bersamaan dengan persyaratan yang berlaku dari Peraturan
1. Umum ini.

1.1 Bila dibuat bukaan pada pelat kulit untuk jendela 1.2 Aranjemen
atau jendela bundar, ulup jangkar, lubang pembuangan,
katup laut dsb., maka bukaan tersebut harus mempunyai 1.2.1 Pintu haluan harus ditempatkan diatas geladak
6-6 Bab 6 - Pelat Kulit H

lambung timbul. Sebuah cekungan kedap air pada geladak harus dirancang sedemikian rupa sehingga pada beban
lambung timbul yang terletak didepan sekat tubrukan dan rancang yang ditentukan pada 3., tegangan berikut tidak
diatas garis air tertinggi yang dibuat untuk penempatan terlampaui:
pintu rampa atau peralatan mekanik lainnya, boleh dianggap
tegangan lengkung:
sebagai bagian dari geladak lambung timbul untuk tujuan
persyaratan ini. 120
= [N/mm2]
k
1.2.2 Sebuah pintu dalam harus dipasang. Pintu dalam
merupakan bagian dari sekat tubrukan. Pintu dalam tidak tegangan geser:
perlu dipasang langsung diatas sekat tubrukan yang berada 80
dibawahnya dengan syarat letaknya dalam batas yang = [N/mm2]
k
ditentukan pada Bab 11, A.2.1 untuk posisi sekat tubrukan.
Untuk tujuan tersebut boleh dipasang sebuah pintu rampa tegangan ekuivalen:
kendaraan dengan syarat posisinya sesuai dengan Bab 11, 150
A.2.1. Bila hal ini tidak mungkin, maka harus dipasang v = 2 % 3 2 ' [N/mm2]
k
sebuah pintu dalam kedap cuaca terpisah, yang sejauh
memungkinkan berada didalam batas-batas yang ditentukan dimana k adalah faktor bahan yang disebutkan pada Bab 2,
untuk posisi sekat tubrukan. B.2.1, namun tidak boleh diambil kurang dari 0,72 kecuali
jika analisa kelelahan dilaksanakan sesuai dengan Bab 20.
1.2.3 Pintu haluan harus dipasang sedemikian sehingga
menjamin kekedapan yang sesuai dengan kondisi 2.1.2 Kekuatan tekuk bagian-bagian utama harus
operasional dan memberikan perlindungan efektif terhadap diverifikasi sesuai dengan Bab 3, F.
pintu dalam. Pintu dalam yang merupakan bagian dari sekat
tubrukan harus kedap cuaca pada keseluruhan tinggi ruang 2.1.3 Untuk bantalan baja ke baja pada alat pengaman
muat dan dipasang dengan tumpuan kedap tetap pada dan alat pendukung, tekanan nominal bantalan yang dihitung
sisi belakang pintu. dengan membagi gaya rancang dengan luas proyeksi
bantalan tidak boleh melampaui 0,8 ReH, dimana ReH
1.2.4 Pintu haluan dan pintu-dalam harus ditempatkan adalah tegangan mulur bahan bantalan. Untuk bahan
sedemikian rupa sehingga dapat mencegah pintu haluan bantalan lain, tekanan bantalan yang diizinkan ditentukan
menimbulkan kerusakan konstruksi pada pintu-dalam atau menurut spesifikasi pabrik.
pada sekat tubrukan dalam hal terjadi kerusakan atau
terlepasnya pintu haluan. Bila hal ini tidak mungkin, maka 2.1.4 Aranjemen alat pengaman dan alat pendukung harus
sebuah pintu-dalam kedap cuaca terpisah harus dipasang, sedemikian rupa sehingga daerah ulir baut tidak memikul
sebagaimana tersebut pada 1.2.2. gaya tumpuan. Tegangan tarik maksimum di daerah ulir
baut yang tidak memikul gaya tumpuan tidak boleh
1.2.5 Persyaratan untuk pintu dalam didasarkan pada melampaui 125/k [N/mm2].
asumsi bahwa kendaraan diikat secara efektif dan
diamankan terhadap pergerakan pada posisi pemuatan. 3. Beban rancang

1.3 Definisi 3.1 Pintu haluan

Alat pengaman adalah alat yang digunakan untuk menjaga 3.1.1 Tekanan luar rancang yang diperhitungkan untuk
pintu tetap tertutup dengan mencegahnya berputarnya pada menghitung ukuran konstruksi bagian utama pintu haluan
engselnya. tidak boleh kurang dari tekanan yang ditentukan pada Bab 4,
B.2 namun tidak boleh kurang dari:
Alat pendukung adalah alat yang digunakan untuk
menyalurkan beban luar atau beban dalam dari pintu ke 1 % cRW
alat pengaman dan dari alat pengaman ke konstruksi pe = 2,75 @ cH @ 0,22 % 0,15 @ tan
2
kapal,atau alat selain alat pengaman seperti engsel, penahan
atau alat permanen lain, yang menyalurkan beban dari pintu 2
ke konstruksi kapal. @ 0,4 @ vo @ sin % 0,6 L [kN/m2]
Alat pengunci adalah alat yang mengunci alat pengaman
pada posisi tertutup. vo = kecepatan kapal [knot] seperti didefinisikan
dalam Bab 1, H.5
2. Kriteria kekuatan L = panjang kapal [m], L # 200 m

2.1 Konstruksi utama dan alat pengaman serta alat cRW = koefisien daerah pelayaran sesuai dengan Bab 4,
pendukung A.2.2
cH = 0,0125 @ L untuk L < 80 m
2.1.1 Ukuran konstruksi bagian-bagian utama, alat
pengaman dan alat pendukung pintu haluan dan pintu dalam = 1,0 untuk L >
80 m
Bab 6 - Pelat Kulit H 6-7

= sudut kemiringan pada titik yang h = tinggi pintu [m] antara ketinggian dasar pintu
dipertimbangkan, didefinisikan sebagai sudut dan ketinggian geladak atas atau antara dasar
antara garis vertikal dan garis singgung pelat pintu dan bagian atas pintu, diambil yang lebih
sisi, diukur pada bidang vertikal yang tegak kecil,
lurus terhadap garis singgung horisontal pelat
R = panjang pintu [m] pada ketinggian h/2 dari
sisi.
bagian dasar pintu.
= sudut masuk pada titik yang dipertimbangkan,
pe = tekanan luar rancang [kN/m2] seperti disebutkan
didefinisikan sebagai sudut antara garis
pada 3.1.1 dengan sudut dan didefinisikan
longitudinal yang sejajar dengan garis tengah
sebagai berikut:
dan garis singgung pada pelat kulit dalam bidang
horizontal. = sudut kemiringan diukur pada titik pada
Lihat juga Gb. 6.2. pintu haluan, R/2 dibelakang garis haluan
pada bidang h/2 diatas dasar pintu,
seperti ditunjukkan dalam Gb. 6.2.
= sudut masuk diukur pada titik yang sama
seperti .
Untuk pintu haluan, termasuk kubu-kubu, dengan bentuk
atau ukuran yang tidak lazim seperti kapal dengan haluan
bundar dan sudut haluan yang besar, maka luas dan sudut
yang digunakan untuk penentuan nilai gaya luar rancang
dapat disyaratkan untuk dipertimbangkan secara khusus.

3.1.3 Untuk pintu visor, momen penutup My akibat beban


luar dihitung sebagai berikut:

My = Fx @ a % 10 @ W @ c & Fz @ b [kN-m]

W = massa pintu visor [t]


a = jarak vertikal [m] dari titik putar visor ke titik
berat dari luas proyeksi vertikal melintang pintu
Gb. 6.2 Definisi sudut dan visor Ax, seperti ditunjukkan pada Gb. 6.3
b = jarak horizontal [m] dari titik putar visor ke titik
berat dari luas proyeksi horizontal pintu visor
3.1.2 Gaya luar rancang untuk penentuan ukuran Az, seperti ditunjukkan dalam Gb. 6.3
konstruksi alat pengaman dan alat pendukung pintu haluan
tidak boleh kurang dari: c = jarak horizontal [m] dari titik putar visor ke titik
berat massa pintu visor seperti ditunjukkan
Fx = p e @ A x [kN] dalam Gb. 6.3.

Fy = p e @ A y [kN]

Fz = p e @ A z [kN]

Ax = luas penampang proyeksi vertikal melintang


pintu [m2] antara ketinggian dasar pintu dan
ketinggian geladak atas atau antara dasar pintu
dan bagian atas pintu, diambil yang lebih kecil,

Ay = luas penampang proyeksi vertikal memanjang


pintu [m2] antara ketinggian dasar pintu dan
ketinggian geladak atas atau antara dasar pintu
dan bagian atas pintu, diambil yang lebih kecil,

Az = luas penampang proyeksi horisontal pintu [m2]


antara ketinggian dasar pintu dan ketinggian
geladak atas atau antara dasar pintu dan bagian
atas pintu, diambil yang lebih kecil,

untuk Ax , Ay dan Az lihat juga Gb. 6.3. Gb. 6.3 Pintu haluan jenis visor
6-8 Bab 6 - Pelat Kulit H

3.1.4 Selanjutnya, lengan angkat pintu visor dan Q = gaya geser [kN] pada penegar yang dihitung
penguatnya diberi ukuran untuk gaya statis dan gaya dengan mengunakan tekanan luar rancang yang
dinamis yang terjadi selama operasi pengangkatan dan terbagi rata pe seperti disebutkan pada 3.1.1.
penurunan, dan tekanan angin minimum 1,5 kN/m2 harus
diperhitungkan. 4.3 Konstruksi utama

3.2 Pintu dalam 4.3.1 Penegar sekunder pintu haluan harus ditumpu oleh
konstruksi utama yang merupakan penguat utama pintu.
3.2.1 Tekanan luar rancang pe yang diperhitungkan untuk
untuk ukuran konstruksi bagian utama, alat pengaman dan 4.3.2 Bagian utama konstruksi pintu haluan dan konstruksi
alat pendukung serta konstruksi disekeliling pintu dalam lambung disekitarnya harus mempunyai kekakuan yang
harus diambil yang terbesar dari nilai berikut ini: cukup untuk menjamin keutuhan dari tumpuan sekeliling
pintu.
S pe = 0,45 @ L [kN/m2] atau
4.3.3 Ukuran konstruksi dari bagian utama umumnya
S tekanan hidrostatik ph = 10 @ h [kN/m2], dimana
diverifikasi dengan perhitungan langsung berkaitan dengan
h [m] adalah jarak dari titik beban ke bagian teratas
tekanan luar rancang seperti disebutkan pada 3.1.1 dan
ruang muat.
tegangan yang diizinkan pada 2.1.1. Biasanya, rumus teori
Dimana L adalah panjang kapal, seperti disebutkan pada balok sederhana bisa dipakai.
3.1.1.
5. Ukuran konstruksi pintu dalam
3.2.2 Tekanan dalam rancang pi yang diperhitungkan
untuk ukuran konstruksi alat pengaman pintu dalam tidak 5.1 Umum
boleh kurang dari:
5.1.1 Untuk penentuan ukuran konstruksi bagian utama,
pi = 25 [kN/m2] berlaku persyaratan 4.3.3 dengan beban yang disebutkan
pada 3.2.
4. Ukuran konstruksi pintu haluan
5.1.2 Jika pintu dalam berfungsi juga sebagai pintu rampa
4.1 Umum kendaraan, maka ukuran konstruksinya tidak boleh kurang
dari yang disyaratkan untuk geladak kendaraan seperti
4.1.1 Kekuatan pintu haluan harus sesuai dengan tersebut pada Bab 7, B.2.
konstruksi sekelilingnya.
5.1.3 Distribusi gaya yang bekerja pada alat pengaman
4.1.2 Pintu haluan harus diberi penguat yang cukup dan dan alat pendukung umumnya diverifikasi secara
harus ada alat untuk mencegah gerakan pintu ke samping perhitungan langsung dengan memperhitungkan kelenturan
atau gerakan vertikal pada saat pintu tertutup. Pintu visor dari konstruksi dan posisi sebenarnya serta kekakuan
harus mempunyai kekuatan yang cukup untuk operasi penumpu.
pembukaan dan penutupan pada sambungan dari lengan
angkat ke konstruksi pintu dan konstruksi lambung. 6. Pengamanan dan penumpuan pintu haluan

4.2 Pelat dan penegar sekunder 6.1 Umum

4.2.1 Tebal pelat pintu haluan tidak boleh kurang dari 6.1.1 Pintu haluan harus dilengkapi dengan alat pengaman
tebal pelat kulit tS2 sesuai C.1.2 dengan menggunakan jarak dan penumpu yang cukup sehingga sepadan dengan
penegar pintu haluan sebagai ganti jarak gading-gading, kekuatan dan kekakuan konstruksi disekitarnya. Konstruksi
namun bagaimanapun juga tidak boleh kurang dari tebal pendukung lambung disekitar pintu haluan harus sesuai
minimum pelat kulit yang disyaratkan menurut C.2. dengan beban rancang dan tegangan rancang yang sama
dari alat pengaman dan penumpu. Jika perapat diperlukan,
4.2.2 Modulus penampang penegar horizontal atau penegar maka bahan perapat harus dari jenis yang cukup lunak dan
vertikal tidak boleh kurang dari yang disyaratkan untuk gaya tumpuan harus dipikul hanya oleh konstruksi baja.
gading-gading pada posisi pintu sesuai Bab 9. Bila perlu Perapat jenis lain dapat dipertimbangkan. Kelonggaran
pertimbangan harus diberikan pada perbedaan kekakuan rancang maksimum antara alat pengaman dan alat penumpu
antara gading-gading kapal dengan penegar pintu haluan. umumnya tidak boleh lebih dari 3 mm.

4.2.3 Bilah penegar harus mempunyai luas penampang Sebuah alat harus disediakan untuk mengunci pintu secara
bersih tidak kurang dari: mekanis pada posisi terbuka.

Q @ k 6.1.2 Hanya alat penumpu dan alat pengaman aktif yang


Aw = [cm2]
10 mempunyai kekakuan efektif pada arah yang sesuai yang
Bab 6 - Pelat Kulit H 6-9

dimasukkan dan dipertimbangkan dalam perhitungan gaya 6.2.5 Distribusi gaya reaksi yang bekerja pada alat
reaksi yang bekerja pada peralatan tersebut. Peralatan yang pengaman dan alat pendukung bisa disyaratkan untuk
kecil dan/atau peralatan fleksibel seperti tupai-tupai yang diverifikasi dengan perhitungan langsung dengan
digunakan untuk memberikan beban tekanan dari bahan memperhitungkan kelenturan konstruksi lambung dan
perapat umumnya tidak dimasukkan dalam perhitungan posisi serta kekakuan yang sebenarnya dari tumpuan. Hal
yang dimaksud pada 6.2.5. Jumlah alat pengaman dan alat ini, umpamanya, pada kasus bila tumpuan pintu haluan
penumpu umumnya harus seminimum mungkin dengan tidak bisa ditentukan secara statis.
memperhatikan persyaratan kelebihan yang disebutkan
pada 6.2.6 dan 6.2.7 dan ruangan yang tersedia untuk 6.2.6 Aranjemen alat pengaman dan alat pendukung
tumpuan yang cukup pada konstruksi lambung. disekitar peralatan pengaman harus dirancang dengan
kelebihan sehingga saat terjadi kegagalan pada setiap alat
6.1.3 Untuk pintu visor yang membuka keluar, pengaman atau alat pendukung, maka peralatan yang tersisa
penempatan titik putar umumnya harus sedemikian rupa mampu menahan gaya reaksi tanpa kelebihan diatas 20%
sehingga visornya menutup sendiri akibat beban luar yaitu dari tegangan izin yang disebutkan pada 2.1.
My > 0. Selanjutnya, momen penutup My yang disebutkan
pada 3.1.3 tidak boleh kurang dari: 6.2.7 Untuk pintu visor, dua alat pengaman harus dipasang
pada bagian bawah pintu, masing-masing mampu
2 2 memberikan gaya reaksi penuh yang disyaratkan untuk
My = 10 @ W @ c % 0,1 a 2 % b 2 @ Fx % Fz [kNm]
mencegah pembukaan pintu dalam batas tegangan izin yang
disebutkan pada 2.1.1. Momen buka M0 yang harus
6.2 Ukuran konstruksi diimbangi oleh gaya reaksi ini tidak boleh diambil kurang
dari yang terbesar dari nilai-nilai berikut:
6.2.1 Alat pengaman dan alat penumpu harus dirancang
secukupnya sehingga mampu menahan gaya reaksi dalam M01 = FH @ d % 5 @ A x @ a [kN.m]
batas tegangan izin yang disebutkan pada 2.1.1.
2 2
6.2.2 Untuk pintu visor, gaya reaksi yang dikenakan pada M02 = x @ Fx % Fz [kN.m]
alat pengaman dan alat penumpu yang efektif dengan
mengasumsikan pintu sebagai benda yang kaku, ditentukan FH = gaya rancang horizontal [kN], bekerja kearah
untuk kombinasi beban luar berikut yang bekerja bersamaan depan pada titik berat, FH = 10 W
dengan berat pintu:
d = jarak vertikal [m] dari sumbu engsel ke titik berat
Kasus 1 : Fx dan Fz, massa pintu, seperti diperlihatkan pada Gb. 6.3
Kasus 2 : 0,7 @ Fy bekerja pada tiap sisi secara x = lengan
terpisah bersamaan dengan 0,7 @ Fx dan
0,7 @ Fz. = 0,25 e [m]
e = jarak [m] seperti ditunjukkan pada Gb. 6.3
Gaya Fx , Fy dan Fz ditentukan seperti pada 3.1.2 dan
bekerja pada titik pusat daerah proyeksi. a = jarak [m] seperti ditentukan pada 3.1.3

6.2.3 Untuk pintu yang membuka kesamping, gaya reaksi 6.2.8 Untuk pintu visor, alat pengaman dan alat pendukung
yang dikenakan pada alat pengaman dan alat penumpu kecuali engsel-engsel harus mampu menahan gaya rancang
efektif dengan mengasumsikan pintu sebagai benda yang vertikal Fv = Fz 10 W [kN] dalam batas tegangan izin
kaku, ditentukan untuk kombinasi beban luar berikut yang yang disebutkan pada 2.1.1.
bekerja bersamaan dengan berat pintu:
6.2.9 Semua unsur penyalur beban pada jalur beban
Kasus 1 : Fx , Fy dan Fz bekerja pada kedua sisi rancang dari pintu melewati alat pengaman dan alat
pintu pendukung ke konstruksi lambung termasuk sambungan
Kasus 2 : 0,7 @ Fx dan 0,7 @ Fz bekerja pada kedua las harus mempunyai standar kekuatan yang sama yang
sisi pintu dan 0,7 @ Fy bekerja pada tiap disyaratkan untuk alat pengaman dan alat pendukung.
sisi secara terpisah,
6.2.10. Untuk pintu yang membuka ke samping, bantalan
untuk Fx , Fy dan Fz lihat 6.2.2. dorong harus diadakan disekitar ujung-ujung penumpu pada
penutupan kedua daun pintu untuk mencegah satu daun
6.2.4 Gaya pendukung seperti ditentukan menurut 6.2.2 bergeser terhadap daun yang lain akibat tekanan yang tidak
dan 6.2.3 umumnya menghasilkan momen nol pada sumbu simetris. Sebagai contoh untuk bantalan dorong
melintang melalui titik pusat luas Ax. Untuk pintu visor, diperlihatkan pada Gb. 6.4. Alat pengaman harus disediakan
gaya reaksi memanjang pada pena dan/atau tumpuan pasak sedemikian sehingga masing-masing bagian dari bantalan
pada dasar pintu yang memberikan kontribusi pada momen dorong dapat tetap aman pada bagian yang lain. Pengaturan
ini tidak boleh mengarah depan. cara lain yang memberikan tujuan yang sama dapat disetujui.
6 - 10 Bab 6 - Pelat Kulit H

atau tanpa penumpang dengan ruangan Ro-Ro seperti


ditentukan pada SOLAS 74 Bab II-2, Regulasi 3.

7.2.1 Lampu indikator terpisah harus diadakan pada


anjungan navigasi dan panel operasi untuk menunjukkan
bahwa pintu haluan dan pintu-dalam pada posisi tertutup
dan bahwa alat pengaman dan alat penguncinya berada
pada tempat yang semestinya. Penyimpangan dari keadaan
penutupan yang benar harus ditunjukan dengan alarm suara
dan alarm visual. Panel indikasi harus dilengkapi dengan
sebuah alat uji fungsi lampu. Tidak boleh ada kemungkinan
untuk mematikan lampu indikator.

Gb. 6.4 Bantalan dorong 7.2.2 Sistem indikator harus dirancang dengan prinsip
memantau sendiri dan harus diberi alarm dengan alat yang
bisa dilihat dan yang bisa didengar bila pintu tidak tertutup
7. Aranjemen alat pengaman dan alat pengunci sepenuhnya dan tidak sepenuhnya terkunci atau bila alat
pengaman terbuka atau alat pengunci tidak terkunci. Pasokan
7.1 Sistem operasi tenaga untuk sistem indikator harus terpisah dari pasokan
tenaga untuk pengoperasian dan penutupan pintu. Sensor
7.1.1 Alat pengaman harus mudah dioperasikan dan mudah untuk sistem indikator harus dilindungi dari air,
dijangkau. pembentukan es dan kerusakan mekanis. Kelas
perlindungannya minimal IP 56.
Alat pengaman harus dilengkapi dengan alat pengunci
mekanis (mengunci sendiri atau aranjemen terpisah), atau 7.2.3 Panel indikasi pada anjungan navigasi harus
dari tipe graviti. Sistem buka-tutup serta alat pengaman dile n g k a p i d e n g a n s e b u a h s a k la r - p ilihan
dan alat pengunci harus saling mengunci sedemikian "pelabuhan/berlayar", yang ditempatkan sedemikian rupa
sehingga peralatan tersebut hanya dapat beroperasi sesuai sehingga alarm diberikan bila kapal meninggalkan
dengan urutan yang benar. pelabuhan dengan pintu haluan atau pintu-dalam tidak
tertutup dan adanya alat pengaman yang tidak berada pada
7.1.2 Pintu haluan dan pintu yang menuju ke geladak posisi yang benar.
kendaraan harus dilengkapi dengan peralatan berikut untuk
kendali jarak jauh dari suatu posisi diatas geladak lambung 7.2.4 Sistem deteksi kebocoran air dengan alarm yang
timbul: bisa didengar dan layar monitor harus diadakan untuk
S penutupan dan pembukaan pintu, dan memberikan indikasi pada anjungan navigasi dan ruang
kontrol kamar mesin tentang kebocoran yang melalui pintu-
S peralatan yang berkaitan dengan pengamanan dan dalam.
penguncian untuk tiap pintu.
7.2.5 Untuk ruang antara pintu haluan dan pintu dalam,
Indikasi tentang posisi terbuka/tertutup dari tiap alat sebuah sistem pengawasan televisi harus dipasang dengan
pengaman dan alat pengunci harus di pasang pada tempat sebuah layar monitor pada anjungan navigasi dan diruang
kendali jarak jauh. Papan operasi dari pengoperasian pintu kontrol kamar mesin. Sistem tersebut harus memonitor
tidak boleh dijangkau oleh orang yang tidak berkepentingan. posisi pintu dan jumlah yang cukup dari alat pengamannya.
Papan pemberitahuan yang memberikan petunjuk bahwa Pertimbangan khusus harus diberikan untuk pencahayaan
semua alat pengaman harus ditutup dan dikunci sebelum dan ketajaman warna dari obyek yang diawasi.
meninggalkan pelabuhan harus ditempatkan pada tiap papan
operasi dan harus dilengkapi dengan lampu tanda 7.2.6 Sistem pengeringan harus ditempatkan di daerah
peringatan. antara pintu haluan dan pintu rampa serta antara pintu rampa
dan pintu-dalam, bila ada. Sistem tersebut harus dilengkapi
7.1.3 Bila dipasang alat pengaman hidrolis, maka sistem dengan alat alarm suara pada anjungan navigasi bila
tersebut harus bisa dikunci secara mekanis dalam keadaan ketinggian air didaerah tersebut melebihi 0,5 m diatas
pintu tertutup. Hal ini berarti bahwa dalam hal hilangnya ketinggian geladak kendaraan.
cairan hidrolis peralatan pengaman tetap terkunci.
Sistem hidrolis untuk alat pengaman dan alat pengunci 7.2.7 Untuk sistem indikasi dan sistem monitor lihat juga
harus dipisahkan dari rangkaian hidrolis lain, bila dalam Peraturan Instalasi Listrik, Jilid IV, Bab 16, E.
posisi tertutup.
8. Petunjuk operasi dan pemeliharaan
7.2 Sistem indikasi/sistem monitor
8.1 Petunjuk operasi dan pemeliharaan sesuai
Persyaratan sesuai 7.2.3 7.2.6 hanya untuk kapal dengan persyaratan bersama IACS S8 untuk pintu haluan dan pintu-
Bab 6 - Pelat Kulit J 6 - 11

dalam harus tersedia diatas kapal dan berisi informasi yang 4. Beban rancang
perlu tentang :
4.1 Gaya rancang yang dipertimbangkan dalam
S uraian sistem pintu dan gambar rancangannya,
perhitungan ukuran konstruksi bagian utama, alat pengaman
S kondisi kerja, pembatasan daerah kerja dan dan alat penumpu dari pintu-pintu pada sisi kapal dan pintu
kelonggaran tumpuan yang dapat disetujui, buritan tidak boleh kurang dari yang terbesar dari nilai-nilai
berikut:
S pemeliharaan dan uji fungsi,
S daftar pemeriksaan dan perbaikan. .1 Gaya rancang untuk alat pengaman atau alat
penumpu dari pintu yang membuka kedalam
Buku Petunjuk ini harus diserahkan ke BKI untuk
persetujuan. gaya luar : Fe = A @ pe % Fp [kN]

Catatan: gaya dalam : Fi = Fo % 10 @ W [kN]

Dianjurkan agar pemeriksaan tumpuan pintu dan alat .2 Gaya rancang untuk alat pengaman atau alat
pengaman dilaksanakan oleh awak kapal setiap bulan dan/ penumpu dari pintu yang membuka kearah luar:
atau sesudah kecelakaan yang menyebabkan kerusakan,
termasuk cuaca buruk dan/atau benturan didaerah pintu gaya luar : Fe = A @ pe [kN]
lambung. Pemeriksaan ini harus dilaporkan. Setiap
kerusakan yang dicatat harus dilaporkan ke BKI. gaya dalam : Fi = Fo % 10 @ W % Fp [kN]

8.2 Prosedur operasi yang terdokumentasi untuk .3 Gaya rancang untuk konstruksi utama:
penutupan dan pengamanan pintu haluan dan pintu-dalam
harus berada di kapal dan ditempatkan pada lokasi yang gaya luar : Fe= A @ pe [kN]
sesuai.
gaya dalam : Fi = Fo % 10 @ W [kN]

A = Luas bukaan pintu [m2]


J. Pintu Sisi dan Pintu Buritan W = massa pintu [t]
1. Umum Fp = Gaya paking total [kN], dimana tekanan paking
biasanya tidak boleh diambil kurang dari
1.1 Persyaratan berikut berlaku untuk pintu sisi 5 N/mm
dibelakang sekat tubrukan dan pintu buritan yang menuju
Fo = yang lebih besar dari Fc atau 5 @ A [kN]
ruangan yang tertutup.
Fc = gaya kecelakaan [kN] akibat hilangnya muatan
1.2 Untuk definisi alat pengaman, penguat dan pengunci dsb, harus dibagi secara merata pada luas A dan
lihat H.1.3. tidak boleh kurang dari 300 kN. Untuk pintu
kecil seperti pintu pengisian bahan bakar dan
2. Susunan pintu pandu, nilai Fc bisa dikurangi secara
sepantasnya. Bagaimanapun juga nilai Fc boleh
2.1 Pintu buritan untuk kapal penumpang harus terletak diambil sama dengan nol, dengan syarat
diatas geladak lambung timbul. Pintu buritan untuk kapal dipasang konstruksi tambahan seperti pintu
barang Ro-Ro dan pintu sisi boleh berada baik dibawah rampa-dalam yang mampu melindungi pintu
maupun diatas geladak lambung timbul. dari gaya kecelakaan akibat hilangnya muatan.

2.2 Pintu sisi dan pintu buritan harus dipasang pe = tekanan rancang luar ditentukan pada titik berat
sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kekedapan dan bukaan pintu dan tidak boleh kurang dari:
keutuhan konstruksi sesuai dengan lokasinya dan konstruksi = ps menurut Bab 4, B.2.1 atau :
sekeliling.
pe = 10 T zG % 25 [kN/m2] untuk zG < T
2.3 Bila ambang pintu sisi berada dibawah garis muat
teratas, maka penempatannya harus dipertimbangkan secara
khusus. Untuk penguatan es lihat Bab 15. = 25 [kN/m2] untuk zG >
T

2.4 Pintu sedapat mungkin membuka kearah luar. zG = tinggi titik pusat luas pintu diatas garis dasar
[m].
3. Kriteria kekuatan
4.2 Untuk pintu buritan dari kapal yang dilengkapi
Berlaku persyaratan H.2. dengan pintu haluan, pe tidak boleh kurang dari:
6 - 12 Bab 6 - Pelat Kulit K

1 % cRW jarak jauh dari suatu posisi diatas geladak lambung timbul
2
pe = 0,6 @ cH 0,8 % 0,6 L [kN/m2] sesuai H.7.1.2.
2
7.1.3 Persyaratan H.7.1.3 berlaku.
cRW = koefisien daerah pelayaran seperti ditentukan
pada Bab 4, A.2.2. 7.2 Sistim indikasi/sistem monitor
cH lihat H.3.1.1. 7.2.1 Persyaratan H.7.2.1, H.7.2.2 dan H.7.2.3 berlaku
sama pada pintu yang menuju langsung ke ruang kategori
5. Ukuran konstruksi khusus atau ruang Ro-Ro, seperti disebutkan pada
SOLAS 1974, Bab II-2, Regulasi 3, melalui mana ruang-
5.1 Umum ruang tersebut bisa tergenang.
Persyaratan pada H.4.1 berlaku sama dengan tambahan
berikut: 7.2.2 Untuk kapal penumpang Ro-Ro, sebuah sistem
deteksi kebocoran air dengan alarm yang bisa didengar
S bila pintu berfungsi juga sebagai pintu rampa dan pengawasan televisi harus dipasang untuk memberikan
kendaraan, maka rancangan engselnya harus indikasi pada anjungan navigasi dan ruang kontrol kamar
memperhitungkan sudut trim dan kemiringan kapal mesin setiap kebocoran melalui pintu. Untuk kapal barang
yang bisa berakibat pembebanan yang tidak merata Ro-Ro, sebuah sistem deteksi kebocoran air dengan alarm
pada engsel-engsel. yang bisa didengar harus dipasang untuk memberikan
S bukaan pintu lambung harus dengan sudut yang indikasi pada anjungan navigasi.
dibundarkan dengan baik dan harus diberi
kompensasi yang cukup dengan gading-gading besar 8 Petunjuk operasi dan pemeliharaan
disisi dan senta atau yang setara diatas dan dibawah. Persyaratan H.8 berlaku sama demikian juga persyaratan
bersama IACS S9.
5.2 Pelat dan penegar sekunder

Persyaratan pada H.4.2.1 dan H.4.2.2 berlaku sama dengan


tambahan berikut K. Kubu-Kubu
Bila pintu berfungsi sebagai pintu rampa kendaraan, maka 1. Tebal pelat kubu-kubu tidak boleh kurang dari:
tebal pelat dan ukuran penegar harus memenuhi persyaratan
Bab 7, B.2. L
t = 0,75 ! L [mm] untuk L#100 m
1000
5.3 Konstruksi utama
= 0,65 @ L [mm] untuk L > 100 m
Persyaratan H.4.3 berlaku sama dengan memperhitungkan
beban rancang yang ditentukan pada 4. L tidak perlu diambil lebih besar dari 200 m. Tebal pelat
kubu-kubu bagian depan khususnya yang mudah terkena
6. Pengamanan dan penumpuan pintu sisi dan air laut sama dengan tebal pelat sisi akil menurut Bab 16,
pintu buritan B.1.

6.1 Umum Didaerah bangunan atas diatas geladak lambung timbul


dibelakang 0,25 L dari F.P., tebal pelat kubu-kubu boleh
Persyaratan H.6.1.1 dan H.6.1.2 berlaku sama. dikurangi 0,5 mm.
6.2 Ukuran konstruksi 2. Tinggi kubu-kubu atau pagar pengaman tidak boleh
Persyaratan H.6.2.1, H.6.2.5, H.6.2.6 dan H.6.2.9 berlaku kurang dari 1,0 m, dengan syarat tinggi yang lebih rendah
sama dengan memperhitungkan beban rancang yang dapat disetujui jika disediakan perlindungan yang memadai.
ditentukan pada 4.
3. Pelat kubu-kubu harus diperkuat pada tepi atasnya
7. Aranjemen alat pengaman dan alat pengunci dengan profil kubu-kubu.

7.1 Sistem operasi 4. Kubu-kubu harus ditumpu dengan penumpu kubu-


kubu yang dipasang pada setiap dua jarak gading. Jika
7.1.1 Persyaratan H.7.1.1berlaku. penumpu dirancang sesuai Gb. 6.5, maka modulus
penampangnya yang terhubung ke geladak tidak boleh
7.1.2 Pintu-pintu yang sebagian atau seluruhnya berada kurang dari:
dibawah geladak lambung timbul dengan luas bukaan bersih
lebih besar dari 6 m2 harus dilengkapi dengan alat kendali W = 4 @ p q e q R2 [cm3]
Bab 6 - Pelat Kulit K 6 - 13

p = ps atau pe sesuai dengan kasusnya L


n = ,
pmin = 15 kN/m 2 40

e = jarak antar penumpu [m] namun n tidak perlu lebih besar dari 5.

R = panjang penumpu [m]. 7. Bukaan pada kubu-kubu harus mempunyai jarak


yang cukup dari sekat ujung bangunan atas. Untuk
Dimensi untuk perhitungan W harus diambil tegak lurus mencegah keretakan, maka sambungan kubu-kubu dengan
pelat mulai dari dasar penumpu. penguat rumah geladak harus dirancang secara cermat.
Sebagai tambahan maka Bab 3, E.2.3. harus diperhatikan.
8. Untuk sambungan kubu-kubu dengan pelat lajur
Penumpu harus dipasang diatas balok geladak, lutut geladak atas, C.3.4 harus diperhatikan.
atau karling. Dianjurkan untuk memasang pelat hadap
pada bagian bawah yang harus diteruskan secara efektif 9. Kubu-kubu harus dilengkapi dengan lubang
pada pelat geladak. Khusus kapal yang geladaknya terbuat pembebasan dengan ukuran yang cukup. Lihat juga Bab 21,
dari baja kuat tarik tinggi, maka peralihan bertahap harus D.2 dan LLC 66.
dilakukan pada ujung permukaan bilah rata ke geladak.

5. Untuk kapal yang mengangkut muatan geladak,


penumpu kubu harus dihubungkan secara efektif pada kubu-
kubu dan geladak. Penumpu harus dirancang untuk beban
pada sudut kemiringan 30E. Dengan beban tersebut,
tegangan berikut tidak boleh dilampaui:
tegangan lengkung:
120
b = [N/mm2]
k

tegangan geser:
80
= [N/mm2]
k
Untuk beban yang disebabkan oleh peti kemas dan
aranjemen pemuatan dan pengikatannya, lihat juga
Bab 21, G.

6. Sambungan ekpansi dengan jumlah yang cukup


harus dipasang pada kubu-kubu. Penumpu pada arah
memanjang yang berdekatan dengan sambungan ekspansi
harus dibuat selentur mungkin.
Jumlah sambungan ekspansi untuk kapal dengan panjang Gb. 6.5 Penumpu kubu-kubu
diatas 60 m tidak boleh kurang dari:
Bab 7 - Geladak A 7-1

Bab 7

Geladak

A. Geladak Kekuatan Bila tebal pelat melebihi sekitar 25 mm, maka sambungan
las tirus ganda sesuai Bab 19, B.3.2, harus digunakan
1. Umum, Definisi sebagai penganti las sudut. Penirusan senta geladak sampai
0,65 kali tebal didaerah sambungan las dapat disetujui.
1.1 Geladak kekuatan adalah: Dalam kasus khusus, sambungan las tirus ganda dapat juga
disyaratkan untuk tebal pelat kurang dari 25 mm.
.1 geladak menerus teratas yang merupakan lingkar
atas kerangka lambung kapal, 2.2 Bila hubungan antara senta geladak dengan pelat
lajur sisi atas dibulatkan, maka persyaratan Bab 6, C.3.3
.2 geladak bangunan atas yang membentang sampai harus diperhatikan.
0,4 L tengah kapal dan panjangnya melebihi 0,15 L,
3. Bukaan pada geladak kekuatan
.3 geladak penggal atau geladak bangunan atas benam
yang membentang sampai 0,4 L tengah kapal. 3.1 Seluruh bukaan pada geladak kekuatan harus
mempunyai sudut yang bundar. Bukaan yang bulat harus
Atas pilihan perancang geladak dibawah geladak
diperkuat bagian tepinya. Luas penampang pelat hadap
bangunan atas dapat dinyatakan sebagai geladak
tidak boleh kurang dari:
kekuatan.
Af = 0,25 @ d @ t [cm2]
1.2 Didaerah geladak bangunan atas yang dianggap
d = diameter bukaan [cm]
sebagai geladak kekuatan, geladak yang terletak dibawah
geladak bangunan atas harus mempunyai ukuran konstruksi t = tebal geladak [cm].
yang sama dengan geladak kedua, dan geladak dibawah
Pelat hadap penguat dapat ditiadakan bila diameter bukaan
geladak tersebut harus mempunyai ukuran konstruksi yang
kurang dari 300 mm dan jarak terkecil dari bukaan lainnya
sama dengan geladak ketiga. Tebal pelat geladak kekuatan
tidak kurang dari 5 diameter bukaan yang lebih kecil.
harus diteruskan kedalam bangunan atas untuk jarak yang
Jarak antara tepi luar bukaan untuk pipa dll. dan sisi kapal
sama dengan lebar pelat geladak disamping lubang
tidak boleh kurang dari diameter bukaan.
palka.Untuk penguatan pelat senta pada ujung bangunan
atas lihat, Bab 16, A.3.
3.2 Sudut lubang palka harus dikelilingi dengan pelat
yang dipertebal sepanjang sedikitnya 1 jarak gading-gading
1.3 Jika pelat geladak kekuatan dilindungi oleh lapisan
pada arah memanjang dan arah melintang sudut itu. Di
pelindung, maka marjin korosi yang lebih kecil dari yang
bagian 0,5 L tengah kapal, tebal pelat yang dipertebal
disyaratkan pada Bab 3, K. dapat diizinkan. Bila digunakan
tersebut harus sama dengan tebal pelat geladak disamping
lapisan pelindung selain kayu, maka harus diperhatikan
lubang palka ditambah tebal pelat geladak diantara lubang
agar pelindung tidak mempengaruhi baja. Lapisan pelindung
palka. Untuk daerah diluar 0,5 L tengah kapal, tebal pelat
harus dipasang secara efektif pada geladak.
yang dipertebal tidak perlu melebihi 1,6 tebal pelat
geladak disamping lubang palka.
1.4 Untuk kapal dengan kecepatan v0 > 1,6 L [kn],
penguatan tambahan pada geladak kekuatan dan lajur sisi
3.3 Radius sudut lubang palka tidak boleh kurang dari:
atas dapat disyaratkan.
r = n @ b (1 b/B)
1.5 Definisi berikut berlaku pada seluruh Bab ini:
rmin = 0,1 m
k = faktor bahan sesuai Bab 2, B.2. R
n =
pD = beban sesuai Bab 4, B.1. 200
nmin = 0,1
pL = beban sesuai Bab 4, C.1.
nmax = 0,25
tK = marjin korosi sesuai Bab 3, K.1.
R = panjang lubang palka [m]
2. Hubungan antara geladak kekuatan dengan pelat b = lebar [m], atau jumlah lebar lubang palka untuk
lajur sisi atas kapal dengan lebih dari 1 lubang palka. b/B tidak
perlu diambil kurang dari 0,4.
2.1 Hubungan las antara geladak kekuatan dan lajur
atas dapat dilakukan dengan las sudut sesuai Tabel 19.3. Untuk kapal dengan lubang palka besar lihat 3.5.

You might also like