You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI INDUSTRI
ACARA IV
FERMENTASI ALKOHOL

Disusun Oleh:
KELOMPOK 12
1. Gladys Chandra S H3112038
2. Muhammad Sholeh N H3112063
3. Nadia Ajeng R H3112064
4. RatihWidya H H3112073
5. Tri SantosoWinasis H3112088
6. RizkyKhaerul I H3112098
7. YunantoFredi U H3112097

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGIHASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ACARA IV
FERMENTASI ALKOHOL

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum pada acara IV ”Fermentasi Alkohol” adalah:
1. Mengetahui dan mampu mempraktekkan cara pembuatan wine.
2. Mengetahui teknik pembuatan wine.
3. Mengetahui berat jenis bioetanol yang terdapat pada wine yang berasal
dari beberapa bahan yang berbeda (buah pisang dan nanas).

B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Buah nanas adalah jenis buah yang umum kita makan. Nanas
memiliki cita rasa manis, asam, dan agak pedas. Nanas banyak
mengandung vitamin C dalam setiap sari buahnya, selain itu nanas terasa
sangat segar jika dimakan (Bayu, 2014).
Nanas (Ananas comusus L.Merr), merupakan salah satu buah tropis
yang banyak dihasilkan di Indonesia. Buah nanas memiliki nilai gizi yang
cukup tinggi. Setiap 100 g buah nanas mengandung protein 0,4 g; air 85,3
g; lemak 0,2 g; vitamin 130 SI; dan vitamin C 24 mg. Buah nanas
termasuk salah satu jenis buah yang memiliki masa simpan segar relatif
pendek. Salah satu penanganan pascapanen buah nanas yang dapat
dilakukan adalah mengolahnya lebih lanjut menjadi sari buah nanas
(Fachruddin, 2002).
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sari buah nanas
adalah Nanas, pilihlah nanas yang matang, keras, dan rasanya manis. Gula
pasir, penggunaan gula pasir dimaksudkan untuk menambah rasa manis.
Bensoat, penggunaan bensoat dimaksudkan sebagai bahan pengawet sari
buah nanas. Terakhir bahan yang digunakan adalah air, air dugunakan
untuk mengencerkan larutan nanas (Santoso, 1998).
Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik, antara lain
menyediakan energi yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan
yang lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor dan
kalsium, juga mengandung vitamin B, B6 dan C serta serotonin yang aktif
sebagai neutransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Nilai energi pisang
rata-rata 136 kalori untuk setiap 100 g sedangkan buah apel hanya 54
kalori. Karbohidrat pada pisang memberikan energi lebih cepat dari nasi
dan biscuit. Bila dibandingkan dengan jenis makanan lainnya, mineral
pada pisang khususnya besi dapat seluruhnya diserap oleh tubuh
(Prabawati dkk, 2008).
Komponen utama yang merupakan syarat terbentuknya wine adalah
gula yang difermentasi khamir menjadi etanol dan CO2. Gula secara alami
di dalam bahan pangan biasanya tidak cukup tinggi untuk menghasilkan
kadar etanol yang memenuhi syarat mutu wine, sehingga perlu
ditambahkan dari luar. Banyaknya gula yang digunakan perlu diketahui
sebab konsentrasi gula yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian
khamir sehingga proses fermentasi tidak akan berlangsung. Pada proses
pembuatan wine, gula yang digunakan maksimum 30%. Gula yang umum
digunakan dalam pembuatan wine adalah gula pasir (sukrosa). Pada proses
fermentasi gula sukrosa akan dipecah oleh enzim invertase menjadi
monosakarida (glukosa dan fruktosa) yang akhirnya diubah menjadi etanol
dan CO2 (Gunam, 2009).
Khamir mempunyai kemampuan untuk memecah pangan
karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida. Proses ini diketahui
sebagai fermentasi alkohol yaitu proses anaerob. Khamir mempunyai
sekumpulan enzim yang diketahui sebagai zymase yang berperan pada
fermentasi senyawa gula, seperti glukosa menjadi etanol dan
karbondioksida. Reaksi yang terjadi dalam fermentasi alkohol sebagai
berikut: C6H12O62 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol Karbondioksida
Jika pemberian O2 berlebihan, sel khamir akan melakukan respirasi secara
aerobik, dalam keadaan ini enzim khamir dapat memecah senyawa gula
lebih sempurna, dan akan dihasilkan karbondioksida dan air.
C6H12O5 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O
Glukosa Oksigen karbondioksida air
Jenis khamir yang biasanya dipakai dalam indutri fermentasi alkohol
adalah jenis Saccharomyces cereviseae. Saccharomyces cereviseae
berbentuk bulat, oval, atau memanjang, dan mungkin berbentuk
pseudomiselium. Reproduksi khamir dilakukan dengan cara pertunasan
multipolar, atau melalui pembentukan askospora. Askospora dapat
terbentuk setelah terjadi konjugasi, atau berasal dari sel diploid
(Hasanah, 2012).
2. Tinjauan Teori
Wine merupakan minuman hasil fermentasi dari buah anggur yang
sudah dikenal sejak sekitar 6000 tahun sebelum masehi. Wine diproduksi
dengan melibatkan serangkaian proses biokimiawi yang kompleks. Proses
ini melibatkan peran sejumlah enzim dari beberapa mikroorganisme yang
secara alami hidup pada buah anggur khususnya khamir, yang banyak
berperan pada terbentuknya etanol melalui proses fermentasi primer. Wine
adalah minuman beralkohol yang dibuat dari sari buah anggur (must).
Wine dibuat melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur yang
kemudian akan diubah menjadi alkohol. Selain buah anggur, wine
sebenarnya bisa dibuat dari buah - buahan yang lain, seperti pisang, salak,
apel, dan strawberry. Hal tersebut bisa dilakukan karena yang dibutuhkan
untuk memproduksi minuman wine adalah bahan yang memiliki
kandungan gula maupun bahan yang dapat menghasilkan gula sebagai
bahan dasar fermentasi (Ningtyas dkk, 2015).
Wine merupakan minuman beralkohol biasanya terbuat dari jus
buah yang difermentasi. Setiap buah dengan proporsi gula yang baik dapat
digunakan untuk produksi anggur yang menghasilkan. Anggur biasanya
dinamai sesuai dengan sari buah yang meruapakan substrat utamanya.
Pisang, apel, jeruk, nanas, stroberi dan kelapa mungkin digunakan untuk
menghasilkan anggur. Jenis buah yang digunakan dalam pembuatan
anggur menentukan jenis strain atau ragi yang terlibat (Idise, 2011).
Sari buah anggur, juga bisa diawetkan dengan cara memasukkan
sulfur dioxide sebanyak 100-150 mg per liter sari buah. Di sini, ada dua
cara yang bisa lakukan. Pertama, bahan kimia tersebut dicampur ke dalam
sari buah. Kedua, bahan tersebut dicampur ke dalam bubur buah. Kalau
yang dilakukan cara pertama maka diperoleh jus putih setelah melampaui
proses pengendapan dan penjernihan. Bila dilakukan cara kedua maka
akan diperoleh jus berwarna kemerahan (jus merah), juga setelah melalui
proses pengendapan dan penjernihan. Proses pengolahan selanjutnya yaitu
dengan memanaskan jus pada suhu sekitar 30ºC. Untuk memperoleh suhu
setinggi itu, bisa dengan memasukkan jus ke dalam bak besar (tong) yang
terbuat dari kayu dan tertutup rapat, kemudian menyimpannya di dalam
ruangan tertutup. Setelah itu, jus diendapkan dan dijernihkan, kemudian
dimasukkan ke dalam kemasan botol (Setiadi, 2007).
Beberapa jenis mikroorganisme yang digunakan dalam fermentasi
alcohol disesuaikan dengan substrat atau bahan yang akan difermentasi
dan kondisi proses yang akan berlangsung. Sebagai contoh untuk proses
yang menggunakan suhu tinggi maka mikroorganisme yang digunakan
sedapat mungkin yang bersifat thermofilik, misalnya: Clostridium
thermohydro sulfuricum dan sebagainya. Sedangkan mikroorganisme lain
ada pula yang bersifat tahan terhadap kadar etanol yang tinggi (etanol
tolerance), tahan terhadap toleransi gula yang tinggi (osmofilik) dan
sebagainya. Sekarang ini mikroorganisme yang banyak digunakan dalam
proses fermentasi alkohol adalah Sacharomyces Cerevisiae yang dapat
berproduksi tinggi, tahan atau toleran terhadap kadar alkohol yang tinggi,
tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetap melakukan aktivitasnya
pada suhu 4 – 32oC (Santi, 2008).
Etanol atau etil alkohol adalah bahan kimia yang terdapat di dalam
minuman beralkohol atau arak, bahan ini banyak digunakan sebagai
pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol
tidak berwarna dan tidak berasa, namun memiliki bau yang khas dan
mudah terbakar. Selain digunakan dalam makanan dan minuman, etanol
juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, pengganti
minyak bumi (biopremium) (Utami, 2009).
Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang
disebabkan oleh enzim. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh
mikroorganisme atau enzim yang telah ada dalam bahan pangan.
Fermentasi merupakan suatu reaksi oksidasi atau reaksi dalam sistem
biologi yang menghasilkan energi di mana donor dan aseptor adalah
senyawa organik. Senyawa organik yang biasa digunakan adalah zat gula.
Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim
menjadi senyawa lain (Kwartiningsih, 2005).
Fermentasi alkohol merupakan kombinasi dari interaksi yang
kompleks yang melibatkan berbagai unsur mikro biota dan teknologi
Anggur. Beberapa faktor sangat mempengaruhi fermentasi alkohol dan
kualitas anggur. Faktor yang paling penting adalah klarifikasi jus, suhu
fermentasi, komposisi jus, inokulasi dengan ragi dan interaksi dengan
mikroorganisme (Musyimi, 2013).

C. Metodologi
1. Alat
a. Alumunium foil
b. Blender
c. Botol air mineral 1,5 liter
d. Corong
e. Gelas ukur
f. Kapas
g. Kompor
h. Lakban
i. Panci
j. Pisau
k. Saringan
l. Selang plastik
2. Bahan
a. Air
b. Gula pasir
c. Ragi Sacchoromyces cerevisiae
d. Sari buah nanas
e. Sari buah pisang
3. Cara Kerja

Nanas atau pisang 200 gram

Pencucian

Penghancuran dengan diblender

Sari buah ± 500 ml

Penambahan 50 gram gula

Pemanasan suhu 95oC selama 15 menit

Pemasukkan ke dalam botol (disaring)

Pendinginan

Penambahan ragi Saccharomyces cerevisiae


sebanyak 2,8 gram

Penutupan botol dengan kapas

Penginkubasian selama 2 minggu

Wine

Pendestilasian

Pengukuran berat jenis

Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Wine Nanas atau Pisang
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1 Pengamatan Pengamatan Fermentasi Alkohol
No Jenis Berat Pikno Berat Pikno Berat Pikno Berat Jenis
Sampel Kosong + Aquadest + Alkohol
1 Pisang 16,541 gram 41,709 gram 39,513 gram 0,913 gram
2 Nanas 4,169 gram 41,702 gram 39,238 gram 0,934 gram
Sumber : Laporan Sementara
Pembahasan
Salah satu energi alternatif yang menjanjikan adalah bioetanol. Menurut
Fatimah (2013) bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari
tumbuhan (biomassa) dengan cara fermentasi. Bioetanol yang diolah dari
biomassa mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%. Tumbuhan yang
mengandung karbohidrat tinggi berpotensial untuk menghasilkan bioetanol.
Buah nanas dan pisang termasuk jenis buah-buahan yang mengandung
glukosa tinggi. Tingginya kandungan glukosa yang terdapat pada buah nanas
dan pisang berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber pembuatan bioetanol.
Bioetanol juga dapat dibuat dari bahan yang mengandung gula
sederhana, pati, maupun bahan berserat melalui proses fermentasi.
Masing‐masing bahan berbeda cara pengolahannya untuk bisa dijadikan
bioetanol. Menurut Retno dan Nuri (2011), produksi bioetanol dengan
menggunakan bahan berpati harus diawali dengan proses pemecahan pati
menjadi gula sederhana atau glukosa melalui metode hidrolisis asam atau
enzimatis. Mikroorganisme yang umumnya digunakan dalam proses produksi
bioetanol adalah Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan mikroorganisme lain yang
dapat memproduksi bioetanol. Kelebihan tersebut antara lain lebih mudah
beradaptasi dengan lingkungan, lebih tahan terhadap kadar alkohol tinggi, dan
lebih mudah didapat.
Pada praktikum ini dilakukan fermentasi alkohol dengan sampel sari
buah nanas dan pisang. Berdasarkan data pada Tabel 4.1 berat jenis dari
sampel sari buah pisang dan sari buah nanas tidak sesuai dengan teori Rizani
(2000) bahwa densitas atau berat jenis dari etanol adalah 0,7893 pada suhu
fermentasi adalah 200C g/ml. Berat jenis sari buah pisang yaitu sebesar 0,913,
sedangkan berat jenis sari buah nanas sebesar 0,934. Perbedaan hasil
praktikum ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti mikroorganisme yang
digunakan dan media yang digunakan. Selain itu pada praktikum yang
dilaksanakan juga terdapat perbedaan pada penimbangan berat pikno kosong
yang digunakan. Pada sampel pisang berat pikno kosong adalah 16,541 gram
sedangkan pada sampel nanas adalah 4,169 gram. Perbedaan ini mungkin
mengakibatkan nilai berat jenis yang berbeda dengan teori yang didapatkan.
Wine merupakan minuman hasil fermentasi dari sari buah. Wine dibuat
melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur yang kemudian akan
diubah menjadi alkohol. Hal tersebut bisa dilakukan karena yang dibutuhkan
untuk memproduksi minuman wine adalah bahan yang memiliki kandungan
gula maupun bahan yang dapat menghasilkan gula sebagai bahan dasar
fermentasi. Wine diproduksi dengan melibatkan serangkaian proses
biokimiawi yang kompleks. Proses ini melibatkan peran sejumlah enzim dari
beberapa mikroorganisme yang secara alami hidup pada buah anggur
khususnya khamir, yang banyak berperan pada terbentuknya etanol melalui
proses fermentasi primer (Ningtyas dkk, 2015).
Komponen utama yang merupakan syarat terbentuknya wine adalah
gula yang difermentasi khamir menjadi etanol dan CO2. Gula secara alami di
dalam bahan pangan biasanya tidak cukup tinggi untuk menghasilkan kadar
etanol yang memenuhi syarat mutu wine, sehingga perlu ditambahkan dari
luar. Banyaknya gula yang digunakan perlu diketahui sebab konsentrasi gula
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian khamir sehingga proses
fermentasi tidak akan berlangsung. Pada proses pembuatan wine, gula yang
digunakan maksimum 30%. Gula yang umum digunakan dalam pembuatan
wine adalah gula pasir (sukrosa). Pada proses fermentasi gula sukrosa akan
dipecah oleh enzim invertase menjadi monosakarida (glukosa dan fruktosa)
yang akhirnya diubah menjadi etanol dan CO2 (Gunam, 2009). Konsentrasi
gula sangat mempengaruhi produktivitas alkohol yang dihasilkan dalam wine.
Apabila konsentrasi gulanya kurang dari 14%, harus ditambahkan gula untuk
mengganti kekurangan kandungan gula.
Hasil fermentasi terutama tergantung pada jenis substrat, berbagai
macam mikroba, serta kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi
pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut. Oleh karena itu pemilihan
strain khamir yang tepat untuk konsentrasi substrat dan alkohol tinggi
merupakan syarat utama untuk dapat meningkatkan hasil atau produk. Strain
ragi Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu yang digunakan dalam
pembuatan wine. Saccharomyces cereviseae ellipsoideus sering digunakan
karena mampu menghasilkan alkohol dengan randemen yang tinggi (16%-
18%) pada media yang dirancang dengan baik, tahan terhadap kadar alkohol
yang tinggi terhadap suhu yang tinggi 30°C dan pH 4,8, mikroorganisme ini
cepat berkembang biak, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan
adaptasi. Selain itu dapat menghasilkan alcohol cukup tinggi yaitu 18-20%
(v/v). Khamir jenis ini juga mampu memfermentasi beberapa macam gula
diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa, maltosa dan
maltotriosa (Fardiaz, 1989).
Lama fermentasi pada proses produksi wine juga mempengaruhi kadar
alkohol yang dihasilkan. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin tinggi
kadar alcohol yang dihasilkan. Jika alkohol yang terkandung di dalam substrat
tinggi maka hal ini justru akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae. Karena pada kadar alkohol 2,5% pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae akan terhambat. Hanya Saccharomyces cerevisiae
strain tertentu saja yang dapat bertahan pada kadar alkohol 2,5-5%. Oleh
karena itu dibutuhkan lama fermentasi yang tepat untuk proses fermentasi
bioetanol agar didapatkan kadar etanol dalam jumlah yang tinggi, nilai pH
rendah, dan produksi gas yang tinggi tetapi tidak mengganggu pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae. Fermentasi alcohol oleh Saccharomyces cerevisiae
dapat dilakukan pada pH 4-5 dengan temperatur 27-35°C, proses ini dapat
berlangsung 35-60 jam. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh
adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N
yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan
vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28-30 oC.
Ciri-ciri minuman sari buah yang sudah menghasilkan alkohol adalah
menghasilkan bau yang menyengat seperti aroma khas tape dan asam yang
menyengat, terdapat gelembung yang dihasilkan dari aktivitas ragi, gelembung
yang dihasilkan harus sedikit karena jika semakin banyak gelembung yang
dihasilkan maka hasilnya buruk. Jika diminum memabukkan berarti membuat
kepala pusing, kondisi tubuh tidak terkontrol dengan baik. Dapat larut dalam
air dan eter, memiliki rasa agak manis, tetapi dalam larutan terkonsentrasi
lebih rasanya terbakar.
Proses fermentasi alkohol pada praktikum ini dilakukan dengan cara
menimbang pisang atau nanas sebanyak 200 gram kemudian dibersihkan.
Setelah itu dilakukan pengecilan ukuran dengan cara diblender kemudian
diambil sari buahnya sebanyak ±500 gram dengan cara diperas dengan
menggunakan saringan. Sari buah yan dihasilkan ditambahkan 50 gram gula
sebagai substrat, yaitu sebagai sumber karbon bagi nutrient ragi yang
mempercepat pertumbuhan untuk menguraikan karbohidrat menjadi ethanol.
Larutan tersebut dipanaskan dalam suhu 950C selama 15 menit dan kemudian
dimasukkan ke dalam botol dengan cara disaring untuk menghilangkan ampas
dari sari buah pisang atau nanas. Setelah dimasukkan ke dalam botol
dilakukan pendinginan untuk menambahkan ragi Saccharomyces cereviseae
sebanyak 2,8 gram. Semakin banyak penambahan ragi yang diberikan, makin
semakin cepat pula proses fermentasi yang terjadi. Kemudian setelah itu botol
ditutup rapat menggunakan kapas dan usahakan jangan sampai terdapat
kebocoran. Hal ini dikarenakan ragi yang kita gunakan (saccharomyces
cereviseae) bekerja dalam kondisi anaerob, sehingga diusahakan tidak
terkontaminasi dengan oksigen. Setelah botol ditutup kemudian dilakukan
inkubasi selama 2 minggu dan terbentuklah wine yang diinginkan. Setelah
wine terbentuk dilakukan destilasi dengan cara mengambil cairannya saja.
Destilasi ini dilakukan untuk menentukan berat jenis wine dari buah nanas
atau pisang tersebut. Destilasi ini sangat dipengaruhi oleh kadar etanol yang
terdapat pada wine yang terbentuk.
Menurut Hasanah (2012) reaksi yang terjadi dalam fermentasi alkohol
sebagai berikut: C6H12O62 C2H5OH + 2 CO2
Glukosa Etanol Karbondioksida
Jika pemberian O2 berlebihan, sel khamir akan melakukan respirasi secara
aerobik, dalam keadaan ini enzim khamir dapat memecah senyawa gula lebih
sempurna, dan akan dihasilkan karbondioksida dan air.
C6H12O5 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O
Glukosa Oksigen karbondioksida air

E. Kesimpulan
Dari praktikum acara IV ”Fermentasi Alkohol” dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan
(biomassa) dengan cara fermentasi.
2. Bioetanol yang diolah dari biomassa mampu menurunkan emisi CO2
hingga 18%. Tumbuhan yang mengandung karbohidrat tinggi berpotensial
untuk menghasilkan bioetanol.
3. Wine merupakan minuman hasil fermentasi dari sari buah. Wine dibuat
melalui fermentasi gula yang ada di dalam buah anggur yang kemudian
akan diubah menjadi alcohol.
4. Prinsip kerja pembuatan wine adalah memfermentasi gula atau glukosa
pada substrat tertentu (terutama buah-buahan) untuk dijadikan ethanol atau
wine dengan bantuan bakteri Saccharomyces cereviseae.
5. Berat jenis alkohol dari sari buah pisang adalah 0,9127 sedangkan pada
sampel sari buah nanas adalah 0,934.
DAFTAR PUSTAKA

Bayu. 2014. 20 Kreasi Buah-buahan dengan CorelDraw12. Gramedia. Jakarta.


Fachruddin, Lisdiana. 2002. Membuat Aneka Sari Buah. Penerbit Kanisisus.
Yogyakarta.
Gunam, Ida Bagus Wayan dkk. 2009. Pengaruh Jenis dan Jumlah Penambahan
Gula pada Karakteristik Wine Salak. Universitas Udayana. Bali.
Hasanah, Hafidatul dkk. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar
Alkohol Tape Singkong (MAnihot utillssima Pohl). UIN Maulana
Ibrahim. Malang.
Idise, Emmanuel, Okiemute., dan Ikenna, Edward. 2011. Studies of Wine
Produced from Banana (Musa Sapientum). Department of
Microbiology, Delta State University, Abraka, Delta State.
International Journal for Biotechnology and Molecular Biology
Research. Vol. 2 (12), pp. 209-214. Nigeria.
Kwartiningsih, Endang., dan Sri Mulyati, Ln.Nuning. 2005. Fermentasi Sari Buah
Nanas menjadi Vinegar. Vol. 4, No. 1. 8-12.
Musyimi, S.M dkk. 2013. The Influence of Process Optimization on the
Fermentation Profile of Mango Wine Prepared from the Apple Mango
Variety. Jomo Kenyatta University of Agriculture and Technology.
Kenya.
Ningtyas, D.W., Hawusiwa, E.S. dan Agustin Krisna Wardani. 2015. Pengaruh
Konsentrasi Pasta Singkong (Manihot Esculenta) dan Lama
Fermentasi pada Proses Pembuatan Minuman Wine Singkong. Jurnal
Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 1 p.145-155, Januari 2015.
Prabawati, Sulis., dan Setyabudi, Dondy A. 2008. Teknologi Pascapanen dan
Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Santi, Sintha Soraya. Pembuatan Alkohol Dengan Proses Fermentasi Buah Jambu
Mete Oleh Khamir Saccharomyces cerevesiae.UPN “Veteran” Jatim.
Surabaya.
Santoso, Hieronymus Budi. 1998. Sari Buah Nanas. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Setiadi. 2007. Bertanam Anggur. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Utami, Lucky Indrati. 2009. Pembuatan Etanol Dari Buah Mengkudu. UPN
“Veteran” Jawa Timur. Surabaya.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Sampel Pisang
(Berat pikno+etanol)−Berat pikno kosong
Berat jenis =
(Berat pikno+aquadest)−Beart pikno kosong

39,513−16,541
=
41,709−16,541
22,972
=
25,168
= 0,913

2. Sampel Nanas
(Berat pikno+etanol)−Berat pikno kosong
Berat jenis =
(Berat pikno+aquadest)−Beart pikno kosong
39,238−4,169
=
41,702−4,169
35,069
=
37,533
= 0,934

You might also like