You are on page 1of 8

ACARA IV

UJI LOGAM MERCURY (Hg)


A. Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui prosedur
pengujian logam merkuri dari bahan pangan.

B. Dasar Teori
1. Merkuri
Merkuri berasal dari bahasa latin yaitu hydrargyrum (Hg) yang
berarti mudah menguap. Walaupun terjemahan hydrargyrum ke bahasa
Indonesia adalah raksa, namun dikalangan peneliti dan masyarakat unsur
hydrargyrum lebih dikenal dengan nama merkuri. Raksa adalah unsur kimia,
yang mempu-nyai nomor atom 80, berat atom 200,59 g/mol. Merkuri telah
dikenal manusia sejak mereka mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan
dari biji sinabar HgS yang mengandung unsur merkuri antara 0.1 – 4%.
Adapun raksinya yaitu (Palar, 1994):
HgS + O2 Hg + SO2
Merkuri merupakan salah satu jenis polutan yang bersifat toksik
(Santi dan Goenadi, 2009). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh
Selid, et.al (2009) bahwa merkuri adalah unsur yang sangat beracun yang
banyak tersebar di atmosfer, litosfer, dan air permukaan. Merkuri
menimbulkan masalah serius bagi kesehatan manusia, seperti
bioaccumulation merkuri dalam otak dan ginjal pada akhirnya mengarah
pada penyakit neurologis.
Logam merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang
mempunyai sifat cair pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan
daya hantar listrik yang tinggi. merkuri di industri ini untuk memudahkan
(sebagai katalis) proses pencampuran logam dengan logam lainnya,
contohnya dalam proses ekstraksi logam emas dan logam campuran untuk
gigi.
Secara umum logam merkuri mempunyai sifat-sifat sebagai berikut
yaitu berwujud cair pada suhu kamar (250C) dengan titik beku paling rendah
sekitar 390C. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika
dibandingkan dengan logam yang lain. Tahanan listrik yang dimiliki sangat
rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik
untuk menghantarkan daya listrik.Dapat melarutkan bermacam-macam
logam untuk membentuk alloy yang disebut dengan amalgam. Merupakan
unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup , baik itu dalam
bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan (Palar,
1994).Merkuri umumnya terdiri dari tiga bentuk yaitu elemen merkuri
(Hg0), ion merkuri (Hg2+), dan merkuri organik kompleks (Selid et.al,
2009).
Merkuri (Hg) secara alami terdapat di alam sangatlah sedikit.
Merkuri berasal dari kegiatan gunung berapi, rembesan-rembesan air tanah
yang melewati daerah yang mengandung merkuri. Konsentrasi meningkat
setelah manusia mengunakan merkuri sebagai bahan industri (Darmono,
2001). Merkuri dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung
dengan khlor, belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang
biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan dalam
krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam
merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri.
Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam,
buangan limbah, dan aktivitas volkanik.
Terdapat 3 bentuk merkuri yang ada di alam dan sering gunakan
manusia, yaitu :
1) Merkuri elemental (Hg)
Terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi,
alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator
dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin
dari sodium klorida.
2) Merkuri anorganik
Dalam bentuk Hg9++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous) Misalnya:
a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat
toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan
b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder
dan laksansia (calomel)
c. Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.
3) Merkuri organic
Terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :
a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil
rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.
Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan
gangguan neurologis dan kongenital.
b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai
antiseptik dan fungisida.

2. Merkuri Dalam Air


Merkuri (Hg) yang larut dalam air laut adalah dalam bentuk ion
merkuri (Hg2+) terjadi paling banyak sebagai Hg(OH)2 dan HgCI2. Merkuri
membentuk kompleks yang stabil dengan senyawa-senyawa organik yang
terdapat di air, khususnya protein dan zat-zat yang mengandung sulfur.
Meskipun demikian sampai batas-batas tertentu Hg diserap pada bahan
partikulat dan dalam kondisi anaerobik dalam sedimen dapat hadir sebagai
HgS dan HgS22 (Connel, 1995).
Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di perairan umum
diubah oleh aktivitas mikroorganisme menjadi komponen metal-merkuri
(me-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat kuat disamping
kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan yang hidup di air
(lautan). Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi baik melalui
proses biokumulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui rantai makanan
(foof chain) dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri
dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air
maupun kesehatan manusia yang memakan hasil tangkap hewan-hewan air
tersebut (Fitriyah, 2007).
Melalui jalur makanan, logam merkuri masuk melalui dua cara
yaitu lewat air (minuman) dan tanaman (bahan makanan). Jumlah merkuri
yang masuk lewat minuman bisa menjadi sangat tinggi. Jumlah tersebut
berlipat kali dibandingkan jumlah merkuri yang masuk melalui tanaman.
Hal ini dapat terjadi disebabkan karena logam merkuri dalam air bisa jadi
telah mengalami pelipatgandandaan dari jumlah awal yang masuk.
Pelipatgandaan merkuri dalam air berawal dari proses bakterial terhadap ion
logam atau merkuri yang terdapat dalam atau pengendapan pada lumpur di
dasar perairan. Proses bakterial ini bisa terjadi di semua badan perairan
(sungai ataupun danau) yang telah kemasukan senyawa merkuri (Palar,
1994).
Food and Drug Adminitration menetapkan kandungan merkuri
maksimum adalah 0,005 ppm untuk air dan 0,5 ppm untuk makanan.
Sedangkan WHO (World Health Organization) menetapkan batasan
maksimum yang lebih rendah yaitu 0,0001 ppm untuk air (Fardiaz, 1992).
Dan menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No.
03725/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam
makanan untuk Hg adalah 0,5 ppm (Harizal, 2006).
Keracunan yang disebabkan oleh merkuri umumnya berawal dari
kebiasaan memakan makanan dari laut terutama sekali ikan, udang, dan
tiram yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Awal peristiwa kontaminasi
merkuri terhadap biota laut adalah masuknya buangan industri yang
mengandung merkuri ke dalam badan perairan teluk (lautan). Slanjutnya
dengan adanya proses biomagnifikasi yang bekerja di lautan, konsentrasi
merkuri yang masuk akan terus ditingkatkan disamping penambahan yang
terus menerus dari buangan pabrik. Merkuri yang masuk tersebut kemudian
berasosiasi dengan sistem rantai makanan, sehingga masuk ke dalam tubuh
biota laut dan ikut termakan oleh manusia berrsama makanan yang diambil
dari perairan yang tercemar oleh merkuri (Palar, 1994).
C. Waktu dan Tempat
Praktikum pengujian logam mercury ini dilakukan pada hari jum’at
tanggal 15 Desember 2017 pukul 13.00 – selesai di Laboratorium
Agroindustri Pangan Politeknik Negeri Sambas.

D. Alat dan Bahan


1. Alat 2. Bahan
 Mortar/blender  Ikan tenggiri
 Beaker glass  Ikan manyung
 Batang pengaduk  Kerang
 Neraca digital  Cumi
 Tabung reaksi  Air sungai
 Safety Food Test KIT  aquades
E. Prosedur Kerja
Sampel

Haluskan (menggunakan
lumping porselen/blender)

Timbang 25 gram
sampel yang telah halus

Masukkan dalam Tambahkan 50 ml


beaker glass aquades

Aduk hingga larut

Ambil 5 ml larutan sampel (Dengan Tambahkan 3 tetes


menggunakan pipet tetes) reagen mercury

Masukkan dalam tabung


reaksi

Aduk hingga merata

Teteskan sampel
sebanyak 3 tetes pada
permukaan kertas
mercury

Diamkan selama 3 menit

Amati perubahan warna

Catat pada tabel


hasil pengamatan

selesai
F. Hasil Pengamatan
G. Pembahasan
H. Kesimpulan
I. Saran
J. Daftar Pustaka
Tralala. 2012. Makalah Toksikologi Lingkungan Logam Berat Merkuri (Hg).
http://tralalaikrima.blogspot.co.id/2012/04/makalah-toksikologi-
lingkungan-logam.html Di akses 20 Desember 2017.

Riskayanti. 2015. Laporan Cara Uji Merkuri (Hg) Secara Spektrofotometer.


http://riskayantichemistry.blogspot.co.id/2015/12/laporan-cara-uji-
merkuri-hg-secara.html Di akses 20 Desember 2017.

Wahyu, F., L. 2015. Analisis Logam Merkuri (Hg) Dan Timbal (Pb) Pada
Teripang Terung (Phyllophorus Sp.) Asal Pantai Kenjeran Surabaya
Secara Sprektofotometri Serapan Atom (SSA). Skripsi.

Mirdai., Yosep.,S.P., dan Isrun. 2013. Status Logam Berat Merkuri (Hg)
Dalam Tanah Pada Kawasan Pengolahan Tambang Emas Di Kelurahan
Poboya, Kota Palu. E-Jurnal Agrotekbls. Vol 2. No 1. hal: 127-134.

Sumantri, A., et all. 2014. Logam Merkuri pada Pekerja Penambangan Emas
Tanpa Izin. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 8. No 8.

Purnawan, S., Sikanna, R., dan Prismawiryanti. 2013. Distribusi Logam


Merkuri Pada Sedimen Laut Di Sekitar Muara Sungai Poboya. Jurnal of
Natural Science. Vol 2. No 1.

Sudarmaji., Mukono, J., dan Corie, I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3
Dan Dampaknya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol 2. No 2.
Suryani, Y. 2011. Bioremediasi Limbah Merkuri Dengan Menggunakan
Mikroba Pada Lingkungan Yang Tercemar Terhadap Kesehatan. Edisi
Juni 2011 Vol 5. No 1-2.

You might also like