Professional Documents
Culture Documents
B. Dasar Teori
1. Merkuri
Merkuri berasal dari bahasa latin yaitu hydrargyrum (Hg) yang
berarti mudah menguap. Walaupun terjemahan hydrargyrum ke bahasa
Indonesia adalah raksa, namun dikalangan peneliti dan masyarakat unsur
hydrargyrum lebih dikenal dengan nama merkuri. Raksa adalah unsur kimia,
yang mempu-nyai nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol. Merkuri telah
dikenal manusia sejak mereka mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan
dari biji sinabar HgS yang mengandung unsur merkuri antara 0.1 – 4%.
Adapun raksinya yaitu (Palar, 1994):
HgS + O2 Hg + SO2
Merkuri merupakan salah satu jenis polutan yang bersifat toksik
(Santi dan Goenadi, 2009). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Selid, et.al (2009) bahwa merkuri adalah unsur yang sangat beracun yang
banyak tersebar di atmosfer, litosfer, dan air permukaan. Merkuri
menimbulkan masalah serius bagi kesehatan manusia, seperti
bioaccumulation merkuri dalam otak dan ginjal pada akhirnya mengarah
pada penyakit neurologis.
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang
mempunyai sifat cair pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan
daya hantar listrik yang tinggi. merkuri di industri ini untuk memudahkan
(sebagai katalis) proses pencampuran logam dengan logam lainnya,
contohnya dalam proses ekstraksi logam emas dan logam campuran untuk
gigi.
Secara umum logam merkuri mempunyai sifat-sifat sebagai berikut
yaitu berwujud cair pada suhu kamar (250C) dengan titik beku paling rendah
sekitar 390C. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika
dibandingkan dengan logam yang lain. Tahanan listrik yang dimiliki sangat
rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik
untuk menghantarkan daya listrik.Dapat melarutkan bermacam-macam
logam untuk membentuk alloy yang disebut dengan amalgam. Merupakan
unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup , baik itu dalam
bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan (Palar,
1994).Merkuri umumnya terdiri dari tiga bentuk yaitu elemen merkuri
(Hg0), ion merkuri (Hg2+), dan merkuri organik kompleks (Selid et.al,
2009).
Merkuri (Hg) secara alami terdapat di alam sangatlah sedikit.
Merkuri berasal dari kegiatan gunung berapi, rembesan-rembesan air tanah
yang melewati daerah yang mengandung merkuri. Konsentrasi meningkat
setelah manusia mengunakan merkuri sebagai bahan industri (Darmono,
2001). Merkuri dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung
dengan khlor, belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang
biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan dalam
krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam
merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri.
Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam,
buangan limbah, dan aktivitas volkanik.
Terdapat 3 bentuk merkuri yang ada di alam dan sering gunakan
manusia, yaitu :
1) Merkuri elemental (Hg)
Terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi,
alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator
dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin
dari sodium klorida.
2) Merkuri anorganik
Dalam bentuk Hg9++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous) Misalnya:
a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat
toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan
b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder
dan laksansia (calomel)
c. Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.
3) Merkuri organic
Terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :
a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil
rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.
Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan
gangguan neurologis dan kongenital.
b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai
antiseptik dan fungisida.
Haluskan (menggunakan
lumping porselen/blender)
Timbang 25 gram
sampel yang telah halus
Teteskan sampel
sebanyak 3 tetes pada
permukaan kertas
mercury
selesai
F. Hasil Pengamatan
G. Pembahasan
H. Kesimpulan
I. Saran
J. Daftar Pustaka
Tralala. 2012. Makalah Toksikologi Lingkungan Logam Berat Merkuri (Hg).
http://tralalaikrima.blogspot.co.id/2012/04/makalah-toksikologi-
lingkungan-logam.html Di akses 20 Desember 2017.
Wahyu, F., L. 2015. Analisis Logam Merkuri (Hg) Dan Timbal (Pb) Pada
Teripang Terung (Phyllophorus Sp.) Asal Pantai Kenjeran Surabaya
Secara Sprektofotometri Serapan Atom (SSA). Skripsi.
Mirdai., Yosep.,S.P., dan Isrun. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg)
Dalam Tanah Pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas Di Kelurahan
Poboya, Kota Palu. E-Jurnal Agrotekbls. Vol 2. No 1. hal: 127-134.
Sumantri, A., et all. 2014. Logam Merkuri pada Pekerja Penambangan Emas
Tanpa Izin. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 8. No 8.
Sudarmaji., Mukono, J., dan Corie, I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3
Dan Dampaknya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2. No 2.
Suryani, Y. 2011. Bioremediasi Limbah Merkuri Dengan Menggunakan
Mikroba Pada Lingkungan Yang Tercemar Terhadap Kesehatan. Edisi
Juni 2011 Vol 5. No 1-2.