Professional Documents
Culture Documents
KIMIA ANALITIK
ASIDIMETRI-ALKALIMETRI
Disusun oleh:
Kelompok 7
1. A. Iqbal Banuaji H1916001
2. Kieky Elok N H0916047
3. Muhammad Fadzil H0916057
4. Muhammad Taqiyudin H0916059
5. Mutia Diena Rahmah H0916060
6. Yuliana Dyah Kusuma W H1916025
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Kimia Analitik acara I “Alkalimetri” ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat melakukan standarisasi NaOH dengan larutan baku primer
asam oksalat
2. Mahasiswa dapat melakukan standarisasi HCl dengan larutan baku primer
NaOH terstandarisasi
3. Mahasiswa dapat menghitung kadar asam pada boraks dan soda kue
4. Mahasiswa dapat menghitung kadar asam pada susu dan yoghurt
5. Mahasiswa dapat menggambarkan dan memahami kurva pH titrasi serta
dapat menentukan letak titik ekivalen pada bahan uji.
B. Tinjauan Pustaka
Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan terhadap
sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui (larutan
baku). Ada dua jenis titrasi, yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri ialah
penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan asam sebagai larutan
standar. Sedangkan alkalimetri adalah penentuan konsentrasi larutan asam
dengan menggunakan basa sebagai larutan standar (Hetalesi, 2014).
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga
akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Tujuan titrasi ini adalah untuk
mencapai keseimbangan antara larutan standar dengan larutan yang dititrasi
atau mencapai titik ekuivalen.Titrasi asam-basa dibagi menjadi alkalimetri dan
asidimetri.Alkalimetri merupakan titrasi yang menggunakan basa sebagai
larutan standar, sedangkan asidimetri menggunakan asam sebagai larutan
standar. Proses asidimetri dan alkalimetri merupakan salah satu proses
netralisasi (Fatimah dan Deni, 2015).
Analisis volumetrik adalah salah satu kunci metode kuantitatif yang
digunakan untuk menentukan asam organik dan non organik yang bereaksi
dengan asam/basa kuat atau lemah. Analisa volumetrik titrasi didapat dengan
menggunakan penunjuk warna organik lemah atau indikator pH asam. Hampir
kebanyakan indikator pH baik asam maupun basa organik lemah bereaksi
dengan menerima atau menyumbangkan elektron. Beberapa contoh indikator
pH yang digunakan dalam titrasi diantaranya metil merah, phenolphthalein,
serta metil orange (Abugri et al., 2012).
Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan tepat, dan disertai dengan
penambahan indikator. Larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan stabil
pada proses penimbangan, pelarutan, dan penyimpanan disebut larutan baku
primer atau larutan standar (Sutresna, 2007).
Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi
(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi
suatu zatberfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah
larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik
ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara
dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus,
molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya
(Padmaningrum, 2006).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun
titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titran adalah larutan asam atau basa yang telah diketahui
konsentrasinya. Sedangkan titrat adalah larutan asam atau basa yang akan
dicari konsentrasinya. Titran yang umum digunakan adalah HCl dan NaOH
(Rahayu dan Jodhi, 2010).
Natrium Hidroksida anhidrat (NaOH) berbentuk kristal berwarna putih.
NaOH bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering
digunakan dalam industri yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila dilarutkan
dalam air akan menimbulkan reaksi eksotermis. NaOH memiliki berat molekul
39,998 gr/mol. Titik didih NaOH adalah 13900C, sedangkan titik lelehnya
3180C (Surest dan Dodi, 2010).
Larutan asam klorida (HCl) adalah cairan kimia yang sangat korosif,
berbau menyengat dan sangat iritatif dan beracun. Larutan HCl termasuk
bahan kimia berbahaya atau B3. Asam klorida merupakan larutan gas hidrogen
klorida (HCl) dalam air. Warnanya bervariasi dari tidak berwarna hingga
kuning muda. Perbedaan warna ini tergantung pada kemurniannya Berat
molekul HCl 36,5 gram/mol. Titik didih HCl 50,50C, sedangkan titik leburnya
-250C (Yurida, 2013).
Yogurt atau yoghurt adalah salah satu produk olahan susu yang paling
populer, yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Yoghurt pada umumnya
mengandung kalsium yang tinggi yang baik untuk tubuh. Yoghurt kaya akan
sumber protein, karbohidrat, mineral (kalsium dan fosfor), serta vitamin seperti
riboflavin (B2), tiamin (B1), kobalamin (B12), folat (B9), niasin (B3) dan
vitamin A. Yoghurt harus mengandung minimal 3,25% lemak susu, dan 8,25%
padatan susu non lemak dengan tingkat keasaman tidak kurang dari 0,9%
(Weerathilake et al., 2014).
Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah produk susu yang telah
melalui proses pemanasan pada suhu kisaran 280-3020F (138-1500C) selama 1-
2 detik. Produk susu ini umumnya dikemas dalam kemasan steril, dengan
kemasan berlapis hermatis, dapat disimpan tanpa pendinginan selama
penyimpanan. Secara normal komposisi susu (sapi) memiliki kandungan air
84-90%; lemak 2-6%; protein 3-4 %; laktosa 4-5%; dan kadar abu < 1%
(Budiyono, 2009).
Soda kue merupakan bahan pengembang sintetis pangan yang diizinkan.
Senyawa ini merupakan kristal yang sering terdapat dalam bentuk serbuk.
Natrium bikarbonat larut dalam air. Soda kue bila dipanaskan, asamnya akan
bereaksi dan membentuk garam, air dan gas yang akan menyebabkan
mengembangnya bahan. Prinsip kerja soda kue yaitu menciptakan reaksi
kimiawi dengan melepas gas karbon dioksida, sehingga membentuk
gelembung-gelembung dalam adonan dan membuatnya mengembang
(Nafly dan Marcus, 2011).
Titrasi adalah tehnik laboratorium kimia dasar untuk analisa kuantatif
dari suatu substansi dengan menggunakan larutan standar. indikator pH pada
umunya menggunakan asam atau basa lemah dimana perubahan warnanya
berdasarkan pH larutan yang digunakan. Beberapa indikator pH yang sering
digunakan adalah Phenolphthaelin (PP), Metil Orange (MO) metylene blue,
dsb (Pradeep dan Kapil, 2013).
Beberapa indikator kimia sintetik digunakan untuk beberapa tipe analisa
titrimetri. Indikator asam-basa dikenal sebagai indikator pH. Indikator asam
basa adalah zat (pewarna) yang merubah warna dengan pH. Indikator asam
basa biasanya berupa asam atau basa lemah yang ketika dilarutkan dalam air
berdisosiasi sedikit dan membentuk ion. Analisa volumetrik adalah salah satu
tehnik kuantitatif utama. Pada titrimetri, titik ekuivalen biasanya menjadi titik
akhir titrasi. Titik akhir titrasi titrimetri biasanya ditandai dengan beberapa
substansi yang ditambahkan dapat merubah warna larutan secara cepat setelah
dicapai titik ekuivalen (Bahadori dan Maroufi, 2016).
C. Metodologi
1. Alat
a. Beaker glass
b. Buret
c. Erlenmeyer
d. Labu takar
e. Pipet tetes
f. Pipet volume
g. Propipet
h. pH meter
i. Statif
2. Bahan
a. Aquades
b. Asam oksalat
c. Borax
d. Indikator Metil Merah
e. Indikator PP
f. Larutan HCl
g. Larutan NaOH
h. Soda kue
i. Susu UHT
j. Yoghurt plain
3. Cara kerja
a. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan (COOH)2.2H2O
b. Penentuan kadar asam laktat pada susu UHT dan Yoghurt plain
5 gram sampel+ 5 ml
aquades
10 ml NaOH
terstandarisasi
10
0.9 10.8
2 13.15 5
pH (y)
4 12.9 0
6 12.96 0 2 6
8 14 ml titran (x)
pH (y)
10
0 3.18
2 3.9 5
pH (y)
4 0.18 0
4.4 8.72 0 4 6
6 12 ml titran (x)
8 12.47
Gambar 1.6 Kurva Titrasi Bahan Uji
Yoghurt dengan NaOH shift 1
Tabel 1.5 Kurva Titrasi Bahan
Susu UHT dengan NaOH shift 2 pH (y)
ml Titran (x) pH (y) 15
0 5.5 pH (y) 10
0.9 8.9
5
2 11.06 pH (y)
4 12.59 0 0
2
6
6 12.22
ml titran (x)
8 12.34
Gambar 1.7 Kurva Titrasi Bahan Uji
Yoghurt dengan NaOH shift 1
Tabel 1.6 Kurva Titrasi Bahan
Susu UHT dengan NaOH shift 2 pH (y)
ml Titran (x) pH (y) 15
pH (y)
0 2.1 10
2 3.11 5
4 5.67 0 pH (y)
5 8.67 0 2 4 5 6 8
6 10.36 ml titran (x)
8 11.58
Gambar 1.8 Kurva Titrasi Bahan Uji
Yoghurt dengan NaOH shift 1
Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah produk susu yang telah
melalui proses pemanasan pada suhu kisaran 280-3020F (138-1500C) selama 1-
2 detik. Produk susu ini umumnya dikemas dalam kemasan steril, dengan
kemasan berlapis hermatis, dapat disimpan tanpa pendinginan selama
penyimpanan. Secara normal komposisi susu (sapi) memiliki kandungan air
84-90%; lemak 2-6%; protein 3-4 %; laktosa 4-5%; dan kadar abu < 1%
(Budiyono, 2009).
Yogurt atau yoghurt adalah salah satu produk olahan susu yang paling
populer, yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Yoghurt pada umumnya
mengandung kalsium yang tinggi yang baik untuk tubuh. Yoghurt kaya akan
sumber protein, karbohidrat, mineral (kalsium dan fosfor), serta vitamin seperti
riboflavin (B2), tiamin (B1), kobalamin (B12), folat (B9), niasin (B3) dan
vitamin A. Yoghurt harus mengandung minimal 3,25% lemak susu, dan 8,25%
padatan susu non lemak dengan tingkat keasaman tidak kurang dari 0,9%
(Weerathilake, 2014).
Menurut Masterton (1977), gambar titrasi asam dengan titran NaOH
yang merupakan larutan basa kuat, akan menghasilkan gambar yang terus naik
karena pH nya yang semakin besar (Gambar 1.9). Pada awal penambahan
NaOH akan terjadi peningkatan pH yang signifikan, namun saat mendekati
titik ekivalen terjadi sedikit perubahan, semakin menjauhi titik ekivalen
perubahan pH semakin sedikit. Dari gambar diatas terdapat satu titik ekivalen,
dimana saat titik itu menunjukkan tepat sampel mengalami perubahan warna.
Dari hasil praktikum didapatkan gambar yang sudah sesuai dengan teori,
dimana gambarnya naik dan terdapat titik ekivalen.
Titrat adalah larutan asam atau basa yang akan dicari konsentrasinya.
Sedangkan menurut Padmaningrum (2006), titran atau titer adalah larutan yang
digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti
konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan
yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui
konsentrasi komponen tertentu. Titran yang digunakan pada saat praktikum
adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan Asam Klorida (HCl). Sedangkan titrat
yang digunakan pada saat praktikum adalah susu UHT, yoghurt, borax, dan
soda kue. Berdasarkan Tabel 1.7 menunjukkan bahwa pada kelompok 3 dan 4
didapatkan hasil N HCl 0,1051 N dan volume HCl 9,5 ml dengan perubahan
warna menjadi semburat pink. Pada kelompok 14 didapatkan hasil N HCl
0,0936 N dan volume HCl 11,3 ml dengan perubahan warna menjadi merah
muda. Dari hasil tersebut didapatkan rata-rata normalitas NaOH sebesar 0,096
N. Perubahan warna tersebut menunjukkan titik ekuivalen yang terjadi pada
saat titrasi. Kadar Basa Borax menurut Surest dan Dodi (2010) adalah sebesar
9,5%.
Tabel 1.8 Penentuan Kadar Basa pada Sampel Soda Kue dan Boraks
Bahan Kelompok ml V HCl N HCl Perubahan % Kadar
Uji Bahan (ml) Warna Basa
pH (y)
0 9.56
2 8.78 5
pH (y)
4 7.411 0
0
2
4
6
8
34,5
6 7.1
8 6.68
ml titran (x)
34,5 3.54
Gambar 1.10 Kurva Titrasi Bahan Uji
Yoghurt dengan NaOH shift 1
Tabel 1.10 Kurva Titrasi Bahan
boraks dengan HCl shift 1 pH (y)
ml Titran (x) pH (y) 10
0 9.23 p
5
2 8.7 H
4 8.92 0 pH (y)
6 9.09 0 2 4 6 8 16
8 9.49 ml titran
16 4.37
Gambar 1.11 Kurva Titrasi Bahan Uji
Yoghurt dengan NaOH shift 1
Tabel 1.11 Kurva Titrasi Bahan
Soda kue dengan HCl shift 2 pH (y)
ml Titran (x) pH (y) 10
pH (y)
0 8.35 5
2 7.37 0 pH (y)
4 6.85 0 2 4 6 8 15
6 6.35 ml titran (x)
8 5.93
15 3.55
Gambar 1.12 Kurva Titrasi Bahan Uji
Yoghurt dengan NaOH shift 1
Tabel 1.12 Kurva Titrasi Bahan
Boraks dengan HCl shift 2 pH (y)
ml Titran pH (y) 15
(x)
10
pH (y)
0 9.55
5
2 9 pH (y)
0
4 8.63
0 2 4 6 8 16.6
6 8.28
ml titran (x)
8 7.89
16.6 2.55
Gambar 1.13 Kurva Titrasi Bahan Uji
Yoghurt dengan NaOH shift 1
Dari uji titrasi yang dilakukan pada dua sampel yaitu boraks dan soda
kue, dihasilkan gambar yang sudah sesuai dengan teori. Menurut Masterton
(1977), titrasi basa lemah dengan titran HCl yang merupakan larutan asam
kuat, akan menghasilkan gambar yang menurun karena pH nya yang semakin
kecil. Pada awal penambahan HCl akan terjadi peningkatan pH yang
signifikan, namun saat mendekati titik ekivalen terjadi sedikit perubahan,
semakin menjauhi titik ekivalen perubahan pH semakin sedikit. Dari hasil
praktikum didapatkan gambar yang sudah sesuai dengan teori, dimana
gambarnya turun dan terdapat titik ekivalen. Dalam asidimetri basa lemah
dititrasi menggunakan asam kuat, maka pH yang dihasilkan adalah pH asam
atau kurang dari 7, indikator yang cocok digunakan adalah metil merah.
Abugri, D. A., Ohene, B. A., dan Gregory, P. 2012. Investigation of a Simple and
Cheap Source of a Natural Indicator for Acid-Base Titration: Effects of
System Conditions on Natural Indicators. Green and Sustainable
Chemistry Vol 2, page 117-122.
Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI No. 01-2891 tahun 2009 tentang Yogurt.
Jakarta.
Bahadori A., dan Maroufi N. G. 2016. Volumetric Acid-Base Titration by using
of Natural Indicators and Effects of Solvent and Temperature. Austin
Chromatogr - Volume 3 Issue 1
Budiyono, H. 2009. Analisis Daya Simpan Produk Susu Pasteurisasi Berdasarkan
Kualitas Bahan Baku Mutu Susu. Jurnal Paradigma Vol X. No. 2.
Fatimah, S., Desto, A., dan Deni Y. 2015. Penetapan Kadar Sakarin Minuman
Ringan Gelas Plastik yang Dijual di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.
SNaTKII II Vol. 2 No.1.
Fuad, N. R. 2014. Identifikasi Kandungan Boraks pada Tahu Pasar Tradisional di
Daerah Ciputat [Skripsi]. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hetalesi, L. 2014. Pintar Tanpa Bimbel SMA X, XI, XII. Yogyakarta: Bentang
Pustaka.
Hidayati, N., Daryati., dan Mardiyono. 2000. Penetapan Kadar Asam pada Air
Susu Sapi Segar secara Alkalimetri. Universitas Setia Budi, Fakultas
Farmasi. Surakarta.
Masterton, William L., and Emil J. Slowinski. 1977. Chemical Principles Fourth
Edition. London: W.B. Saunders Company.
Nafly C. T., dan Marcus V. 2011. Pengaruh Penggunaan Bahan Pengenyal yang
Berbeda terhadap Komposisi Kimia, Sifat Fisik dan Organoleptik Bakso
Daging Ayam. Agrinimal, Vol. 1, No. 2.
Padmaningrum, R. T. 2006. Titrasi Asidimetri. Yogyakarta: Lab. Kimia FMIPA
UNY.
Pradeep, D. Jeiyendira, dan Kapil D., 2013. A Novel, Inexpensive and Less
Hazardous Acid-Base Indicator. Journal of Laboratory Chemical
Education Vol.1 No.2
Rahayu, N., dan Jodhi Pramuji Giriarso. 2010. Super Lengkap Kimia SMA.
Jakarta: GagasMedia.
Surest, A. H., Dodi S. 2010. Pembuatan Pulp dari Batang Rosella dengan Proses
Soda (Konsentrasi Naoh, Temperatur Pemasakan dan Lama Pemasakan).
Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17.
Sutresna, N. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Weerathilake, W.A.D.V., D.M.D. Rasika, J.K.U. Ruwanmali dan M.A.D.D.
Munasinghe. 2014. The Evolution, Processing, Varieties and Health
Benefits of Yogurt. International Journal of Scientific and Research
Publications, Volume 4, Issue 4.
Yurida, M., Evi A., dan Susila A. R. 2013. Pengaruh Kandungan CaO dari Jenis
Adsorben Semen terhadap Kemurnian Gliserol. Jurnal Teknik Kimia No.
2, Vol. 19.