You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001). Otits media akut
(OMA) dapat terjadi karena beberapa factor penyebab, seperti sumbatan tuba eustachius
(merupakan penyebab utama dari kejadian otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh
pada silia mukosa tubaeustachius terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan
bakteri( Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri
piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak mengalami serangan
OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya (Berman, 1995). Menurut Teele (1991) dalam
Commissoet al. (2000), 33% anak akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA
pada usia 3 tahun pertama. Terdapat 70%anak usia kurang dari 15 tahun pernah mengalami
satu episode OMA (Bluestone,1996). Faktanya, ditemukan bahwa otitis media menjadi
penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-anak pada usia 4 sampai
dengan 5tahun yang datang berkunjung ke dokter anak. Selain itu, sekitar sepertiga kunjungan
ke dokter didiagnosa sebagai OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter adalah
untuk follow-up penyakit otitis media tersebut (Teeleet al.,1989).
Menurut Casselbrant (1999) dalam Titisari (2005), menunjukkan bahwa19% hingga
62% anak-anak mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMAdalam tahun pertama
kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalamipaling sedikit satu episode OMA
ketika ia mencapai usia 3 tahun. Di AmerikaSerikat, insidens OMA tertinggi dicapai pada usia
0 sampai dengan 2 tahun,diikuti dengan anak-anak pada usia 5 tahun.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana tinjauan teori dari otitis media akut?
2. Bagaimana tinjauan kasus teori dari otitis media akut?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tinjauan teoritis Otitis Media
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mempraktikkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Otitis Media Akut berdasarkan NANDA, NOC dan NIC.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA


Telinga terdiri dari beberapa bagian
1. Telinga bagian luar
a. Aurikula (daun telinga).
Menampung gelombang suara datang dari luar masuk ke dalam telinga.
b. Meatus akustikus eksterna (liang telinga)
Saluran penghubung aurikula dengan membran timpani (terdiri tulang rawan &
keras, saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea & kelenjar keringat,
khususnya menghasilkan sekret-sekret berbentuk serum).
c. Membran timpani
Selaput gendang telinga batas antara telinga luar & telinga tengah.
2. Telinga tengah
a. Kavum timpani
Rongga didalam tulang temporalis terdapat 3 buah tulang pendengaran (maleus,
inkus dan stapes).
b. Antrum timpani
Rongga tidak teratur terletak di bawah samping dari kavum timpani.
c. Tuba auditiva eustaki
Saluran tulang rawan yang berjalan miring ke bawah agak kedepan.

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral
dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah
bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan
jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran
kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela
bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam
dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat
terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga bagian dalam


a. Labirin osseus
Serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan (perilimfe).
1) Vestibulum.
2) Koklea.
3) Kanalis semi sirkuler.

b. Labirintus membranosus
1) Utrikulus.
2) Sakulus.
3) Duktus semi sirkularis.
B. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Otitis media adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (Otitis
Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis), dan telinga bagian
dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan
efusi telinga tengah. (Rahajoe, 2012)
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga
tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002).
Otitis media akut ialah radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi
atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas (Schwartz 2004,
h.141).

2. Etiologi
a. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media
yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu,
sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan terganggu
b. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal :
sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada anak-
anak, makin sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media
akut (OMA). Pada bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar,
dan letaknya agak horisontal.
c. Bakteri-bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri
piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris.

3. Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA)
yangdiebabkan oleh bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati
tubaeustachius. Ketika bakteri memasuki tuba eustachius maka dapat
menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan, peradangan pada saluran tersebut.
Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi
kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang membran
timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran
eustachius,sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang
osikel(maleus, incus, stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak
dapatbergerak bebas.
Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada
telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang
diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan
tubuh yang kurang baik.

4. Manifestasi Klinik
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan
dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
a. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang
dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif
atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop),
dapat mengalami perforasi.
b. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
c. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
d. Demam
e. Anoreksia
f. Limfadenopati servikal anterior

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnosis :
a. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
b. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
c. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum
dari telinga tengah melalui membrane timpani).
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya:
o Stadium oklusi tuba
1) Berikan antibiotik selama 7 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik
o Stadium hiperemis
1) Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x
sehari
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
o Stadium supurasi
1) Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
2) Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral
selama 3 hari. Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik
peroral selama 14 hari.
3) Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT
untuk dilakukan miringotomi dari telinga tengah, mengurangi tekanan
negative dan memungkinkan drainase cairan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
o Mengkompres hangat
o Mengkaji nyeri
o Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien
o Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis media
o Instruksikan kepada keluarga tentang komnikasi yang efektif

7. Komplikasi
Sebelum ada antibiotika, otitis media akut dapat menimbulkan komplikasi, yaitu
abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningtis dan abses otak). Sekarang
setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagian
komplikasi dari OMSK

C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
No.RM :
Tgl. Masuk RS :
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Biasanya klien merasa Sakit telinga/nyeri pada telinga, Penurunan/tak
ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga,Perasaan penuh pada
telinga, Suara bergema dari suara sendiri
Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan dan Cairan telinga;
hitam, kemerahan, jernih, kuning
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien memiliki riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi
telinga, alergi
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien merasakan :
a. Sakit telinga/nyeri
b. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
c. Tinitus
d. Perasaan penuh pada telinga
e. Suara bergema dari suara sendiri
f. Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
g. Vertigo, pusing, gatal pada telinga
h. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
i. Tipe warna 2 jumlah cairan
j. Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ini sebelumnya.
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Pemeriksaan Head to toe
a. Kulit, rambut, dan kuku
1)Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2)Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas
3)Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
b. Kepala:
1)Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
2)Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis kepala ke
samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan,
kekuatan akar rambut.
c.Mata
1)Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2)Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang orbital.
3)Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan warna,
edema, dan lesi.
4)Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan
menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
d.Hidung
1)Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya deformitas atau lesi, dan
cairan yang keluar.
2)Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan nyeri, massa dan
penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3)Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan minta pasien bernapas
melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien membau (nervus
olfaktorius).
4)Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala kebelakang. Dengan
bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e.Telinga
1)Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2)Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3)Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan tragus kedalam dan tulang
telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4)Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
f.Mulut dan faring
1) Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2) Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus)
3)Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g.Leher
1)Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan parut atau
massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2)Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3)Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid pada
takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4)Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5)Palpasi kelenjar tiroid
h.Thorak
1)Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2)Palpasi adanya krepitus pada kosta
3)Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk, ukuran.
i.Paru
1)Inspeksi kesimetrisan paru
2)Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang bergetar
(contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3)Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan torakal
10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
4)Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler, bronchial,
tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
j.Jantung dan pembuluh darah
1)Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2)Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2 kiri, dan pindah
jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri.
3)Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4)Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan adanya bunyi jantung
tambahan.
5)Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
k.Abdomen
1)Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung, kebersihan
umbilikus)
2)Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3)Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4)Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5)Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
l.Genitourinari
1)Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touche (khusus
laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2)Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan, perdarahan, ciran, bau,
pertumbuhan rambut.
m.Ekstremitas
1)Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2)Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3)Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4)Kaji kemampuan pergerakan sendi
3. Pemeriksaan Telinga
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi lang-sung sementara membrana timpani
diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan menggunakan
otoskop pneumatic.
1) Pengkajian Fisik.
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat. Aurikulus
dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya:
deformitas, lesi,
cairan begitu pula ukuran,
simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut.Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus aurikula posterior. Terkadang, kista sebaseus
dan tofus (de-posit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau di belakang
aurikulus biasanya menunjukkan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat pula di kulit kepala
dan struktur wajah.
Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala pasien sedikit
dijauhkan dari pemeriksa.
Otoskop dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus dipegang dengan tangan lainnya
dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini akan membuat lurus
kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa melihat lebih jelas membrana
timpani.
Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata didekatkan
ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana timpani. Spekulum terbesar yang
dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke
bawah ke kanal dan agak ke depan. Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis
epitel yang sensitif, maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.
GAMBAR.Teknik untuk menggunakan otoskop.

Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus dicatat.
Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan pada dasar kanalis. Penanda harus dttihat
mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus brevis.
Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan malleus
dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at! deviasi kerucut cahaya
dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga tengah harus dicatat.
Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya dapat
dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen not nya terdapat di kanalis
eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat
diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.
2) Ketajaman Auditorius.
Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan bisikan kata atau detakan jam tangan.
Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi penuh.
Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak mendengar,
Pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1 sampai 2
kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien dengan ketajaman normal
dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila yang digunakan detak jam tangan,
pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa
mempunyai pendengaran normal) dan kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari
aurikulus pasien. Karena jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada
suara bisikan, maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara
mengkaji ketajaman auditorius.
3) Penggunaan uji Weber dan Rinne
Memungkinkan kita membedakan kehilangan akibat konduktif dengan kehi-langan sensorineural
Uji Weber
Memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara.Sebuah garpu tala
dipegang erat pada gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan
pemeriksa.Kemudian diletakkan pada dahi atau gigi pasien.Pasien ditanya apakah suara terdengar
di tengah kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan
mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah
kepala. Bila ada kehilang¬an pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media), suara akan lebih
jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan menghambat ruang suara,
sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi kehilangan sensorineural, suara
akan meng-alami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk
kasus kehilangan pendengaran unilateral.
Uji Rinne
Gagang garpu tala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang mastoid
(kon¬duksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara.Kemudian garpu tala
dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi uda-ra).Pada
keadaan normal pasien dapat terus mendengar¬kan suara, menunjukkan bahwa konduksi udara
berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan pendengaran konduktif, konduksi
tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi tulang melalui tulang temporal telah
menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar garpu tala melalui mekanisme konduktif
yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran sensorineural memungkinkan suara yang
dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang, meskipun keduanya merupakan konduktor, yang
buruk dan segala suara diterima seperti sangat jauh dan lemah.
4. Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler
Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya instrumen diagnostik
yang paling penting.
Uji audiometri ada dua macam:
1) audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras
nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pende¬ngarannya), dan
2) audiometri wicara, di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan kemampuan
mendengar dan membedakan suara.
Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai nada yang
didengarkan.Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis auditorius eksiernus, kita
mengukur konduksi udara.Bila stimulus diberikan pada tulang mastoid, melintas mekanisme
konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi saraf.Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri
dilakukan di ruangan yang kedap suara.Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang
dinamakan audiogram.

Frekwensi
Merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik siklus
perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran
frekwensi dari: 20 sampai 20.000Hz. 500 sampai 2000 Hz yang paling penting untuk memahami
percakapan sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran wicara.Nada adalah istilah untuk
menggambarkan frekwensi; nada dengan frekwensi 100 Hz dianggap sebagai nada rendah, dan
nada 10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi.Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas
suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan oleh rsuara.Kehilangan pendengaran diukur
dalam decibel, yang merupakan fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah
dikonversikan ke persentase.
Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB.Beberapa contoh internsitas suara yang biasa
termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB; per kapan
rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB.Suara yang lebih keras i
80 dB didengar telinga manusia sangat keras.Suara yang terdengar tidak nyaman dapat merusak
telinga dalam.
Timpanogram atau audiometri impedans, mengrefleks otot telinga tengah terhadap stimulus
suara, kelenturan membrana timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang
tertutup (Gbr. Kelenturan akan berkurang pada penyakit telinga tertutup)
Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial elektris
yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori asendens batang otak
sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk mengukur pendengaran karena
partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti pada audiogram perilaku. Elektroda
ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan
ke telinga.pengukuran elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat desibel berapa
yang dapat didengarkan pasien dan apakah ada kelainan sepanjang alur syaraf, seperti tumor pada
nervus kranialis VIII.
Elektrokokleografi (ECoG) adalah perekaman potensial elektrofisologis koklea dan nervus
kranialis VIII bagai respons stimuli akustik.Rasio yang dihasilkan digunakan untuk membantu
dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti penyakit Mniere dan
fistula perilimfe.Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan
koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui
elektroda transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat.
Untuk persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam sebelum
uji dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah.
Elektronistagmografi (ENG) adalah pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial
elektris yang ditimbulkan oleh gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan secara spontan,
posisional atau kaloris.Digunakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vestibular dan interaksi
yang terjadi antara keduanya.Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas dan dingin
(uji kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian gerakan mata
diukur. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis lateralis paralel
dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda dipasang pada dahi dan dekat mata. Pasien
diminta tidak meminum supresan vestibuler seperti sedativa, penenang, antihistarnin, atau alkohol,
begitu pula stimulan vestibuler seperti kafein, selama 24 jam sebelum pengujian. ENG dapat
membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan tumor kanalis auditorius internus atau
fosa posterior.
Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural.Diuji
integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan keluaran
respons motoris dan koordinasi anggota bawah.Pasien berdiri pada panggung (platform),
dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seperti panggung bergerak dengan layar
bergerak.
Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu tepat
membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana.Pembedaan wicara menentukan kemampuan
pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam tingkat desibel dimana
suara masih terdengar.Pasien terhadap enam kondisi yang berbeda diukur dan menunjukkan sistem
mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada ENG.
Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal harmonic acceleration), atau kursi berputar,
mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris sebagai respons
putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA tak dapat
mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna untuk
mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan pasien sama
dengan yang diperlukan pada ENG.

Perumusan diagnosa (NANDA), Penentuan Kriteria hasil (NOC), Perumusan Intervensi


Keperawatan (NIC)

No NANDA NOC NIC


1 Nyeri akut b.d KONTROL NYERI MANAJEMEN NYERI
stimulus nyeri Tindakan yang dilakukan lakukan pengkajian nyeri
Defenisi : seseorang untuk mengontrol secara komprehensif termasuk
Sensori yang nyeri lokasi, karakteristik, durasi,
tidak Indikator :
menyenangkan mengenali faktor frekuensi, kualitas dan faktor
dan pengalaman penyebab presipitasi
emosional yang menggunakan metode observasi reaksi non verbal
muncul secara pencegahan dari ketidaknyamanan
aktual atau mengguanakan metode gunakan teknik komunikasi
potensial, nonanalgetik untuk terapeutik untuk mengetahui
kerusakan jarigan mengurangi nyeri pengalaman nyeri pasien
atau menggunakan analgesik kaji kultur yang
menggambarkan sesuai kebutuhan mempengaruhi respon nyeri
adana kerusakan mengenali gejala-gejala evaluasi pengalaman nyeri
nyeri masa lampau
mencatat pengalaman evaluasi bersama pasien dan
nyeri sebelumnya tim kesehatan lain tentang
menyatakan nyeri sudah ketidakefektifan kontrol nyeri
terkontrol masa lampau
TINGKAT NYERI bantu pasien dan keluarga
hasil observasi atau laporan untuk mencari dan menemukan
tentang tingkat nyeri dukungan
Indikator : kontrol lingkungan yang
melaporkan adanya nyeri dapat mempengaruhi nyeri
luas bagian tubuh yang seperti suhu ruangan,
terpengaruh pencahayaan dan kebisingan
frekuensi nyeri berkurang kurangi faktor presipitasi
pernyataan nyeri tidak ada pilih dan lakukan
ekspresi nyeri pada wajah penanganan nyeri
tidak ada (farmakologi, non farmakologi
tekanan darah normal dan inter personal)
keteganggan otot normal. kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
TINGKAT ajarkan tentang teknik non
KENYAMANAN farmakologi
Definisi : Tingkatan dari berikan analgetik untuk
ketentraman fisik dan mengurangi nyeri
psikologis evaluasi keefektifan kontrol
Indicator : nyeri
Mampu melaporkan tingkatkan istirahat
perkembangan fisik MANAJEMEN
Mampu melaporkan LINGKUNGAN :
perkembangan kepuasan KENYAMANAN
Mampu melaporkan Aktifitas :
perkembangan psikologi Tentukanpasien
Mampu mengekspresikan dantujuankeluargauntuk
perasaan dengan lingkungan pengelolaanlingkungan
fisik sekitar dankenyamanan optimal.
Mampu mengekspresikan Memberikanperhatian yang
perasaan dengan hubungan cepatuntuk
social memanggilloncengyangharus
Mampu mengekspresikan selalu dalamjangkauan.
perasaan secara spiritual Ciptakan lingkungan
Mampu melaporkan yangtenangdan mendukung.
kepuasan dengan tingkatan Sediakan lingkungan yang
mandiri amandan bersih
Mampu mengekspresikan Sesuaikansuhu
kepuasan dengan kontrol kamardengan yangpaling
nyeri nyamanbagi individu,jika
mungkin
Sesuaikanpencahayaanuntuk
memenuhi
kebutuhakegiataninvidual,
menghindari cahaya
langsungdi mata
Memfasilitasitindakan
kebersihanuntuk
menjagaindividunyaman
(menyeka alis, menerapkan
krim kulit, atau membersihkan
tubuh, rambut, dan rongga
mulut)
Posisipasienuntuk
memfasilitasikenyamanan
(misalnya, dengan
menggunakan prinsip-
prinsipkesejajaran tubuh,
dukungan dengan bantal, sendi
dukungan
ADMINISTRASI
ANALGESIK
Defenisi: menggunakan agen
farmakologi untuk mengurangi
nyeri
Aktifitas:
Menentukan lokasi,
karakteristik, mutu, dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
Periksa order/pesanan
medis untuk obat, dosis, dan
frekuensi yang ditentukan
analgesic
Cek riwayat alergi obat
Tentukan analgesic yang
cocok, rute pemberian dan
dosis optimal.
Utamakan pemberian
secara IV dibanding IM
sebagai lokasi penyuntikan,
jika mungkin
Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian obat
narkotik dengan dosis pertama
atau jika ada catatan luar biasa.
Cek pemberian analgesic
selama 24 jam untuk
mencegah terjadinya puncak
nyeri tanpa rasa sakit, terutama
dengan nyeri yang
menjengkelkan
Mengevaluasi efektivitas
analgesic pada interval
tertentu, terutama setelah dosis
awal, pengamatan juga
diakukan melihat adanya tanda
dan gejala buruk atau tidak
menguntungkan (berhubungan
dengan pernapasan, depresi,
mual muntah, mulut kering dan
konstipasi)
Dokumentasikan respon
pasien tentang analgesic, catat
efek yang merugikan
2 Ggn persepsi a. Kontrol cemas a. Peningkatan komunikasi :
sensori Indikator : deficit pendengaran
pendengaran Pantau intensitas kecemasan Aktivitas:
Menyingkirkan tanda Janjikan untuk
Batasan kecemasan mempermudah pemeriksaan
karakteristik: Mencari informasi untuk pendengaran sebagaimana
Berubahnya pola menurunkan cemas mestinya
prilaku Mempertahankan konsentrasi Beritahu pasien bahwa suara
Berubahnya Laporankan durasi dari akan terdengar berbeda dengan
ketajaman panca episode cemas memakai alat bantu
indra Jaga kebersihan alat bantu
Gagal b. Kompensasi Tingkah Laku Mendengar dengan penuh
penyesuaian Pendengaran perhatian
Distorsi Indicator: Menahan diri dari berteriak
pancaindera Pantau gejala kerusakan pada pasien yang mengalami
Pengintegrasian pendengaran gangguan komunikasi
pancaindera yang Posisi tubuh untuk Dapatkan perhatian pasien
terganggu menguntungkan pendengaran melalui sentuhan
Pancaindera yang Menghilangkan gangguan
terganggu Memperoleh alat bantu b. Dukungan emosi
pendengaran Aktivitas:
Menggunakan layananan Berdiskusi dengan pasien
pendukung untuk pendegaran tentang emosi yang dirasakan
yang lemah Bantu pasien dalam
Memperoleh intervensi mengenali perasaan seperti
yang berhubungan dengan cemas, marah, atau sedih
pembedahan Dorong pasien untuk
mengunkapkan perasaan
cemas, marah, atau sedih
Perhatikan pengungkapan
perasaan dan keyakinan
Sediakan identifikasi pasien
terhadap pola tanggapan yang
umum terhadap ketakutan
Beri dukungan selama fase
penolakan, marah, tawar
menawar, dan fase penerimaan
terhadap duka cita
Sediakan bantuan dalam
membuat keputusan
Rujuk ke konselor
sebagaimana mestinya

c. Pencegahan jatuh
Aktivitas:
Identifikasi kelemahan
kognisi dan fisik pada pasien
yang barangkali meningkatkan
potensi untuk jatuh pada
lingkungan tertentu
Identifikasi karakteristik
lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi untuk
jatuh (misal ,lantai licin dan
jenjang yang terbuka)
Sediakan alat bantu (misal,
tongkat dan alat bantu
berjalan) untuk gaya berjalan
yang kokoh
Pelihara alat bantu supaya
berfungsi dengan baik
Ajarkan pasien bagaimana cara
jatuh untuk meminimalkan
cedera
3 Ansietas a. Kontrol cemas Penurunan kecemasan
Batasan Indikator : Aktivitas:
karakteristik: Pantau intensitas kecemasan Tenangkan klien
Scaning dan Menyingkirkan tanda Jelaskan seluruh posedur
kewaspadaan kecemasan tindakan kepada klien dan
Kontak mata yang Mencari informasi untuk perasaan yang mungkin
buruk menurunkan cemas muncul pada saat melakukan
Ketidakberdayaan Mempertahankan konsentrasi tindakan
meningkat Laporankan durasi dari Berikan informasi diagnosa,
Kerusakan episode cemas prognosis, dan tindakan
perhatian Berusaha memahami keadaan
b. Koping klien
Indikator: Kaji tingkat kecemasan dan
Memanajemen masalah reaksi fisik pada tingkat
Melibatkan anggota keluarga kecemasan
dalam membuat keputusan Gunakan pendekatan dan
Mengekspresikan perasaan sentuhan, untuk meyakinkan
dan kebebasan emosional pasien tidak sendiri.
Menunjukkan strategi Sediakan aktivitas untuk
penurunan stress menurunkan ketegangan
Menggunakan support sosial Bantu pasien untuk
identifikasi situasi yang
mencipkatakan cemas
Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi

Peningkatan koping
Aktivitas:
Hargai pemahamnan pasien
tentang pemahaman penyakit
Gunakan pendekatan yang
tenang dan berikan jaminan
Sediakan informasi aktual
tentang diagnosa, penanganan,
dan prognosis
Sediakan pilihan yang realisis
tentang aspek perawatan saat
ini
Tentukan kemampuan klien
untuk mengambil keputusan
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola
gaya hidup atau perubahan
peran
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
2. Klasifikasi Data
3. Analisa Data
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
BAB IV
PENUTUP

You might also like