You are on page 1of 11

Firman Januar Tafaib (2015271097)

Condro Widodo (2015271098)

Standar Audit 570

Kelangsungan Usaha

Pendahuluan

Ruang Lingkup

Standar Audit ini mengatur tanggung jawab auditor dalam audit atas
laporan keuangan yang berkaitan dengan penggunaan asumsi
kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan laporan
keuangan.

Asumsi Kelangsungan Usaha

Berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang


bertahan dalam bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Laporan
keuangan bertujuan umum disusun atas suatu basis kelangsungan usaha,
kecuali manajemen bermaksud untuk melikuidasi entitas atau
menghentikan operasinya, atau tidak memiliki alternatif yang realistis
selain melakukan tindakan tersebut di atas

Tanggung Jawab Penilaian atas Kemampuan Entitas untuk


Mempertahankan Kelangsungan Usahanya

Beberapa kerangka pelaporan keuangan mengandung suatu ketentuan


eksplisit bagi manajemen untuk membuat suatu penilaian spesifik atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Kelangsungan usaha merupakan suatu prinsip yang fundamental dalam
penyusunan laporan keuangan, jadi penyusunan laporan keuangan
mengharuskan manajemen untuk menilai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya, bahkan ketika kerangka
pelaporan keuangan tidak mencakup suatu ketentuan eksplisit untuk
melakukan hal tersebut.

Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan


kelangsungan usahanya melibatkan suatu pertimbangan. Faktor-faktor
berikut ini adalah relevan dengan pertimbangan tersebut:

1. Tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil suatu peristiwa


atau kondisi meningkatkan secara signifikan. Untuk alasan tersebut,
kebanyakan kerangka pelaporan keuangan yang mencantumkan
secara eksplisit adanya keharusan suatu penilaian oleh manajemen
menyebutkan periode kapan manajemen diharuskan untuk
mempertimbangkan seluruh informasi yang tersedia.
2. Ukuran dan kompleksitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya, serta
tingkat keterpengaruhannya oleh faktor eksternal.
3. Setiap pertimbangan tentang masa depan didasarkan atas informasi
yang tersedia ketika pertimbangan dilakukan. Peristiwa setelah
tanggal pelaporan dapat menghasilkan keluaran yang tidak
konsisten.

Tanggung Jawab Auditor

Tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha
oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan
untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu ketidakpastian material
tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya. Potensial dari keterbatasan inheren atas kemampuan auditor
untuk mendeteksi kesalahan penyajian material adalah lebih besar untuk
peristiwa atau kondisi di masa depan yang dapat menyebabkan suatu
entitas untuk berhenti mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor
tidak dapat memprediksi peristiwa atau kondisi di masa depan tersebut.
Oleh karena itu, ketiadaan pengacuan pada ketidakpastian kelangsungan
usaha dalam suatu laporan auditor tidak dapat dipandang sebagai suatu
jaminan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.

Tujuan auditor adalah:

a) Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang


ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh
manajemen dalam penyusunan laporan keuangan;
b) Untuk menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh,
apakah terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait dengan
peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan
atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.
c) Untuk menentukan dampak terhadap laporan auditor.

Ketentuan

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait

Dalam melakukan prosedur penilaian risiko jika terdapat peristiwa atau


kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Maka auditor
harus menentukan apakah manajemen telah melakukan suatu penilaian
awal atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya, dan:

a) Jika penilaian tersebut telah dilakukan, maka auditor harus


mendiskusikan penilaian tersebut dengan manajemen dan
menentukan apakah manajemen telah mengidentifikasi peristiwa
atau kondisi yang, baik secara individual maupun secara kolektif,
dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dan, jika
demikian, rencana manajemen untuk menghadapinya; atau
auditor harus mempertimbangkan.
b) Jika penilaian tersebut belum dilakukan, maka auditor harus
mendiskusikan dengan manajemen basis penggunaan asumsi
kelangsungan usaha yang dimaksudkan, dan meminta keterangan
kepada manajemen apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang,
baik secara individual atau secara kolektif, dapat menyebabkan
keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.

Pengevaluasian atas Penilaian Manajemen

Auditor harus mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan


entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Dalam
mengevaluasi penilaian manajemen, auditor harus mencakup periode
yang sama seperti yang digunakan oleh manajemen untuk membuat
penilaiannya seperti yang disyaratkan oleh kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, atau oleh peraturan perundang-undangan jika periode yang
dicakup merupakan suatu periode yang lebih lama. Jika penilaian
manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya mencakup suatu periode yang kurang dari dua
belas bulan dari tanggal laporan keuangan, maka auditor harus meminta
manajemen untuk memperluas periode penilaiannya menjadi sekurang-
kurangnya dua belas bulan dari tanggal tersebut. Dalam mengevaluasi
penilaian manajemen, auditor harus mempertimbangkan apakah penilaian
manajemen mencakup seluruh informasi relevan yang diketahui oleh
auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukannya.

Periode Setelah Penilaian Manajemen

Auditor harus menanyakan kepada manajemen tentang pengetahuan


manajemen atas peristiwa atau kondisi setelah periode penilaian
manajemen yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Prosedur Audit Tambahan Ketika Peristiwa atau Kondisi Teridentifikasi

Ketika peristiwa atau kondisi telah diidentifikasi yang dapat menyebabkan


keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, auditor harus memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat untuk menentukan apakah terdapat suatu ketidakpastian
material melalui pelaksanaan prosedur audit tambahan, termasuk
pertimbangan atas faktor-faktor yang memitigasi. Prosedur tersebut harus
mencakup

a) Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian atas kemampuan


entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, maka
auditor meminta manajemen untuk melakukan penilaian tersebut.
b) Mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan
yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha entitas,
apakah hasil rencana tersebut kemungkinan memperbaiki situasi,
dan apakah rencana manajemen layak dilaksanakan sesuai dengan
kondisinya.
c) Jika entitas telah membuat suatu prakiraan arus kas, dan analisis
atas prakiraan tersebut merupakan suatu faktor yang signifikan
dalam mempertimbangkan hasil masa depan dari peristiwa atau
kondisi dalam mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di
masa depan, maka auditor :
 Mengevaluasi keandalan data yang melandasi
 Menentukan apakah terdapat dukungan yang cukup
d) Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi tambahan
telah tersedia sejak tanggal dilakukannya penilaian tersebut oleh
manajemen. penyusunan prakiraan tersebut; dan untuk asumsi
yang melandasi prakiraan tersebut.
e) Meminta representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, tentang rencana
mereka untuk tindakan di masa depan dan kelayakan rencana
tersebut.

Kesimpulan Audit dan Pelaporan

Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan


apakah, terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait dengan
peristiwa baik secara individual maupun kolektif, dapat menyebabkan
keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya. Suatu ketidakpastian material terjadi ketika
signifikansi dampak potensialnya dan kemungkinan terjadinya adalah
sedemikian rupa yang, menurut pertimbangan auditor, pengungkapan
yang tepat atas sifat dan implikasi ketidakpastian tersebut diperlukan
untuk:
a) Dalam hal kerangka penyajian laporan keuangan wajar: penyajian
yang wajar atas laporan keuangan, atau
b) Dalam hal kerangka kepatuhan, laporan keuangan tidak
menyesatkan.

Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha sudah Tepat, tetapi Terdapat


suatu Ketidakpastian Material

Jika auditor menyimpulkan bahwa penggunaan asumsi kelangsungan


usaha sudah tepat sesuai dengan kondisinya, tetapi terdapat suatu
ketidakpastian material, maka auditor harus menentukan apakah laporan
keuangan:

(a) Menjelaskan secara memadai peristiwa atau kondisi utama yang


dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dan rencana
manajemen.
(b)Mengungkapkan secara jelas bahwa terdapat ketidakpastian
material yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.

Jika pengungkapan yang memadai dicantumkan dalam laporan keuangan,


maka auditor harus menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dan
mencantumkan suatu paragraf Penekanan

(a) Menekankan keberadaan suatu ketidakpastian material yang


berkaitan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya; dan
(b)Mengarahkan perhatian pada catatan atas laporan keuangan
yang mengungkapkan hal-hal yang dirujuk dalam paragraf 18.5

Jika pengungkapan yang memadai tidak dicantumkan dalam laporan


keuangan, maka auditor harus menyatakan suatu opini wajar dengan
pengecualian atau opini tidak wajar, sesuai dengan kondisinya, dalam
laporan auditor terdapat suatu ketidakpastian material yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya.

Keengganan Manajemen untuk Membuat atau Memperluas Penilaiannya

Jika manajemen tidak mau membuat atau memperluas penilaiannya


bila diminta untuk melakukan hal itu oleh auditor maka auditor harus
mempertimbangkan implikasinya terhadap laporan auditor.

Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola


Kecuali jika semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat
dalam pengelolaan entitas, auditor harus mengomunikasikan dengan
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, peristiwa atau kondisi
yang mungkin menimbulkan keraguan signifikan. Komunikasi seperti itu
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola harus meliputi hal-
hal berikut:

(a) Apakah peristiwa atau kondisi merupakan suatu ketidakpastian


material;
(b) Apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan; dan
(c) Kecukupan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan.

Penundaan Signifikan dalam Persetujuan atas Laporan Keuangan

Jika terjadi penundaan signifikan dalam persetujuan atas laporan


keuangan oleh manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola setelah tanggal laporan keuangan, maka auditor harus
menanyakan alasan penundaan tersebut. Jika auditor meyakini bahwa
penundaan tersebut mungkin terkait dengan peristiwa atau kondisi yang
berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha, maka auditor harus
melakukan prosedur audit tambahan, serta mempertimbangkan
pengaruhnya terhadap kesimpulan auditor tentang keberadaan suatu
ketidakpastian material.

Materi Penerapan dan Penjelasan Lain

Asumsi Kelangsungan Usaha

Pertimbangan Spesifik atas Entitas Sektor Publik

Penggunaan asumsi asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen juga


relevan bagi entitas sektor publik. Peristiwa atau kondisi dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan suatu entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya dalam sektor publik dapat
mencakup situasi yang di dalamnya entitas sektor publik mengalami
kekurangan pendanaan untuk melanjutkan eksistensinya atau ketika
keputusan kebijakan dibuat yang memengaruhi layanan yang disediakan
oleh entitas sektor publik tersebut.

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait\

Peristiwa atau Kondisi yang dapat Menyebabkan Keraguan tentang


Asumsi Kelangsungan Usaha
Di bawah ini disajikan contoh-contoh peristiwa atau kondisi yang, baik
secara individual maupun secara kolektif :

Keuangan:

o Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih.


o Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh
temponya tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau
pelunasan; atau pengandalan yang berlebihan pada pinjaman
jangka pendek untuk mendanai aset jangka panjang.
o Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor.
o Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasikan oleh laporan
keuangan historis atau prospektif.
o Rasio keuangan utama yang buruk.
o Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam
nilai aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas.
o Dividen yang sudah lama terutang atau yang tidak berkelanjutan.
o Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh
tempo.
o Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman.
o Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit
menjadi transaksi tunai ketika pengiriman.
o Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk
pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial
lainnya.

Operasi:

o Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk


menghentikan operasinya.
o Hilangnya manajemen kunci tanpa pengggantian.
o Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi,
atau pemasok utama.
o Kesulitan tenaga kerja.
o Kekurangan penyediaan barang/bahan.
o Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.

Lain-lain:

o Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan


statutori lainnya.
o Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat
mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil
dapat dipenuhi oleh entitas.
o Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan
pemerintah yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk
bagi entitas.
o Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak
diasuransikan atau kurang diasuransikan.

Pengevaluasian atas Penilaian Manajemen

Penilaian dan Analisis Pendukung Manajemen, serta Pengevaluasian


Auditor

Penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan


kelangsungan usahanya merupakan suatu bagian utama dari
pertimbangan auditor atas penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh
manajemen. Bukan merupakan tanggung jawab auditor untuk mengoreksi
kekurangan analisis yang dilakukan oleh manajemen. Kelangsungan usaha
oleh manajemen sudah tepat sesuai dengan kondisinya.

Periode Penilaian Manajemen

Kebanyakan kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan suatu


penilaian manajemen yang eksplisit menyebutkan periode kapan
manajemen diharuskan untuk memperhitungkan seluruh informasi yang
tersedia.

Pertimbangan Spesifik Bagi Entitas yang Lebih Kecil

Manajemen entitas yang lebih kecil belum tentu telah menyiapkan suatu
penilaian detail atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, tetapi sebagai penggantinya, kemungkinan
manajemen mengandalkan pengetahuannya yang mendalam tentang
bisnis dan prospek di masa depan yang diantisipasi. Namun, berdasarkan
ketentuan SA ini, auditor perlu untuk mengevaluasi penilaian manajemen
atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya. Bagi entitas yang lebih kecil, kemungkinan tepat bagi auditor
untuk mendiskusikan pendanaan jangka menengah dan jangka panjang
entitas dengan manajemen, selama argumen manajemen dapat
dikoroborasi oleh bukti yang dapat didokumentasi secara memadai dan
konsisten dengan pemahaman auditor atas entitas

Periode Setelah Penilaian Manajemen

Auditor tetap waspada terhadap kemungkinan adanya peristiwa yang


diketahui, baik yang terjadwal maupun yang tidak terjadwal, atau kondisi
yang akan terjadi setelah periode penilaian yang digunakan oleh
manajemen. Jika peristiwa atau kondisi teridentifikasi, maka auditor
kemungkinan perlu untuk meminta manajemen untuk mengevaluasi
signifikansi potensial dari peristiwa atau kondisi tersebut sehubungan
dengan penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan

Prosedur Audit Tambahan Ketika Peristiwa atau Kondisi Teridentifikasi

Prosedur audit yang relevan dengan ketentuan dalam paragraf dapat


mencakup hal-hal sebagai berikut:

 Menganalisis dan membahas arus kas, laba, dan prakiraan relevan


lainnya dengan manajemen.
 Menganalisis dan membahas laporan keuangan interim terakhir
entitas yang tersedia.
 Membaca persyaratan perjanjian pinjaman dan menentukan apakah
terdapat pelanggaran persyaratan tersebut.
 Membaca risalah rapat pemegang saham, pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola, dan komite-komite yang relevan untuk
mengetahui adanya kesulitan pendanaan.
 Menanyakan penasihat hukum entitas tentang keberadaan litigasi
dan klaim, serta kewajaran penilaian oleh manajemen tentang hasil
dan estimasi dampak keuangan dari litigasi dan klaim tersebut.
 Mengonfirmasi keberadaan, legalitas, dan kemampuan penegakan
dari pengaturan untuk menyediakan atau memelihara dukungan
keuangan dari pihak berelasi dan pihak ke tiga, serta menilai
kemampuan keuangan dari pihak-pihak tersebut dalam
menyediakan dan tambahan.
 Mengevaluasi rencana entitas untuk menghadapi pesanan
pelanggan yang tidak dapat dipenuhi.
 Melakukan prosedur audit atas peristiwa yang terjadi setelah
tanggal pelaporan untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang
memitigasi atau memengaruhi

Pengevaluasian atas Rencana Manajemen untuk Tindakan di Masa Depan

Pengevaluasian atas rencana manajemen untuk tindakan di masa depan


dapat mencakup pengajuan pertanyaan kepada manajemen tentang
rencana manajemen untuk tindakan di masa depan, termasuk, sebagai
contoh, rencana untuk melikuidasi aset, meminjam dana atau
merestrukturisasi utang, mengurangi atau menunda pembelanjaan, atau
meningkatkan permodalan.

Periode atas Penilaian Manajemen


Auditor dapat membandingkan:

 Informasi keuangan prospektif untuk periode lalu terkini dengan


hasil historis; dan
 Informasi keuangan prospektif untuk periode kini dengan hasil yang
telah dicapai sampai dengan tanggal dilakukannya prosedur ini.

Kesimpulan Audit dan Pelaporan

Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha sudah Tepat, tetapi Terdapat


suatu Ketidakpastian Material

Kecukupan Pengungkapan Ketidakpastian Material

Penentuan kecukupan pengungkapan laporan keuangan dapat melibatkan


penentuan apakah informasi tersebut secara eksplisit membawa
perhatian pembaca pada kemungkinan bahwa entitas tidak dapat
merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam kegiatan bisnis
normal.

Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha yang tidak Tepat

Jika laporan keuangan telah disusun dengan menggunakan basis


kelangsungan usaha tetapi, menurut pertimbangan auditor, penggunaan
asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen
tidak tepat, maka ketentuan bagi auditor untuk menyatakan suatu opini
tidak wajar, tanpa memperhatikan apakah laporan keuangan
mencantumkan atau tidak mencantumkan pengungkapan tentang
ketidaktepatan pengggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh
manajemen. Auditor dapat melaksanakan audit atas laporan keuangan
tersebut selama auditor menentukan bahwa basis alternatif tersebut
merupakan suatu kerangka pelaporan keuangan yang dapat diterima
dalam kondisi tersebut. Auditor juga dapat menyatakan suatu opini tanpa
modifikasian atas laporan keuangan tersebut selama terdapat
pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan tersebut, tetapi
dapat mempertimbangkan sebagai suatu hal yang tepat atau perlu untuk
mencantumkan suatu paragraf penekanan dalam laporan auditor untuk
membawa perhatian pengguna laporan keuangan pada basis alternatif
tersebut dan alasan penggunaannya.
Keengganan Manajemen untuk Membuat atau Memperluas
Penilaiannya

Dalam kondisi tertentu, auditor dapat meyakini bahwa perlu meminta


manajemen untuk membuat atau memperluas penilaiannya. Jika
manajemen tidak bersedia untuk melakukan hal tersebut, maka auditor
dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini
tidak menyatakan pendapat dalam laporan auditor, karena tidak mungkin
bagi auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan
keuangan, seperti bukti audit tentang adanya rencana yang telah
disiapkan oleh manajemen atau adanya faktor-faktor mitigasi lainnya.

You might also like