You are on page 1of 8

ARTIKEL PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada


Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung

Factors Associated With Impaired Lung Function In Workers at PT. Tonasa


Line Bitung City

Novalinda I. Anes 1) J. M. L Umboh 2) P. A. T. Kawatu 3)


1)
Kantor Kesehatan Pelabuhan Bitung
2)
Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
3)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak Abstract

Paparan debu dapat menimbulkan berbagai Exposure to dust can cause a variety of
penyakit akibat kerja yang mengakibatkan occupational diseases resulting in pulmonary
gangguan fungsi paru dan kecacatan. Berbagai function impairment and disability. Various factors
faktor yang berpengaruh dalam timbulnya penyakit influence the onset of diseases or disorders of the
atau gangguan pada saluran nafas akibat debu airways due to dust is dust factors, which include
adalah faktor debu, yang meliputi ukuran partikel, particle size, shape, concentration, solubility and
bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, chemical properties, and long exposure. Based on
serta lama paparan. Berdasarkan survey awal dan the initial survey and interviews on labor in the
hasil wawancara pada tenaga kerja di kantor unit office unit cement packing Tonasa Bitung City,
pengantongan semen Tonasa Kota Bitung, dimana where workers complain of cough, runny nose, and
para pekerja mengeluh sering batuk-batuk, beringus shortness of breath at work, and the work can be
dan sesak napas pada saat bekerja, dan hasil seen that all workers do not use PPE (Personal
pantauan dapat dilihat bahwa semua pekerja tidak Protective Equipment) such as masks to protect
menggunakan APD seperti masker untuk respiratory tract. The purpose of this study is to
melindungi saluran pernapasan. Tujuan penelitian analyze the relationship between dust exposure,
ini yaitu untuk menganalisis hubungan antara age, cigarette consumption, and leisure activities
paparan debu, umur, konsumsi rokok, dan aktifitas with impaired lung function in workers collecting
olahraga dengan gangguan fungsi paru pada pekerja semen. This type of research is observational with
pengumpul semen. Jenis penelitian ini ialah cross sectional study with a total sample of 38
observasional dengan rancangan cross sectional workers employed in the Unit packing Cement PT.
study dengan jumlah sampel sebanyak 38 orang Tonasa Line Bitung City. The research instrument
pekerja yang bekerja di Unit Pengantongan Semen used in this study were questionnaires, personal
PT. Tonasa Line Kota Bitung. Instrumen penelitian dust sampler (gauges the amount of dust) and a
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu spirometer (a device to measure lung function), the
kuesioner, personal dust sampler (alat pengukur data were analyzed by using logistic regression.
kadar debu) dan Spirometer (alat untuk mengukur Results from this study shows that proved to be a
fungsi paru), data hasil penelitian dianalisis dengan factor associated with and as a risk factor for lung
menggunakan uji regresi logistic. Hasil penelitian function impairment is dust exposure and tobacco
menunjukkan variabel yang terbukti sebagai faktor consumption while the variables that proved to be
yang berhubungan dan sebagai faktor risiko factors that are not related but risk factors on the
terhadap gangguan fungsi paru adalah paparan debu incidence of lung function impairment was age and
dan konsumsi rokok sedangan variabel yang sport activities. Variable most strongly related to
terbukti sebagai faktor yang tidak berhubungan the the incidence of pulmonary function impairment
tetapi menjadi faktor risiko terhadap kejadian is consuming cigarettes
gangguan fungsi paru adalah umur dan aktifitas
olahraga. Variabel yang paling kuat berhubungan Keyword: Dust Exposure, Tobacco Consumption,
terhadap kejadian gangguan fungsi paru adalah Age, Sport Activity, Lung Function
mengkonsumsi rokok. Impairment.
Kata kunci: Paparan Debu, Konsumsi Rokok,
Umur, Aktivitas Olahraga,
Gangguan Fungsi Paru.

600
Anes, Umboh dan Kawatu, Faktor-faktor yang Berhubungan

Pendahuluan dari 10 tahun, para tenaga kerja dan pada


saat bekerja tidak menggunakan alat
Salah satu dampak negatif dari industri
pelindung diri (APD) masker dan lain-lain
semen adalah pencemaran udara oleh
berdasarkan hasil wawancara dengan
debu. Industi semen berpontensi untuk
beberapa orang tenaga kerja, dimana
menimbulkan kontaminasi di udara berupa
perusahan tidak menyediakan alat
debu. Debu yang dihasilkan oleh kegiatan
pelindung diri. Jika alat pelindung diri
industri semen terdiri dari : debu yang
tidak disediakan oleh perusahaan dan
dihasilkan pada waktu pengadaan bahan
tenaga kerja tidak menggunakan alat
baku dan selama proses pembakaran dan
pelindung diri hal tersebut dapat
debu yang dihasilkan selama
berpengaruh pada kesehatan para pekerja
pengangkutan bahan baku ke pabrik dan
pengumpul semen di unit pengantongan
bahan jadi ke luar pabrik, termasuk
semen Tonasa Kota Bitung.
pengantongannya. Bahan pencemar
tersebut dapat berpengaruh terhadap Berdasarkan hasil wawancara dengan
lingkungan dan manusia (Mengkidi, 2006). tenaga kerja di unit pengantongan semen
PT. Tonasa Line Kota Bitung dimana
Berbagai faktor yang berpengaruh
tenaga kerja sering mengeluhkan
dalam timbulnya penyakit atau gangguan
kesukaran bernapas dan sering terjadi
pada saluran nafas akibat debu adalah
batuk pada saat bekerja, para pekerja jika
faktor debu, yang meliputi ukuran partikel,
terjadi gangguan kesehatan berobat di RSU
bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat
Budi Mulia Bitung, RS Angkatan Laut
kimiawi, serta lama paparan. Faktor
Bitung serta Dokter praktek, kunjungan
individual meliputi mekanisme pertahanan
berobat dari setiap tenaga kerja di pusat
paru, anatomi dan fisiologi saluran nafas
pelayanan kesehatan difasilitasi dengan
serta faktor imunologis. Penilaian paparan
BPJS ketenaga kerjaan.
pada manusia perlu dipertimbangkan
antara lain sumber paparan, lamanya Tujuan yang akan dicapai dari
paparan, paparan dari sumber lain, pola penelitian ini adalah untuk menganalisis
aktivitas sehari-hari dan faktor penyerta faktor-faktor yang berhubungan dengan
yang potensial seperti umur, gender, gangguan fungsi paru pada pekerja di unit
kebiasaan merokok (Epler, 2000 dalam pengantongan semen PT. Tonasa Line
Setiawan, 2002). Kota Bitung
Berdasarkan survey awal dan hasil
wawancara pada tenaga kerja di kantor
unit pengantongan semen Tonasa Kota Metode
Bitung, dimana para pekerja mengeluh
sering batuk-batuk, beringus dan sesak Jenis penelitian ini merupakan studi
napas pada saat bekerja sebagai tenaga observasional analitik dengan rancangan
pengumpul semen, dan hasil pantauan cross sectional study (studi potong
tersebut dapat dilihat bahwa semua pekerja lintang), yaitu rancangan studi
tidak menggunakan APD seperti masker epidemiologi yang mempelajari hubungan
untuk melindungi saluran pernapasan para penyakit dan paparan (faktor penelitian)
pekerja. dengan cara mengamati status paparan dan
penyakit serentak pada individu-individu
Pekerja pengumpul semen di unit
dari populasi tunggal, pada suatu saat atau
pengantongan semen Tonasa Kota Bitung
periode. Variabel Dependen (terikat)
berjumlah 38 yang teridiri dari 26 orang
adalah Gangguan fungsi paru dan variabel
dibagian pengepakan dan 12 orang tenaga
Independen (bebas) adalah paparan debu,
kerja dibagian pengantongan dan rata-rata
umur, konsumsi rokok, dan aktifitas
lama kerja dari tenaga kerja tersebut lebih
olahraga. Sampel yang digunakan dalam

601
JIKMU, Vol. 5, No. 3 Juli 2015

penelitian ini yaitu seluruh tenaga kerja menggunakan uji Chi-Square. Untuk
yang bekerja di unit pengantongan semen mengetahui besar pengaruh variabel bebas
yaitu sebagai tenaga pengepakan dan terhadap variabel terikat, dengan
tenaga pengantongan semen yang menggunakan uji statistik Logistic
berjumlah 38 orang. Dalam penelitian ini Regression.
tidak diambil perhitungan besar sampel,
dimana seluruh populasi dijadikan sebagai .
subjek penelitian. Instrumen dalam
Hasil dan Pembahasan
penelitian ini yaitu kuesioner yang berisi
pertanyaan tentang variabel penelitian,
lembar pengukuran fungsi paru dengan a. Hubungan Paparan Debu Semen
menggunakan alat Spirometer dan alat Dengan Gangguan Fungsi Paru Pekerja
pengukuran paparan debu yaitu personal
dust sampler. Penelitian ini sudah Berdasarkan hasil analisis data secara
dilaksanakan pada bulan Februari 2015 bivariat untuk hubungan kadar debu semen
sampai dengan bulan Maret 2015. Lokasi dengan gangguan fungsi paru pekerja di
penelitian adalah kantor unit pengantongan unit pengantongan semen PT. Tonasa Line
semen PT. Tonasa Line Kota Bitung. Kota Bitung dapat dilihat pada tabel 1 di
Untuk mengetahui hubungan antara bawah ini :
variabel bebas dengan variabel terikat

Tabel 1. Hubungan Paparan Debu dengan Gangguan Fungsi Paru Pekerja di Unit
Pengantongan Semen PT. Tonasa Line Kota Bitung

Gangguan Fungsi Paru


Kadar Debu N % p RP 95% CI
Ya % Tidak %
TMS 19 50 9 23.7 28 73.7 1,481-
0,023 8,444
MS 2 5.3 8 21.1 10 26.3 48,143
Total 21 55.3 17 44.8 38 100

Tabel 1 menjelaskan bahwa hasil dengan responden yang tidak terpapar


analisis dengan menggunakan uji Chi- dengan debu semen.
square terdapat cell yang expected kurang Hasil pengukuran kadar debu personal
dari 5, maka uji yang digunakan adalah uji di unit pengantongan semen PT. Tonasa
Fisher’s Exact test dan hasil analisis Line Kota Bitung, dengan hasil
memperoleh nilai signifikasi sebesar 0,023 pengukuran yaitu pada umumnya kadar
dengan demikian probabilitas (signifikasi) debu personal tidak memenuhi syarat
kurang dari 0,05 (0,023 < 0,05) maka Ha karena lebih dari NAB yang telah
di terima atau terdapat hubungan antara ditetapkan yaitu (> 3 mg/m3) dengan rata-
paparan kadar debu dengan gangguan rata pengukuran = 4,088 mg/m3 dan hasil
fungsi paru pekerja. Jika dilihat dari nilai pengukuran kadar debu yang memenuhi
PR menunjukkan bahwa responden yang syarat (< 3 mg/m3) dengan rata-rata hasil
sering terpapar dengan debu semen pengukuran = 1,729 mg/m3
mempunyai risiko 8,444 kali untuk terjadi
gangguan fungsi paru dibandingkan Berdasarkan hasil pengolahan data dan
hasil pengukuran kadar debu personal di

602
Anes, Umboh dan Kawatu, Faktor-faktor yang Berhubungan

unit pengantongan semen PT. Tonasa Line terhirup dengan gangguan fungsi paru
Kota Bitung, kadar debu tidak memenuhi yang memperoleh nilai p= 0,02; RP=
syarat terdapat pada 28 pekerja dengan 5,833. Jika dilihat dari nilai RP maka
pekerja yang mengalami gangguan fungsi paparan debu yang terhirup merupakan
paru sebanyak 19 orang (50%) dan pekerja faktor risiko terhadap gangguan fungsi
yang tidak mengalami gangguan fungsi paru dan berisiko sebesar 6 kali.
paru sebanyak 9 orang pekerja (23,7%). Berdasarkan hasil wawancara dengan
Hasil pengukuran kadar debu yang pekerja yang bekerja di unit pengantongan
memenuhi syarat terdapat pada 10 pekerja semen PT. Tonasa Line Kota Bitung
dengan pekerja yang mengalami gangguan dimana pada umumnya pekerja yang
fungsi paru sebanyak 2 pekerja (5,3%) dan bekerja di unit pengantongan semen
pekerja yang tidak mengalami gangguan terpapar dengan debu semen, dan
fungsi paru sebanyak 8 orang pekerja berdasarkan hasil pengamatan sebagian
(21,1%). besar pekerja tidak menggunakan masker
Hasil analisis secara bivariat untuk pada saat bekerja, hal tersebut membuat
hubungan antara kadar debu dengan para pekerja mengalami gangguan
gangguan fungsi paru pekerja memperoleh pernapasan. Beberapa gangguan/keluhan
nilai p= 0,023 menunjukkan bahwa yang dialami oleh para pekerja yaitu batuk,
terdapat pengaruh antara paparan debu sesak napas, nyeri tenggorokan, dll.
semen dengan gangguan fungsi paru Menurut pekerja, kalau mereka
pekerja. Jika dilihat dari nilai RP menggunakan masker merasa tidak
menunjukkan bahwa responden yang nyaman dalam bekerja
terpapar dengan debu semen mempunyai
risiko 8,444 kali terjadi gangguan fungsi
paru dibandingkan dengan responden yang b. Hubungan Umur dengan Gangguan
tidak terpapar dengan debu semen. Fungsi Paru Pekerja
Beberapa penelitian terdahulu yang Berdasarkan hasil analisis secara
membuktikan paparan kadar debu yang bivariat untuk hubungan umur dengan
berhubungan dengan terjadinya gangguan gangguan fungsi paru pekerja di unit
fungsi paru yaitu penelitian yang telah pengantongan semen PT. Tonasa Line
dilakukan oleh Yulaekah (2007), dengan Kota Bitung, dapat dilihat pada tabel 2 di
hasil penelitian yaitu terdapat hubungan bawah ini :
yang bermakna antara paparan debu yang

Tabel 2. Hubungan Umur dengan Gangguan Fungsi Paru Pekerja di Unit Pengantongan
Semen PT. Tonasa Line Kota Bitung
Gangguan Fungsi Paru 95%
Umur N % p RP
Ya % Tidak % CI
> 35 tahun 18 47.4 10 26,3 28 73,7 0,884-
0,078 4,200 19,9
< 35 tahun 3 7.9 7 18,4 10 26,3
44
Total 21 55.3 17 44.8 38 100

Tabel 3 menjelaskan bahwa hubungan yang expected kurang dari 5, maka uji
antara umur dengan gangguan fungsi paru yang digunakan adalah uji Fisher’s Exact
pekerja berdasarkan hasil analisis dengan test dan hasil analisis memperoleh nilai
menggunakan uji Chi-square terdapat cell signifikasi sebesar 0,078 dengan demikian

603
JIKMU, Vol. 5, No. 3 Juli 2015

probabilitas (signifikasi) lebih dari 0,05 Sesuai dengan hasil pengamatan di


(0,078 > 0,05) maka H0 di tolak atau tidak tempat penelitian yaitu unit pengantongan
terdapat hubungan antara umur dengan semen dimana semua responden terpapar
gangguan fungsi paru pekerja. Dilihat dari dengan debu semen, terpaparnya
nilai PR menunjukkan bahwa responden responden dengan debu karena pada saat
yang berumur > 35 tahun dan terpapar bekerja responden tidak menggunakan
dengan debu semen mempunyai risiko masker, alasan setiap pekerja tidak
4,200 kali untuk terjadi gangguan fungsi menggunakan masker karena para pekerja
paru dibandingkan dengan responden yang tidak terbiasa menggunakan masker,
berumur < 35 tahun dan tidak terpapar kalaupun para pekerja menggunakan
dengan debu semen. masker, hanya sementara karena menurut
pekerja mereka merasa teranggangu jika
Responden yang mengalami gangguan
menggunakan masker.
fungsi paru karena responden terpapar
debu semen pada saat bekerja dan tidak
menggunakan masker serta banyak c. Hubungan Mengkonsumsi Rokok
responden yang mengonsumsi rokok. Faal dengan Gangguan Fungsi Paru Pekerja
paru pada tenaga kerja sangat dipengaruhi
oleh usia tenaga kerja itu sendiri. Hasil analisis untuk hubungan
Meningkatnya umur seseorang maka konsumsi rokok dengan gangguan fungsi
kerentanan terhadap penyakit akan paru dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini
bertambah. :

Tabel 3. Hubungan Konsumsi Rokok dengan Gangguan Fungsi Paru Pekerja di Unit
Pengantongan Semen PT. Tonasa Line Kota Bitung

Gangguan Fungsi Paru N % p RP 95% CI


Konsumsi Rokok
Ya % Tidak %
Merokok 19 50 8 21.1 27 71.1 1,875-
0,005 10,688
Tdk merokok 2 5.3 9 23.7 11 28.9 60,931
Total 21 55.3 17 44.8 38 100

Tabel 3 menjelaskan bahwa hasil Pada penelitian ini responden yang


analisis memperoleh nilai signifikasi mempunyai kebiasaan merokok didapati
sebesar 0,005 dengan demikian lebih banyak yang mengalami gangguan
probabilitas (signifikasi) kurang dari 0,05 fungsi paru dibandingkan dengan
(0,005 < 0,05) maka Ha di terima atau responden yang tidak merokok. Pada
terdapat hubungan antara konsusmi rokok perokok terjadi gangguan makrofak dan
dengan gangguan fungsi paru pekerja. Jika meningkatkan resistensi saluran napas dan
dilihat dari nilai PR menunjukkan bahwa permeabilitas epitel paru. Rokok akan
responden yang mengkonsumsi rokok dan menurunkan sifat responsive antigen.
terpapar dengan debu semen mempunyai Hasil penelitian ini sejalan dengan
risiko 10,688 kali untuk terjadi gangguan penelitian yang telah dilakukan oleh
fungsi paru dibandingkan dengan Mengkidi (2006), hasil penelitian yaitu
responden yang tidak mengkonsumsi terdapat hubungan yang bermakna antara
rokok dan tidak terpapar dengan debu kebiasaan merokok dengan terjadinya
semen. gangguan fungsi paru, niali p < 0,05.

604
Anes, Umboh dan Kawatu, Faktor-faktor yang Berhubungan

Penelitian yang sama telah dilakukan oleh terjadinya gangguan fungsi paru sebesar
Yusitriani, dkk (2014) memperoleh hasil 1,910, dimana responden yang mempunyai
penelitian yaitu terdapat hubungan yang kebiasaan merokok merupakan faktor
bermakna antara konsumsi rokok dengan risiko terhadap kejadian gangguan fungsi
kejadian gangguan fungsi paru yang paru dan berisiko sebesar 2 kali lebih besar
memperoleh nilai p= 0,000. Kebiasaan akan mengalami gangguan fungsi paru
merokok dapat menimbulkan gangguan dibandingkan dengan responden yang
ventilasi paru karena dapat menyebabkan tidak merokok.
iritasi dan sekresi mukus yang berlebihan Tenaga kerja perokok dan berada di
pada bronkus. Keadaan seperti ini dapat lingkungan yang berdebu cenderung
mengurangi efektifitas mukosiler dan mengalami gangguan saluran pernapasan
membawa partikel-partikel debu sehingga dibanding dengan tenaga kerja yang berada
merupakan media yang baik untuk di lingkungan yang sama tapi tidak
tumbuhnya bakteri. merokok.
Sesuai dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Budiono (2007),
dimana terdapat hubungan yang bermakna d. Hubungan Aktifitas Olahraga dengan
antara kebiasaan merokok dengan kejadian Gangguan Fungsi Paru Pekerja
gangguan fungsi paru, memperoleh nilai Hasil analisis hubungan aktifitas
p= 0,035; RP= 1,910. Hasil penelitian ini olahraga dengan gangguan fungsi paru
menyimpulkan bahwa prevalensi rasio pekerja dapat dilihat pada tabel 4 di bawah
faktor risiko kebiasaan merokok terhadap ini :

Tabel 4. Hubungan Aktifitas Olahraga dengan Gangguan Fungsi Paru Pekerja di Unit
Pengantongan Semen PT. Tonasa Line Kota Bitung

Gangguan Fungsi Paru 95%


Aktifitas Olahraga N % p RP
Ya % Tidak % CI
Tdk Berolahraga 16 42,1 10 26,3 26 68,4 0,556-
0,252 2,240 9,02
Berolahraga 5 13,2 7 18,4 12 31,6 3
Total 21 55,3 17 44,7 38 100

Tabel 4 menjelaskan bahwa hasil berolahraga dan tidak terpapar dengan


analisis memperoleh nilai signifikasi debu semen.
sebesar 0,252 dengan demikian Berdasarkan hasil wawancara dengan
probabilitas (signifikasi) lebih dari 0,05 responden, dimana beberapa responden
(0,252 < 0,05) maka H0 di tolak atau tidak mempunyai kebiasaan untuk berolahraga
terdapat hubungan antara aktifitas olahraga dan olahraga yang sering dilakukan yaitu
dengan gangguan fungsi paru pekerja. Jika lari/jalan pada waktu pagi, senam, tenis
dilihat dari nilai PR menunjukkan bahwa meja dan volly ball. Kegiatan olahraga
responden yang tidak melakukan aktifitas yang dilakukan oleh responden yaitu
olahraga dan mempunyai risiko 2,240 kali
diwaktu luang atau pada saat tidak masuk
untuk terjadi gangguan fungsi paru kerja, namun pada umumnya responden
dibandingkan dengan responden yang tidak pernah melakukan aktifitas olahraga,

605
JIKMU, Vol. 5, No. 3 Juli 2015

dengan alasan bahwa responden tidak ada


waktu untuk berolahraga.
Hasil analisis data secara bivariat untuk
Kesimpulan
pengaruh antara aktifitas olahraga dengan
gangguan fungsi paru pekerja berdasarkan
hasil uji Chi-square didapatkan bahwa Kesimpulan yang bisa diambil dari
tidak terdapat pengaruh yang bermakna penelitian ini adalah :
antara aktifitas olahraga dengan gangguan 1. Terdapat hubungan yang bermakna
fungsi paru pekerja, yang memperoleh antara paparan debu semen dengan
nilai p= 0,252. Jika dilihat dari nilai PR = terjadianya gangguan fungsi paru
2,240, maka pekerja yang tidak pekerja di unit pengantongan semen PT.
berolahraga mempunyai risiko sebesar 2 Tonasa Line Kota Bitung
kali untuk terjadi gangguan fungsi 2. Tidak terdapat hubungan yang
dibandingkan dengan pekerja yang bermakna antara umur dengan
berolahraga. gangguan fungsi paru pekerja di unit
Hasil penelitian ini sejalan dengan pengantongan semen PT. Tonasa Line
penelitian yang telah dilakukan oleh Kota Bitung
Perdana, dkk (2009) yang meneliti tentang 3. Terdapat hubungan yang bermakna
faktor risiko paparan debu dengan antara konsumsi rokok dengan
gangguan fungsi paru dimana tidak gangguan fungsi paru pekerja di unit
terdapat hubungan yang bermakna antara pengantongan semen PT. Tonasa Line
kebiasaan berolahraga dengan kejadian Kota Bitung
gangguan fungsi paru, yang memperoleh 4. Tidak terdapat hubungan yang
nilai p= 0, 683. Penelitian yang sama yang bermakna antara aktifitas olahraga
telah dilakukan oleh Budiono (2007) yang dengan gangguan fungsi paru pekerja di
meneliti tentang faktor risiko gangguan unit pengantongan semen PT. Tonasa
fungsi paru, dengan hasil penelitian yaitu Line Kota Bitung
tidak ada hubungan yang bermakna antara
aktifitas olahraga dengan kejadian
gangguan fungsi paru pekerja yang
memperoleh nilai p= 0,445, jika dilihat Saran
dari nilai RP maka responden yang tidak 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bitung
berolahraga mempunyai risiko sebesar agar selalu memberikan penyuluhan
2,785 untuk terjadinya gangguan fungsi kepada tenaga kerja di perusahaan
paru dibandingkan dengan responden yang tentang bahaya merokok dan dampak
tidak terpapar dan sering melakukan kesehatan atau penyakit yang timbul
aktifitas olahraga. akibat dari mengkonsumsi rokok.
Olaharaga yang paling baik untuk 2. Bagi tenaga kerja agar tidak
pernapasan adalah renang dan senam. Di mengkonsumsi rokok dan
negara berkembang seperti Indonesia, menggunakan masker untuk
senam merupakan pilihan yang paling mengurangi potensi bahaya dan
tepat karena jauh lebih murah, mudah dan penularan penyakit yang timbul dari
berguna untuk memperkuat otot paparan debu.
pernapasan. Latihan fisik yang teratur akan
meningkatkan kemmapuan pernapasan dan 3. Bagi perusahaan agar menyediakan
mempengaruhi organ tubuh sedemikian masker bagi setiap karyawan yang
rupa hingga kerja organ lebih efesien dan bekerja, agar tenaga kerja/karyawan
kapasitas fungsi paru bekerja maksimal. terlindung dari penyakit yang
ditimbulkan di tempat kerja seperti

606
Anes, Umboh dan Kawatu, Faktor-faktor yang Berhubungan

paparan dari debu semen yang dapat Perdana A., Djajakusli R dan Syafar M.,
menyebabkan gangguan fungsi paru 2009. Faktor Risiko Paparan Debu
bagi karyawan. Pada Faal Paru Pekerja bagian
Produksi PT. Semen Tonasa Pangkep.
4. Bagi perusahaan agar menyiapkan
Jurnal MKMI, Vol. 6, No. 3, Juli 2010
fasilitas olahraga agar pada waktu
luang setiap pekerja memanfaatkan Setiawan S. 2002. Hubungan Kadar Total
fasilitas olahraga untuk kegiatan Suspended Particulate (TSP) dengan
olahraga yang bertujuan untuk Fungsi Paru di Lingkungan Industri
meningkatkan kesehatan fisik dari Semen. Magister Kesehatan
setiap tenaga kerja Lingkungan, Program Pascasarjana,
Universitas Diponegoro. Semarang.
Yulaekah S. 2007. Paparan Debu
Daftar Pustaka
Terhirup Dan Gangguan Fungsi Paru
Budiono, I. 2007. Faktor Risiko Gangguan Pada Pekerja Industri Batu Kapur.
Fungsi paru Pada Pekerja Pengecatan Magister Kesehatan Lingkungan,
Mobil, Magister Epidemiologi, Program Pascasarjana Universitas
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang
Diponegoro, Semarang.
Yusitriani., Syamsiar S.,Russeng dan Muis
Mengkidi, 2006. Gangguan Fungsi Paru M., 2014. Faktor Yang Berhubungan
Dan Faktor-Faktor Yang dengan Kapasitas Paru Pekerja
Mempengaruhinya Pada Karyawan Paving Block CV. Sumber Galian.
PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Bagian Kesehatan dan Keselamatan
Selatan. Magister Kesehatan Kerja, FKM, Universitas Hasanuddin,
Lingkungan, Program Pascasarjana Makassar.
Universitas Diponegoro, Semarang.

607

You might also like