Professional Documents
Culture Documents
UJI FORMALIN
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang (formlain) pada produk
olahan yang beredar di Kabupaten Sambas.
B. Dasar Teori
Bahan tambahan pangan (BTM) adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi
pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, atau pengangkutan
makanan untuk mempengruhi sifat khas makanan tersebut (Depkes RI, 1998).
Departemen kesehatan Republik Indonesia membuat aturan tentang
penggunaan BTM termasuk menetapkan batas ambang untuk setiap jenis BTM.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan BTM antara lain
harus mempunyai sifat yang dapat mempertahankan gizi makanan, tidak
mengubah zat-zat esensial dalam makanan, dapat mempertahankan atau
memperbaiki mutu makanan. BTM tidak boleh digunakan jika untuk menutupi
cacat pada makanan karena termasuk penipuan bagi konsumen,
menyembunyikan kesalahan pada pengolahan, menyebabkan turunnya gizi
makanan, hanya untuk kepraktisan, dan ekonomis tetapi tidak aman (Depkes
RI, 1998).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
1168/Menkes/Per//1999 tentang perubahan atas peraturan menteri kesehatan
nomor 722/Menkes/Pe/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan yang
dilarang digunakan dalam makanan adalah asam borat dan senyawanya, asam
salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol,
minyak Nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, formalin, kalium bromate
(Depkes RI, 1988).
1
Formalin merupakan larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat
menusuk. Didalam formalin mengandung sekitar 37 % formaldehid dalam air,
biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet. Formalin dikenal
sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam
industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde,
Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal,
Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith
(Astawan,Made,2006).
Berat molekul formalin adalah 30,03 dengan rumus molekul HCOH.
Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam
sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan
gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa
mengendap (Harmita, 2010).
Formalin dapat digunakan sebagai desinfektan untuk pembersih lantai,
kapal, gudang, pakaian, pembasmi lalat dan serangga lainnya. Dalam dunia
fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas, bahan
pembentuk pupuk berupa urea, bahan pembuatan produk parfum, bahan
pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku, bahan untuk isolasi busa, bahan
perekat untuk produk kayu lapis, dalam konsentrasi yang sangat kecil (<1%)
digunakan sebagai pengawet, pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring,
pelembut, perawat sepatu, shampo mobil, lili dan karpt (Astawan, 2006).
Penggunaan formalin yang salah sering dilakukan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab. Melalui pemereksian laboratorium, ditemukan
sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet.
Kemungkinan hal tersebut dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
karena mudah didapat, harganya murah dan mudah dalam penggunaannya.
beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan
segar, ayam potong, mie basah bakso, dan tahu yang beredar di pasaran.
Formalin dapat mengakibatkan bahaya kanker pada manusia jika
tertelan, jangka pendek bahaya formalin jika tertelan yaitu mulut, tenggorokan
dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, diare, iritasi pada
2
saluran pernafasan, kepala pusing, penurunan suhu badan dan rasa gatal di
dada. Dan untuk jangka panjang jika tertelan, maka akan menimbulkan
kerusakan pada hati, jantung, otak, limpa, pancreas, sistem susunan saraf pusat
dan ginjal, dan kemungkinan terjadi pendarahan, kejang, tidak sadarr hingga
koma (Astawan, 2006).
Tidak semua produk makanan yang beredar dipasaran mengandung
formalin. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin dalam suatu
produk makanan adalah dengan melalukan pengujian. Terdapat beberapa
metode uji formalin yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. Metode analisis
formalin uji kualitaitf yaitu dengan larutan fenilhidrazin hidroklorida dan
larutan asam kromatropat. Sedangkan pengujian kuantitatif dapat
menggunakan metode asidialkalimetri dan metode spektrofometri.
3
E. Prosedur Kerja
1. Pengujian manual
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Potong/haluskan sampel menggunakan pisau/cutter atau mortar
c. Siapkan cawan porselin lalu beri kode untuk setiap sampel
d. Letakkan sampel (b) ke dalam cawan porselin sesuai jenis sampelnya.
e. Ambil larutan KMNO4 pada wadah plastik menggunakan pipet tetes
f. Teteskan larutan tersebut ke dalam masing-masing cawan porselin yang
berisi sampel
g. Goyang-goyangkan cawan porselin A dan B sambil menghitung (waktu)
reaksi adanya perubahan menggunakan stopwatch. Apabila warna merah
muda KMNO4 menghilang sampel tersebut positif mengandung
formalin.
h. Catat dan potret hasil pengamatan.
4
F. Hasil Pengamatan
1. Uij manual
No. Sampel Hasil pengujian Perubahan warna Lama bereaksi
(+) (-)
1.
4.
5.
5
Ikan asin biawan Bias ungu 15 menit Bias ungu (1)
3.
4.
5.
G. Pembahasan
H. Kesimpulan
I. Daftar Pustaka
Rossy, I., W., & Surahma, A., M. 2016. Identifikasi Formalin Pada Ikan Asin
yang Dijual Dikawasan Pantai Teluk Penyu Kabupaten Cilacap. Junal
Kesmas. Vol ; 10 (1)