You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI REMPAH DAN MINYAK ATSIRI


ACARA 3 DESTILASI

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Ani Mardatila H0915009
Bulan Febriana C. S H0915016
Iin Fitrua H0915035
Khairun Nisa H0915040
Lucky Fawzi H1916015
Masadya Winacanti H0915009
Rossa Ivana S H0915072
Salwa Al Aribah H0915075

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
ACARA III
DESTILASI MINYAK ATSIRI

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara III “Destilasi Minyak Atsiri” adalah :
1. Mengetahui dan mengenal proses destilasi untuk mendapatkan minyak atsiri.
2. Mengetahui visualisasi fisik minyak atsiri yang meliputi warna, aroma.
3. Menghitung debit tetesan, kadar minyak dalam tetesan, rendemen, massa jenis,
viskositas, indeks bias, putaran optik dan kelarutan dalam alkohol (70%).
B. Tinjauan Pustaka
Destilasi merupakan proses pemisahan dan pemurnian komponen tertentu
berdasarkan perbedaan tekanan uap (titik didih). (Hanamoto, 2009). Destilasi
adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen-komponen suatu
campuran, membuat suatu kenyataan bahwa suatu komponen lebih cepat
menguap dibanding komponen lain. Apabila uap terbentuk dari suatu
campuran, uap ini mengandung komponen asli campuran, akan tetapi dalam
proporsi yang ditentukan oleh daya menguap komponen tersebut (Earle, 1969).
Destilasi dilakukan dalam praktek menurut salah satu dari dua metode
utama. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan mendidihkan
campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan (kondensasi) uap
tanpa ada zat cair yang kembali ke dalam bejana didih. Metode kedua
didasarkan atas pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam
suatu kondisi tertentu sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami
kontak dengan uap yang mengalir ke atas menuju kondensor (McCabe,1993).
Perlakuan terhadap jeruk purut sebelum penyulingan sangat
mempengaruhi rendemen minyak atsiri jeruk purut yang dihasilkan. Jika saat
perajangan dilakukan pada ruangan terbuka dan waktu yang lama, maka
rendemen minyak yang dihasilkan berkurang karena sebagian telah menguap.
Sebaiknya melakukan perajangan dengan menggunakan alat perajang tertutup
dan suhu rendah (Simanihuruk, 2013).
Minyak atsiri memiliki sifat yang mudah menguap, yang terdiri dari
campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang
berbeda-beda (Munawaroh, 2010). Berat jenis minyak atsiri lebih kecil dari
berat jenis air yaitu pada suhu 25oC berkisar antara 0,696-1,188 g/ml. Memiliki
nilai indeks bias yang tinggi yaitu antara 1,448-1,460 dimana nilai indeks bias
tergantung pada jumlah rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Minyak atsiri
laru dalam pelarut organik seperti alkohol, karena alkohol merupakan gugus
hidroksil (OH) (Khasanah, 2015).
Salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai
potensi cukup besar untuk dikembangkan adalah sereh (cymbopogon
winterianus). Cymbopogon winteranius menghasilkan 75-85% citral dalam
minyak atsiri. Citral adalah gabungan dari dua isomer aldehida monoterpene
acylic. Senyawa citral ini membentuk turunan turunan lain yaitu sitronella,
sitronelol, dan geraniol. Geraniol (C10H18O) Sering disebut juga sebagai
rhodinol adalah salah satu senyawa monoterpenoid dan alkohol. Senyawa ini
tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Baunya
menyengat, dan sering digunakan sebagai parfum. Geraniol merupakan
persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul air (Ariyani
dkk, 2008).
Tabel 3.1 Karakteristik Minyak Atsiri Sereh Wangi dan Syarat Mutu SNI

(Agustian dkk, 2007).


C. Metodologi
1. Alat
a. Baskom
b. Corong pemisah
c. Gelas ukur
d. Gunting
e. Piknometer
f. Pipet ukur 1 ml
g. Pro pipet
h. Tabung reaksi
i. Timbangan
j. Unit destilasi kaca
k. Unit destilasi kukus
2. Bahan
a. Air
b. Alkohol 70%
c. Aquades
d. Kulit jeruk
e. Sereh
3. Cara Kerja
Potongan kulit jeruk dan sereh

Penimbangan sebanyak 3 kg

Pemasukkan ke dalam ketel bahan baku

Pengaturan tekanan 1 atm

Penyulingan atau pendestilasian selama 3-4 jam

Pengamatan visualisasi fisik meliputi warna dan aroma

Perhitungan rendemen, berat jenis dan kelarutan dalam


alkohol 70%

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Destilasi Uap


D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Destilasi Kukus dan Kaca Sampel Kulit Jeruk dan
Sereh
HASIL
NO KETERANGAN Shift Siang Shift Siang
Shift Pagi
Sereh Kulit Jeruk
1 Api Menyala 10.00 WIB 14.15 WIB 14.15 WIB
2 Mulai Keluar Tetetsan 10.13 WIB 14.47 WIB 14.30 WIB
3 Api Dimatikan 14.15 WIB 17.15 WIB 17.00 WIB
4 Total Waktu Destilasi 4 jam 3 jam 2 jam 45 menit
5 Rendemen 2,73% 0,33% 0,13%
6 Kelarutan dalam Alkohol 1:5 - -
7 Massa Jenis 0,8396 - -
8 Indeks Bias 1,482 - -
9 Warna kuning jernih kuning kuning jernih
10 Aroma Sangat kuat kurang kuat kurang kuat
11 Massa Bahan 3,01 kg 60 gr 60 gr
12 Cara Destilasi Kukus Kaca Kaca
Sumber: Laporan Sementara
Destilasi merupakan proses pemisahan dan pemurnian komponen tertentu
berdasarkan perbedaan tekanan uap (titik didih) (Hanamoto, 2009). Menurut Earle
(1969), bahwa destilasi adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen-
komponen suatu campuran, membuat suatu kenyataan bahwa suatu komponen
lebih cepat menguap dibanding komponen lain. Proses destilasi dilakukan dengan
dua metode utama. Metode pertama didasarkan atas pembuatan uap dengan
mendidihkan campuran zat cair yang akan dipisahkan dan mengembunkan
(kondensasi) uap tanpa ada zat cair yang kembali ke dalam bejana didih. Metode
kedua didasarkan atas pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih
dalam suatu kondisi tertentu sehingga zat cair yang dikembalikan ini mengalami
kontak dengan uap yang mengalir ke atas menuju kondensor (McCabe, 1993).
Pre-treatment yang diberikan pada bahan praktikum yaitu kulit jeruk dan
sereh dipotong kecil-kecil dan dikering anginkan sebelum dilakukan proses
destilasi untuk mendapatkan minyak atsirinya. Berat sampel yang digunakan pada
destilasi skala kecil sebesar 60 g, dan destilasi skala besar yaitu 3 kg. Pengecilan
ukuran pada proses destilasi ini dimaksudkan untuk membuka jaringan dalam
bahan yang menyebabkan jumlah minyak yang terekstrak lebih tinggi, serta ukuran
bahan yang kecil menyebabkan proses difusi semakin cepat. Hal ini akan
berpengaruh terhadap nilai rendemen yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah
minyak yang diekstrak maka semakin tinggi pula nilai rendemen yang dihasilkan
dari proses destilasi tersebut (Yuliarto, 2012). Teori ini mendukung hasil
rendeman praktikum bahwa perlakuan pre treatment yang berbeda menghasilkan
jumlah minyak yang berbeda.
Menurut Walangare (2013), jenis destilasi terdapat 5 macam yaitu destilasi
sederhana, destilasi fraksionasi (bertingkat), destilasi azeotrop, destilasi uap dan
destilasi vakum. Destilasi sederhana yaitu teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang
jauh sehingga diperoleh senyawa yang murni. Senyawa yang terdapat dalam
campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-masing. Destilasi
fraksionasi (bertingkat) prinsipnya sama dengan destilasi sederhana hanya
destilasi bertingkat memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga
mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang
berdekatan. Destilasi bertingkat ini merupakan destilasi berulang dimana proses
pengulangan terjadi pada kolom fraksional. Destilasi azeotrop Memisahkan
campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan),
biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan
azeotrop tersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi. Destilasi uap
merupakan destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air,
dengan cara mengalirkan uap air ke dalam campuran sehingga bagian yang dapat
menguap beruap menjadi uap pada suhu yang lebih rendahh daripada dengan
pemanasan langsung. Destilasi vakum yaitu Memisahkan dua komponen yang titik
didihnya sangat tingi, metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan
permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah,
dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendestilasi tidak perlu terlalu
tinggi.
Pada praktikum ini terdapat dua macam destilasi yang dilakukan untuk skala
besar menggunakan destilasi kukus dan skala kecil menggunakan destilasi kaca.
Berdasarkan data Tabel 3.2, pada skala besar destilasi mulai dilakukan pada pukul
10.00 WIB tetesan keluar pertama pada pukul 10.13 wib. Proses tersebut
berlangsung sampai pukul 14.15 wib. Berat minyak atsiri yang diperoleh yaitu
82.08 gram. Pada destilasi minyak atsiri sendiri dilakukan tiga uji sekaligus untuk
menentukan minyak atsiri itu dalam kondisi baik. Uji yang dilakukan yaitu
menentukan indeks bias, massa jenis minyak atsiri dan kelarutan dalam alkohol.
Rendemen minyak atsirinya sendiri 2,73%. Massa jenis minyak atsiri yang
diperoleh 0,8396 gr/ml. Untuk kelarutan dalam alkoholnya sendiri diperoleh 1:5
dan indeks bias sebesar 1,482. Parameter warna dan aroma sendiri yang diperoleh
lebih baik daripada destilasi skala kecil. Warna dan aroma pada destilasi skala
besar yaitu kuning jernih dan lebih kuat.
Pada skala kecil destilasi sereh mulai melakukan pada pukul 14.15 WIB
tetesan keluar pertama pada pukul 14.47 wib. Proses tersebut berlangsung sampai
pukul 17.15 wib. Berat minyak atsiri yang diperoleh yaitu sangat sedikit sekali.
Hasil minyak atsiri yang didapatkan sangat sedikit sehingga tidak dilakukan tiga
uji untuk menentukan minyak atsiri tersebut dalam kondisi baik. Berat hasil
minyak atsiri yang didapat sendiri yaitu 0,2 gram. Rendemen minyak atsirinya
sendiri 0,33%. Parameter warna dan aroma sendiri yang diperoleh lebih jelek
daripada destilasi skala besar. Warna dan aroma pada destilasi skala kecil yaitu
kuning dan kurang kuat. Dari data yang ada pada tabel, maka dapat disimpulkan
bahwa minyak atsiri hasil destilasi skala besar memiliki kualitas lebih baik
dibandingkan minyak atsiri hasil destilasi skala kecil.
Pada skala kecil destilasi kulit jeruk mulai melakukan pada pukul 14.15 WIB
tetesan keluar pertama pada pukul 14.30 wib. Proses tersebut berlangsung sampai
pukul 17.00 wib. Berat minyak atsiri yang diperoleh yaitu sangat sedikit sekali.
Hasil minyak atsiri yang didapatkan sangat sedikit sehingga tidak dilakukan tiga
uji untuk menentukan minyak atsiri tersebut dalam kondisi baik. Berat hasil
minyak atsiri yang didapat sendiri yaitu 0,08 gram. Rendemen minyak atsirinya
sendiri 0,13%. Parameter warna dan aroma sendiri yang diperoleh lebih jelek
daripada destilasi skala besar. Warna dan aroma pada destilasi skala kecil yaitu
kuning jernih dan kurang kuat. Dari data yang ada pada tabel, maka dapat
disimpulkan bahwa minyak atsiri hasil destilasi skala besar memiliki kualitas lebih
baik dibandingkan minyak atsiri hasil destilasi skala kecil.
Dalam penelitian Lestari dan Arreneuz (2014) bahwa rendemen minyak
atsiri kulit jeruk dan berat jenis berturut-turut 0,534% dan 0,813 gr/ml. Teori ini
tidak sesuai dengan rendemen hasil praktikum yang telah dilakukan namun teori
sesuai dengan berat jenis hasil praktikum. Hal ini dikarenakan proses pretreatment
yang tidak dilakukan dengan baik. Warna menjadi salah satu parameter penting
yang menunjukan standar kualitas minyak atsiri, mulai warna kuning muda hingga
coklat tua. Sedangkan dalam penelitian Agustian dkk (2007) bahwa minyak atsiri
sereh memiliki massa jenis sebesar 0,8826 gr/ml sedangkan menurut SNI sebesar
0,880-0,922 gr/ml. Rendemen minyak atsiri sereh menurut Ariyani dkk (2008)
adalah 6,73%, sedangkan hasil praktikum yang diperoleh adalah 0,33%. Hasil
yang diperoleh sangat jauh dari teori, hal ini disebabkan proses pre treatment yang
tidak dilakukan dengan baik.
Berdasarkan hasil pengujian kelarutan dalam alkohol, kelarutan minyak
atsiri untuk skala besar yaitu 1 banding 5. Menurut Jailani (2015) minyak atsiri
kebanyakan larut dalam alkohol dan jarang larut dalam air, maka kelarutannya
dapat mudah diketahui dengan menggunakan alkohol pada berbagai tingkat
kosentrasi. Kelarutan dalam alkohol dapat dihitung dari banyaknya alkohol yang
ditambahkan pada minyak kulit jeruk, sehingga terlarut secara sempurna yang
ditandai dengan tercampurnya larutan secara merata, tidak bergumpal dan apabila
alkohol ditambahkan terus menerus maka larutan akan semakin jernih. Hal ini
tidak sesuai dikarenakan minyak yang dihasilkan kurang baik kualitasnya.
Minyak atsiri memiliki sifat yang mudah menguap, yang terdiri dari
campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang
berbeda-beda (Munawaroh, 2010). Berat jenis minyak atsiri lebih kecil dari berat
jenis air yaitu pada suhu 25oC berkisar antara 0,696-1,188 g/ml. Memiliki nilai
indeks bias yang tinggi yaitu antara 1,448-1,460 dimana nilai indeks bias
tergantung pada jumlah rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap. Minyak atsiri
laru dalam pelarut organik seperti alkohol, karena alkohol merupakan gugus
hidroksil (OH) (Khasanah, 2015). Hasil praktikum menunjukkan bahwa nilai
indeks bias minyak atsiri sebesar 1,482, nilai tesebut tidak jauh berbeda dari teori
yaitu sebesar 1,448-1,460.
Rendemen, juga dapat disebut rendemen kimia atau rendemen reaksi adalah
jumlah produk yang didapat dalam sebuah reaksi kimia. Rendemen absolut dapat
diberikan sebagai berat dalam gram atau dalam mol (rendemen molar). Rendemen
fraksional, rendemen relatif atau rendemen presentase, yang berfungsi untuk
mengukur efektivitas dari prosedur sintetik dihitung dengan membagi jumlah
produk yang didapat dengan hasil atau rendemen teoritis (Editorial Board, 2012).
Indeks bias, metode ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias
pada minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap. Pengukuran indeks
bias menggunakan refraktometer Abbe. Air dialirkan melalui refraktometer agar
alat berada pada suhu dimana pembacaan dilakukan. Sebelum minyak ditaruh di
dalam alat, minyak harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana
pengukuran dilakukan dan pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil. Kelarutan
dalam Alkohol 70%, kelarutan dalam alkohol ini dapat diuji dengan
mencampurkan minyak sereh sebanyak 1 ml dengan tetesan alkohol 70% dengan
konsentrasi tertentu dan dilakukan pengocokan sampai diperoleh larutan yang
sebening mungkin (Zaituni dkk., 2016).
Dalam praktikum, didapatkan berat jenis melalui pengujian menggunakan
piknometer. Prinsip perhitungan berat jenis pada pengujian menggunakan
piknometer adalah perbandingan berat minyak atsiri dengan densitas air pada
pengamatan temperatur yang sudah tercatat (Moektiwardoyo et al., 2014).
Pengujian menggunakan piknometer dilakukan dengan memasukan sampel atau
destilat ke dalam piknometer yang telah ditimbang sebelumnya. Destilat
dimasukkan hingga memenuhi piknometer. Kelebihan destilat pada puncak pipa
kapiler dibersihkan. Piknometer yang berisi destilat ditimbang dan beratnya dicatat.
Prosedur yang sama dilakukan pada aquades sebagai pembanding. Berat jenis
destilat dihitung dari (berat piknometer + destilat dikurangi berat piknometer
kosong kemudian dibagi (berat piknometer + aquades dikurangi berat piknometer
kosong) (Azizah dkk., 2012).

E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Acara III Destilasi Minyak Atsiri, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Mekanisme destilasi yaitu memasukkan bahan kedalam tabung pemanasan
atau destilator dan ditambahkan air pada tabung pada bagian bawah.
Komponen dengan titik didih lebih rendah akan menguap melalui pipa
penghubung lalu didinginkan dalam kondensor. Hasil destilasi yang berupa
minyak dan pelarut akan tertampung dalam wadah.
2. Karakteristik minyak atsiri yang didapat dari semua perlakuan, didapat warna
minyak atsiri kulit jeruk skala besar berwarna kuning jernih dan dengan aroma
sangat kuat. Kulit jeruk skala kecil berwarna kuning jernih dan dengan aroma
kurang kuat. Destilasi minyak atsiri sereh skala kecil berwarna kuning dan
dengan aroma kurang kuat.
3. Rendemen minyak atsiri yang didapatkan pada destilasi kukus kulit jeruk skala
besar adalah 2,73% sedangkan dengan destilasi uap kulit jeruk skala kecil
adalah 0,33%. Rendemen minyak atsiri sereh adalah 0,13%. Kelarutan dalam
alkohol untuk destilasi skala besar yaitu 1 banding 5. Hasil indeks bias minyak
atsiri sebesar 1,482.
DAFTAR PUSTAKA

Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya. Bogor.
Munawaroh, Safaatul dan Prima Astuti Handayani. 2010. Ekstraksi Minyak Daun
Jeruk Purut (Citrus hystrix D. C) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal
Kompetensi Teknik, Vol.2 (1).
Walangare K.B.A. dkk. 2013. Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut Menjadi Air
Minum Dengan Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik.
e-Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.1 (1): 1-11.
Yuliarto, Fuki Tri., Lia Umi Khasanah dan Baskara Katri Anandito. 2012. Pengaruh
Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan Destilasi Uap Air)
terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum burmanni).
Jurnal Teknosains Pangan, Vol.1 (1): 1-12.
Jailani, Ahmad., Rudianda Sulaeman dan Evi Sribudiani. 2015. Karakteristik Minyak
Atsiri Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Ness & Th.Ness)). Jom
Faperta UR Vol 2.
Ben, Elfi Sahlan., Zulianis dan Auzal Halim. 2006. Studi Awal Pemisahan Amilosa
dan Amilopektin Pati Singkong Dengan Fraksinasi Butanol – Air. Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi, Vol. 11, No. 2.
Kebede, Abebe dan Mesele Hayelom. 2008. The Design and Manufacturing of
Essential oil Distillation Plant for rural poverty Allevation in Ethiopia.
Ethiopian Journal of Enviromental Studies and Management Volume 1 No. 1.
Hanamoto, Takashi. 2009. Development of a New Type of Centrifugal Vacuum
Distillation System. Ulvac Technical Journal No. 70E.
Kasuan, Nurhani, Zakariah Yusuf, Mohd Nasir Taib, Mohd Hezri Fazalul Rahiman,
Nazurah Tajuddin, Mohd Azri Abdul Aziz. 2010. Robust Steam Temperature
Regulation for Distillation of Essential Oil Extraction Process using Hybrid
Fuzzy-PD plus PID Controller. Journal World Academy of Science,
Engineering and Technology 71
Komariah, Leily Nurul., A. F. Ramdja., Nicky Leonard. 2009. Tinjauan Teoritis
Perncangan Kolom Destilasi untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri. Jurnal
Teknik Kimia No. 4 Vol. 16
McCabe, Warren L., Julian C. Smith dan Petter Harriot 1999. Operasi Teknik Kimia,
Edisi Keempat, Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Muchtadi M.S, Pro. Dr. Ir. Tien R., Dr. Ir. Sugiyono, M.App.Sc., Fitriyono
Ayustaningwarno S.Tp., M.Si. 2011. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Alfabeta.
Simanihuruk, Naomi. 2013. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Purut (Citrus
Hystrix D. C.) di Balai Latihan Transmigrasi Pekanbaru sebagai Bahan Aktif
Minyak Gosok. Jurnal Pengolahan Hasil Pertanian
Zekovic, Zoran P, Zika D. Lepojevic dan Ibrahim O. Mujic. 2009. Laurel Extracts
Obtained by Steam Distillation, Supercritical Fluid and Solvent Extraction.
International Journal of Natural Products, Vol. 2(2009):104-109.
Wijayanti, Wahyu A., Yulfi Zetra, dan Perry Burhan. 2011. Minyak Atsiri dari Kulit
Batang Cinnamomum burmanii (Kayu Manis) dari Famili Lauraceae sebagai
Insektisida Alami, Antibakteri, dan Antioksidan. Jurnal Kimia. 2-3.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

1. Rendemen Kulit Jeruk Shift Pagi (Rabu)


Berat awal kulit jeruk = 3,01 Kg
Berat botol vial 1 = 21,52 gr; Berat Botol+Minyak 1 = 49,8 gr; Berat Minyak
1= 28,28 gr
Berat botol vial 2 = 21,70 gr; Berat Botol+Minyak 2 = 49,9 gr; Berat Minyak
2= 28,20 gr
Berat botol vial 3 = 20,70 gr; Berat Botol+Minyak 3 = 46,3 gr; Berat Minyak
3= 25,60 gr
Total Minyak = 82,08 gr
82,08
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100% = 2,73 %
3010

2. Rendemen Kulit Jeruk Shift Siang (Kamis)


Berat Botol Vial = 8,12 gr; Berat Botol+Minyak = 8,2 gr; Berat Minyak =
0,08 gr
0,08
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100% = 0,13%
60

3. Rendemen Sereh Shift Siang (Kamis)


Berat Botol Vial = 8,3 gr; Berat Botol+Minyak = 8,5 gr; Berat Minyak = 0,2
gr
0,2
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100% = 0,33%
60

4. Indeks Bias
a. Shift Pagi (Rabu)
Suhu Pengerjaan = 30,3oC
Suhu Referensi = 20oC
Indeks Bias Baca = 1,477
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐵𝑖𝑎𝑠 = 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐵𝑖𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑐𝑎
+ {𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 (𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
− 𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖)}
Indeks Bias = 1,477 +{0,0004 x (30,3-20)} = 1,48112
b. Shift Siang dengan Sampel Minyak Shift Pagi
Suhu Pengerjaan = 30oC
Indeks Bias Baca = 1,4805
Indeks Bias = 1,4805 +{0,0004 x (30-20)} = 1,4845

Maka, hasil shift pagi dan siang dirata-rata:


1,4811 + 1,4845
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐵𝑖𝑎𝑠 = = 1,482
2
5. Massa Jenis
Berat pikno = 9,7077 gr
Berat air + pikno = 14,9760 gr
Berat air = 14,9760 – 9,7077 = 5,2683
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 =
⍴ 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 27𝑜𝐶 (𝑅𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖)
5,2683
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜 = = 5,28659 𝑚𝑙
0,99654
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 + (𝑇1 − 𝑇𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖)𝑥0,00068
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜
a. Massa Jenis Shift Pagi
(14,1660 − 9,7132) + (27 − 25)𝑥0,00068
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =
5,28659
= 0,8425
b. Massa Jenis Shift Siang dengan sampel minyak shift pagi
(14,1384 − 9,7159) + (27 − 25)𝑥0,00068
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑀𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =
5,28659
= 0,8368
Maka, hasil shift pagi dan siang dirata-rata:

0,8425+0,8368
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = = 0,8396
2
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 3.2 Perbandingan Minyak Atsiri

Gambar 3.3 Minyak Atsiri setelah Pemurnian


Gambar 3.4 Pengukuran Indeks Bias Menggunakan Refraktometer Abbe

Gambar 3.5 Pengukuran Suhu Menggunakan Thermometer Digital

You might also like